Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TETANGGA PERKASA 2 : Mimpi Tak Tergapai

Bimabet
Santuy Hu
Tenangkan sejenak otak biar tenang. Abis tenang, baru olah lg kisah Asty - Deni - Desy ampe program hamil Desy sukses dan Asty kembali ke dekapan Deni
Monggo ambil rehat sejenak
Makasih pengertian nya Hu... Asli, bener2 nyaris stress saya... Mana bos uring2an terus. Klo ada suhu yang paham dunia pertambakan, mungkin bisa ngebayangin nya. Udah udang mati di usia dini, harga anjlok, pakan melonjak. Bener2 kiamat dunia pertambakan..
 
Take your time bro @Lidause ...
Tambak udang ph air aja kudu pas .....
Iya Hu... Ditambah lagi sekarang memang perairan sedang tidak baik baik saja. Komplikasi segala macam kendala. Mulai dari bibit yg bermasalah, sampai kondisi air yang terkontaminasi.. Parah Hu... Di grup2 petambak seluruh Indonesia permasalahan nya sama.. Ibarat kata ini adalah cobaan akhir tahun berjamaah... 🥺🥺
 
Ya begitulah bisnis tambak udang...bro @Lidause ...
Sy ada banyak teman di tambak udang terpalan di selatan kebumen....kendalanya sama aja....
Pas lagi bagus...untungnya banyak...
Tp pas lagi jelek...bonyoklah....
Stay safe n stay cool...
 
ANIN
_____




Dengan wajah memerah Asty melangkah cepat setengah berlari bermaksud meninggalkan rumah Nizam. Ada lelehan air mata meski sedikit. Tapi di ambang pintu keluar langkahnya terhenti.

"Mama mau kemana.....? ". Sofia pulang sendirian.. Entah singgah kemana kakaknya Akbar. Ditangan gadis kecil itu menenteng plastik hitam kecil yang pastinya berisi aneka macam jajanan yang dibeli dari warung.

"Kakakmu mana...? ". Mau tak mau Asty manyambutnya.

"Kakak maen.. ". Sofia menjawab singkat dan kemudian tangannya terkembang memeluk pinggang Asty.

"Kamu gak ikut maen...? ".

"Emm... Sofia kangen.. Ma- Mama.... ". Gadis kecil itu berucap lirih, membuat Seketika Asty luluh. Dia pun kemudian berjongkok lalu mengelus rambut di kening Sang Bocah.

Air mata uang tadi sempat mengalir karena ulah Sang Bapak, kini semakin membanjir karena melihat kondisi Sang Anak. Benar benar Bapak dan Anak yang entah Apa namanya, kedua orang itu memporak-porandakan perasaan Asty. Membuat Wanita itu gamang memilih bagaimana mesti bersikap.

"Mama kenapa nangis.. Mama mau pulang...? ". Sofia bertanya setelah lama menunggu tak ada juga suara dari bibir wanita yang dipanggilnya Mama itu.

"Iya sayang... Mama pulang dulu ya... ". Asty mencoba mengukirkan senyum, sembari memaksa agar si air mata tak lagi menetes keluar. Dengan belakang tangannya pelupuk mata dan sebagian pipinya di usap.

"Mmm... Iya Mama... ". Sofia, gadis kecil 5 tahunan itu terlihat sedih, tapi bagaimanapun dia juga sadar, wanita di depannya sekarang bukanlah ibu kandungnya. Kakaknya Akbar yang sering mengingatkan.

Sedangkan Nizam Sang Bapak, boro boro berusaha menyadarkan Sofia, justru lelaki itu berharap agar Sofia semakin lengket dengan Asty. Dengan begitu jalannya untuk memiliki janda muda cantik itu akan semakin mudah, begitu setidaknya menurut pemikirannya.

"Sofia jangan nakal ya.. Nurut sama Bapak.. ". Asty bangkit berdiri dengan senyum masih terkembang, meski kaku.

Gadis kecil itu mengangguk, lantas meraih tangan Asty dan menciumnya. Jujur saja, Asty terenyuh. Tapi mengingat apa yang baru saja dlakukan Nizam tadi, wanita itu menguatkan hati untuk melangkah pergi..

"Hati Hati Ma.... ". Asty berhenti melangkah dan menoleh.. Tangan kecil Sofia terulur, di genggamannya ada sesuatu.

"Ini permen Ment*s, Tadi Fia sengaja beliin buat Mama...". Ucap Sang Gadis kecil..

Asty terharu, kemudian berjongkok memeluk Sofia setelah menerima selongsong panjang Permen dari anak perempuan Nizam itu.

"Terimakasih.. Fia sayang... ".

Berlahan, Asty kembali berdiri, sedikit melambaikan tangan dan kemudian berlalu. Sementara sepasang Mata tajam seorang lelaki yang sedang gundah gulana memandangi dari balik jendela.


________________


Di Provinsi Riau, di pelosok rimba belantara yang sudah disulap menjadi perkebunan Kelapa Sawit maha luas, seorang Wanita berusia sekitar 35 tahun sedang fokus mengawasi keadaan para pekerja yang sedang berkerja keras memanen buah sawit. Tandan demi tandan dijatuhkan, dikumpulkan bertumpuk di pinggir jalan.

Sesekali wanita yang bertugas sebagai pengawas lapangan itu memberi instruksi. Kemudian berlalu dengan motornya, menuju kebagian lain dimana para pekerja juga sedang sibuk di pagi menjelang tengah hari ini.

"Bagaimana keadaan di Blok mu..? ". Seorang rekan bertanya ketika wanita itu memutuskan berhenti di sebuah pos kecil.

"Aman... ". Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu menjawab singkat. Kemudian mengambil sebuah gelas plastik dan memencet tombol biru di sebuah dispenser dekat dinding.

"Haus...? ". Pria rekan kerjanya bertanya dengan senyum sedikit meledek.

"Lapar.... ". Jawab Si Wanita yang disambut tawa Sang rekan.

"Salahmu... Ditawari kerja di kantor malah tetap milih di lapangan...".

"Udah terbiasa. Lagian, kerja di kantor pasti bosan aku.. ". Jawab Si Wanita setelah menenggak habis air didalam gelas.

"Setidaknya, kulit wajahmu gak gosong kayak gini...". Kekeh rekan pria nya itu.

"Sok perhatian. Mau gosong atau mulus, emangnya apa urusan mu... ". Agak ketus jawaban Si Wanita membuat rekannya semakin tergelak.

"Yah.. Kalo wajahmu mulus, siapa tau ada pekerja panen yang tertarik. Kan lumayan,.. Gak jablai lagi... ". Rekannya kembali menggoda.

"Sialan kamu.. Emangnya aku jablai...? ".

"La iya. Kamu itu udah 5 tahun menjanda. Pasti jablai lah... Jarang ada yang membelai... ".

"Dengkulmu kui... ". Si wanita berlalu kembali menaiki motor Mio M3 nya.

"Anin... Tunggu...!! ".

"Apalagi...? ".

"Nih, buat kalo haus dijalan... ". Si Pria menyerahkan sebotol minuman kemasan bermerek Poc*ri Swe*t.

"Makasih.. Tumben baik... ". Wanita yang dipanggil Anin tersenyum jahil, balas meledek.

"Tadi nemu dijalan. Timbang mubazir, mending kamu yang minum... ". Jawab Si Pria bercanda.

"Asem.... ".

Anin memasukam botol minuman itu di bagasi kecil bagian depan motornya kemudian melaju pelan dengan bibir masih tersenyum. Sedangkan Pria rekan kerjanya masih berdiri dengan wajah menyiratkan keprihatinan ..

"Kasihan kamu Anin.. Harus kerja keras di perkebunan sepi ini... ". Pria itu menggelengkan kepala berlahan.

"Ada apa Pak Hendra...? ". Tiba tiba sebuah suara mengejutkan Pria yang bernama Hendra itu.

"Eh.. Nggak. Nggak apa apa...". Jawabnya sedikit gugup.

"Tadi itu Bu Anin...? ".

"Iya.. ".

"Oh... ".


____________


Tepat Pukul 16.00..

Sore hari di perkebunan sawit. Para pekerja sudah banyak yang berlalu pulang, sebagian masih beres beres. Anin memasukan buku besar berisi catatan absen dan lain lain kedalam tas ranselnya.

"Langsung pulang, Mbak...? ". Hidayah, satu satunya rekan kerja wanita di bagian mandor lapangan sudah berdiri hendak keluar kantor.

"Iya, barengan aja ya...". Jawab Anin masih sibuk merapihkan alat alat kerjanya.

"Oke... ".

Tak lama kemudian dua buah motor matic beriringan menuju mess karyawan yang terletak dibagian lain perusahaan perkebunan itu.

Anin dan Hidayah, sudah lebih dari sepuluh tahun menggantungkan hidup di perkebunan sawit ini. Mereka masuk bersamaan, dan berteman baik semenjak pertama kali berkerja. Mulai dari sebagai seorang Staff biasa, sampai kemudian diangkat menjadi mandor lapangan yang bergaji lumayan.

Tiba tiba di sebuah tikungan jalan Anin menghentikan laju motornya. Hidayah yang melihat itu ikut berhenti.

"Ada apa, Mbak...? ".

"Lihat.. Itu kan motor Pak Rhido.. ". Anin menunjuk kearah dalam kebun. Terlihat sebuah motor terparkir sedikit tersembunyi.

"Apa yang dia lakukan disitu...? ". Hidayah mengerutkan kening. Rasa penasaran membuncah.

"Ayo kita periksa... ". Anin melangkah lebih dahulu meninggalkan motornya. Berlahan sekali kaki wanita itu menapak rerumputan. Berusaha untuk sedikit mungkin menimbulkan suara.

Hidayah yang masih didera penasaran kemudian mengikuti. Dada wanita itu berdegup. Pak Ridho adalah lelaki yang sekarang ini sedang dekat dengannya. Duda tanpa Anak berusia 37 tahun ini bahkan ramai di gosip kan ada hubungan khusus dengan Hidayah. Mereka berpacaran, setidaknya begitu sepengetahuan rekan rekan kerja yang lain.

Melihat motor Pak Ridho ada di semak semak tengah kebun, tentu saja Hidayah gelisah. Wanita 32 tahun tapi masih belum menikah itu bertanya tanya dalam hati.

"Pelan pelan.. Jangan berisik.. ". Amin berbisik ketika langkah mereka sudah sampai di samping motor Verz* merah yang terparkir.

Mata kedua wanita itu memandang sekeliling. Sepi....

Tapi kesepian itu sejenak terpecah oleh suara teriakan kecil dari balik semak belukar sekitar 20an meter sebelah kanan. Semak perdu dibawah pohon besar yang dibiarkan tumbuh diantara jejeran pohon kelapa sawit.

Mengendap, kedua wanita itu berusaha mendekati sumber suara. Dan berapa terbelalak nya kedua pasang mata itu demi melihat pemandangan didepan mereka sekarang.

Sesosok lelaki paruh baya tengah menindih tubuh seorang wanita yang terlihat jelas menggeliat geliat setengah meronta. Kedua tubuh telanjang itu bertindihan ditanah, hanya dilapisi selembar tikar tipis merah jambu bergambar hello kitty.

Pinggul sosok lelaki bergerak liar, seperti terburu buru mengejar sesuatu, sedangkan wanita di bawahnya terus saja meronta kecil dengan desis entah kesakitan atau keenakan terus keluar dari bibirnya.

"Mas,.. Jangan begini.... ". Wanita itu merintih..

"Tidak apa, sayang... Nikmati saja. Aku sayang kamu.. ".

"Tapi...... ".

"Tapi apa...? ". Suara si lelaki terdengar sedikit parau. Mungkin dia sudah dekat dengan kenikmatan yang dia kejar

"Bagaimana kalau suamiku tahu .? ". Si wanita seperti menangis.

"Tenang saja Hayati.. Ini akan jadi rahasia kita berdua. Tidak akan ada yang tahu.. ".

Wanita yang bernama Hayati terdiam. Dia tidak menginginkan hal ini terjadi. Tapi tak bisa di pungkiri apa yang dilakukan Atasannya sekarang sangat nikmat. Belum pernah suaminya memberikan yang senikmat ini selama lima tahun mereka berumah tangga.

"Ini Dosa, Mas Ridho... ". Lirih suara Hayati.

"Hmmm... ". Ridho cuma tersenyum mendengar kata dosa, karena dia sendiri tak perduli itu. Yang dia tahu hanya nikmat yang sebentar lagi sampai puncak.

Dengan Hidayah, sudah 2 tahun mereka dekat, tapi jangan harap Ridho bisa mendapatkan hal seperti ini. Hidayah terlalu Alim untuk diajak bercinta. Padahal sebagai duda, tentu saja Ridho sangat menginginkan kehangatan tubuh wanita. Dan kali ini, kehangatan itu bisa dia dapatkan dari tubuh Hayati, wanita muda salah satu pekerja yang menjadi bawahannya.

Kedua tubuh itu bermandi keringat. Bahkan tubuh mulus Hayati yang berada dibawah, sedikit banyak ditempeli rerumputan dan daun daun kering.

Tak ada lagi penolakan. Bahkan kini Hayati ikut terbawa arus dan mulai memberikan perlawanan. Bukan melawan untuk melepaskan diri, tapi melawan untuk melepaskan Hasrat birahi.

"Enak...? ". Rhido sejenak berhenti menggenjot dan tersenyum kecil menggoda. Hayati tersenyum malu dan menyembunyikan wajah dibalik bahu Lelaki yang telah memberikan pengalaman baru bagi nya.

Menyadari Ridho masih diam tanpa gerakan, Hayati menggoyangkan pinggul, meminta untuk dilanjutkan. Tentu saja Ridho tersenyum lebar menyadari gerakan permohonan Hayati. Lelaki itu bersorak dalam hati, kemudian melanjutkan sodokan sodokan Dahsyatnya., membuat Wanita di bawah tubuhnya merem melek menahan rasa yang ingin meledak.

"Kan... Apa kubilang. Kamu pasti ketagihan... ". Bisik Ridho membuat Hayati tersipu malu.

"Mas Ridho sih... Awas kalo sampai aku hamil... ". Rajuknya.

"Kenapa memangnya kalo kamu hamil..?, kan ada Romli yang bertanggung jawab.. Hehehe.. ". Mendengar nama suaminya disebut, Hayati mendadak terdiam, kelu. Tapi itu tak membuat hasratnya yang kadung bangkit menjadi padam. Justru malah gairah wanita beranak satu itu semakin berkobar.

"Mas Ridho nakal.. Ih... ". Ada segaris senyum terukir, tapi kemudian lenyap karena sepasang bibir Hayati dilumat Oleh Ridho dengan sangat ganas.

Menyadari Dia sekarang sedang menggumuli istri orang, membuat Ridho semakin bernafsu, sensasi itu semakin membuat kejantanannya yang sudah tegang menjadi semakin keras maksimal. Hentakan demi hentakan pun semakin bertenaga.

Rhido seperti lupa sekitar. Dia tak perduli meskipun seandainya ada ular yang mendekati tempat mereka bertarung, kenikmatan itu sudah dekat, dan tak mungkin bisa di urungkan. Lelaki itu mengerang keras, tubuh berototnya menegang....

"Kamu luar biasa, Hayati.... Oohh... ".

" Mas juga hebat. Terus.... Sss.... Aahh.... ".

Ridho dan Hayati menggelepar bersamaan. Kedua pinggul melekat erat, berkedut menyemprot kan berjuta juta nikmat.

Dalam buaian kenikmatan birahi, kedua anak manusia itu tak perduli dimana mereka sekarang ini, tak perduli apa yang akan terjadi nanti. Karena yang terpenting adalah kenikmatan ini harus dinikmati sampai benar benar habis. Jangan ada sisa..

Mereka sama sekali tidak menyadari, ada dua wajah yang memerah berjarak hanya lima meter dari sana. Wajah yang menahan Amarah, tapi lebih tepatnya menahan Nafsu, karena dua wanita pengintip mau tak mau ikut terangsang melihat tontonan panas barusan. Wajah Anin dan Hidayah..

Disaat Ridho dan Hayati masih tergeletak lemas meresapi kenikmatan, Anin dan Hidayah berlahan beringsut menjauh. Kembali kearah motor mereka berada, kemudian secepat mungkin berlalu dari situ.

Suara motor yang mendadak terdengar membuat Ridho terkesiap. Dia sadar, pasti ada yang melihat perbuatannya. Sedangkan Wajah Hayati memucat.

"Siapa itu Mas...? ". Wanita itu nampak sekali sangat khawatir, terburu buru dia mengenakan pakaian, kemudian mengejar kearah jalan. Tetapi Pengintip telah jauh. Hanya terlihat olehnya dua buah motor di kejauhan. Tak jelas motor apa dan tak jelas juga motor siapa.


____________


"Brengsek...!! ". Hidayah memaki. Hatinya kesal dan jengkel sekali. Sedangkan Anin cuma bisa menatap wajah Sang Sahabat dengan raut muka prihatin. Betapa tidak.. Anin tahu persis bagaimana hubungan Hidayah Dan Ridho.

"Aku gak nyangka... ". Anin bergumam.

"Apalagi aku, Nin... ". Hidayah menimpali. Wajah manisnya sarat emosi.

"Lelaki bajingan itu... Ah... Bangsat...!! ".

"Sudah... Paling tidak, kamu tahu bagaimana aslinya dia... ". Anin mencoba menghibur.

"Iya sih... Untung belum kadung jadi suami... Hiii... ". Hidayah bergidik. Hatinya hancur, tapi masih terselip rasa syukur karena belum terlambat bagi nya untuk menyadari kalau lelaki bernama Ridho itu bukanlah lelaki baik baik.

Hidayah Sedih, itu pasti. Tapi menangis...?. Tidak. Baginya, tidak ada lagi air mata untuk cinta. Wanita itu sudah kebal dengan rasa sakit. Dari usia belasan sampai sekarang berusia kelewat matang, sudah tak terhitung berapa kali Hidayah Patah hati. Jadi hal ini sudah biasa baginya. Wis Ora Nggumun... Istilah jawanya.

Tapi Hidayah bukan orang Jawa. Wanita itu berdarah campuran. Ayah Padang Ibu asli Lampung. Kedua orang tuanya dan dua adiknya yang berdomisili di Padang meninggal waktu peristiwa Tsunami besar belasan tahun yang lalu. Sedangkan Hidayah menjadi satu satunya yang selamat dari semua keluarganya karena saat itu Dia sedang bersekolah di Lampung. Ikut bibi dari pihak ibu.

Karena itu pulalah, bagi Hidayah, sakit ditinggal kekasih itu biasa. Tidak seberapa, karena dia pernah mengalami yang jauh lebih sakit dan perih.. Yaitu ditinggal begitu saja oleh kedua orang tua dan adik adiknya.

Pengalaman pahit telah berhasil menempa mental Hidayah. Dan saat ini, gadis yang sudah bisa disebut Perawan Tua itu masih bisa tersenyum. Dan tentu saja itu membuat lega hati Anin.

"Sepertinya, kita butuh liburan, bestie... ". Anin berkata pelan sembari menatap wajah Hidayah, kemudian tangan kanannya bergerak menepuk bahu Sang Sahabat karib.

"Boleh juga tuh... Kemana yah...? ". Wajah Hidayah langsung cerah, membuat Anin tertawa kecil dan menggelengkan kepala.

"Aku salut padamu.. ". Katanya kemudian mengacungkan jempol.

"Kau gadis kuat.. ". Sambungnya.

"Gadis tua harus kuat. Malu sama ABG.. ". Balas Hidayah yang kemudian disambut tawa bergelak dari Anin.

"Mandi dulu.. Nanti kita bicarakan lagi rencana liburannya... ".

"Siipp.. ".


______________


"Kamu sehat Nduk...? ".

"Alhamdulillah, Bu... Anin sehat kok.. Oh ya.. Gimana kabar bapak...? ".

"Bapakmu sehat... ". Bu Utari menjawab singkat. Lidahnya kelu karena saking gembira mendengar suara Sang Putri yang sudah lama tidak bertemu muka. Air mata wanita tua itu bercucuran membasahi pipi yang sudah kempot dan keriput.

"Kowe kapan bali, Nduk... ". Bu Utari masih menangis haru, membuat Anin di seberang sana ikut bercucuran Air mata. Hal inilah yang membuat Anin agak sungkan menelpon orang tuanya. Karena yang ada bukanlah obrolan panjang saling bercerita kabar masing masing, tapi malah bertangis tangisan sampai bosan. Dan biasanya, setelah itu Anin akan merasa sedih, dan malas untuk berangkat kerja esok hari.

Sebenarnya bukan Anin tak mau pulang. Tapi peristiwa itu, peristiwa masa lalu itu masih sering menghantui nya. Meski Anin berusaha melupakan dengan cara menerima lamaran Mas Dito, tapi rasa bersalah pada Sang Adik tidak terhapus begitu saja.

Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Anin. Toh waktu itu Asty Sang Adik tidak mau jujur kepadanya, sehingga Pesona yang ditebarkan oleh Deni berhasil menjerat hati Anin.

Seandainya saja waktu itu Asty jujur bahwa antara dia dan Deni ada hubungan, tentu saja Anin tidak akan terperangkap rasa cinta kepada lelaki itu. Setidaknya demi kebahagiaan Sang Adik, Anin pasti akan membunuh bibit bibit rasa suka itu sebelum berkembang menjadi cinta. Tapi semua telah terlambat ketika Anin mengetahui fakta sebenarnya.

Disaat rasa cinta membuncah, ketika harapan indah membumbung tinggi, tiba tiba lelaki tampan baik hati bernama Deni datang ke rumah melamar Asty, Sang Adik. Bukan melamarnya. Hati siapa yang tak hancur.. Rasa kesal, jengkel dan marah berkumpul menjadi satu. Membuat Anin akhirnya memutuskan pergi dengan sejuta lara di hati.

Dia benci Asty yang yang tak pernah memberitahu nya, dia juga benci Deni yang sebelum itu seperti memberi harapan padanya, meskipun akhirnya Anin mencoba maklum, mungkin bukan maksud Deni memberi harapan palsu, tapi dialah yang salah menilai kebaikan Deni kepadanya.

Tapi kehancuran hati tak dapat di sembunyikan. Dan demi kebahagiaan Asty, akhirnya Anin memilih pergi.. Setidaknya, baginya itu jalan terbaik.



Bersambung..
 
Terakhir diubah:

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd