Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE LUCKY BASTARD (RACEBANNON - REVIVAL)

Bimabet
Love this scene so much!!!!

Berasa bgt gmn kecewanya aku tp juga kangen sama dian di saat yang bersamaan.

Kelas!!!
 
THE LUCKY BASTARD – PART 11

------------------------------------------

harga_10.jpg

"Dian... Please jangan pergi dulu..."
"Lepas" bisik Dian.

Tangannya kemudian meraih tanganku yang memeluknya, tapi dia tidak berontak sedikitpun. Genggaman tangannya pun rasanya masih sama. Dia menggenggam tanganku dengan kuat, seperti ingin melepas tanganku, tapi dia tidak kuasa.

"Lepas....."

Suaran Dian bergetar seperti mau menangis. Dari sudut matanya aku bisa melihat air mata seperti akan keluar. Aku menyerah dan melepasnya. Aku mundur teratur.

Dian langsung berlalu, keluar dari kamar ini tanpa menengok kebelakang lagi.

Aku terduduk ke kasur. Menutup mulutku dengan tanganku. Mengambil nafas panjang yang paling panjang. Dan aku merasakan air mata meleleh di pipiku.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

eco-dr10.jpg

Aku termenung di kursi penumpang. Rendy menyetir mobilku, sambil berulang kali menoleh, mengkhawatirkan diriku. Aku sudah tidak panas lagi. Aku sudah diizinkan pulang di hari ketiga, tapi aku harus bedrest di rumah selama 4 hari, kemudian kontrol kembali, setelah itu aku boleh ngantor lagi.

"Sorry men" celetuk Rendy. Ini pasti soal Dian.
"Bukan salah lo" jawabku kosong
"Harusnya pas lo mau cabut dari rumah sakit gw iyain aja"
"Gak usah dibahas"

Aku lalu mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Rokok pertamaku sejak aku sakit, yang terasa sangat hambar dan pahit. Nafasku terasa berat. Mataku mengukur jalan di tengah macet dan panasnya Jakarta.

------------------------------------------

49324410.jpg

Malam itu di apartemenku agak ramai. Ada Nica, Anggia, Rendy, Mbak Mayang dan beberapa temanku yang lain. Mereka menyambutku yang baru pulang dari rumah sakit. Nica menghampiriku, duduk di sebelahku, di meja makan.
"Sayang..." tegurnya.
"Apa?"
"Kok baru keluar dari rumah sakit ngerokoknya banyak gitu?"
"Kan sakitnya pencernaan. Tipes. Bukan sakit paru" jawabku sinis, sambil menghisap asap tembakau itu. Nica cuma tersenyum dan mengacak rambutku. Aku diam saja. Aku lalu bangkit dan berjalan ke balkon.

Anggia segera menyusulku dan menutup pintu balkon.

"Gimana?"
"Apanya?"
"Kata Rendy Dian dateng lagi siangnya?" tanya Anggia.
"Gak usah dibahas"
"Mulai lagi..."
"Apanya yang mulai lagi?"
"Tiap ada apa-apa soal dia, selalu lo jadi aneh gini"
"Apanya yang aneh?" tanyaku balik
"Lo harus move on"

"Gue udah punya Nica"
"Tapi tetep aja tingkah laku lo sama, dari dulu, kalo ada kata 'Dian' disebut, lo langsung jadi gak wajar gitu..." Anggia menatapku dengan muka prihatin.
"Bukan urusan lo" sanggahku singkat
"Berarti lo masih ada urusan yang belom kelar ama Dian"
"Bisa gak nama itu gak lo sebut lagi?!?" bentakku
"Aduh...." Anggia menelan ludahnya. "Gak usah orang lain jadi digalakin juga dong...." lanjutnya dengan muka sedih. Aku hanya diam saja sambil terus menghisap rokok. Anggia menyerah dan meninggalkan aku sendirian di balkon.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

kamar-10.jpg

Aku termenung di sofa, menonton acara TV sekenanya. Rendy sedang tidak ada. Weekend, seperti biasa Rendy tidak ada di apartemen. Pesan masuk dari Nica.
"Aku kesana ya sayang..."
"Ok" Aku menghela nafas, kepalaku sudah tidak terlalu pusing lagi. Tapi ada ganjalan yang luar biasa berat di hati ini. Rasanya seperti menelan batu. Aku berbaring di sofa dan menutup mataku.

------------------------------------------

Nica akhirnya datang, membawa makanan untuk malam itu. Rencananya dia menginap disini. Kami menyantap makanan di meja makan, tanpa obrolan sedikitpun. Nica melirik terus ke arahku, dengan muka khawatir atau entah muka apa. Aku tidak berhasil memecahkan teka-teki ekspresi manusia hari ini.

Selesai makan, aku kembali nonton TV. Nica berganti baju favoritnya kalau menginap. T-shirtku yang kebesaran, dengan hanya celana dalam dan tanpa BH. Dia duduk di sampingku dan bersandar manja kepadaku.
"Kapan ke RS lagi sayang?" tanya Nica
"Kayaknya sih senen"
"Pagi?"
"Kayaknya"
"Ngantor senen?"
"Maunya"
"Mau aku temenin?"
"Gak usah"
"Lho?"
"Gapapa, kamu ke kantor aja langsung...." jawabku pelan.

"Kamu kayak yang lemes banget?" lanjutnya
"Biasa aja"
"Kayak lagi banyak pikiran"
"Masa"
"Kok judes?"
"Sori"
Nica pun terdiam. Dia mendadak naik ke pangkuanku. Memeluk diriku dan membenamkan mukaku ke belahan buah dadanya. "Kalau pusing aku bikin rileks ya...." aku mengikutinya. Aku menciumi belahan dadanya dari balik t shirt yang ia pakai. Nica merespon dengan menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang makin lama makin keras. Aku mencoba menenggelamkan diriku dalam diri Nica, berharap perasaan kosong dan sepi yang kembali sejak kejadian di rumah sakit itu kembali lagi. Kami berciuman dengan lembut. Aku berusaha mengisi lagi perasaanku dengan hasrat yang selalu Nica berikan kepadaku.

Tanganku masuk ke dalam T Shirt yang ia pakai. Meraba-raba punggungnya yang mulus dan lembut. Kurasakan nafas Nica semakin berat dan ciumannya kepadaku semakin panas. Nica menciumku terus sambil berusaha membuka kacamatanya. Aku menahannya "Gak usah sayang...." bisikku. Nica membalasnya dengan tatapan geli. Senyum manisnya yang sama terulang terus. Aku menjadi bergairah, lalu kuciumi dia diseluruh permukaan yang bisa kutemukan. Mulai dari bibir, hidung, leher, pipi, pokoknya semua yang bisa kutemukan.

Tanganki terus meraba punggungnya dan merambah masuk ke dalam celana dalamnya. Dengan penuh passion kuremas-remas dan kuraba pantatnya. "Mmmhh..... Enak sayang...." respon Nica atas jahilnya tanganku. Aku terus meremas pantatnya, membuat muka Nica makin berekspresi dibuatnya.

"Sayang...." Nica mulai menyingkap t shirt itu. Aku menghentikannya saat ia ingin membukanya. Aku hanya menyingkapnya sampai ke buah dadanya, dan mengaitkannya ke lehernya. Jadilah buah dadanya terekspos dan tampak maju. Lalu aku melanjutkan remasan di pantatnya, membuat tubuhnya memundurkan pantatnya dan memajukan buah dadanya. Aku tak tahan dan langsung melahap dan menciumi kedua belah buah dadanya. "Ahhhh... Terusin sayang...." Nica keenakan dibuatnya. "Terus...." aku semakkn bernafsu meremas dan meraba pantatnya. "Sayang.... Aku mau..." Nica membisikiku penuh hasrat.

Aku mengangkat tubuhnya dan mendudukannya di sofa. Aku sedikit memaksa membuka celana dalamnya. Nica pasrah saja ketika aku menariknya. Aku lantas menuju bibir vagina Nica. Aku mulai menjilatinya dengan ganas. "Uuuhhhhh..... Enak sayang....." Nica mendesah kenikmatan, meremas bahuku. Aku dengan rajin menjelajahi permukaan kewanitaannya dengan lidahku. Nica beberapa kali bergerak kaget saat aku menjelajah dan mendapati titik-titik sensitifnya. "Ahh.... Ahhhh.... Mmmmhhhh...." Nica semakin meracau tidak karuan. Aku terus menjilatinya dengan semangat.

"Aaahhhhhhh..... Mmmmhhh..." aku merasakan badan Nica sedikit kaku. Mungkin dia merasakan sesuatu. Aku berhenti. Lalu menatap mukanya. Mukanya seperti malu, sekaligus keenakan. Aku lantas memasukkan jariku ke mulutku, membasahinya. "Sayang... Kamu mau ngapain?" tanyanya. Aku tak mendengarkannya, dan memasukkan jariku kedalam vagina. "Aahhh...." Nica kaget. "Sayang... Ahhh..." dia kaget saat aku menggerakkan jariku, meraba dinding rahimnya dengan ganas. Kepalaku turun lagi, dan ikut dengan ganas kujilati bibir vaginanya.

"Aahhh.. Sayang... Sayang... Nggghhh... Sayang..." Nica meracau dengan keras saat aku melakukannya. Stimulasi yang cukup ganas kulakukan ke daerah kewanitaannya. "Unggghhh.... Aku mau... Ahhh...." vaginanya sudah sangat basah. Sangat sangat basah. Matanya terpejam dengan erat. Mulutnya terbuka lebar, dengan pipi yang memerah.

"Ugggghh........ Aaahhh......" badannya menegang dan melenting keatas. Sesaat badannya bergetar. Lalu terkulai lemas di sofa, dengan nafas yang sangat berat. "Gila... Enak banget....." bisiknya lemah.

Mendadak kuraih badannya. "Sayang?" dia kaget dengan gerakanku. Aku menggendongnya ke kasur. Aku letakkan dia diatasnya, lalu melucuti pakaianku sendiri. Kusibak pahanya, lalu langsung menuju ke vaginanya yang terbuka lebar. "Sayang... Pake kondom dulu... Aaahhh..." aku tidak mempedulikannya. Aku menyerangnya di titik terlemahnya. Aku menggagahinya. "Ughh.. Ugh..." aku menggaulinya dalam posisi misionaris. Kakinya dengan lemas melingkar di pahaku. Tangannya memeluk leherku lemah. Tanganku kaku menumpu tubuhku.

"Sayang..... Uhhh...." Nica merasakan penisku yang bergerak deras di lubang vaginanya. "Sayang... Udah sayang.... Aku kayak mau pipis...." Nica tampaknya kewalahan. Aku mencabut penisku. Nica tampak terengah-engah.

Tapi aku malah mengangkat badannya. Dengan secara tidak langsung menyuruh ia membungkuk di depanku. Aku langsung menusuk kembali vaginanya. "Uhh... Uhh... Sayang... Udah sayang...." badannya terkulai didepanku, terkulai lemas di kasur. Pantatnya tetap dalam tanganku, kuremas sambil aku terus menggagahinya dalam posisi doggystyle. "Udah.... Sayang.... Ahhh...." Nica mungkin sudah merasakan kenikmatan di ubun-ubunnya dan ia tidak tahan lagi.

"Mmmmhh... Ahhh..." Nica meracau tak karuan saat aku tak berhenti melakukannya. Aku merasakannya. Sebentar lagi. Mendadak kucabut penisku, membalikkan badan Nica. "Sayang... Ngapain...." aku bergerak menuju mukanya, mendekatkan penisku ke mulutnya.

"Sayang, jangan.... Cuci dulu.... Mmmmhhh...." penisku memberontak masuk ke dalam bibir kecilnya. "Mmmhhhh....." dia tidak kuasa menolaknya. Tanganku menggenggam penisku, mengocoknya penuh semangat. "Mmmh... Ughh... Ummmmhhh...." spermaku meledak di bibir Nica. Spermaku menetes liar di bibirnya. Nica panik. "Uhukk... Uhhk... Sayang.... Mmmhhh...." bibir dan mukanya berbalur sperma. Dia hanya menatapku dengan mata sayu dan terkulai lemah.

------------------------------------------

"Sayang?" Nica kaget saat merasakan aku keluar dari pelukannya.
"Mm?" tanyaku balik
"Mau kemana?" tanyanya.
"Ke balkon bentar....." aku membuat gerakan orang merokok dengan tanganku. Dia kembali menutup matanya dan kembali bergumul ke dalam selimut.

Aku memakai bajuku, meraih rokok dan berjalan menuju balkon.

Aku duduk di balkon, menatap langit yang kosong. Aku menyalakan rokokku di dalam gelap. Sambil menghembuskan asap aku menunduk, memperhatikan lantai, lalu mulai menarik nafas panjang dan bersender.

"Kamu kebanyakan ngerokok" ucapan khas Dian itu kembali terngiang di kepalaku saat aku menatap jalanan yang kosong.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Sip Suhu... gw ngerasa bahasa yg diucapkan tokoh utama kita kok sinis gitu ya ama, sahabatnya Anggia, ama ceweknya. Marah, kangen, rasa campur aduk sama mantannya, seharusnya ga harus bersikap begitu sama orang2 yang bener2 care. Lama-lama rasa simpatiku hilang nih sama sang tokoh utama.

Gw ga tahu mau dibawa kemana arah cerita ini sama penulis. Ikuti aja, keknya banyak hal yg susah ditebak. :D Tetep semangat suhu!
 
The lucy bastard bakal tambah sakit hati entar di tinggal nica..
 
Nah kan bahaya emang si Aku ini
Selama ada unfinished business dengan Dian. Kayaknya bakal susah move on.
Kasian Nica.
Ya udah mending Anggia umpan ke saya aja
#lho
 
Bener kata Anggia, ada yg blm tuntas soal hubungan AKU dan Dian. Bikin masalah ntar..
 
THE LUCKY BASTARD – PART 12

--------------------------------------------

kamar-10.jpg

Sudah sebulan berlalu sejak kejadian di Rumah Sakit itu. Hubunganku dan Nica masih tetap seperti biasa. Ada yang berubah memang. Tapi hanya aku yang berubah. Tapi aku berusaha keras untuk tidak menunjukkannya ke orang-orang. Terutama pada Nica. Kesepian dan kekosongan itu kembali lagi. Tatapan kosongku ke sudut ruangan dan kehampaan itu terasa memenuhi hatiku. Aku berusaha untuk mengisi itu semua dengan Nica. Sekuat tenaga aku berusaha untuk memutar semua memori indahku bersamanya di kepala untuk mengganti kekosongan yang selalu timbul oleh Dian.

Aku melihat Nica yang ada di dalam pelukanku. Tubuh mungil telanjangnya meringkuk di dalam naunganku. Perempuan yang manis dan innocent, yang sedang berusaha untuk menjadi pacar terbaik di dunia.

Ingatanku berputar ke empat jam sebelumnya. Kami saling bernafsu melucuti pakaian kami sebegitunya masuk kedalam kamar. Aku berusaha memaksimalkan waktu kami berdua untuk membuat momen-momen untuk mengisi ingatanku. Nica tampak menyukai usahaku. Kami bergumul telanjang berdua di dalam selimut. Saling berciuman penuh nafsu, saling meraba dalam pelukan yang mesra.

"Aku seneng kamu udah sembuh" bisik Nica kepadaku dalam pelukanku. Aku sedang sibuk menciumi buah dadanya, tidak fokus pada ucapannya.

Kakinya melingkari pinggangku dengan manis. Tangannya memainkan rambutku. Ekspresi mukanya kegelian karena permainan bibir dan lidahku di buah dadanya yang mungil. Pada saat penisku memasuki vaginanya, ekspresinya tampak bahagia. Dia begitu bersemangat menerima seluruh gerakanku. Badannya yang mungil dan halus begitu responsif dengan semua rangsangan. Dia begitu menikmati malam ini. Suatu kenikmatan luar biasa yang aku dapatkan, sebenarnya.

Bibir mungil yang selalu berusaha memuaskanku dengan oral seks dan ciumannya. Tangan yang senantiasa memelukku erat, seakan besok tidak akan datang lagi.

Snap. Ingatan itu kabur kembali. Aku bangkit dan duduk di tempat tidurku. Jam 7 pagi. Kenapa waktu berlangsung begitu cepat? Nica beringsut, ikut bangkit dan memelukku dari belakang. Dia mencium pipiku lembut. "Aku pengen tiap hari bisa kayak gini sama kamu..." bisiknya. Aku tersenyum tipis. Kepalaku kosong.

"Aku mau mandi" bisikku pelan.
"Libur gini pagi-pagi banget mandinya?" balasnya nakal. Aku hanya tersenyum, bangkit menuju kamar mandi. Rupanya Nica mengikutiku.

"Sebelum kamu mandi" godanya. Dia lantas berlutut, menatap diriku yang telanjang bulat dibawah shower. Dia menggenggam penisku pelan. Diciuminya kepala penisku yang berdiri tegak. Pelan ia membuka mulutnya, lalu mengulumnya dengan penuh passion. Muka polos dan bibir tipisnya melahap penisku dengan sangat indah. "Mmmmhhhh..." desahnya perlahan, sesuai dengan gerakan kepalanya memuaskanku. Matanya terbuka menatapku, berharap melihat ekspresi puas yang muncul di mukaku.

Cukup lama ia melakukannya, sampai rasanya aku tak tahan lagi. "Nica...." aku merasakan ledakan kecil di kepala penisku. Nica mencabut kepalanya, dan membiarkan sperma itu menetes dan muncrat begitu saja, mengenai sebagian tubuh dan wajahnya. Dia hanya tersenyum.

"Kalau gini aku juga harus ikut mandi" bisiknya.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

desain10.jpg

"Minggu depan ya men, di cafenya si Zul. Deket kantor lho, jangan gak dateng" bunyi pesan dari Rendy yang kubaca di hapeku. Sore itu aku sedang duduk di teras kantor seperti biasa. Tanpa rokok tapi. Tak terasa bulan puasa telah datang dan umur hubunganku dengan Nica sudah masuk ke bulan ke 6.

"Bengong mulu lo" Anggia mengagetkanku.
"Bengong apaan"
"Kayak dulu lagi elonya"
"...." aku tak menjawab.
"Minggu depan anak angkatan lo buka bareng ya?"
"Iya"
"Tempatnya Zul?" tanyanya
"Iya"
"Ikut dong"
"Ngapain?" tanyaku balik
"Lucu aja liat angkatan lo. Apalagi yang cowok-cowok. Kalo ada gue suka jadi heboh ga puguh" canda Anggia.
"Aneh" komentarku
Anggia hanya tertawa kecil lalu duduk di sebelahku. Kurasakan ada sesuatu yang ingin dia bahas, tapi takut untuk disampaikan.

"Lo gapapa dateng ke buka bareng?" tanyanya
"Kenapa emang" tanyaku datar
"Ntar ada yang nanya-nanya, itu kan alasan lo ga pernah dateng bukber atau reuni angkatan lo" sambung Anggia panjang.
"Tau dari mana alasan gue kayak gitu?" tanyaku menyelidik.
"Nebak" aku hanya menghela nafas panjang mendengarnya.

"Gw ama Nica kok datengnya" jelasku.
"Bagus deh" Anggia menepuk bahuku, tanda menguatkanku.
"Ngomong-ngomong lo puasa?" nada suaranya terdengar jahil.
"Iya lah" jawabku pelan.
"Pernah bukanya pake cewek?" seringai Anggia.
"Pertanyaan macam apa itu..." tatapku sinis.
"Gw bersedia lho dijadiin tajil"
"Najis"
"Lo gak pengen buka pake gw?"
"Apaan sih"
"Atau mau gue batalin?" Muka Anggia terlihat menggoda.
"Tawaran lu aneh"
"Sayang lho tawarannya"
"Bodo!!"

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

dsc_8810.jpg

Cafe itu ditutup untuk sore ke malam itu. Akhirnya aku mampu bertatapan dengan mereka lagi, setelah tahun kemarin aku tidak datang. Bentuk mereka tak banyak berubah dari terakhir aku bertemu beberapa dari mereka di acara lamaranku dan Dian. Beberapa dari mereka membawa anak, yang tentunya sudah jauh lebih besar dari terakhir aku melihatnya. Lucu melihat mereka, teman kuliahku membotak dan membuncit. Musik ala 90an terdengar indah di telingaku. Seorang temanku yang masih aktif di scene musik indie bertindak sebagai hiburan kami. Indah sekaligus memorial.

Setelah makan, beberapa dari kami tetap tinggal, mengobrol untuk bertukar kabar. Aku dan Nica duduk bersama dengan Rendy dan dua orang lainnya. Mereka heboh membicarakan Anggia sambil stalking social medianya. Dari jaman kuliah, Anggia memang kembang kampus. Dia jarang pacaran tapi. Maklum, selera laki-lakinya tinggi. Pacaran pun tak pernah awet, entah mengapa, tapi biasanya karena beda agama. Rendy tentunya memiliki keunggulan dibanding dengan yang lainnya. Dia sering bertemu Anggia, karena selain aku dan Anggia memang teman sekantor, kami bertiga sangat akrab. Aku dan Nica hanya tertawa, menikmati keluguan dan kehebohan mereka.

Mendadak Bram ikut bergabung di meja kami. Aku berpandangan dengan teman-temanku yang lain. Orang ini agak banyak omong, dengan tingkat believable yang rendah tentunya. Semua yang ia katakan seringkali membuat kami merasa tidak nyaman.

"Udah lama nih ga liat Anggia, makin seksi ya dia" seringainya.
"Ya gitu lah..." jawab Rendy singkat.
"Kemaren gw liat fotonya di IG, cakep bener ya. Abis yoga gitu. Belahannya mantep" lanjutnya.
"Elo kan dari dulu paling gencar deketin dia?" tanyanya ke Rendy.
"Haha. Sampe sekarang juga" canda Rendy.
"Terus ga dapet mulu ya, lupa ngaca kalo lo" canda Bram yang tidak lucu.

"Elu btw apa kabar? Pacar baru nih?" seringainya ke diriku.
"Kenalin, ini Nica........."
Bram bersalaman dengan Nica. Bram menatapnya dari atas sampai bawah. Pandangannya menyelidik, seperti memeriksa outfitnya. Hari ini Nica mengenakan dress jeans tanpa lengan, dipadu dengan platform shoes yang senada.
"Gw heran ama lo" komentar Bram. "Lo selalu punya pacar-pacar cakep" lanjutnya. Aku hanya diam
"Gantinya Dian gak kalah cakepnya" telingaku panas mendengar komentarnya. Nica mendadak bingung dan menatap wajahku. Rendy tampak panik, menatap Bram tajam dan menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti memberi sinyal untuk berhenti bicara. Namun gagal.

"Apa urusan lo? Tanyaku dengan nada datar.
"Gw pengen tau rahasianya"
"Rahasia apa"
"Rahasia punya pacar yang selalu cantik" seringainya.
"..." aku terdiam.
"Yang ini bakal lama juga gak?" tanyanya dengan nada mencibir.
"Bukan urusan lo"
"Sayang aja kalo udah lama kayak Dian terus ga jadi juga" ledeknya.

Mataku gelap.

Tanpa sadar aku meraih gelas berisi kopi di depanku, melemparnya ke arah Bram.

"BANGSAT!" Bram kaget berteriak saat minuman panas dan lengket itu menyiram tubuhnya. Dia bangkit dari duduknya, mencoba menyerangku. Aku pun bangkit. Bersiap. Namun Rendy dengan sigap menarikku, membawaku keluar dari tempat itu. Nica dengan panik mengikuti kami.

------------------------------------------

Aku menyetir dengan pelan setelah semua kejadian menyebalkan di tempat tadi. Nica terdiam di sebelahku, melihat ke arahku. Tanpa suara.

Dia terus memperhatikan mukaku yang dingin dan kaku ini. Aku sama sekali tidak menghiraukan tatapannya. Aku memandang ke arah jalanan. Dan aku benar-benar berharap malam ini sepi, karena suara kebisingan kendaraan bermotor membuat darahku benar-benar naik sekarang.

Aku merasakan ada aura aneh dari sampingku, dalam bentuk rasa penasaran yang luar biasa. Dalam rasa khawatir dan ada semburat-semburat ketidak percayaan dari pandangan Nica malam ini, sampai akhirnya dia memberanikan diri membuka mulutnya.

"Sayang.... Siapa Dian?" tanyanya dengan suara lirih

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Masih bikin penasaran, belum ada tanda-tanda pencerahan :pandabelo: Thanks suhu updatenya :top:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd