Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE LUCKY BASTARD (RACEBANNON - REVIVAL)

Bimabet
ajib lah suhu rb muncul lagi. yg amyra tayangnya kayak dulu ga hu senin, rabu,jumat? berasa ada yg ilang 2 bulan ini hu hehe
 
kira kira porsinya Dian di tambahin gak suhu ... soalnya di mdt dan Amira , Dian ini masih kuat banget ( penting )
 
THE LUCKY BASTARD – PART 7

------------------------------------------

desain10.jpg

"Tuh kan" ledek Anggia pagi itu di kantor.
"Apa sih...." jawabku malas.
"Udah gue bilang kan"
"Berisik"
"Makasih ke gue doong...." sombong Anggia
"Jadi lo anggep diri lo berjasa karena ninggalin anak orang mabok?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Hari senin ini lumayan gila. Terutama setelah kemarin Rendy bengong ketika Nica keluar dari kamarku sore itu, masih dengan dress-nya. Aku mengantarkannya untuk mencari taksi pulang. Tadinya aku ingin mengantarnya, tapi dia menolak, supaya orang tua tidak curiga, katanya. Tapi hari itu merubah arah hidupku. Dari "Gue - Elo" jadi "Aku - Kamu", dari "Mas" jadi "Kamu". Aku masih teringat sehabis kami berdua berhubungan seks, kami hanya berpelukan ber jam-jam, saling berciuman tanpa ngobrol. Lalu berpelukan ketika mandi bersama di shower, berciuman dibawah guyuran air. Mendadak aku tersenyum sendiri dibuatnya.

"Tega lo Nggi tapi..." keluhku.
"Hey.... gue aja gak sadar dia ada dimana...." jawabnya dengan tampang sok innocent.
"Bodo ah" aku berlalu kesal, lalu berlalu ke ruangan timku dan melempar diriku ke kursi.

Mendadak Nica masuk ke ruangan timku pagi itu. Badan mungilnya dibalut cardigan abu-abu dan skinny jeans hitam, disertai frame kacamata khas nya yang tebal. Dia lalu duduk di mejanya dan tersenyum lebar ke arahku. Aku balas tersenyum tipis. Mungkin pada akhirnya aku bisa melupakan Dian pelan-pelan. Ketika semua memori indah berubah menjadi mimpi buruk, salah satu cara menghapusnya adalah dengan tetap berjalan dan mencoba melupakannya.

------------------------------------------

eco-dr10.jpg

Kepala Anggia nyempil diantara kursi supir dan kursi penumpang. Matanya jahil bolak balik melirik aku dan Nica.

"Traktir dong" pintanya usil.
"Gue traktir norit mau?" jawabku kesal.
"Aduuh... Nicaaaa.... Masmu ini kok jahat banget sih sama gueeeee..." goda Anggia ke Nica. Nica hanya tersenyum, dengan muka yang hampir merah seperti tomat. Aku melirik dan tersenyum padanya dari balik setir. Acara makan siang hari ini tampaknya akan jadi makan siang yang sangat lama.

"Ngapain aja hayoo abis gue tinggal? Kok tau-tau di FB udah in a relationship aja?" selidik Anggia
"Mau tau aja" jawabku pelan.

Nica hanya senyum dan mencoba menghindar dari pertanyaannya. "Yang penting kan sekarangnya, ya kan?" tanya Nica dengan lucunya kepadaku. Aku terus menyetir sambil tersenyum tipis, mengarahkan mobilku ke parkiran tempat makan yang kami tuju siang ini.

“Astrojim, lovey dovey banget sih kalian bedua, gemes ih” potong Anggia.
“Berisik monyet!”
“Mana ada monyet cantik begini”
“Cantik dari hongkong” balasku.

“Mbak Anggia cantik tau” celetuk Nica saat mobilku sudah terparkir dengan rapihnya. Anggia menjulurkan lidahnya. Lalu kami semua turun dari mobil dan lantas masuk ke dalam restoran. Secara otomatis, tanganku dan tangan Nica bertemu dan kami bergandengan.

"Ooo... jadi gandengan ya sekarang kalo jalan bareng" goda Anggia.
"Berisik ah, emangnya bola, dikomentarin mulu?" Anggia hanya tertawa kecil mendengar aku kesal padanya. Setelah duduk dan memesan makanan, Nica lantas pamit ke toilet.

"ML ya lo berdua?" Anggia bertanya kembali dengan sedikit berbisik
"Sssttt" jawabku risih.
"Hmmm... gila-gila, baru pacaran dah ML, gila anak jaman sekarang" ledek Anggia.
"Bisa gak sih gak dibahas yang bagian itunya"
"Gak"
"Makasih"
"Oke"
"Ngomong apa sih lo"
"Tuh pacar lo balik"

Pacar.

Status yang sudah setahun ini belum aku rasakan. Kami hanya baru sehari dalam status ini. Tanpa bicara, semuanya langsung mengalir begitu saja, tanpa harus menyatakan seperti anak SMA. Pokoknya kami hanya ingin berdua, itu yang kami pikirkan. Tidak hanya Anggia yang menggoda kami berdua hari ini. Sebagian besar rekan kantor, terutama Mbak Vania dan Mas Akbar juga tak tahan ingin meganggu kami. Apalagi mereka berdua menggoda umurku, katanya sudah 30-an, dapet yang jauh lebih muda, untung di aku, kalau nikah enak. Apanya yang enak, nikah saja belum.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

kamar-10.jpg

Aku bersender di paha Nica siang itu. Hari sabtu ini kami berdua menghabiskan hari di apartemen, karena Rendy sedang keluar kota, mungkin karena kerjaan, entahlah, aku tidak bertanya sama sekali. Aku sudah memberitahukan soal hubunganku ke Mbak Mayang. She's tottaly fine with it. Kami berdua berjanji untuk tidak berhubungan seks lagi. Anggia? Nanti saja cerita soal setan jahil itu. Bahkan setelah aku dan Nica berpacaran selama sebulan ini, dia masih tak henti-hentinya menggoda kami berdua.

Mataku kosong menatap televisi. Nica memainkan handphonenya sambil mengusap-ngusap kepalaku. Gerakan tangannya membuatku nyaman dan agak mengantuk. Aku bangkit, mencium pipinya dan kembali tiduran di pahanya.

"Ngapain sih?" tanyanya geli.
"Bosen" jawabku.
"Bosen sama aku?" Nica menurunkan handphonenya dan menatapku tepat di matanya, dengan senyum lucunya yang menggemaskan.

"Bukan, bosen di apartemen terus"
"Jalan yuk"
"Kemana tapi?"
"Jalan aja dulu, bentar lagi sore kan? sekalian kita makan malem..."
"Oke"

Aku bangkit dan mulai memakai pakaian dalamku yang berserakan di karpet. Nica menyimpan handphonenya di handbagnya dan melakukan hal yang sama. Benar, dari tadi pagi sampai sekarang, kami berdua melakukan hubungan seks. Ingat masa-masa awal pacaran dimana semua sentuhan berakibat deg-degan dan perasaan penasaran? Kami sangat memanfaatkannya dengan baik. Kami baru saja bergumul di atas sofa.

Masih lekat dalam kepalaku, badan mungilnya kupangku, kulahap buah dadanya yang kecil penuh nafsu. Karena kondom ku habis pun, terpaksa kami melakukannya hari itu tanpa kondom. Nica ternyata lebih menyukainya. Aku membayangkan desahan penuh hasratnya ketika penisku menghunjam vaginanya di atas sofa. Karena badannya yang mungil, aku bisa dengan agak mudah menggendongnya kesana kemari. Seks pertama kami tadi pagi kami lakukan di atas meja makan.

Sungguh gila.

Tak pernah kubayangkan Nica yang sehari-harinya manis di kantor bisa terlihat penuh hasrat dan nafsu saat berhubungan seks. Ditambah lagi dia tidak ingin melepas kacamatanya saat having seks hari ini. Benar-benar pengalaman yang baru untuk dia sepertinya. Sangat passionate dan banyak mau belajar, tapi aku tak mau memaksanya melakukan hal yang tidak ia inginkan sampai detik ini.

Aku duduk di meja makan, menyalakan rokok, dan memperhatikan Nica yang sedang berpakaian. Terbersit ekspresi mukanya tadi. Betapa menggemaskannya saat ia bersikeras ingin melakukan oral seks padaku tanpa melepas kacamata. Sungguh menggairahkan. Aku menghela nafas. Energiku serasa habis hari ini. Tapi kita berdua butuh makan keluar. Nica tampak berusaha mengenakan skinny jeans birunya yang belel. Mendadak aku teringat Anggia, dengan kebiasaannya memakai Jeans belel.

Kutarik nafas dalam, merasa lega memperhatikan Nica dari jauh. Kini kalau rasa bosan dan sepiku merambat lagi, aku punya Nica. Mungkin memang hubungan ini terjadi akibat kejadian setelah undangan pernikahan itu, tapi setidaknya ini worth it. Bukan sekedar fling seperti Mbak Mayang atau bahkan Anggia.

------------------------------------------

yolo-i10.jpg

"Bulan depan ke rumah ya sayang?" Nica membuka percakapan.
"Ngapain?"
"Papaku ulang tahun"
"Oh" aku memang belum pernah bertemu orang tuanya.

Selama sebulan ini aku memang pernah menjemput dan mengantar Nica ke rumahnya, tapi orang tuanya sedang tidak ada, entah kemana mereka, sejauh ini mereka bukan urusanku. Makan berdua di restoran ini rasanya seperti selamanya. Sudah lama aku tidak nge-date keluar seperti ini, secara tidak disadari aku memang rindu perasaan menggenggam tangan seseorang ketika sedang jalan. Rindu memeluk seseorang dengan hangatnya di tempat tidur. Menemani orang lain melihat-lihat dan memilih pakaian, menonton film di bioskop, juga tidak lupa mengobrol di dalam mobil ketika perjalanan.

Aku senang melihatnya ceria di dalam genggamanku. Jujur saja, rasanya seperti berjalan-jalan dengan anak anjing lincah yang ceria menghampiri setiap sudut ruangan. Badannya yang mungil, dan wangi tubuhnya yang khas selalu memenuhi pikiranku saat ini.

"Kamu malam ini mau nginep?" tanyaku.
"Iya" jawabnya pelan sambil mengunyah makanan.
"Ga dicariin orang tua kamu?" aku takut menjauhkannya dari keluarganya.
"Nggak, aku kalo weekend emang biasa main keluar nginep di rumah temen kok... Jadi aku bilangnya nginep di rumah temen, tenang aja, aku dah janjian ama temenku biar ga ditanya macem macem ama orang rumah" senyum kecilnya yang khas muncul lagi.

"Aku kan bukan temen kamu.." candaku.
"Bukan, lebih dari itu" jawabnya singkat masih dengan senyuman yang sama.

Aku tersenyum merespon jawabannya. Malam-malam sepiku yang kubenamkan ke pekerjaan akhirnya bisa terobati.

------------------------------------------

kamar-10.jpg

Kami berpelukan di ranjang malam itu. Nica hanya memakai t-shirt ku yang kebesaran di badannya, tanpa bh, tentunya menggunakan celana dalam, kami sedang berusaha tidur malam itu.

"Udah ngantuk sayang?" bisikku.
"Gak terlalu...." jawab Nica.

Dia berbaring membelakangiku, mengizinkanku menciumi bagian belakang lehernya. Tangannya menggenggam erat tanganku yang melingkari perutnya. Tanganku yang satunya sebenarnya agak pegal karena dijadikan bantal olehnya. Tapi aku tak peduli.

"Tadinya aku iri sama Mbak Anggia..." ujarnya membuka percakapan.
"Kenapa?"
"Dia deket banget sama kamu kan, sempet aku sangkain pacaran kan?
"Tapi enggak kan"
"Iya, malah aku yang sama kamu..." Aku melihat senyum tipisnya yang khas, membuatku semakin erat memeluknya.

"Mereka gimana ama kita?" tanya Nica kembali.
"Mereka siapa?" balasku bertanya.

"Orang kantor" oh, orang kantor maksudnya, tapi yang dia maksud pasti adalah Mbak Vania atau Mas Akbar. "Mereka seneng kok ama kita" jawabku berbisik ke telinganya.

Senyumnya mengembang dan dia menoleh kepadaku, ekspresi wajahnya menawarkan kepadaku untuk menciumnya.

Aku menyambutnya, mencium bibirnya dengan hangat, berharap untuk tidak pernah terluka lagi. Sambil menciumnya, tanganku dengan refleks merambah ke daerah kewanitaannya. "Nakal" bisiknya dengan ekspresi yang lucu. Mendadak dia pun meraba penisku. "Kamu mau?" tanyanya polos. Aku hanya mengangguk pelan. Nica lalu mendorong tubuhku, menyuruhku untuk tiduran telentang. Pelan-pelan ia pindah ke bawah, sambil membuka celanaku pelan-pelan.

Penisku berdiri dengan tegaknya. Nica tersipu malu dan bertanya kepadaku "Boleh?".
"Nakal" jawabku genit.

Dia lalu mencium ujung kepala penisku, berulang kali dengan lembut. Tangannya meremas pelan buah zakarku. Nica bergerak mencium penisku dari kepalanya sampai ke pangkalnya. Aku sungguh geli dibuatnya. Tidak ahli, tapi innocent. Dan semua yang innocent sangatlah menggairahkan. Bibir lembutnya menjelajahi batang penisku dengan lembut dan pelan. Sepertinya tidak ada permukaan yang terlewat olehnya. Nica lalu menjulurkan lidahnya, menjilati kepala penisku pelan-pelan, sambil melirik ke arahku, berharap tidak melakukan kesalahan. Tapi entah mengapa lirikan itu terlihat sangat menggemaskan di mataku.

Nafas Nica terdengar berat dan penuh hasrat. "Suka sayang?" tanyanya sambil mengambil nafas. Aku hanya bisa mengangguk lemah, karena memang gairahku yang tak tertahan lagi.

Nica melanjutkannya dengan mengulum penisku pelan-pelan dan hati-hati. Dia sepertinya sangat berkonsentrasi, takut melukaiku dengan giginya. "Mmm.... Mmm......... Mmm...." Nica mengulum dan mengocok pelan penisku dengan penuh penghayatan. Aku berjuang menahan orgasme. Akan jadi kerugian besar untukku apabila aku cepat keluar malam ini. Mendadak irama kulumannya berubah menjadi semakin pelan. Dia rupanya dengan tak sadar meraba-raba vaginanya sendiri, tangannya terlihat masuk ke dalam celana dalamnya. Ini pemandangan gila. Aku tak tahan lagi.

"Sayang..." aku menghentikan kegiatannya.
"Ah.... Kenapa?" responnya sambil tetap meraba vaginanya sendiri.
"Sini" dia menghentikan self touchingnya dan merayap ke arahku.

Aku merespon dengan meraih tubuhnya, dan mencoba membuka celana dalamnya ketika ia mendekat. Dia lantas duduk di pangkuanku, dengan penisku menekan bibir kemaluannya yang lembab.

"Sayang.... Kita kan udah beli kondom" Nica memperingatkanku dengan muka yang sangat berhasrat.
"Gak sempet... Aku udah gak tahan" sanggahku. Aku lalu bergerak memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

"Ahhhh... Pelan-pelan.... Sakit...." Nica meringis pelan saat aku agak memaksa memasukkannya. Vaginanya belum sebasah itu, tapi nanti juga akan basah sendiri tak lama lagi. Tangannya bertumpu ke bahuku, mukanya terlihat mulai nyaman dengan adanya penis di dalam vaginanya. "Sayang..... Uhhhhh....." desahnya pelan saat mendadak ia bergerak otomatis. Pantatnya bergerak, gerakan badannya memijat penisku pelan. Pemandangan yang sangat menggairahkan. Perempuan bertubuh mungil, diatas tubuhku, berpakaian hanya t shirt ku yang kebesaran di tubuhnya, yang kurang hanya kacamatanya yang sedang tidak dipakai. Aku ingin membuka kausku, tapi tangannya yang bertumpu di bahuku menghalanginya. Tapi tak apa.

"Nnngggghhhh....." Nica tampak menikmatinya.
"Sayang..." aku meraihnya dan bangkit. A

ku lalu menjatuhkannya dengan pelan ke samping, meraih satu kakinya keatas dan memegangnya. Nica terbaring menghadap samping, satu kakinya lurus di bawahku, dan satu kakinya aku raih, untuk meleluasakan jalanku memuaskannya. Aku menggerakkan pantatku maju mundur dan merasakan kenikmatan di dinding rahimnya yang sempit, yang memijat batang penisku dari segala arah. "Aaahhh..." Nica mendesah, meracau dengan penuh kenikmatan. "Sayang..... Enak......" ekspresi muka Nica terlihat tidak bisa menahan kenikmatan yang ia rasakan.

"Sayang.... Aku gak tahan.... Ahhh...." mendadak ia menggelinjang, tangannya mencoba meraih apapun yang dekat, selimut, seprai atau apapun untuk digenggam. "Aaaaaahhhhhhh....." Nica mendesah panjang saat ia mencapai puncak kenikmatan. Apakah aku akan berhenti? Tidak sekarang.

"Sayang... Udah sayang.... Geli..... Aku udah.... Ahh... Ahh" Nica menutup matanya dan tenggelam dalam kenikmatan yang ia rasakan. Aku belum puas menggaulinya. Aku terus memeganginya sambil memaju mundurkan penisku di dalam vaginanya. "Sayang.... Jangan di dalem ahhh..... Ahhh...." Nica mengingatkanku. Aku mencabutnya dengan terpaksa, lalu aku meraba vaginanya yang basah, sambil berbisik pelan.

"Enak sayang?"
"Enak banget....." jawabnya dengan nafas berat. "Aku lemes banget...." lanjutnya. Bagaimana tidak, rasanya seharian ini kami gunakan waktu kami untuk berhubungan seks.

"Tidur yuk sayang...." bisiknya sambil memegang lembut pipiku.
"Aku belum keluar..." jawabku.
"Mau diapain sayang.... Jangan minta pake mulut tapi.... Kan habis dari situ..." Nica memegang penisku lembut.

"Terserah kamu sayang...." jawabku. Anything will do... Hari ini sudah cukup gila. Nica menyingkap t shirt kebesaran itu, mengekspos buah dadanya yang mungil, proporsional dengan tubuhnya.

"Disini aja..."

Nica meraih penisku, mengocoknya dengan penuh rasa sayang, bahkan menggesek-gesekkannya ke kulit dadanya. Aku mengangkangi badan mungilnya, dia tidak berhenti mengocoknya dengan baik. "Sayang...." desahku. Nica menatapku nakal dan terus mengocoknya. Tak berapa lama spermaku keluar, walau tak banyak, membasahi tubuhnya. "Ahh...." aku menghela nafas lega. Aku memegang pipinya dan mencium bibirnya dengan mesra.

------------------------------------------

15083810.jpg

"Jadi udah ga ada lagi nih kesempatan buat gue?" tanya Anggia di dalam taksi. Supir taksi di depan melirik canggung ke belakang.
"Nggi ampun deh..." aku hanya bisa garuk-garuk kepala. "Gak disini juga kali bahasnya...." lanjutku.

"Berhenti di depan pak" tunjuk Anggia di depan salah satu coffee shop dekat kantor. Taksi merapat ke pinggir jalan, dan Anggia merogoh uang seadanya lalu memberikannya kepadaku "Buruan ya" lanjutnya. Aku kaget, lalu berusaha menghitungnya dan menyusul Anggia yang sudah jauh berada di bar counter coffee shop tersebut.

Aku tidak memesan apa-apa dan langsung duduk di meja yang ditempati Anggia. "Lo ngapain sih" keluhku. "Mau ngebahas kan? Disini aja, deket kantor tar tinggal jalan kita" jawabnya dengan muka yang entah berekspresi meledek atau sinis. Kami habis dari rapat di belahan tempat yang lain kota ini.

"Harus ketemu solusinya nih" lanjut Anggia.
"Apaan"
"Gue"
"Elu?"
"Sejak lu pacaran gue ga ada batangan"
"Cari pacar dong Nggi"
"Siapa?"
"Anak gereja lo?"
"Cowok-cowok culun itu? Yang melongo tiap kali gue dateng?" aku hanya menggelengkan kepala, menarik sebatang rokok dan membakarnya.

"Kita lagi dong..." bujuknya
"Itu namanya selingkuh"
"Kalo ga pake perasaan kan bukan"
"Sama aja"
"Plis"
"No"
"Ga kangen ama gue yang seksi?"
"Gue lebih kangen nonton kartun minggu pagi di tivi" jawabku sinis. Anggia merengut.

"Ini pesanannya kak..." mas-mas waiter menyimpan kopi pesanan Anggia mendadak. Anggia hanya tersenyum kepadanya. Dia mengangkat cangkirnya, dan menghirup aroma kopinya.

"Lo gak nyesel?" tanyanya lagi.
"Kenapa gue mesti nyesel?"

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
ane kaga bsa komen apa2 lagi dah, ane penasaran ama lanjutan nya dan ane nyesel knpa dulu kaga baca cerita ini :galau:
 
anggap saja agan yang jadi 'aku' pada saat membaca..
makin pertajam feel nya lho!
itu :Peace: cara ane menikmati
Hahahaha sama sich suhu..
Emang jadi kerasa feel-nya kalo berandai-andai kaya gitu..
:mantap:update nya suhu RB..
 
Baca lagi cerita suhu ini makin kesel sama tokoh utamanya. Makin bikin iri wkwk. Ditunggu revival side Story nya Anggia Om hehe
 
Hohoy Beneran hu, MDT mau di tulis ulang setelah cerita ini? Asek asek tnx y suhu RB,,
(curcol dikit; setelah MDT and TLB di hapus gara" masalah dulu jadi agak gimana gitu, baca cerita dari suhu RB di MDT and tiba" di hapus... Ahk sudahlah,,,) yg jelas ane seneng kalo suhu RB mau nerusin cerita lagi, Good croot & semoga ampe kelar y hu. SEMANGAT :)
 
Up dlu suhu biar ga tenggelam...
Nagih emang ini cerita...

Masi tetep berharap side storynya anggia dilanjut, karena karakter anggia kan nyambung trus ke MDT1, MDT2, trus di Amyra juga nonggol doi...
 
Up dlu suhu biar ga tenggelam...
Nagih emang ini cerita...

Masi tetep berharap side storynya anggia dilanjut, karena karakter anggia kan nyambung trus ke MDT1, MDT2, trus di Amyra juga nonggol doi...

hehe iya, doakan saja mood buat lanjutin anggia balik ya.... Kalau ngurutin ceritanya emang gitu...

TLB > Anggia > MDT1 > MDT2 > Amyra > Next Project
 
Yeay muncul lagi, bakal revisi banyak nih bagian mdt kalo tayang ulang yha hehehe
 
Bimabet
Cerita bagus jangan sampai tenggelam, nungguinnMDT part 2 revival
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd