THE LUCKY BASTARD – PART 22
----------------------------------------
"Ampun deh...." keluhku sambil menghisap rokokku dalam dalam. Aku duduk pagi itu di pinggir kolam. Rendy belum bangun. Anggia sedang berenang di kolam kecil itu. Dia tampak berusaha menikmati hari kedua ini. Sedangkan aku pusing karena ulah Nica. Aku tak membayangkan dia akan bertindak lebih nekat lagi dari kejadian-kejadian kemarin.
"Jangan kasih tau Rendy..." pintaku tadi pada Anggia.
"Ga bakal. Gue juga kaget" balas Anggia sambil bertumpu pada badanku tadi pagi-pagi sekali.
Moodku rusak rusak. Anggia memutuskan untuk tidur kembali, tapi aku malah menjadi gelisah. Membayangkan hal-hal gila lain yang mungkin Nica lakukan. Apakah perbuatanku padanya menyebabkan dia menjadi seperti itu? Aku jadi ingin sekali menemuinya. Bukan apa-apa, namun ini sudah kelewatan.
"Pagi guys..." Rendy merayap dari dalam villa. Dengan muka masih mengantuk, dan langsung duduk di kursi sebelahku. Memandangi pagi dengan mata yang sayu. Sejenak dia kemudian melongo memandangi Anggia yang bangkit dari dalam kolam renang. Dengan swimsuit one piece berwarna biru tua, badannya terlihat sangat atletis. Jauh dari kesan seksi, namun apapun yang dipakai Anggia pasti seksi buat Rendy. Bagimanapun, bentuk badannya terlihat dengan jelas. "Gue heran" celetukku. "Lo rajin minum tapi perut lo rata gitu ya..." Anggia bermuka sinis mendengarnya. "Makanya olahraga yang rajin" balasnya meledek kami berdua.
"Siang ini Nuri's yok" celetuk Anggia yang ikut duduk di pinggir kolam.
"Aduh... Babi ya? Jangan dong..." keluh Rendy.
"Alah... lo minum aja pake sok gak makan babi..." sinis Anggia. Rendy cuma merengut. Aku tertawa saja melihat mereka, sambil tetap pusing memikirkan Nica. Fokus pikiranku sekarang hanya ke Nica. Tapi not in a good way sayangnya. Tiba-tiba Anggia mengambil foto selfie.
"Ngapain?" tanyaku.
"Ini, Adrian nanya gue lagi ngapain. Males ngetik, foto aja deh" seringainya.
"Genit" ledekku.
"Bodo"
"Hari ini sampe siang kita rada free kan?" tanya Anggia.
"Ho oh" jawabku
"Terus sorenya nunggu sunset di Potato Head"
"Liburan gini susah kali Nggi"
"Gue udah reservasi kali"
"Buset"
"Siap-siap itu penting makanya. Pokoknya hari ini musti ada cowok nyantol!" serunya. Kami berdua hanya menggelengkan kepala.
------------------------------------------
"Rame" celetukku ke Rendy, sambil duduk di cabana yang sudah di reserve oleh Anggia. Sebagian besar tamunya adalah turis asing, entah dari mana mereka. Anggia sibuk di Bar, entah memesan minuman atau ngapain. "Tu anak kan kalo mau minum enakan disini ya" celetuk Rendy. "Cari cowok kali" balasku. Sosok Anggia memang tidak terlihat dari sini. "Terus gimana nih kita?" Rendy celingukan ke kanan dan ke kiri. "Gue sih disini aja, lumayan bikin kepala rada kosong..." jawabku. Beberapa turis asing, bule lebih tepatnya, tiga orang perempuan dalam balutan sundress lewat di depan kami. "Tuh Ren..." lirikku ke mereka. "Ngiler sih... Tapi... Gue juga harus ngaca dong..." Rendy cuma nyengir di depan mukaku.
Anggia mendadak datang, melempar dirinya ke arah kami.
"Bete" celetuknya.
"Kenapa lagi sih...." aku menggelengkan kepala dengan awkward.
"Rata-rata kesini sama pasangannya. Gak ada yang godain gue lagi..." jelasnya.
"Dasar"
"Eh itu... Siapa tuh?" tunjuknya ke arah entah kemana.
"Jangan tunjuk-tunjuk ah, gak sopan..." keluhku sambil menenggak bir di tanganku.
"Mirip banget Brandon Boyd... versi brewokan tapi" Dia menunjuk ke arah seorang lelaki kaukasian, berkulit kemerahan, dengan rambut coklat tua gondrong kriwil nanggung, badan gagah hasil rajin olahraga, dengan brewok menghiasi mukanya. Dia mengenakan t-shirt tanpa lengan dan celana pendek. Tangannya menggenggam sebotol bir. Mukanya tampak sumringah.
"Tatonya keren" komentar Anggia. Tangan kanan bawahnya dihiasi tato pola geometris yang indah. Tapi dia duduk dengan seorang perempuan. Perempuan dengan senyum manis, berambut coklat panjang, mata teduh. Pakaiannya cukup casual, dengan hoodie yang menutupi tank topnya, hotpants jeans dan topi yang asal menempel di kepalanya. "Dah ada gandengannya tapi..." keluh Anggia. "Padahal tipe gue bangettttt" Kesalnya. "Yaudah Nggi, kan balik ke Jakarta ada Adri... atau Gue..." harap Rendy kosong. "Basi" keluh Anggia.
------------------------------------------
"Balik yuk... Lama-lama awkward gue disini" Anggia menekuk mukanya dengan sebal. Sudah pukul 8 malam, tapi dia sepertinya tidak dapat apa yang dia cari. Sekedar berkenalan pun susah. Wajar, mengingat kebanyakan datang dengan pasangannya masing-masing atau dengan keluarga. Setelah membayar bill dan ini itu, kami jalan ke parkiran. Ternyata mobil pasangan turis tadi tidak jauh dari mobil kami. Kap mobilnya terbuka, dan si laki-laki berusaha membetulkan mobil itu. Si perempuan berkacak pinggang sembari menyalakan torch di handphonenya.
"Fix it quick, i don't wanna fuckin' stranded in a parking lot!" keluh si perempuan terdengar jelas.
"Shut up!" balas si lelaki
"This is what happened if you rent from a cheap looking so-called car rent service"
"Shut up or i tell mom!" teriak si lelaki.
"I shouldn't go with you"
"I wish you weren't born with that loudmouth"
"Me too bro"
"Kenapa tuh..." Anggia celingukan.
"Mobilnya mogok Nggi" jawabku.
"Bukan, mereka kakak adek tau, dengerin kan tadi"
"Gak urusan gue Nggi"
"Bantuin yuk, biar ada kesempatan" seringainya.
"Ya ampun..." aku agak kesal mendengarnya.
"Ren bokap lu kan punya bengkel di Bandung?" tanya Anggia
"Iya sih..."
"Bantuin gih"
"Tapi...""Gak ada tapi-tapian" dorong Anggia ke Rendy.
"Eh.. Hello? Is there any problem?" tanya Rendy terbata bata.
"Oh yeah... I don't know what happened... It just broke down..." keluh si lelaki.
"Let me.. See.. It... My dad have a.. emm..." lanjutnya.
"His dad owns a car repair shop. I think he can help you.." sapa Anggia. Rendy langsung beraksi di bawah kap mobil.
"Yeah sure!" si lelaki mukanya cerah kembali. "My sister here insists that i have to fix it. I know nothing about car... And yet she still..." keluh si lelaki. Si perempuan hanya nyengir kecil. "My name's Lucas BTW... Lucas George.." ujarnya mengulurkan tangan kepada kami. "And this is my sister, Valerie" ujarnya mengenalkan adiknya.
"Just call me Val" senyumnya. Lucu, setengah senyumnya ramah kepada kami, dan setengah senyumnya seperti meledek kakaknya yang tak berdaya, dikalahkan oleh mesin buatan manusia.
"This is our first time in Bali. The two of us" celetuk Val.
"Yeah, i had to take her for a vacation, its a present for her breakup" ledek Lucas.
"I see.. where do you come from?" tanyaku.
"Michigan" Amerika rupanya. Untunglah, jadi aksennya sangat dimengerti, berbeda dengan turis Australia atau British.
"Aww... what a sweet brother" puji Anggia. "By the way he's recently single too" tunjuknya kepadaku. Kami tertawa mendengarnya.
"Where do you stay in Bali?" tanya Anggia.
"We got it from airbnb, in Gianyar.. but it's not good. dusty. and feel damp" Lucas menunjukkan foto kepada Anggia. "It's cheap.. and it looks good on airbnb, but well... we could barely sleep there..." keluh Lucas.
"Why don't you stay with us??" seru Anggia senang. "We stay in my uncle's villa in Ubud, there's plenty room for everyone".
"Nggi..." bisikku berkeberatan.
"Berisik lu" bisiknya membalas bisikku.
Lucas dan Val saling melihat, tampak berbincang tanpa membuka mulut. "Well.... i think it's cool.. I always want to stay in Ubud!" seru Val. Lucas memberi tanda mengiyakan.
"Jadi gimana Ren?" tanya Anggia.
"Ga tau"
"Kan bokap lu punya bengkel"
"Bukan berarti gue ngerti mobil"
"Kok ga bilang tadi?"
"Kan lu langsung dorong gueeee" keluh Rendy. "Bentar, gue telpon bokap, siapa tau punya kenalan bengkel di Bali...." lanjutnya. "Atau telpon Arya juga bisa" saranku. "Yaudah lo telpon bokap lo, lo telpon Arya" perintah Anggia pada kami berdua. Dari mukanya ketahuan bahwa dia sangat menginginkan Lucas.
------------------------------------------
"Lo adeknya, gue kakaknya :X" pesan singkat dari Anggia masuk ke handphoneku.
"............" balasku. Suasana di Villa jadi agak ramai. Kami sedang mengobrol di pinggir kolam, ditemani beberapa botol bir dan makanan ringan setelah selesai makan malam. Anggia terlihat sangat sumringah mengobrol dengan mereka berdua.
"So.. you two not a couple?" tanya Val.
"Nope" jawab Anggia pelan.
"But you two are so close and looks good together" senyumnya. Anggia cuma balas tersenyum dan menjawab. "Nope, but he's my good friend, a very good one" sambil mengacak rambutku dan aku berusaha menghindar. Boleh diakui posisi dudukku dan Anggia memang terlalu dekat. Bisa dibilang badannya bersender kepadaku. Sekilas dilihat memang kami terlihat seperti sepasang kekasih.
Malam itu kami habiskan dengan mengobrol ringan ditemani bir. Tidak ada yang spesial. Rendy sudah tepar duluan karena lagi-lagi dikerjai Anggia yang dengan asal menyuruhnya membetulkan mobil yang disewa Lucas dan Val. Aku teringat tadi ketika kami mengantar mereka mengambil barang di penginapan airbnb mereka. Jangankan mereka, aku pun pasti akan susah tidur di tempat sejorok itu. Laman airbnb nya memang menipu, dengan sudut foto yang bagus, serba seakan-akan. Mereka berdua pasti bersyukur bisa stay disini, tanpa bayar dengan kondisi yang jauh sangat lebih baik. Dan ketenangan Ubud pasti akan sangat berkesan di hati mereka.
------------------------------------------
"Manja banget sih...." keluhku ke Anggia. Malam itu aku tidur dengan Anggia lagi. Lucunya bahkan kami tidak berhubungan seks sama sekali. Anggia berbaring memeluk guling di sebelahku dalam pakaian tidurnya, t shirt belel kebesaran dan celana boxer. Dia dari tadi mendesak badanku dengan badannya, seperti meminta dipeluk.
"Mumpung lo lagi single ini...." keluhnya padaku. Akhirnya aku memeluknya erat, seakan ingin menelan badannya dengan badanku.
"Gue masih sayang lo putus ama Nica..." celetuknya.
"Yah....."
"Dah sejauh apa sih hubungan kalian?"
"Tergantung"
"Fisik?"
"Maksudnya?"
"Seks" tegas Anggia.
"Oh... Aktif..."
"Sering?"
"Iya"
"Kalo secara mental?"
"Kayaknya jauh.."
"Kok?"
"Ya dia sering bawa gw ke acara keluarganya... Sedangkan gw ga pernah ngasih info apapun soal kehidupan gw sebelom sekarang.... Gak adil buat dia Nggi...." jelasku panjang lebar. "Lagian gw jadi kepikiran banget gara-gara vidio itu.... Apa gw udah ngerusak hidupnya dia...." lanjutku.
"Itu pilihan dia... Mau move on apa enggak. Dan pilihan lo juga. Mau tetep berkutat ama Dian yang bahkan lo ketemu aja gak berani, atau ngelanjutin hidup lo" balas Anggia sambil menikmati pelukanku. "Nikmatin masa sekarang. Jangan kejebak di masa lalu atau panik mikirin masa depan" senyumnya.
"Dan terus kenapa sekarang lo minta gw kelonin Nggi?" tanyaku.
"Biar enak tidurnya. Kalo besok sih mudah-mudahan bisa dikelonin ama bule yang dibawah tuh..." jawabnya.
"Sejujurnya gw keberatan mereka bareng kita..." balasku.
"Santai aja... Bukan orang jahat ini kan mereka?"
"Tetep aja orang asing Nggi"
"Lu bahkan bukan pacar gue, tapi gue percaya kan untuk nemenin gue di tempat tidur? Yang penting gw percaya, dan kalo kenapa-napa, kita pasti selalu punya jalan keluar" Anggia bergerak semakin dalam. Dan kami berusaha menikmati malam ini dengan ciuman lembut yang sepertinya tak akan berakhir
------------------------------------------
BERSAMBUNG