Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE CITY'S RHAPSODY (racebannon)

Makasih updatenya
ternyata cerita amel yang dia berikan ke Amyra ternyata cerita fiksi dia sendiri ya hahaha
pas udh kejadian malah akward hahahhaha
ditunggu kelanjutannya
 
Fantasi manusia akan hasrat birahi seksual memang macam-macam. Salut buat ente master yang bisa menulis fantasi para member forum ini. Jujur, ane sih kangen baca apdetan ente yg senin rabu jumat kayak dulu. Biar sedikit tapi rutin. Ngarep gila. Wkwkwkwk. Sukses terus di RL, dan sehat selalu. Have a nice weekend 4 yaall.
 
JAKARTA CITY RHAPSODY
RHAPSODY IN THE CLUB – PART 3

------------------------------

21134110.jpg

“Ah!”

Duh. Sial. Kepala gue berat banget. Mulut rasanya gak enak banget. Mata gue rasanya luar biasa lengket.

Tunggu…. Dimana ini?

Kepala gue sekarang muter. Gue ada dimana? Fuck, gue ada di kamar hotel. Oke, suara apa itu? Kenapa gue udah pake baju lengkap? Jam berapa sekarang? Kenapa rasanya gue mual-mual gini?

“Mmnnn…”
“Udah bangun dia”
“Pagi Amel…”
“Mnnhh.. Mnn… Ah…”

Shit. Gue gak siap. Gue gak siap untuk bangun hari ini.

Pemandangannya bikin gue shock. Reggie duduk di sofa, Tamara di atasnya, bersandar ke badan Reggie. Seorang cowok lagi ngegagahin Tamara, dan seorang cowok sedang diblow-job oleh Tamara.

Gue diem. Gue takut. Gue gemeteran. Fuck. Gue diapain lagi abis ini? Alfa udah berpakaian lengkap, dan dia gandeng tangan gue. Dia senyum ke arah gue, dan mencoba sedikit menenangkan gue, sekaligus memberi kesan bahwa adegan gila yang gue liat pas gue buka mata itu adalah adegan “wajar”

“Jangan lupa tas lo”
“Eh iya…” gue gelagapan gila. Gue ga ngerti ini ada apa. Gue takut gue diserbu dan mendadak having sex rame-rame lagi kayak semalem. Gue celingukan sebentar, mencoba untuk gak ngeliatin adegan seks di atas.

Nah, itu dia tas gue, yang buru-buru gue ambil dan mencoba menyingkir cepet-cepet dari kamar laknat ini.

“Bye Amel… Kalo mau ikutan lagi kabarin ya” ledek salah seorang lelaki disana, pas gue mencoba untuk pergi, angkat kaki dari sini.

“Kalo lo ga mau nyapa balik, diem aja” bisik Alfa, sambil mendadak ngegandeng gue yang gelagapan megangin tas gue. Siapa yang makein gue baju?

Mendadak gue inget semalem. Gue pingsan di kamar mandi, setelah liat hal yang ekstrim banget itu. Apa itu namanya? Golden Shower? Gue pernah becanda sama Amyra, kalo dia dipipisin sama Dipta gimana. Muka Amyra jijik dan dia ngelempar gue pake bantal. Dan semalem, gue liat Tamara, seorang selebgram yang terkenal banget, dipipisin sama tiga cowok sekaligus.

This is insane.

Gue berusaha jalan dengan langkah yang gak bener ke arah pintu keluar, bareng sama Alfa. Keliatannya dia pengen nganter gue keluar. Ada suara-suara perpisahan datang dari arah Tamara dan cowok-cowok gila itu, dan gue berusaha gak ngedengerin. Gue masih takut.

Dan sejujurnya, gue takut juga sama Alfa.

Alfa gak megangin tangan gue, dan ga berusaha nyentuh gue. Gue masih ngerasa gak aman, dan bener-bener gak nyaman.

“Sorry ya, suasananya semalem bikin jadi kayak gitu” lanjut Alfa.
“Nn…” gue ga bisa jawab apa-apa.
“Mungkin kalo mereka ga cepet-cepet naik, kejadiannya bakal beda” alfa mencet tombol lift, dan gue masih diem.

Beda gimana, kalo gue jadi pacaran sama dia dan hangout sama orang-orang tadi, bukan ga mungkin gue bakal digangbang lagi sama mereka. Bahkan mungkin bisa jadi gak cuman sekali kayak gini. Ngeri. Gue meringis pas nginget Tamara. Gila, mual banget rasanya. Dan semuanya ekstrim. Gue gak bisa. Dan Alfa ga punya hak ngomong kayak gitu.

Semalem dia ikut dalam orgy itu. Dia gak cuman having sex sama gue dan dia bahkan ngebiarin gue dikeroyok cowok-cowok itu.

“Ting!”

Gue langsung masuk tanpa ngomong apa-apa. Jijik rasanya. Pintu lift nutup dan Alfa gak ngomong apa-apa lagi. Ya, dia gak perlu ngomong apa-apa lagi.

Mudah-mudahan ini kali terakhir gue ketemu dia.

Gila, gue gak mau lagi kayak gini seumur-umur. Dan sekarang gue Cuma bisa narik nafas lega sementara, sambil nunggu dan ngeliat nomer lantai di lift yang lagi turun ini, sambil meratapi nasib, dan satu nama langsung muncul di kepala gue.

Amyra. Shit, dia biasanya selalu ada kalau gue lagi kenapa-napa. Dengan sedikit buru-buru gue langsung ambil handphone gue di tas, dan gue langsung nelpon anak itu. Entah apa pendapatnya kalau dia tau kejadian semalem.

Well, mari berharap dia cepet-cepet ngangkat telponnya.

------------------------------

messy-10.jpg

“Gila”

Dipta geleng-geleng kepala sambil duduk di kursi kerja di kamar Amel. Amel meringkuk di kasur, di dalam selimut tebal. Asbak sudah penuh dengan puntung rokok bekas Amel dari kemarin. Bau rokok tercium sangat kental di kamar kosan ini.

Amyra meringis, dia duduk di kasur, di sebelah Amel. Dia tidak bisa membayangkan adegan semalam yang baru saja diceritakan Amel.

“Sekarang gue takut Myr…”
“Takut karena?”

“Mereka punya foto gue”
“Aduh…. Gimana dong….”
“Kalo foto itu nyebar, ancur gue, gue ga peduli sama yang lain, tapi muka gue mau ditaro dimana…”

Amel memeluk guling dengan sangat erat. Dia masih pusing karena konsumsi alkohol semalam, dan dia menyesal melakukannya.

“Kayaknya kalo kesebar itu kemungkinan kecil..” sambung Dipta.
“Apa lo bilang?” sentak Amel mendadak, sambil membetulkan posisi dia bersandar di kasur. Dia kesal, tapi tidak bisa banyak berargumen.

“Dipta.. Kok kamu ngomong gitu….” Amyra mendelik ringan, walau dia tidak terlalu bisa mengumbar kekesalannya pada Dipta. Semua hal yang tidak logis dimata Dipta akan dilibas olehnya, tentunya.

“Cewek itu selebgram, jutaan followernya. Udah gitu pelakunya banyak, mau disimpen dimana muka mereka semua kalau ada footage nyebar?”

“Tapi…”
“Tapi kenapa?”
“Tapi kalo sampe kesebar?”
“Coba dipikir dulu aja deh..” sambung Dipta. “Dan hal semalem kan bisa kejadian gara-gara elo juga”

“Dip…”
“Yang udah lo ceritain tadi Mel, coba ceritain ulang di kepala lo”
“Eh…”
“Lo masih bisa keluar pas mereka udah mulai masuk dan buka-buka baju”
“Gue…”

“Tapi lo diem aja, dan lo sebenernya bisa banget nolak, mereka gue rasa bukan rapist” Dipta duduk dengan tenang, sambil menatap ke arah Amel dengan tajam. Amyra melihat ke arah Amel juga, tanpa mampu berkata-kata sedikitpun.

“Just sleep it of, Mel” lanjut Dipta. “Ini bukan salah siapa-siapa, you should’ve been more careful”
“Tapi…”

“Istirahat, makan, Amyra biar nemenin lo dulu disini….. Kalau mau khawatir boleh, tapi mikir dulu. Setidaknya terukur, biar gak jadi parno” kalimat Dipta terdengar dingin, tapi dia sebenarnya sangat-sangat masuk akal.

Amyra dan Amel berpandang-pandangan. Mereka berdua menelan ludah mereka sendiri.

“Amyra”
“Eh, ya?”
“Aku pulang ke kontrakanku…. Kamu nemenin Amel disini dulu gapapa”
“Eh… Iya”

“Bye” Dipta berdiri dan berlalu. Meninggalkan Amyra dan Amel yang mematung, memaksa Amel berpikir dan merasakan kejadian semalam secara lebih komprehensif lagi.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

itemed11.jpg

3 Tahun.

Tiga tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Yang dikhawatirkan oleh Amel tidak pernah terjadi. Tidak pernah ada video atau foto aneh yang terkait dengan Tamara atau siapapun yang terlibat pada saat itu.

Tapi Amel tidak pernah melupakan kejadian itu, dengan cara tidak mengulang kebiasaan-kebiasaannya lagi. Dia berusaha menghindari tempat-tempat yang bisa membuatnya menjurus pada kesalahan yang sama. Tidak pernah pergi sendiri ke tempat-tempat yang rawan, dan berusaha untuk lebih santai dan jaga jarak pada lelaki.

Lelaki adalah kelemahan Amel.

Dan dia sekarang sudah merubahnya 180 derajat.

Dan pria yang ada di depannya adalah suaminya. Amel sudah tidak ingin lagi berganti-ganti pasangan semenjak kejadian itu. dia mengubur memori itu dalam-dalam.

Baru dua bulan Amel menikah, dan semuanya terasa berbeda. Tidak ada lagi drama-drama karena seks semalam, tidak ada lagi hal-hal bodoh karena berpindah dari satu cowok ke cowok lain. Setelah kejadian mencengangkan itu, Amel memilih untuk lebih fokus ke pekerjaan, menghindari kehidupan malam, dan malah menghindari aplikasi kencan.

Sekarang, Amel telah menikah.

Lelaki yang menikahinya adalah temannya di kantornya yang baru. Ya, walaupun sudah tidak berpindah-pindah cowok, Amel masih suka berpindah-pindah kantor.

“Udah yuk”
“Oke, udah kamu bayar kan?”
“Udah”

Amel dan suaminya beranjak dari tempat duduk mereka di restoran itu. Restoran / Lounge / Event Space yang suka jadi tempat manggung Hantaman di Jakarta Selatan itu. Mereka sudah membayar makanan mereka, dan mereka beranjak berjalan ke arah parkiran.

“Eh cewek itu kayak kenal” bisik suaminya Amel sambil menggandeng dirinya.
“Yang mana?”
“Tuh yang duduk di pojokan, sama cowok”
“Ah…”

Jantung Amel berhenti mendadak.

Tamara. Tamara tampak asyik mengobrol dengan seorang lelaki yang tidak Amel kenali. Amel berusaha untuk biasa saja, walau dia membuang mukanya, agar Tamara tak menyadari keberadaannya.

“Selebgram itu kan” sambung Amel, sambil berusaha untuk berjalan terus menjauh.
“Iya. Cakepan aslinya daripada di IG” balas sang suami.
“Ho oh”
“Kenapa kamu?”
“Gapapa”
“Kamu marah aku bilang dia cantik?” Suaminya tampak khawatir, karena dia takut melukai perasaan Amel.

“Engga, biasa aja kok hahaha” Amel berjalan agak cepat, berusaha agar dia dan suaminya cepat pergi dari tempat itu.

Suaminya hanya menggelengkan kepala dan mereka berdua pun berjalan ke arah mobil mereka dari tempat itu. What a long silent walk, tapi mereka pada akhirnya bisa sampai ke tempat dimana mobil mereka berada. Amel menarik nafas lega dan dia segera beranjak masuk ke dalam mobil.

“Mau mampir kemana gak?” tanya suaminya, yang masih curiga. Dia berharap mudah-mudahan Amel tak merasa dirinya genit.
“Gak, langsung pulang aja yuk, aku udah ngantuk” senyum Amel. Agak pura-pura, mungkin supaya suaminya tak curiga akan perubahan suasana hatinya.

“Oke”

Sang suami menyalakan mesin mobil, dan mereka mulai meluncur, menuju malam. Sambil membunuh bosan, Amel memainkan handphonenya, dan dia membuka sosial medianya. Amel lantas menelan ludahnya. Raut mukanya berubah.

Ada pesan di instagram masuk, dari Tamara. Amel lupa, bertahun-tahun yang lalu, seharusnya dia memblok orang-orang itu. Amel meringis kecil sembari membuka pesan itu.

“Miss me? This is a little souvenir from that night” begitu isu pesannya. Dan foto yang masuk mengagetkan Amel. Foto dirinya dicium oleh Tamara, dan mereka berdua berlumur sperma, dimana banyak lelaki mengelilingi mereka.

Amel langsung mematikan handphonenya, dan berharap tidak pernah bertemu Tamara lagi. Dia ingin mengubur memori itu dalam-dalam. Oh Tuhan, untuk aku sudah merubah jalanku sekarang, pikirnya. Amel memasukkan handphonennya ke tas dan dia mencoba memperhatikan jalan. Dia beruntung. Dia beruntung hal itu tidak menjebak dirinya.

Dan sekarang, dia mencoba untuk memikirkan masa kini dan masa depan saja. Masa lalu yang mengerikan itu, biarlah jadi pengalaman yang menjadi pelajaran bagi dirinya.

Let’s move forward, and leave that painful memories behind.

------------------------------

TAMAT
 
Bimabet
Kudu banyak belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang lain. Mantap, masters. Lanjutkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd