Episode 6.2
Oshiete… oshiete yo… (suara smartphoneku)
“iya halo?” jawabku lemah karena masih mengantuk
“Paagii… Sayaagghh…” suara Dea yang sontak saja membuatku terbangun. Bukan karena itu Dea tapi suaranya seperti orang sedang mendesah.
“Pagi juga, kamu kenapa? Balasku sambil bertanya selidik.
“hhmmm… uuughhh… gakpapaagghhh kkoookk…. Uh..uh..uh” jawab Dea yang semakin menjadi-jadi desahannya
“ughh.. ughh.. udaahh dulluu Dea mau telpoon.. bentaarr… pelaan…” suara Dea berbisik sepertinya sedang berbicara dengan orang lain namun aku tetap bisa mendengarnya.
Aku langsung sigap mengamabil dan memasang headphoneku dan membuka aplikasi CCTV dan dari kelima kamera yang nampak hanya terdapat sebuah ruangan yang menunjukkan sebuah aktifitas. Ya apalagi jika bukan Anggi yang sedang di sandwich oleh Taka dan Ryuji pikirku karena siapa lagi coba yang pake hijab. Kulihat disana Taka berada dibawah sedang menikmati penisnya yang berada di memek Anggi, lalu Ryuji dia menyodok penisnya di lubang anus Anggi sambil kulihat sesekali memukul pantat Anggi hingga nampak merah, Anggi yang membelakangi kamera hanya terlihat pinggangnya naik turun mengikuti gerakan Taka dan Ryuji sesekali kepalanya yang masih mengenakan hijab hitam itu mendongak ke atas menahan nikmat dan sakit. Namun ada yang aneh.
“andaikan ini CCTV kualitas bagus mungkin sudah ada suaranya” gumamku
“uudaahh...uudaah...dulu ya sayaaangg oh..oh..oh.. aaakkkuuu keluuaaarrrr...” suara Dea yang agak sedikit teriak dan sudah kuduga jika Dea mandapatkan orgasmenya. Dan juga seprtinya Anggi juga barusan mendapatkan orgasmenya, tubuh ambruk menimpa Taka, namun pinggangnya masih bergerak naik turun mengikuti gerakan para pejantannya.
“Keluar kemana?” tanyaku kepada Dea yang sebenarnya aku sudah tau yang dia lakukan. Dan bodohnya aku, aku malahan menikmatinya dan penisku mendadak menjadi tegang.
“rapat panitia sayang.” Jawab Anggi dengan suara lemah dan nafas yang masih memburu serta aku sempat mendengar suara plok..plok..plok... ya apalagi jika bukan suara persetubuhan.
Lalu tanpa menunggu salam atau apa Dea langusng mematikan telponnya. Aku yang penasaran mencoba mencari dimana pacarku berada. Ku lihat satu-satu dengan seksama namun hanya ada mereka bertiga diruang itu. Mungkin saja mereka sedang main dikamar, jika dikamar aku pasrahakan saja dengan rekaman milik pak Raden. Dan akupun kembali melihat live show Anggi yang sedang di sandwich.
Lalu aku coba memperbesar layar supaya bisa puas menonton live show Anggi sambil kukocok penisku. Aku tidak khawatir toh sekarang di vila tinggal aku seorang saja. Kulihat Posisi mereka masih tidak berubah tetap seperti tadi, Taka berada dibawah sedang menikmati vagina Anggi dan Ryuji tetap menyodok anus Anggi dari belakang. Lalu sepertinya Ryuji berbicara sesuatu yang aku tidak tau lalu tiba-tiba saja Ryuji mempercepat sodokkannya lalu mencabutnya dan bergegas berjalan ke depan Anggi dan sepertinya sedang di sepong oleh Anggi. Setelah itu Ryuji berjalan meninggalkan Anggi dan Taka namun dia sempat mengelap penisnya ke hijab hitam yang dikenakan Anggi lalu masuk kedalam kamar mandi.
Sementara kulihat Taka masih semangat menyodok vagina Anggi dan kini sepertinya Anggi yang tenanganya sudah pulih lagi dan dia sekarang yang bergoyang diatas tubuh Taka. Tangan Taka tidak diam saja dia memainkan dada Anggi kadang juga kepalanya mengemut pentil Anggi. Cukup lama mereka dalam poisisi itu lalu kulihat sepertinya Anggi akan orgasme lagi dia mempercepat gerakannya dan kulihat tubuhnya sedikit bergetar dan ambruk kedepan namun ditahan oleh Taka dan dibalikkannya tubuh Anggi sekarang dia berada di bawah dengan kaki mengangkang siap untuk dimasukin penis Taka.
Lalu dengan cepat Taka langsung kembali menggenjot dalam posisi missionaris. Kaki Anggi diletakkan diatas pundak Taka sehingga penisnya bisa masuk lebih dalam. Disodok vagina Anggi perlahan lalu sedikit demi sedikit temponya bertambah dan semakin cepat. Lalu sepertinya Taka sudah akan muncrat dia mempercepat genjotannya dan membuat tubuh Anggi ikut bergetar hebat dan beberapa saat kemudian Taka mencabut penisnya dan mengangkangi wajah Anggi.
“dari kemaren sepertinya mereka suka jika peju mereka di minum oleh para wanita. Setiap akan crot selalu diarahkan ke wajah mereka. Yah mungkin saja takut pada hamil” Gumamku sambil tetap mengocok penisku.
Setelah itu kulihat sepertinya Taka sudah selesai mengeluarkan pejunya dan dia langsung meninggalkan Anggi menuju kamar. Yang kulihat saat ini seorang wanita keturunan chinesse sedang tidur terlentang dengan kaki mengkangkang dan kedua tangan diatas kepalanya. Dadanya naik turun mengikuti hembusan nafasnya yang memburu. Nampak banyak sekali ceceran sprema di wajahnya dan bahkan mengenai hijan hitam yang dia kenakan.
“itu bukan Anggi..!!” teriakku terkejut ketika aku menyadari bahwa wanita tersebut bukanlah Anggi melainkan Dea pacarku.
Aku yang shock mengetahui bahwa wanita berhijab yang disandwich tadi adalah Dea membuatku semakin horni, kupercepat kocokan pada kontolku dan Crot..Crot..Crot.. keluarlah spremaku yang langsung mengenai perut dan sebagian mengenai kasurku. Aku berusaha mengatur nafasku setelah itu akupun beranjak dari kasur dan membersihkan spremaku yang tercecer.
“kenapa kamu mau disuruh seperti itu? apakah kamu tidak takut jika ada orang lain yang mengenalmu dan melihatmu?” gumamku sambil berganti pakaian karena aku memutuskan untuk kembali lagi ke vila terkutuk itu.
Kulihat di CCTV rupanya Dea masih dalam posisi tidur terlentang dan beberapa saat kemudian tangannya meraih hijab yang dia kenakan dan melepasnya setelah itu dia gunakan untuk mengelap sprema yang ada diwajahnya. Lalu kulihat Anggi datang menghapiri Dea ntah apa yang diucapkan oleh Anggi yang jelas kulihat Dea melemparkan hijab hitam ke arah Anggi dan berdiri lalu meninggalkan Anggi dan masuk menuju kamar mandi yang kuingat di dalam kamar mandi tersebut masih ada Ryuji.
Anggi yang masih mengenakan pakaian yang dia gunakan tadi pagi sewaktu membeli sarapan mulai memunguti pakain yang berserakan dilantai bekas pertarungan Dea. Dipunguti hijab yang Dea kenakan tadi, kaos lengan panjang berwarna putih dan celana jeans lalu setelah itu semua pakaian tesebut dimasukkan kedalam tas plastik dan Anggi masuk ke dalam kamar.
Kumatikan aplikasi CCTV dan aku bergegas packing karena aku tidak mau ketinggalan banyak hal di vila itu. setelah packing selesai aku bergegas masuk kedalam mobil, baru saja menyalakan mesin mobil tiba-tiba saja ada telpon masuk.
“ko, kamu cepet pulang ya soalnya papi sama mami mau ke singapore sore ini kasian yohan gk ada temannya.” Kata papiku di telepon.
“tapikan Yohan udah gede pi...” sanggahku karena aku ingin pergi ke vila.
“udah kamu pulang aja sekarang.” Perintah papiku yang sangat sulit untuk ku bantah.
“iya deh iya... semoga tidak macet...” ucapku karena saat ini dipikiranku adalah bagaimana bisa melihat apa yang terjadi di vila. Dan jika aku pulang telat bisa beralasan macet.
Setelah itu akupun bergegas mengendarai mobilku menuju vila. Perjalanan sekitar 1jam lamanya akhirnya aku tiba di vila. Seperti biasa kuparkirkan mobilku agak jauh dari vila dan akupun berjalan mengendap-endap. Ini siang hari pikirku semoga saja tidak ketahuan. Baru saja aku mendekati kamar utama sudah terdengar desahan seorang wanita dan tapi itu bukan suara Dea melainkan suara Anggi.
Akupun mendekati asal suara tersebut dan mulai mngintip. Benar saja saat ini aku melihat Anggi sudah telanjang bulat sedang di genjot oleh pak Terang dalam posisi doggy style. Desahan mereka berdua cukup keras sehingga sempat membuatku sange lagi. Kulihat susu Anggi bergoyang setiap kali pak Terang menyodok Anggi. Kadang tangan pak Terang menampari pantat Anggi, meremasi susunya, menjambak rambut Anggi.
“Ugghhh... Memekmu tetep seret walaupun sering dipake...” ceracau pak Terang sambil tetap menggenjot Anggi.
“ah..ah...uhh..uhh..eemmpphh...” hanya suara desahanlah yang keluar dari mulut Anggi.
“Semoga aja saja si Dea itu juga kuat sepertimu, kasian dia... hahahaha” kata-kata yang kelaur dari mulut pak Terang yang entah mengapa mebuatku makin horni.
“ah...ah..jangan aneh-aneh pak...uh.. Deaaa...anak baik..oh..oh..” bela Anggi yang sepertinya paham dengan apa yang akan terjadi pada pacarku Dea.
“tenang saja, ini malam terakhir kita kok disini, besok mereka sudah pada balik dan Akira-san juga akan ke jepang selama 3 minggu jadi Dea sudah bebas.” Jelas pak Terang yang membuatku sedikit lega karena Dea akan segera terbebas.
“Malam terakhir pak? Please pak jangan... oughh,...” sebuah pertanyaan dan pernyataan dari Anggi yang membuatku bingung.
Plok...Plok...Plok... suara pinggang pak Terang bertabrakan dengan bokong Anggi.
“Sudah diam saja... akh...akh..akh.. Aku keluar...” teriak pak Terang Sambil menekan penis dalam-dalam di memek Anggi. Setelah itu kulihat mereka berdua ambruk ke kasur yang sudah basah terkena cairan cinta dari Anggi dan juga keringat merek.
Aku yang masih bingung dengan ucapan Anggi bergegas meninggalkan mereka berdua yang sedang dilanda orgasme untuk mencari Dea, namun aku tidak menemukan Dea baik suaranya maupun fisiknya. Aku tidak berani masuk kedalam vila tersebut. Akhirnya kulihat jam sudah menunjukkan pukul 2 akupun bergegas kembali ke mobil.
Namun pikiranku berkecambuk dengan apa yang akan terjadi dengan Dea. ketika dalam perjalanan aku melihat pak Raden sedang ngopi di warung. Dan akupun langsung teringat tentang handycam yang diapinjam.
“pak Raden...” sapaku sambil mendekat ke arah pak Raden.
“eh.. mas Ali... ada apa ya?” tanya gugup ketika melihatku
“bisa bicara sebentar tidak pak di mobil.” Ajakku kepada pak Raden yang langsung diikuti oleh pak Raden masuk ke dalam mobilku.
“Jadi gini pak, to the point saja. Saya barusan masuk ke vila dan saya tau semuanya. Saya mau minta tolong ke pak Raden, jika bapak berkenan membantu ini saya ada sedikit rejeki” ucapku sambil menunjukkan nominal 5juta di smartphoneku.
“aduh mas, saya mohon maaf tapi saya sudah terlanjur berjanji dengan seseorang.” Jawabnya berusaha menolak
“masa sih pak tidak bisa bantu saya, kan saya juga sering bantu bapak.” Rayuku sambil menunjukkan kembali nominal 10jt di smartphoneku.
“baik mas, tapi mas Ali juga bantu saya ya.” Nego pak Raden.
“bantu apa pak?” tanyaku penasaran
“gini mas, saya sudah janji dengan non Anggi supaya tidak ada yang tau termasuk mas Ali apalagi sekarang ada mbak Dea pacar mas Ali.” Jelasnya
“hmmm... terus apa yang bisa saya bantu?” tanyaku semakin penasaran.
“saya mohon mas Ali jangan lapor ke non Anggi jika saya memberi tahu mas Ali.” Jelasnya
“oh... klo itu beres, lagian saya juga tidak mau ambil resiko pak.” Jawabku tanda menyetujui permintaannya.
“sekarang apa yang bisa saya bantu mas?” tanya pak Raden.
‘jadi gini pak, pertama tolong bapak pura-pura nganter makanan atau apa gitu ke vila lalu pindahkan kamera yang ada di kamar ke ruangan utama karena saya dengan nanti malam akan ada pesta, lalu yang kedua besok selasa saya akan kesini lagi untuk mengambil semua rekamannya, jika pak Raden mau nanti saya kasih kasetnya. Setuju?” jelasku kepada pak Raden.
“baiklah mas, saya nurut aja deh. Jangan lupa rejekinya lho mas. Hehehe” ucap pak Raden tanda menyetujui semua keinginanku
Akupun mentransfer uang ke rekening pak Raden dan setelah itu berpamitan kepada pak Raden. Aku kembali berkendara pulang kerumah dengan perasaan senang, sange, sedih, stres, dll. Untung saja tidak mengganggu fokusku dalam berkendara.
Maaf updatenya sedikit dulu dan jarang adegan seksnya karena masih belajar biar bisa lebih bagus lagi..
terima kasih atas like, dan komennya.
Terima kasih juga sudah mau membaca cerita newbie ini yang masih berantakan.
Selamat malam...
Nb.
Next update klo bisa di page 9, klo tidak bisa ya sesempatnya deh