Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Titin Gadis Kebumen

Titin Gadis Kebumen 03

(sebelumnya:
Kami lalu berpakaian, aku membantunya merapikan kancing kemeja dan dasi, bersikap seolah-olah istrinya. Ia tersenyum memandangiku waktu merapikan dasinya, aku senang dipandangi seperti itu. ”Ga makan dulu pak?” tanyaku. ”Maap ya bisa telat nanti,” jawabnya sambil mengecup keningku. Aku melirik jam dinding sudah jam 1 lewat 5. Pak Iwan butuh waktu paling lama 10 menit untuk sampai ke kantornya. Justru waktu untuk turun ke basement dan jalan ke mobil seringkali lebih lama dari perjalanannya. Dia mengecup bibirku sekali lagi, waktu berpamitan. Sejak hari itu aku sadar akan menjalani peran baru di keluarga ini. Dan aku bahagia dengan peranku itu.)

Kini sudah hampir 8 bulan sejak pertama kali aku menjalani peranku sebagai ”istri di siang hari”. Aku sudah tidak lugu lagi dalam melayani pak Iwan. Pak Iwan banyak mengajariku. Biasanya dia menyuruhku menonton video-video yang beliau kirim lewat link google drive. Tidak setiap hari dia mengirimiku video yang aku tonton lewat HP Samsungku. Tapi aku tahu tiap kali dia memintaku menonton video, itu artinya ada ”pelajaran baru”. Saat mau mengajariku untuk deep throat, dia memberi aku tontonan yang banyak adegan deepthroatnya. Bahkan ada tutorialnya. Bagi pemula bisa coba pencet hidung, sambil buka kerongkongan lebar-lebar seperti sedang menguap.
Begitu juga waktu pak Iwan memintaku menjilati anusnya sambil memasukkan sedikit lidahku ke lubangnya. Terakhir kali sekitar 2 bulan lalu waktu mau mengajariku anal, pak Iwan kerap memutarkan video anal dan sering merangsang anusku dengan memasuk-masukkan lidahnya lalu jarinya ke anusku.

Mungkin pembaca sekalian bertanya-tanya, kalau sudah belajar anal, apakah aku masih perawan? Tentu saja tidak.
Tapi aku sangat kagum dengan kesabaran pak Iwan dan sikap jantannya yang menepati janji. Sejak awal dia berkata tidak akan mengambil perawanku kecuali aku yang mau sendiri, dan kata-kata itu ditepatinya. Paling-paling dia hanya memintaku menjepit kontolnya, entah dengan posisi Pak Iwan di atas, atau menyamping dari belakang. Lalu dia akan memaju mundurkan kontolnya seperti sedang menyetubuhiku. Gesekan kontolnya yang keras dan hangat terasa nikmat di vaginaku.Terus terang hal ini membuatku ingin merasakan yang lebih lagi. Apalagi saat kontolnya berkedut-kedut mengeluarkan sperma dalam jepitan pahaku, rasanya aku ingin merasakan kedutannya di dalam vaginaku, tapi aku ga berani. Suatu kali pernh perasaan berani itu mulai muncul saat pak Iwan tidak cuma menjilati kelentit sambil memasukkan ujung jempolnya ke liangku, tapi sesekali mengganti jempolnya dengan memasukkan sedikit kepala kontolnya ke mulut vaginaku. Digesek-gesekkannya ke atas ke bawah, seringkali menimbulkan bunyi becek karena liangku sudah sangat basah, auuww.... nikmat sekali rasanya. Tapi aku kagum dengan kesabaran pak Iwan, seandainya saat itu dia sedikit mendesakku untuk memasukkan semuanya, mungkin aku akan mengiyakan, tapi tidak pernah dilakukannya. Ada dorongan dalam hati untuk melayaninya seperti layaknya seorang istri. Membiarkannya memasukiku dan mencapai kepuasan di dalam vaginaku. Ah, semakin lama semakin sering aku membayangkannya.

Akhirnya tiba hari dimana aku menyerahkan keperawananku dengan sangat ikhlas dan bahagia pada laki-laki yang aku kagumi ini.


************

Suatu hari seperti biasa aku sedang menyeterika pakaian, pak Iwan menelpon ke hpku:

”Tin, kamu masih pengen ambil paket C kan?”

”Eh, iya Pak” jawabku sambil kaget.

”Nanti dandan yang cantik ya, aku jemput kamu jam 11. Jangan lupa siapin ijazah SMPmu!” kata Pak Iwan.

Ya ampuuuunn, bahagia sekali rasanya. Aku sudah lama mengharapkan bisa memiliki ijazah SMA. Pak Iwan pernah menawari aku mengambil paket C, dulu sekali waktu awal aku bekerja, namun setelah itu tidak pernah dia singgung lagi. Aku cukup sungkan untuk menanyakannya. Mungkin beliau lupa, atau masih sangat sibuk. Aku segera berganti pakaian yang paling bagus dan memoles wajahku agar lebih cantik. Jam 11 pak Iwan telpon lagi, ”Tin, aku udah menuju apartemen nih, kamu langsung tunggu di lobby aja ya.” ”Baik, Pak.” jawabku berbunga-bunga.

Seperti seorang kekasih aku menunggunya di lobby bawah.

Di perjalanan pak Iwan menelpon ke pak Nyono, supir yang bertugas menjemput Tiara di sekolah: ”Pak Nyono, Tiara siang ini mau dijemput Eyangnya. Jadi ga usah jemput Pak!”

Kemudian dia menelpon ibu mertuanya, ”Mah, jadi pengen jemput Tiara kan? Kemaren dia agak batuk, jangan diajak makan ice cream ya. Ini saya nganterin Titin mau ambil kursus paket C. Belum tahu kelarnya jam berapa. Mungkin sampe sore. Jadi Mamah bawa Tiara pulang ke rumah Mamah aja, nanti saya jemput... makasih ya Mah.” Sambil menelpon dia tersenyum ke arahku. Dalam hati aku berpikir, pulangnya nanti pasti kami akan mereguk kenikmatan lagi di apartemen selama Tiara diajak main Eyangnya.

Proses pendaftaran ternyata sangat singkat, aku dibekali buku-buku untuk dipelajari dan akan ambil kursus Sabtu-Minggu selama 3 bulan. Biayanya 3,6 juta termasuk ujian. Pak Iwan membayarnya lunas. Aku bahagia sekali rasanya. Begitu perhatian dia dengan masa depanku. Sesampai di dalam mobil, aku mengucapkan terima kasih pada Pak Iwan.

”Gitu doang?” tanyanya sambil berkedip nakal. Aku cium pipinya.
"Udah?...Pipi doang?" tanyanya lagi.
Aku mengecupnya bibirnya sekali. Dia membalas mengecup bibirku sekali. Lalu kami berciuman mesra, saling menjulurkan lidah.
Kami sama-sama terangsang dengan ciuman ini. Aku masih mengulum-ngulum lidah pak Iwan, waktu dia menarik tanganku menggenggam kontolnya. Oh, rupanya kejantanannya sudah sangat keras.Dia menghisap bibir bawahku kuat-kuat, saat aku gosok-gosok kemaluannya dari luar celana. Kemudian dia menarik tengkukku ke kontolnya, dan aku pun tahu apa yang harus kulakukan. Dulu pernah sekali pak Iwan memintaku mengoralnya sambil menyetir di perjalanan tol menjemput istri dan anaknya Tiara di bandara.

Aku buka resletingnya saat mesin mobil mulai menyala, dan lidah serta mulutku segera memberinya kenikmatan waktu mobil mulai berjalan. ”Aahhh..hh” sesekali dia mendesah sambil menjenggut rambutku waktu aku men-deepthroat-nya.

Aku tidak sadar berapa lama mobil sudah berjalan, hingga dia berhenti di sebuah garasi yang langsung tertutup dan gelap. Aku berhenti, mau tahu dimana ini? Tapi dia menekan kepalaku lagi, ”Tenang aja Tin, terusin dulu aja sampai keluar.”

Aku menurutinya, menggerakkan kepalaku naik turun semakin cepat, liurku mengalir banyak, sluurrpphhh.. srup..ck..ck..srupp....

Dia pun berteriak kencang ”AAAHHHHHH” sambil menyemprotkan spermanya ke mulutku, aku takut ada orang lain yang mendengar. Setelah terdiam beberapa menit bunyi telepon dari dalam ruangan terdengar. ”Wah, ga sabaran amat sih tu orang, yuk naik Tin.” Aku mengikutinya, rupanya garasi ini ada pintunya, waktu dibuka terlihat tangga menuju ke atas. Di atas rupanya kamar tidur seperti hotel. Ada foto adegan mesra di atas ranjang. Di dalam kamar itu ada bak berendam di sudutnya. Wah kamar mandinya terbuka, menyatu dengan kamar. Pak Iwan, menyambar telepon yang masih berdering, ”Ya mas. Saya pesan nasi gorengnya dua mas. Air mineral 2, es teh manis 2... itu aja... makasih.”

Aku perhatikan daftar menu yang dibacanya, tertulis C’One Hotel Transit.

”Oh, rupanya ada hotel yang bisa langsung masuk mobil di dalamnya,” pikirku.

Pak Iwan mengambil dompet, mengambil berapa lembar seratus ribuan, dan ditaruhnya di atas meja. ”Pegel nih Tin, boleh tolong pijitin ga?” Saat meminta dipijat pun beliau tetap sopan. Dia pun tengkurap di kasur, lalu aku mulai memijitnya. Tidak berapa lama ada ketokan di pintu. ”Masuk aja mas!” teriaknya. Aku langsung gugup. ”Tenang aja Tin, dia udah biasa, udah maklum.” ”Ambil aja kembaliannya mas,” kata pak Iwan pada mas-mas yang menyiapkan pesanan kami di meja.

”Yuk makan dulu yuk” katanya menggandengku. Aku membayangkan ini seperti pengantin yang berbulan madu. Kami makan berdua seperti layaknya suami istri. Lagi-lagi aku bahagia diperlakukan seperti ini. Setelah kenyang, pak Iwan mengajakku melepas baju dan berendam di bak dengan air hangat. Rasanya nyaman sekali berada di pelukannya. Sambil berendam dia masih sempat menasihati aku untuk belajar dengan keras selama kursus Paket C. Lalu kami mengobrol tentang pelajaran-pelajaran yang masih aku ingat sewaktu SMP. Sambil mengobrol, tangannya mengelus-elus rambutku, terus ke lenganku, ke leherku dan sesekali menjamah putingku yang dari tadi sudah mengeras. Puas mengobrol, kami pun berciuman dengan penuh nafsu, kemudian dia mengangkat tubuhku ke tepi bak. Menyuruhku duduk di bantalan handuk sambil membuka kaki lebar-lebar. Pak Iwan masih berendam di bak sambil menjilati vaginaku. "...oohhhhh," aku keenakan dan tak sadar mengangkat kaki dan mengangkang lebar-lebar.

Pak Iwan terus menjilat-jilat dan mulai menyolok-nyolokkan lidahnya keluar masuk, aku tak tahan lagi... rasanya sangat nikmat. Lalu kudukku berdiri, seluruh tubuhku mengejang, dan ”uuoooogghhh...” aku mengejan-ngejan karena orgasme. Mataku mendelik ke belakang dan mulutku menganga. Rasanya nikmat sekali tak terkatakan.

Lalu pak Iwan mencium leherku, sambil beranjak dia mengangkat tubuhku dan menggendong aku berjalan ke arah bed. Direbahkannya aku di bed dalam posisi mengangkang, dia berada dii atasku. Kami berciuman lagi dengan hebatnya, kontolnya yang keras dan hangat terasa menyentuh-nyentuh vaginaku yang sudah sangat basah.

Lalu ciumannya turun ke dadaku, menjilat-jilat dan mengulum putingku. Dan tiba-tiba entah darimana datangnya aku mengucap:
”Pak Iwan sayang, masuki aja pak saya... Saya ikhlas...”
Dia terkejut memandangku.
Aku tersenyum meneteskan air mata, ”sebagai ungkapan terima kasih saya Pak. Pak Iwan silahkan masuki aja saya.”

Dia hanya menatapku dengan pandangan sayang, lalu pelan-pelan mengecup bibirku, sambil memegang kontolnya menyentuh bibir vaginaku. Jantungku berdegup kencang, aku sudah ambil tekad bulat, kepala penisnya terasa mendesak masuk seperti yang biasa dia lakukan, tapi kali ini lebih dalam. Aku terpejam, merasakan semuanya. Saat ditarik, dimasukkannya lagi, pelaaaan-pelaan sekali. Lebih dalam. Diulanginya lagi. Aku menggigit bibirku, begini ternyata rasanya dimasuki oleh lelaki. Beberapa kali dia lakukan pelan sekali dan makin dalam. Kini sebagian batangnya sudah masuk ke dalam. Dia berhenti. Dikedut-kedutkannya kontolnya di dalam vaginaku, terasa nikmat. Lalu dia mengulum telingaku sambil berbisik, ”Sekarang ya sayang.” "Aaagghhh..." dia melesakkan seluruh batangnya. Dan aku terkejut, ternyata tidak begitu sakit. Hanya ada nyeri sedikit, sewaktu batangnya melesak ke dalam, namun sensasi nikmatnya waktu mulai ditarik pelan dan dimasukkan lagi melebihi rasa nyeri yang tadi aku rasakan.

Kemudian dia mulai bergerak naik turun, batangnya bergerak keluar masuk bergesekan dengan dinding vaginaku yang sudah sangat licin. Lagi-lagi aku tak kuat menahan nikmatnya, aku menengadah ke belakang sambil menganga dan mendesahdesah.”Aaahh...ahh.aahh”

Tiba-tiba dia berhenti.
”Tin, kapan kamu terakhir mens?”

”Kemarin kan Pak. Kan bapak masih inget aku ga mau dijilatin karena masih mens.”

”Oh ya udah berarti aman. Ini kesempatan pertama buat kamu ngerasain sperma dikeluarin di dalam.”

”Hah, pak. Jangan... saya takut hamil.”

”Udah percaya sama aku. Nanti aku jelasin kenapa ga bakalan hamil.”

Lalu dia meneruskan memompa vaginaku sambil menjilati telingaku. Oh geli sekali dan nikmat. Lalu pertahananku pun mulai jebol saat dia memompaku cepat sambil mengulum puting kiriku. ”Agghhh pak, rasanya Titin mau keluarrrr.”

”Yah, Tin, keluarin sayang.”

Aku menjerit kencang ”Paaaaaakkkkkk, ooougghhhrrgghh.” mendekapnya kuat-kuat.
”Aku nyusul Tin, sama-sama” teriaknya.
”Ooogghhhhh..hh”
Semprotan hangat terasa di dalamku. Croooottt...croooott..crut..crut.

Rasanya sungguh tak terkatakan. Vaginaku masih berkedut-kedut, berbarengan dengan kontolnya yang berkedut-kedut di dalamku. Kami saling bertatapan. Aku membayangkan menjadi pengantin baru. Kami pun berciuman lamaaaaa sekali.
Lalu pak Iwan menarik tubuhnya rebah di sampingku. Sambil rebah dalam dekapannya, pak Iwan menarik tisu dan melap batang kontolnya. Terlihat memang noda merah di tisu itu, tapi ga ada darah yang mengalir seperti yang aku bayangkan dari cerita-cerita orang.

”Gimana rasanya Tin?” senyumnya ganteng sekali.

”Enak banget Pak” aku tersipu sambil mencubit dadanya.

Lalu dia mengecupku lagi, dan mendekap aku lebih erat.

Kami sama-sama diam sambil terpejam... Hari ini mengawali babak baru lagi dalam hubunganku dengan Pak Iwan.
Aku tidak tahu akan sampai kemana kisah ini. Lihat saja nanti.



(bersambung)
Titin Gadis Kebumen 04
 
Terakhir diubah:
Masang patok dulu hu, mohon di ijinkan nubie merapat. Oia sedikit pertanyaan, koq ga muncul ya gambar yg di postingnya?
 
Masang patok dulu hu, mohon di ijinkan nubie merapat. Oia sedikit pertanyaan, koq ga muncul ya gambar yg di postingnya?
Iya. Meski udah lama jadi silent reader, masih nubie cara posting foto. Belum tau caranya yg bener. Lagipula itu bukan foto asli sih.
 
Ada yang bisa kasih info gimana casa attach gambar? Udah coba pake image hosting yg ditutorial tetap ga bisa.
 
Jebol juga Titin, salut ama Pa Iwan yang sabar nunggu buat Titin yang nyerahin prewinya.
Keep the good work Suhu.
Ditunggu update selanjutnya.
:baca:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd