Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Part 12

Update lagi teman2, maaf kelamaan, lagi sibuk akhir2 ini (alasan lagi:ha:)



-----Part 13: Buried



"Ris...ris.?? RIS!!!"

Aku tersentak bangun. Dimana ini? aku melihat sekitar. Ini di lapangan basket di perumahan. Aku sedang duduk di bangku permanen di pinggir lapangan. Di sebelahku Rika. Dia yang membangunkanku.

"Kamu kenapa ris? kok kayaknya linglung gitu"
"Sejak kapan aku disini ka?"
"Loh kamu sakit? kan kamu yang ngajak kita jalan jalan. Sampe di lapangan kok tiba tiba kamu duduk disini. Kukira kamu capek atau pingin nongkrong aja"

Rika menempelkan punggung tangannya ke dahiku. Aku melihat jam tangan Rika. Jam 4 sore. Hari minggu.

Hari minggu? Seingatku aku ke rumah Bu Leli hari sabtu siang. Aku tak ingat sama sekali kejadian setelah dari Bu Leli.

"Kalo kupikir pikir kemarin aneh juga kamu ris. Kemarin kamu bilang mau cari tahu Om David dimana, ga taunya tengah malam kamu balik sama Om David, kutanyain darimana kamu jawabnya cuma nongkrong aja di pos sama Pak RT"

Oke fix. Aku bener bener dikontrol Bu Leli sampe barusan tadi. Aku masih pusing mencoba mengingat apa yang telah kulakukan.

"Ka, kamu ada sempat ketemu sama Bu Leli kemarin atau hari ini?"
"Oh ketemu ris, tadi siang, dia cuma pesen untuk kamu telpon dia kalo uda clear"

Clear? Oh jadi aku tersadar ini dia sudah ekspetasi. Tapi kenapa dia menunggu aku untuk sadar? Kalau memang dia powerful, harusnya dia bisa sadarkan aku kapanpun? Atau mungkin, dia menunggu akan suatu waktu atau kondisi?

"Emang berapa nomor hapenya?"
"Ga tau ris? Oh.. katanya dia uda pernah ngasi nomor telponnya ke kamu, coba cek hapemu deh. Belom tua kok udah pikun"
Aku mencari hapeku, ada di kantong kiri. Ada 2 sms baru yang sudah ter-skip ditampilan awal, namun belum dibuka di inbox. Rupanya dari Tante Nung, pesan itu dikirim kemarin, jam 6 sore.

[Dimana kamu ris?]
-
[Uda ketemu Om?]

Aku buka daftar kontak, mencari nama Bu Leli. Ternyata memang ada. Bentar, ini terlalu aneh. Aku tak pernah bertukar kontak dengan Bu Leli, sudah pasti kontak ini dia yang masukkan, itu artinya dia sudah mempersiapkan supaya aku menelponnya. Bisa jadi ketika aku telpon Bu Leli aku bakal nge hang lagi kayak kemarin. Ku sms dulu saja, sekalian to the point.

[Oh ternyata Bu Leli jago juga yah pelet orang] - Send.

"Rika, kamu tadi siang sempet ngerasa blur gak? Seperti di sekitar jadi burem gitu, trus kamu merasa linglung"

Aku harus memastikan Rika tidak kena serangan Bu Leli juga.

"Hmmm.. enggak tuh. Emang kenapa? kamu kayak gitu tah? Kurang darah kali itu ris-"

Drrriiinngggggg

Ada telpon masuk di hapeku, Bu Leli. Aku reject. Aku kirim sms ke dia lagi,

[Anda pikir saya bakal terjerumus ke lubang yg sama?] - send.

"Kalo kemarin ka?"

"Eh kalo semalam iya ris! Bukan burem sih, kan aku nungguin kamu ga pulang pulang, itu masih seger sambil maen hape di depan tv. Trus kamu pulang, aku bukain pintu, tiba tiba aku ngerasa ngantuk berat ris. Yaudah aku langsung tidur aja. Padahal masih seger sebelumnya"

Zzztt zzzttt

Ada satu pesan dari Bu Leli.

[Kamu pikir aku butuh telpon kamu supaya kena lagi? Kapanpun aku mau, aku bisa aja ngelakuin ini ke kamu. Mau bukti?]

Bukti? Emang gimana dia bisa buktikan?

"Aaakkhh...!!"

Tiba tiba Rika di sebelahku mengerang. Pandangan matanya kosong. Rika berdiri, melepas jaket tipisnya, diikuti kaosnya, dan celananya. BH dan CDnya dilepas juga. Bajunya berserakan di tanah.
Tak ada siapa siapa di lapangan basket saat ini, tapi cukup gila juga Rika mau telanjang disini. Rika duduk kembali di sebelahku, mulai menggesek gesek kemaluannya dan meremas dadanya sendiri. Dengan instan aku tahu kalo ini kerjaan Bu Leli.

Aku memutuskan untuk menelponnya.

Tuuutt....Tuuutttt.... Ting

"Sekarang kamu percaya?"
Bu Leli langsung bicara to the point.
"Hentikan Bu Leli, suruh dia pakai baju lagi"
Aku rubah hapeku ke mode loudspeaker, kutaruh di bangku. Kemudian aku mengambil baju baju yang berserakan di depan Rika.
"Apa urusanku? Biar aja dia begitu! Aku cuma pingin ngobrol sama kamu"

Faakk dia sadar di posisi yang lebih tinggi.

"Oke apa maumu Bu Leli?"
Tiba tiba Rika bergetar, mata Rika menjadi putih, jari tangannya menembus dalam dalam vaginanya. Rika orgasme.

"Aku ingin kamu tak usah mencampuri urusanku. Jangan pernah datang ke rumahku. Si David cuma sapi perahku, kalo aku merasa cukup, dia boleh balik lagi ke istri jalangnya"

Buset, macam sinetron aja pake istilah istri jalang. Hmm, kurasa hal pertama yang kulakukan adalah negosiasi.

"Kalo aku melanggar?"
Aku melihat Rika masih tetap melanjutkan masturbasi, dengan pandangan kosongnya. Bangku besi itu basah, sebagian menetes ke tanah.

"Semua orang yang pernah ada di rumah itu bakal gantung diri, bisa barengan, bisa sendiri sendiri tanpa ada orang tahu"

Ini sih lebih mirip ultimatum.

Wait, kenapa dia harus susah susah untuk membuat skenario seperti ini?

"Kalo aku lebih tertarik untuk belajar darimu Bu Leli? Aku juga mau untuk bisa pelet orang"

"HAHAHAHA kamu pikir aku bodoh ?!? Aku juga tahu kamu punya ilmu tertentu, jin ku yang ngasi tau"

Ilmu? Ya, mungkin orang lain bilang ini sebuah ilmu, macam ajian atau apa itu namanya. Tapi yang seperti itu biasanya butuh ritual segala macem, Seingatku aku tidak pernah melakukan hal hal yang berbau mistis semacam itu.

Oke, sekarang aku di posisi yang kalah, tidak hanya Bu Leli yang punya ilmu super yang bisa menghipnotis seseorang dengan instan, namun dia bisa berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata! Ini artinya 2 lawan 1, bisa jadi lebih banyak.

Sial, semua strategiku untuk menyelesaikan permasalahan ini jadi pupus. Diam diam menyelinap ke rumahnya juga bakal ketahuan, lha wong ada yang jaga di luar.

Bentar, ketahuan? Dulu waktu pertama kali aku ke rumahnya, aku bisa aja menyelinap tanpa ketahuan. Kok bisa lolos?

"Halo? Ris? kamu masih disana?"
"Eh.... Halo.... iya masih.. masih.. Bu Leli sih, pake acara nelanjangin Rika, kan sambil masangin baju ke dia ini. Trus gimana gimana? aku bisa belajar dari Bu Leli?"

"....."

Tuuutt tuuuutt tuutt

"Ris?? kok aku topless? kamu ngapain kok pegang pegang bajuku?"
Rika tersadar. Sial, pas banget aku lagi pegang BHnya.

"Entahlah? Kamu sendiri yang ngelepas, ini aku coba pasangin lagi"
Aku menyodorkan kembali BHnya. Rika melihat kondisi terakhir tubuhnya, kemudian berpikir.
"Ga ngaku lagi, kalo pengen, bilang aja, aku juga pengen, lagi basah banget ini. yuk?

Rika memakai kaosnya, diikuti jaket tipisnya.
"Pulang aja yuk, besok aku kuliah pagi"

"idiih nih cowok, ada cewek jelas jelas nawarin ngewe kok malah pingin pulang. Loh apa ini kok basah sampe ke bangku, sampe netes?? Kamu abis ngapain aku tadi ris??? Hei tungguuu"

Aku beranjak pergi dari bangku itu tanpa menjawab Rika yang masih sibuk memakai baju lagi. Kemudian Rika berlari menyahut lenganku dan memelukku erat.
"Kamu kok serius banget sih? lagi mikir apa sih? Tadi itu aku ketiduran kah? Trus kamu sewot karena aku tinggal tidur gituu? Duuuhh soriii, senyum dikit doong"

Aku masih mencari cara supaya bisa mendekati Bu Leli, harusnya ada sesuatu yang janggal, tapi aku tak tahu apa itu. Sebuah kelemahan dibalik demonstrasi kemampuan Bu Leli tadi.

"Rika, setelah sampai rumah kamu masuk kamar yah, kunci kamarnya. tutup korden jendela, matikan lampu. silent hapemu. Sepertinya ada orang jahat mau datang"
"Loh kok gitu? Orang jahat siapa ris?"
Rika mengambil hape di sakunya untuk di silent.
"Udah ikuti aja, jangan banyak tanya. Oh ya, kita perlu pake sandi sebelum membuka pintu kamar. Kamu atau aku tanyakan dulu kemarin sore kita ketemu dimana, kamu tau kan jawabannya?"
"I-iya tau ris. Kok jadi serius gini sih?"

Aku telah sampai di rumah Tante Nung, rumah itu sepi. Aku melihat sekitar. Firasatku buruk.

"Rika, langsung lari ke kamar, tutup perlahan, kunci. sekarang."

Rika mengangguk, segera berlari ke kamar, kemudian aku memastikan kamar itu terkunci.
Aku menuju dapur, mengambil pisau kecil untuk kusimpan di saku.

Aku berbalik menuju kamar utama, kamar Tante Nung. Kuketok perlahan.

"Tante? Tante di dalam?"

cklek
Pintu itu dibuka dari dalam.

Om David.
Dia tersenyum aneh.

"Oi Haris! sudah pulang? sini masuk, Om sudah selesaikan satu solusi keluarga kita. Lihat lihat!"

Aku memasuki kamar, posisiku sambil melihat sekitar, pandanganku tak lepas dari Om David. Aku menoleh ke kasur.

What.
The.
Fuck?!?!

Di atas kasur ada Tante Nung, telanjang, terlentang, kedua tangan dan kakinya terikat di tiap ujung kasur, mulutnya diikat kain syal, memaksa mulutnya menganga tanpa bisa menutup. Di atas Tante Nung ada Eko, telanjang juga, sedang menyetubuhi mamanya sendiri.

"Ya ya ya, Tantemu dari kemarin kemarin komplain Om terlalu kasar, jadinya g bisa nikmatin seks. Tapi kalo Eko yang ngeseks jadinya ga kasar kan? Kalo Om pergi Eko juga bisa gantiin. Solusi yang brilian!"

Aku mendekati Tante Nung, dia melihatku. air matanya mengucur deras. Liurnya merembes di kain yang diikat di mulutnya. Rambutnya acak acakan.

"Rrriiih.. Lholoongg.. rriiihh..." (Riss.. Toloong... risss...)

Aku menempelkan telunjukku di bibir berjarak milik Tante Nung. Dia mengangguk sambil susah payah menarik ingusnya.
"Heh, karena dia teriak teriak jadinya kuikat mulutnya"

Om David juga melihat gerak gerikku. Aku tak bisa gegabah. Aku melihat Eko yang konstan mempenetrasi vagina mamanya, matanya melirik keatas. Rupanya Eko tak punya kesadaran. Dia seakan menggumam sesuatu. aku mendekatkan telingaku ke mulutnya,

"Mama.. enak mama.. enak ngeseks sama mama... enak mama..."

Anjir. faktap banget. Anak baik baik kok disulap jadi anak yang doyan sama mamanya sendiri.

Aku bisa menebak, Bu Leli pun sedang memonitor kondisi yang ada di kamar ini sekarang.
Aku mendekati Om David.

"Gimana, kamu mau juga? mantap loh tempik tantemu, atau mau anal dia? suka suka kau kalo kau mau"

"Bukannya kita belum selesai bernegoisasi? kenapa malah merusak keluarga ini?"

Om David terdiam, bola matanya keatas, lalu kembali lagi menatapku.

"Oh jadi sekarang kamu mau serius hah?"
Gaya bicara Om David berubah. Aku yakin sekarang sedang bicara dengan Bu Leli.
"Bukannya Bu Leli cuma ingin Om David aja, trus ga bakal utak atik keluarga ini?"

"Hahahahaha kamu pikir aku bodoh? Aku juga tau sedikit banyak keluarga ini bakal hancur. cuma masalah waktu saja. Kenapa tidak sekalian jadi budakku saja? Makan tidur pasti terjamin, mereka akan jadi anjingku. kesadaran mereka pelan pelan akan hilang seutuhnya"

"Apa Pak RT dan keluarganya bakal bernasib seperti itu juga?"
"Bukan bakal, tapi sudah jadi. Om kamu memang agak terlambat, aku harus nunggu dia pulang dulu baru bisa kulancarkan aksi"

"Oke kalo begitu negosiasi kita batal. cepat atau lambat aku akan mengincarmu. Peduli amat dengan keluarga ini. Nothing to lose"
Om David terbelalak, terdiam. Rupanya gertak sambalku berhasil.

"Kalau begitu aku akan menyerang pacarmu"
"pacarku?"
"Jangan pura-pura ******! bukannya tadi di taman dia sudah kelojotan? dia juga sudah kena tolol"

Oh Bu Leli menganggap Rika itu pacarku. itu sebuah celah. Artinya Bu Leli tidak tahu situasi yang sebenarnya, dia tidak bisa membaca pikiran. Dia juga terbatas dalam melihat kondisi di sekitarnya, keberadaan jin yang sempat dia klaim tidak sepenuhnya membantu. Dalam kata lain dia cuma bisa satu atau dua jenis kekuatan saja. Dia bukan dukun atau semacamnya.

"Sadar juga kamu, posisimu lebih rendah dariku! Sekarang kamu pergi jauh jauh dari sini! Bawa pacarmu itu, sebagai tanda kalau sewaktu waktu aku bisa menghancurkanmu!"

Aku tak punya pilihan selain menentangnya langsung.
"Ga bisa, aku akan tetap menyerangmu"
Om David terdiam. Kemudian meringis.

"Kalo begitu kamu yang akan kuserang duluan ris-”
"HARIS AWAS DIBELAKANGMU!!!"

Duggghhh.
Eko tiba tiba menyerangku namun meleset karena aku menunduk, dia meninju tembok. Sial aku tak bisa pakai pisau untuk melawannya.

Aku melihat di luar pintu, Rika ternyata ada disitu, dia yang meneriakiku tadi. Dengan penis yang masih mengacung, Eko mencoba menyerangku lagi. Satu pukulan melayang, namun tak bisa mendarat di mukaku. Aku sekilas melihat Om David, dia hendak menyerang Rika.

"Rika lari! jangan disitu!"

Rika terlambat, Om David menangkapnya, kemudian di tamparnya. Aku ingin menolongnya namun tinju demi tinju harus kutahan, aku tak ada celah. Aku ingat Eko pernah ikut kursus karate. Pantas saja pukulannya begitu terasa. Walaupun tanpa teknik, segi fisik aja aku sudah kalah.

"He he he cantik juga"

Aku mendengar suara Om David yang menindih Rika, dia mau menyetubuhi anaknya sendiri!! Rika berusaha meronta, namun apa daya papanya lebih kuat. Sial, aku harus apa? Bangsat si Eko juga tak henti hentinya meninjuku.

Terpaksa kudorong sekuat tenaga ke arah Om David.

Gubraakk!!

Berhasil!
Om David terlepas dari Rika.

2 Lelaki itu terdiam, kemudian melihatku bersamaan.

Uh Oh. Gawat.
Mereka berdua berlari, kemudian menghujamiku pukulan dan tendangan.

Shit, sakit juga walaupun bertahan. At least Rika berhasil lolos.

Praakk. satu vas bunga dari luar kamar mendarat di kepala Om David, dihantam oleh Rika. Namun Om David tak goyah, dia menoleh ke arah Rika.

Sial, kenapa kamu malah balik Rika??

"Rika, lari!! sekarang!!"

Rika terlanjur gemetar ketakutan. Aku tak bisa apa apa. Om David berhenti memukul, berbalik mendekati Rika, memegang kedua bahu Rika. Mereka saling tatap mata. Kemudian Rika berhenti, tanpa ekspresi.

Faaakkk dia kena pengaruh juga!

Bugghh!!

Tanpa kusadari satu pukulan Eko berhasil mendarat di perutku, akibat terlalu fokus ke Rika. Aku menunduk kesakitan, kemudian satu sikutan tajam menuju belakang leherku.

Bletakk!!

Aku lemas seketika, pingsan.



***



Aku terbangun, rasa sakit di perut dan leher masih menjalar. Posisiku tergeletak menyamping, kedua tangan dan kakiku terikat jadi satu di belakang.

Aku ada di ruang TV........ di rumah Bu Leli? Ya, aku mengenal sofa yang kemarin kulihat terus-terusan sambil mengocok tiada henti.

Oke bisa jadi ini kesempatan untukku. Sekali aku bertemu Bu Leli, akan langsung ku influence. Aku ingin mengecek sekitar dulu. Susah payah kuputar badanku, aku terdiam lagi. kini tampak pemandangan yang tak pernah kubayangkan.

Pak RT, Om David, Tante Nung, Rika, Eko, dan seorang wanita yang aku tak kenal, mungkin dia istri Pak RT. Mereka semua telanjang, duduk bersimpuh sebaris. Pandangan mata mereka kosong.

Eko melihatku, paham kalo aku sudah sadar. Dia berdiri dan berjalan ke arahku.

Bugh Bagh Bugh.

2 tinju mendarat di muka dan 1 tendangan di perut. Shit sakit banget. Terasa asam di mulut, ternyata ini toh rasanya darah.

"Tenang aja, bentar lagi kamu uda ga ngerasakan sakit lagi. Orang orang disini akan menguburmu hidup hidup!”

“Ha
hahahahahahahahahaha

Semua orang disitu tertawa bebarengan. Eko kembali duduk di posisi awalnya. Fakta kalo aku tidak ikut berbaris disitu merupakan bukti kalo Bu Leli tidak bisa mengontrolku.

Well, aku cuma bisa tau sebatas itu. Sial, Mimpi apa aku semalam, sampai kejadian hal seperti ini. Tunggu bentar, aku menyimpan pisau di saku! Paling tidak aku bisa kabur sebelum dikubur hidup hidup. Aku mencoba meraba sakuku, ternyata masih ada! Kupaksakan tanganku mengeluarkan pisau kecil itu. Cukup susah kalo tangan diikat seperti ini.

"Dan sebagai acara pembuka, aku akan merubah orang orang ini menjadi anjing!!"

Om David tiba tiba berbicara. Sambil mengamati mereka, aku masih tetap berusaha mengambil pisau, namun kini aku melihat mereka semua tiba tiba berlutut, dan bergaya seperti anjing. Rika menjilati tubuhnya sendiri, Eko mengencingi tembok, Pak RT mengendus endus pantat Rika. Om David menjulurkan lidah sambil bernapas dari mulut.

Tak lama kemudian Eko menuju Tante Nung, mencium selangkangannya dari belakang, langsung menyetubuhinya. Pak RT mendoggy Rika. Om David pun melakukan hal yang sama ke istri Pak RT. Mereka semua sedang kawin, dengan lidah menjulur dan bernapas dari mulut.

Sambil melihat adegan aneh itu, aku berhasil mendapatkan pisau, kini aku mencoba memotong ikatan tanganku. Tak semudah seperti di Film. Sudah setengah jam lebih, Aktivitas mereka tak kunjung usai, sepertinya Bu Leli telah mematikan fungsi orgasme mereka seperti aku kemarin. Mereka akan terus kawin sampai pingsan.

Tass!! Akhirnya aku berhasil memotong tali di tanganku. Aku segera melepas tali di kakiku, tapi kemudian aku mendeteksi bayang bayang dari lantai. Aku menoleh ke atas, Pak RT sudah berdiri di depanku, dengan penis yang masih tegak dan basah mengkilat.

Whuut! Satu layangan pukulan hampir mengenaiku.

Gerakannya tak secepat Eko, aku masih bisa menghindar. Kubalas dengan pukulan di mukanya.

Bugh! Sekali lagi pukulan kuarahkan ke perutnya, Pak RT membungkuk, kemudian aku mengikuti teknik Eko tadi, sikutan tajam di belakang leher. Pak RT terkapar seketika.

Aku ngos ngosan. Kemudian aku menyadari, semua orang yang tadinya asyik kawin sudah berhenti, memandangku. Sedetik kemudian mereka langsung berlari mengejarku.

Faaakkk!!! aku berlari menghindar dari sekumpulan anjing-eh-massa yang mencoba menangkapku. Sial, kalo begini ceritanya aku bisa kena lagi sebelum bisa ketemu Bu Leli.

"Tangkap dia!! jangan sampai lolos!!"

Loh? itu suara wanita. Bukan suara Tante Nung, Rika, atau istri Pak RT. itu suara Bu Leli! Aku celingukan mencari sumber suara itu. Itu dia!! dia di dalam kamar utama!!

“BU LELI! SUPAYA INI BERAKHIR, KAMU TURUTI SEMUA PER-”

DUAAGGHH!!

Sebuah kursi menghantamku. Kursi itu dilempar oleh Eko. Aku berjalan terhuyung. Rika memegang tangan kiriku, Tante Nung memegang tangan kananku. Om David memegang kedua kakiku. Aku terhempas di ruang tamu. Eko mendekatiku, dengan sigap dia menghantam pelipis kananku. Kesadaranku kembali memudar.

"Mampus lu!!"
Itu suara Bu Leli, suara terakhir yang kudengar sebelum aku hilang kesadaran lagi.



***



Sruuukk!!

Aku berangsur sadar, tangan dan kakiku terikat. Mukaku tersiram benda padat.

Tanah! Shit shit shit aku beneran dikubur hidup hidup!

Aku mencoba menggeliat, mengesampingkan tanah yang mengenai mukaku. Aku melihat Eko dan Om David memegang sekop untuk membuang tanah di liang kubur ini. Sial pisauku tadi sepertinya tertinggal di rumah Bu Leli.

"Eko!! bangsat lu!! sadar! woi! STOP!"
Eko tak menggubris omonganku. Tubuhku semakin berat tertahan tanah.
"Om David! Anjing!! Hentikan kalian semua! Karena Om David manusia, Hentikan ini!!"

Influence ku tak berfungsi, Ya iyalah mereka sudah sepenuhnya hilang kesadaran. mereka hanya boneka. Aku sudah tak bisa bergerak sama sekali. Kini hanya tersisa mukaku saja yang masih terbuka.

Siraman pertama mengenai mukaku, aku tak bisa membuang kesamping.
Siraman kedua sudah menutupi mulut dan hidungku, kutiup paksa untuk membuka jalur udara.
Siraman ketiga mengenai mataku, pandanganku kabur. Tapi di sela sela tanah yang mengaburkan pandanganku, aku melihat muka yang muncul.

Itu Bu Leli! Kukumpulkan sisa tenagaku, kutarik napas panjang,

"BU LELI!! KARENA BU LELI SUDAH MELAKUKAN INI SEMUA, MULAI SEKARANG BU LELI TUNDUK AKAN SEMUA PERINTAHKU!!!"

Sraakk, Siraman terakhir menutup semua mukaku. Aku sepenuhnya terkubur. Tanah di mulutku tak bisa kutiup. Aku merasa pengap.

Srrukkk.
Sial.

Sraakkk.
Inikah akhir hidupku?

Sraakkk.
Tidak! Aku masih punya sisa tenaga!

Srruukkk.
Kubuka mulutku, kupaksakan memakan tanah yang masuk di mulutku.

Glek. Ugghh pahitt rasanya. mulutku kini sudah cukup bisa bergerak,

"BAWA KELUAR GUA SEKARANG BANGSAAATTT!!!!!"
.

.


.

Kiriman tanah berhenti.

Semenit kemudian, Aku merasakan ada yang menggali tanah di atasku. Tanah di atas mukaku disingkirkan pelan pelan dengan tangan. Rupanya Bu Leli sendiri yang mengangkatku keluar dari tumpukan tanah.

"Sekarang lepas semua ikatanku"

Bu Leli melepas semua ikatan di tangan dan kakiku. Setelah bebas aku loncat ke atas, melihat sekitar. Ini di tanah kosong belakang perumahan, Langit masih gelap gulita. Hanya ada satu lampu penerangan, itu pun beberapa puluh meter dari sini. Entah jam berapa sekarang. Bu Leli menaiki lubang itu dibantu Eko dan Om David.

Aku melihat Pak RT, Tante Nung dan istri Pak RT berdiri disamping. Mereka memakai baju, tak seperti tadi di rumah Bu Leli, telanjang bulat.

"Suruh mereka pulang dan sadarkan mereka ketika sudah di rumah"
Bu Leli mengangguk dan mengambil secarik kertas di saku samping, dia membaca tulisan di kertas itu. Semenit kemudian 5 orang itu berbalik dan pergi ke arah rumah mereka masing masing.

Bentar, 5 orang?

"Rika dimana, Bu Leli?"
Bu Leli hendak memasukkan kembali kertas kecil itu, kusahut lalu kulihat isinya.

"Rika menjadi tumbal untukku supaya dapat ilmu yang lebih kuat"

Kertas itu kosong. Tak ada tulisan apa-apa. kubolak-balik, kuterawang, tak ada isinya.

"Tumbal? dimana dia sekarang? Masih hidup kan?"
Bu Leli menunjuk pepohonan di ujung.
"Seharusnya sebentar lagi dia mati"

WTF?!?

"Hentikan sekarang Bu Leli! buat dia sadar! sekarang!!"
Kuberikan kertas kecil itu ke Bu Leli, dengan harapan dia membaca sesuatu untuk menyadarkan Rika.

Aku berlari tak sabar. Setelah sampai di pepohonan aku bisa melihat Rika duduk bersimpuh dan memegang pisau diarahkan ke dirinya. Pisau itu mengkilat memantulkan cahaya lampu penerangan jalan.

Dia mengangkat tinggi tinggi pisau itu. Aku berlari secepat mungkin mencoba menyelamatkan Rika.

Rika dengan cepat menghunuskan pisau itu ke arah perutnya.

Aku sudah setengah meter darinya, aku loncat. mencoba menggapai pisau yang melesat kencang.

Di saat seperti ini gerakanku sangat lambat, berasa slow motion.

Akankah tanganku sampai sebelum pisau itu menembus perutnya?

Braaaakkk!

Loncatanku menabrak tubuh Rika, hampir bersamaan dengan gerakan tusukan pisau Rika ke perutnya sendiri. Kita berdua jatuh tersungkur.

"Uugghhh sakitt.. Loh Haris?? Kita dimana?"

Rika sudah sadar, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun karena kurangnya penerangan, dia masih tak paham ada dimana. Kemudian dia merasakan ada jejak basah, samar dia melihat dari kegelapan, basah itu berwarna merah. Merah darah. Rika mengecek tubuhnya. Darah itu bukan dari tubuhnya. Rika lalu melihatku, dia terkejut menutup mulutnya.

"Haa... risss... ituuu.... Kok..."

Rika shock melihat darah yang begitu banyak. Ya, itu darahku, Aku berhasil menghalau pisau terkena Rika, tapi malah mengenai tubuhku ketika berguling hasil loncatan tadi. Pisau itu menyayat pinggang kananku, tak seberapa dalam, tapi cukup banyak darah yang keluar dari tubuhku. Aku merasa lemas. Aku hanya bisa menekan pinggangku supaya tak terlalu banyak darah yang keluar.

"Bagus, dengan begini kamu tetap akan mati"
Itu suara Bu Leli yang sedang berjalan ke arah sini. Dia memang sudah terkena Influenceku, namun tak mengurangi keinginannya untuk membunuhku.

"Bu Leli.....bawa hape? ........kasikan....... ke Rika"
Bu Leli mengambil hp dari kantong kirinya, kemudian menyerahkan ke Rika.
"Rika..... panggil....ambulans..."

Rika mengangguk dan segera memencet telepon itu, sambil sesenggukan.
"Sekarang......... Bu Leli pulang......... dan jangan mengganggu...... keluarga Om David dan Pak RT........"

Aku hampir tak punya tenaga lagi untuk bicara keras. Bu Leli sudah pergi tanpa berkata. Sayup sayup aku mendengar suara Rika menelpon. Sejenak kemudian Rika mengambil pisau dan memotong kaosku, menjadi lembaran yang cukup panjang. Sisa lengan kaos digulung, kemudian ditekan ke lukaku. Lembaran panjang itu mengelilingi pinggangku untuk kemudian dibuat mengikat sayatan di pinggangku.

Pendarahanku sudah lumayan berhenti. Aku mengumpulkan sisa sisa tenaga untuk duduk.

"Jangan duduk dulu, sini sandar di pahaku aja dulu. Ambulans sebentar lagi datang"
"Ehehehe makasi ka"
"Masih ada tenaga buat cerita?"
"Supaya kamu selamat, kamu jangan tanya apapun tentang semalam Ka"
"Eeeehhh... kalo aku ga mau?"

What? gamau? Influence ku tidak ngefek ke Rika. Kok bisa?

“Jadi emang beneran yah, kamu punya kekuatan super”

Rika tersenyum melihat kebingungan di mataku.

"Aku tau kamu punya kemampuan itu, tapi aku ga tau nama dan cara kerjanya. Aku sudah tau sejak hari pertama kita ketemu di warung lalapan bersama Mira itu"
"....Kok bisa kamu tau ka?"

“Entahlah, feeling aja. Waktu aku pergi, sebenarnya ga pergi, tapi stalking kamu dikit. Kamu bilang temen aja tapi aku lihat kamu bisa sedeket ambil makanan di mulutnya. Kukira kamu cuma sekedar bohong.”

Memang aku pernah mengambil mentimun di mulut Mbak Mira dengan mudah seperti layaknya kekasih. Tak kusangka Rika melihatnya.

“Lalu kejadian preman itu. Aku makin curiga kamu punya sesuatu. Pertama kali sampe di kosan bicaramu aneh, kayak ngucapin sesuatu yang seharusnya ga perlu. Tapi aku masih ga tau yang mana. Dan akhirnya kejadian tadi sore yang tiba tiba aku telanjang di lapangan basket, trus respon Bu Leli barusan tadi itu.”

Wow, Rika memang wanita yang cerdas. Sedikit banyak sudah mengkonfirmasi bahwa kecerdasan Rika membuatnya kebal dengan kemampuanku.

“Kalo aku tebak macam mind control gitu. Hayo... Ngaku ris! Bener kan?”

Aku tak punya cara untuk mengelak lagi. Analisanya tak bisa digoyah. Lagipula kehilangan darah cukup banyak membuatku tak bisa berpikir jernih.

“.....Yaa kurang lebih Ka. Ga se ekstrim kayak di film-film, tapi paling enggak orang lain bisa ngikutin apa yang kumau”

Senyum Rika menghilang.

"Beneran?? Jadi hanya sekedar nyuruh gitu, orang langsung mengerjakannya? separah apapun perintahnya?"
"Yaaa kurang lebih gitu lah ka"
"Kayak..... minta cewek ngewe sama kamu bisa ris?"
"Yaaa bisa aja"
"Minta duit 1 milyar ke bank bisa?"
"Gampang aja itu, tapi banyak CCTV ka, berabe"

".......Apa aku juga kena ris?"
Rika diam, memandangku.

"Dulu mungkin pernah.....Lupa ka. Aku jarang merintah kamu, yang ada kamu yang sering merintah aku"

"...... Jawaban macam apa itu? Trus ngapain kemarin sore aku sampe bugil itu?"

“....Kalo itu karena Bu Leli Ka, aku tak tahu”

“Apa Bu Leli sudah..... Ga akan gitu lagi?”
“Mungkin.... Entahlah. Mungkin setelah aku sembuh baru aku pastiin ke dia.”

"Yaudah.... Intinya jangan pernah kamu targetin aku! Kalo kamu gunakan ke orang lain terserah suka suka kamu aku ga bisa ngelarang, Palingan kamu pake buat ngewe. Otakmu isinya ngeres semua"

"Hehehe kalo ke kamu paling buat ngewe juga Ka"
"Dasar. Ga usah kamu gituin aku mau kok. Udah ah ris, males ngomong yang berat berat. Kamu sendiri uda berat tau, mana jahil nempel nempel di dadaku lagi"
"Ehehehe empuk ka, bantal terfavorit ya dada cewek"
"Jahil lagi aku lepasin loh"
"Jangan laah, masi sakit iniii"
"Alasan aja kamu ris.."

Rika mengecup lembut bibirku.

Langit perlahan menjadi biru, beberapa bintang masih bersikukuh menampilkan cahayanya. Pagi hari ini cerah berawan, menutup bayang bayang kejadian semalam. Ambulans datang, Rika berbicara dengan petugas itu, kemudian petugas itu membuka pintu belakang mobil, beberapa petugas lain mengambil tandu dan mengangkatku ke dalam mobil van putih itu. Rika ikut masuk ke dalam, duduk disebelahku, menggenggam tanganku erat. Aku merasa mengantuk, sirene mobil yang kunaiki me-ninabobo-kan aku hingga terlelap...


-----
Part 14
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd