haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
The EX 02 - Chapter 12
Timeline : 2011 Februari
Sehari setelah Chapter 11
--POV Intan--
“Huft… akhirnya hari ini selesai juga shift malam ku, masih ada 1 hari lagi lalu libur. Aku ngajakin Tono jalan kemana ya enaknya?” pikirku pagi ini ketika shift hari ini berakhir. Shift malam ku start dari jam 11 malam ke jam 6 pagi. Tapi karena harus ada laporan pagi jadi baru selesai jam 7. Besok lusa aku libur tanggal merah ingin mengajak Tono jalan-jalan ke pantai atau ke kota sebelah. Hanya menghabiskan waktu berdua saja besok.
Mungkin aku aneh, aku tak punya rasa bersalah sedikitpun ke Tono saat ini karena sudah having sex dengan Santo kemarin. Ya… aku merasa seperti tidak ada apa-apa saja. Dan kemarin aku tak menganggap itu sebuah perselingkuhan. Jujur saja aku sebenarnya menganut paham free sex. Karena itu hanya kebutuhan jasmani saja. Hanya sekedar aktivitas biologis. Sedangkan di Kota ku ini, hal itu masih sangat tabu untuk dibahas. Meski sebenarnya juga banyak yang sudah melakukan sex sebelum nikah disini dan itulah mengapa para tetua disini menganjurkan untuk segera menikah setelah lulus sekolah.
Untungnya pacarku sekarang (Tono) orangnya terbuka untuk ini. Meski awalnya sempat kaget ketika aku bercerita tentang aktivitas sex ku dengan Hasan. Tapi tampaknya dia tidak mempermasalahkan ini. Cuma untuk cerita tentang yang lainnya, aku masih ragu untuk ini. Aku sangat berharap Tono bisa jadi tambatan hati ku yang terakhir. Aku juga ingin segera menikah dengannya. Mungkin nanti setelah aku bisa benar-benar yakin Tono tak mempermasalahkan perilaku sex ku, akan kuceritakan semua kepadanya. Setidaknya aku mencoba untuk bermain seaman mungkin sekarang. Walau terkadang nafsu lebih menguasai pikiranku ketika sedang “bermain”.
Semalam aku berangkat ke RS diantarkan oleh Tono, jadinya sekarang aku juga tidak membawa motor untuk pulang sendiri. Aku chat saja Tono untuk menjemputku sekarang.
Intan : “yank. Jemput dong. Dah mau pulang nih.”
Tono : “eh yank. Maaf-maaf baru bisa jemput 1 jam lagi boleh? Lagi nungguin supplier nih gak datang-datang.”
Intan : “tinggal aja loh yank. Minta Ramdan jagain.”
Tono : “yah kan Ramdan sekarang gantian jaga warnet yank. Sabar ya janjinya sebentar lagi sampai dan aku urusin ini dulu bentar ya. Tunggu 30 menit lagi deh.”
Intan : “yah ya udah deh. Aku tungguin. Cepetan tapi, udah ngantuk aku yank.”
Tono : “iya iya, apa kamu mau pulang duluan?”
Intan : “sama siapa?”
Tono : “ya mungkin disana ada barengan?”
Intan : “hari ini shiftku sama si Ratna. Enggak ah yank males nebeng dia.”
Tono : “ya udah tunggu ya yank.”
Agak sebel pagi ini ketika Tono tidak bisa menjemputku. Kalau tau gitu sekalian aja tadi malam dia tidak perlu mengantarku ke RS. mungkin karena aku kurang istirahat jadi mood ku juga tidak baik sekarang. Apalagi kemarin malam energi ku juga sudah terkuras habis rasanya setelah bermain dengan Santo. Ah… apa aku minta Santo antar aku pulang saja ya? Aku coba chat Santo sekarang.
Intan : “San… jemput aku dong di RS. bisa?”
Santo : “eh tumben kamu chat duluan Tan, mana minta jemput juga. Pacarmu kemana?”
Intan : “ya kamu tuh yang tumben. Semingguan full chat duluan, sekarang enggak. Sudah dapet enak kemarin dilupain nih aku? Dasar buaya.”
Santo : “haha gak di lupain, cuma baru bangun tidur aku. Kamu sih goyangnya bikin aku keenakan kemarin. Haha. ya udah aku jemput ya bentar.” akhirnya si Santo mau menjemputku pagi ini.
Karena sudah ada yang bersedia mengantarku pulang, aku chat Tono agar dia tak perlu menjemputku di RS.
Intan : “yank. Gak usah jemput ya. Aku pulang duluan.”
Tono : “oh iya yank hati-hati. Dianter pulang siapa?”
Intan : “ini tadi Santo ada di deket sini dari status BBM nya, aku suruh anterin aku pulang aja dia.” aku berbohong ke Tono.
Tono : “wah, gak ngerepotin tuh?”
Intan : “enggak kok aku sudah tanya.”
Tono : “hmm… nanti kalau minta imbalan gimana?”
Intan : “ya aku kasih aja yank.”
Tono : “kalau mintanya hal lain?”
Intan : “hal lain gimana?”
Tono : “ya tau lah maksud ku. Hehehe” nampaknya aku paham apa yang di maksud Tono.
Intan : “ya aku kasih aja, salahnya kamu gak bisa jemput. Weeeekkk.”
Tono : “lah? Beneran?”
Intan : “udah deh jangan mesum mulu. Aku pulang dulu yank.”
Tono : “iya ati-ati. Nanti setelah tutup toko aku kerumahmu ya.”
Intan : “gak usah, aku mau main sama Santo dulu. Dah ya. bye” karena aku sedang bete dengan Tono jadi aku jawab sekenanya saja. Bukan maksud ku demikian sebenarnya. Cuma dari kemarin ada saja yang membuatku bete. Jadinya menumpuk sampai sekarang.
Sekitar 10 menit kemudian ada chat dari Santo.
Santo : “Tan, aku sudah didepan. Di sebelah parkiran ya.” aku pun segera keluar RS untuk menemuinya.
Intan : ”cepet amat San nyampe nya? Gak mandi ya?”
Santo : “hehe iya, ngebut aku Tan biar segera jemput kamu.”
Intan : “ya udah anter aku pulang yuk San.” akhirnya pagi ini aku diantar pulang Santo. Karena aku ngantuk jadinya aku memeluk Santo agar tidak terjatuh dari motor kalau-kalau aku tertidur.
Santo : “ngantuk banget Tan?”
Intan : “iya San. kamu juga kan yang bikin aku capek semalam.”
Santo : “iya sih. Hehe. mau lagi dong Tan.”
Intan : “eh udah jangan sekarang, aku ngantuk.” tapi Santo tak merespon ku sampai akhirnya 10 menit kemudian aku sudah sampai di depan pagar rumahku. Aku melihat jam tangan ku sekarang pukul 8 pagi.
Intan : “makasih ya San udah nganterin pulang.”
Santo : “makasih doang nih? Hehe”
Intan : “hmm lak ada mau nya. Udah jangan sekarang deh San, ngantuk aku.”
Santo : “yah bentar aja loh Tan.”
Intan : “beneran sebentar ya? Ya sudah masukin dulu motornya.” akhirnya aku mengajaknya masuk kerumah. Setelah Santo memarkir motornya di halaman, dia langsung mengejarku kedalam rumah dan memelukku.
Intan : “auch… ” Santo yang sudah menutup pintu depan rumah langsung memelukku dari belakang.
Santo : “sudah gak sabar nih Tan...” nafasnya memburu karena sudah terlalu bernafsu. Tanggannya pun tak tinggal diam, sudah mulai meraba-raba tubuhku.
Intan : “pindah ke kamarku aja San... jangan disini nanti keliatan orang dari depan... Kalau ada orang lewat...” akhirnya Santo mendorongku masuk kearah dapur.
Santo : “disini aja loh tan… sebentar aja...”
Santo mendorongku ke tepian meja makan, dia yang berada dibelakangku mulai menggesek-gesekkan penisnya yang sudah menegang dibelahan pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas payudaraku.
Intan : “oohss.. San… nafsu banget sih kamu… pelan-pelan dong...”
Santo : “katanya gak boleh lama-lama Tan...” Santo menarik turun celana dinas ku. Dengan sekali tarikan sudah melorot kebawah bersama dengan celana dalamku. Sekarang pantatku terekspose bebas didepan Santo.
Santo : “pantat mu putih juga ya Tan ternyata… hehehe” PLAK… Santo menampar pantatku.
Intan : “auch… iseng banget sih di tampar.” kemudian Santo melepas celananya dan mulai menggesek penisnya di belahan pantatku.
Intan : “jangan di masukin ke pantat ya San... ”
Santo : “memang pernah Tan?”
Intan : “pernah, tapi sakit… jangan ya...” dengan bertumpu ke meja makan, aku agak berjongkok agar Santo dapat dengan mudah memasukkan penisnya.
Santo : “duh pengen coba. hehe”
Intan : “jangan San… masukin di memekku aja… achh...” tiba-tiba Santo melesakkan penisnya kedalam vaginaku. Karena aku juga gampang banget basah jadinya dia tidak kesulitan untuk ini.
Santo : “ooh… enak Tan… oohs...”
Intan : “ahh.. Ahhh.. ahhh… oohss… ahhs..” aku pun mulai mendesah-desah seiring genjotan dari Santo dibelakangku. Kedua tangan Santo memegang erat pundakku agar saat dia menusukkan penisnya bisa melesak lebih dalam lagi. Aku juga merasakan kepala penisnya membentur-bentur dinding rahim ku. Genjotannya pagi ini tidak seperti semalam, dia lebih brutal tidak lagi main pelan. Tubuhku sampai terhuyung-huyung diatas meja. Jilbab dan baju bagian atasku sudah berantakan.
Intan : “och… ah.. Ahh.. ahhh.. Oohhs… ooushh… ngggghhhh….” tak lama kemudian akhirnya aku mencapai orgasme ku. Santo tetap menghajar kemaluanku dengan penisnya.
Intan : “oochh.. Terus San… oochhh… ahs.. Ooochhh...” aku lebih suka bermain seperti ini, daripada kemarin. Rasanya aku bisa bebas mencapai orgasme ku berulang kali sampai squirting membasahi lantai tempatku dan Santo berpijak sekarang. Vaginaku juga semakin gatal seiring penetrasi keluar masuk penis Santo. Meja makan tempatku bertumpu juga semakin berdecit kencang seiring gerakan maju mundur kami berdua. Tubuh ku pun semakin basah dengan keringat. Entah kenapa Santo tak menelanjangi ku saja tadi. Jadinya basah semua seragam ku sekarang.
“Plakkk.. Plakkk.. Plakkk… plakkk...” bunyi dari paha ku yang beradu dengan pahanya terdengar keras. Apalagi kaki ku sudah basah dengan cairan cintaku yang mengalir deras daritadi. Santo juga sangat bersemangat menggenjotku dari belakang. Dia nampak seperti kesetanan dan sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya lagi.
Tak terasa sudah sekitar 30 menit Santo menghajarku.
Intan : “ach.. Achh.. ooch.. Aachh...”
Santo : “Tan… aku mau keluar Tan… AAHHH…” tanpa minta ijin terlebih dahulu, Santo menusukkan penisnya dalam-dalam dan membuang spermanya didalam. Sampai membuatku terbelalak karena cairan hangat memenuhi rongga rahimku sampai menggembung di perut bagian bawahku. Spermanya langsung masuk ke rahimku karena kepala penisnya tepat menempel erat menusuk bibir rahimku. Kedua tangannya pun menarik pundakku agar semakin erat dengan tubuhnya.
Intan : “OOOHHH SAN….NNNNGGGHHHHHH….” Santo menahan tubuhku sampai dia puas mengeluarkan semuanya. Sampai akhirnya aku merasakan penisnya mulai mengecil perlahan dan Santo melepaskan cengkramannya di pundakku. Membuatku ambruk di atas meja makan sambil ngos ngosan. Santo pun ambruk terduduk di lantai bawah sambil melihatku terkapar diatas meja. Spermanya yang tak dapat ku tampung semua mulai menetes keluar di kakiku.
Intan : “Hooss… hooss… hooosss… duh San… banyak banget spermamu… keluar didalam gak bilang-bilang...” aku akhirnya terduduk di lantai juga karena kaki ku sudah tak kuat lagi menyangga tubuhku.
Santo : “hehe gak apa kan Tan… enakan didalam kan...”
Intan : “iya sih San… sudah kan, pulang sana, aku mau mandi terus tidur.” tiba-tiba Santo mendekat dan mencium bibirku dan aku pun membalas ciumannya.
Intan : “mmmhhh...mmhhhh...” lalu santo berdiri dan menyodorkan penisnya yang sudah mengecil.
Santo : “bersihin dulu dong tan burungku. Hehe”
Intan : “ya udah sini… mmmhhh….mmhh….sluurpp… mmhhh..” aku pun mengulum penisnya yang sudah tidak tegang lagi ini. Membersihkan sisa-sisa sperma yang ada. Tapi perlahan penis nya menegang lagi.
Intan : “tuh kan tegang lagi… sudah sana pulang sudah aku bersihin tuh...”
Santo : “yaahh… lagi dong Tan… nanggung nih...”
Intan : “emang masih bisa nyembur sebanyak tadi? Kalau gak banyak aku gak mau main sama kamu lagi lho.” sambil kuremas kantung zakarnya.
Santo : “auch… iya deh iya aku pulang.” akhirnya aku dan Santo memakai celana kembali kemudian Santo pamit pulang.
Setelah Santo pulang, aku pun mengunci pagar depan rumah dan segera mandi untuk mencuci area kewanitaanku ini yang sudah belepotan sperma dari Santo. Tak lupa aku juga segera minum pil kb agar tidak terjadi hal hal yang tak diinginkan.
Intan : “banyak banget nih netes netes di lantai juga, jadinya ngepel kan aku. Huft...”
Ingin segera tidur rasanya pagi ini. Tapi ujung-ujungnya aku harus beberes rumah terlebih dahulu dan baru bisa rebahan di kasur jam 11 siang. Sekarang aku mengenakan daster yang cukup longgar dan nyaman untuk tidur. Tak perduli bekas cupangan Santo kemarin malam di area payudara dan leherku bisa terlihat jelas masih agak memerah karena dirumah juga tidak ada orang. Palingan nanti siang si Hasan baru pulang. Kalau sama Hasan sudah biasa sih jadi aku tak terlalu memperdulikan ini. Karena sudah terlalu mengantuk, akhirnya aku tertidur pulas di kamarku.
Timeline : 2011 Februari
Sehari setelah Chapter 11
--POV Intan--
“Huft… akhirnya hari ini selesai juga shift malam ku, masih ada 1 hari lagi lalu libur. Aku ngajakin Tono jalan kemana ya enaknya?” pikirku pagi ini ketika shift hari ini berakhir. Shift malam ku start dari jam 11 malam ke jam 6 pagi. Tapi karena harus ada laporan pagi jadi baru selesai jam 7. Besok lusa aku libur tanggal merah ingin mengajak Tono jalan-jalan ke pantai atau ke kota sebelah. Hanya menghabiskan waktu berdua saja besok.
Mungkin aku aneh, aku tak punya rasa bersalah sedikitpun ke Tono saat ini karena sudah having sex dengan Santo kemarin. Ya… aku merasa seperti tidak ada apa-apa saja. Dan kemarin aku tak menganggap itu sebuah perselingkuhan. Jujur saja aku sebenarnya menganut paham free sex. Karena itu hanya kebutuhan jasmani saja. Hanya sekedar aktivitas biologis. Sedangkan di Kota ku ini, hal itu masih sangat tabu untuk dibahas. Meski sebenarnya juga banyak yang sudah melakukan sex sebelum nikah disini dan itulah mengapa para tetua disini menganjurkan untuk segera menikah setelah lulus sekolah.
Untungnya pacarku sekarang (Tono) orangnya terbuka untuk ini. Meski awalnya sempat kaget ketika aku bercerita tentang aktivitas sex ku dengan Hasan. Tapi tampaknya dia tidak mempermasalahkan ini. Cuma untuk cerita tentang yang lainnya, aku masih ragu untuk ini. Aku sangat berharap Tono bisa jadi tambatan hati ku yang terakhir. Aku juga ingin segera menikah dengannya. Mungkin nanti setelah aku bisa benar-benar yakin Tono tak mempermasalahkan perilaku sex ku, akan kuceritakan semua kepadanya. Setidaknya aku mencoba untuk bermain seaman mungkin sekarang. Walau terkadang nafsu lebih menguasai pikiranku ketika sedang “bermain”.
Semalam aku berangkat ke RS diantarkan oleh Tono, jadinya sekarang aku juga tidak membawa motor untuk pulang sendiri. Aku chat saja Tono untuk menjemputku sekarang.
Intan : “yank. Jemput dong. Dah mau pulang nih.”
Tono : “eh yank. Maaf-maaf baru bisa jemput 1 jam lagi boleh? Lagi nungguin supplier nih gak datang-datang.”
Intan : “tinggal aja loh yank. Minta Ramdan jagain.”
Tono : “yah kan Ramdan sekarang gantian jaga warnet yank. Sabar ya janjinya sebentar lagi sampai dan aku urusin ini dulu bentar ya. Tunggu 30 menit lagi deh.”
Intan : “yah ya udah deh. Aku tungguin. Cepetan tapi, udah ngantuk aku yank.”
Tono : “iya iya, apa kamu mau pulang duluan?”
Intan : “sama siapa?”
Tono : “ya mungkin disana ada barengan?”
Intan : “hari ini shiftku sama si Ratna. Enggak ah yank males nebeng dia.”
Tono : “ya udah tunggu ya yank.”
Agak sebel pagi ini ketika Tono tidak bisa menjemputku. Kalau tau gitu sekalian aja tadi malam dia tidak perlu mengantarku ke RS. mungkin karena aku kurang istirahat jadi mood ku juga tidak baik sekarang. Apalagi kemarin malam energi ku juga sudah terkuras habis rasanya setelah bermain dengan Santo. Ah… apa aku minta Santo antar aku pulang saja ya? Aku coba chat Santo sekarang.
Intan : “San… jemput aku dong di RS. bisa?”
Santo : “eh tumben kamu chat duluan Tan, mana minta jemput juga. Pacarmu kemana?”
Intan : “ya kamu tuh yang tumben. Semingguan full chat duluan, sekarang enggak. Sudah dapet enak kemarin dilupain nih aku? Dasar buaya.”
Santo : “haha gak di lupain, cuma baru bangun tidur aku. Kamu sih goyangnya bikin aku keenakan kemarin. Haha. ya udah aku jemput ya bentar.” akhirnya si Santo mau menjemputku pagi ini.
Karena sudah ada yang bersedia mengantarku pulang, aku chat Tono agar dia tak perlu menjemputku di RS.
Intan : “yank. Gak usah jemput ya. Aku pulang duluan.”
Tono : “oh iya yank hati-hati. Dianter pulang siapa?”
Intan : “ini tadi Santo ada di deket sini dari status BBM nya, aku suruh anterin aku pulang aja dia.” aku berbohong ke Tono.
Tono : “wah, gak ngerepotin tuh?”
Intan : “enggak kok aku sudah tanya.”
Tono : “hmm… nanti kalau minta imbalan gimana?”
Intan : “ya aku kasih aja yank.”
Tono : “kalau mintanya hal lain?”
Intan : “hal lain gimana?”
Tono : “ya tau lah maksud ku. Hehehe” nampaknya aku paham apa yang di maksud Tono.
Intan : “ya aku kasih aja, salahnya kamu gak bisa jemput. Weeeekkk.”
Tono : “lah? Beneran?”
Intan : “udah deh jangan mesum mulu. Aku pulang dulu yank.”
Tono : “iya ati-ati. Nanti setelah tutup toko aku kerumahmu ya.”
Intan : “gak usah, aku mau main sama Santo dulu. Dah ya. bye” karena aku sedang bete dengan Tono jadi aku jawab sekenanya saja. Bukan maksud ku demikian sebenarnya. Cuma dari kemarin ada saja yang membuatku bete. Jadinya menumpuk sampai sekarang.
Sekitar 10 menit kemudian ada chat dari Santo.
Santo : “Tan, aku sudah didepan. Di sebelah parkiran ya.” aku pun segera keluar RS untuk menemuinya.
Intan : ”cepet amat San nyampe nya? Gak mandi ya?”
Santo : “hehe iya, ngebut aku Tan biar segera jemput kamu.”
Intan : “ya udah anter aku pulang yuk San.” akhirnya pagi ini aku diantar pulang Santo. Karena aku ngantuk jadinya aku memeluk Santo agar tidak terjatuh dari motor kalau-kalau aku tertidur.
Santo : “ngantuk banget Tan?”
Intan : “iya San. kamu juga kan yang bikin aku capek semalam.”
Santo : “iya sih. Hehe. mau lagi dong Tan.”
Intan : “eh udah jangan sekarang, aku ngantuk.” tapi Santo tak merespon ku sampai akhirnya 10 menit kemudian aku sudah sampai di depan pagar rumahku. Aku melihat jam tangan ku sekarang pukul 8 pagi.
Intan : “makasih ya San udah nganterin pulang.”
Santo : “makasih doang nih? Hehe”
Intan : “hmm lak ada mau nya. Udah jangan sekarang deh San, ngantuk aku.”
Santo : “yah bentar aja loh Tan.”
Intan : “beneran sebentar ya? Ya sudah masukin dulu motornya.” akhirnya aku mengajaknya masuk kerumah. Setelah Santo memarkir motornya di halaman, dia langsung mengejarku kedalam rumah dan memelukku.
Intan : “auch… ” Santo yang sudah menutup pintu depan rumah langsung memelukku dari belakang.
Santo : “sudah gak sabar nih Tan...” nafasnya memburu karena sudah terlalu bernafsu. Tanggannya pun tak tinggal diam, sudah mulai meraba-raba tubuhku.
Intan : “pindah ke kamarku aja San... jangan disini nanti keliatan orang dari depan... Kalau ada orang lewat...” akhirnya Santo mendorongku masuk kearah dapur.
Santo : “disini aja loh tan… sebentar aja...”
Santo mendorongku ke tepian meja makan, dia yang berada dibelakangku mulai menggesek-gesekkan penisnya yang sudah menegang dibelahan pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas payudaraku.
Intan : “oohss.. San… nafsu banget sih kamu… pelan-pelan dong...”
Santo : “katanya gak boleh lama-lama Tan...” Santo menarik turun celana dinas ku. Dengan sekali tarikan sudah melorot kebawah bersama dengan celana dalamku. Sekarang pantatku terekspose bebas didepan Santo.
Santo : “pantat mu putih juga ya Tan ternyata… hehehe” PLAK… Santo menampar pantatku.
Intan : “auch… iseng banget sih di tampar.” kemudian Santo melepas celananya dan mulai menggesek penisnya di belahan pantatku.
Intan : “jangan di masukin ke pantat ya San... ”
Santo : “memang pernah Tan?”
Intan : “pernah, tapi sakit… jangan ya...” dengan bertumpu ke meja makan, aku agak berjongkok agar Santo dapat dengan mudah memasukkan penisnya.
Santo : “duh pengen coba. hehe”
Intan : “jangan San… masukin di memekku aja… achh...” tiba-tiba Santo melesakkan penisnya kedalam vaginaku. Karena aku juga gampang banget basah jadinya dia tidak kesulitan untuk ini.
Santo : “ooh… enak Tan… oohs...”
Intan : “ahh.. Ahhh.. ahhh… oohss… ahhs..” aku pun mulai mendesah-desah seiring genjotan dari Santo dibelakangku. Kedua tangan Santo memegang erat pundakku agar saat dia menusukkan penisnya bisa melesak lebih dalam lagi. Aku juga merasakan kepala penisnya membentur-bentur dinding rahim ku. Genjotannya pagi ini tidak seperti semalam, dia lebih brutal tidak lagi main pelan. Tubuhku sampai terhuyung-huyung diatas meja. Jilbab dan baju bagian atasku sudah berantakan.
Intan : “och… ah.. Ahh.. ahhh.. Oohhs… ooushh… ngggghhhh….” tak lama kemudian akhirnya aku mencapai orgasme ku. Santo tetap menghajar kemaluanku dengan penisnya.
Intan : “oochh.. Terus San… oochhh… ahs.. Ooochhh...” aku lebih suka bermain seperti ini, daripada kemarin. Rasanya aku bisa bebas mencapai orgasme ku berulang kali sampai squirting membasahi lantai tempatku dan Santo berpijak sekarang. Vaginaku juga semakin gatal seiring penetrasi keluar masuk penis Santo. Meja makan tempatku bertumpu juga semakin berdecit kencang seiring gerakan maju mundur kami berdua. Tubuh ku pun semakin basah dengan keringat. Entah kenapa Santo tak menelanjangi ku saja tadi. Jadinya basah semua seragam ku sekarang.
“Plakkk.. Plakkk.. Plakkk… plakkk...” bunyi dari paha ku yang beradu dengan pahanya terdengar keras. Apalagi kaki ku sudah basah dengan cairan cintaku yang mengalir deras daritadi. Santo juga sangat bersemangat menggenjotku dari belakang. Dia nampak seperti kesetanan dan sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya lagi.
Tak terasa sudah sekitar 30 menit Santo menghajarku.
Intan : “ach.. Achh.. ooch.. Aachh...”
Santo : “Tan… aku mau keluar Tan… AAHHH…” tanpa minta ijin terlebih dahulu, Santo menusukkan penisnya dalam-dalam dan membuang spermanya didalam. Sampai membuatku terbelalak karena cairan hangat memenuhi rongga rahimku sampai menggembung di perut bagian bawahku. Spermanya langsung masuk ke rahimku karena kepala penisnya tepat menempel erat menusuk bibir rahimku. Kedua tangannya pun menarik pundakku agar semakin erat dengan tubuhnya.
Intan : “OOOHHH SAN….NNNNGGGHHHHHH….” Santo menahan tubuhku sampai dia puas mengeluarkan semuanya. Sampai akhirnya aku merasakan penisnya mulai mengecil perlahan dan Santo melepaskan cengkramannya di pundakku. Membuatku ambruk di atas meja makan sambil ngos ngosan. Santo pun ambruk terduduk di lantai bawah sambil melihatku terkapar diatas meja. Spermanya yang tak dapat ku tampung semua mulai menetes keluar di kakiku.
Intan : “Hooss… hooss… hooosss… duh San… banyak banget spermamu… keluar didalam gak bilang-bilang...” aku akhirnya terduduk di lantai juga karena kaki ku sudah tak kuat lagi menyangga tubuhku.
Santo : “hehe gak apa kan Tan… enakan didalam kan...”
Intan : “iya sih San… sudah kan, pulang sana, aku mau mandi terus tidur.” tiba-tiba Santo mendekat dan mencium bibirku dan aku pun membalas ciumannya.
Intan : “mmmhhh...mmhhhh...” lalu santo berdiri dan menyodorkan penisnya yang sudah mengecil.
Santo : “bersihin dulu dong tan burungku. Hehe”
Intan : “ya udah sini… mmmhhh….mmhh….sluurpp… mmhhh..” aku pun mengulum penisnya yang sudah tidak tegang lagi ini. Membersihkan sisa-sisa sperma yang ada. Tapi perlahan penis nya menegang lagi.
Intan : “tuh kan tegang lagi… sudah sana pulang sudah aku bersihin tuh...”
Santo : “yaahh… lagi dong Tan… nanggung nih...”
Intan : “emang masih bisa nyembur sebanyak tadi? Kalau gak banyak aku gak mau main sama kamu lagi lho.” sambil kuremas kantung zakarnya.
Santo : “auch… iya deh iya aku pulang.” akhirnya aku dan Santo memakai celana kembali kemudian Santo pamit pulang.
Setelah Santo pulang, aku pun mengunci pagar depan rumah dan segera mandi untuk mencuci area kewanitaanku ini yang sudah belepotan sperma dari Santo. Tak lupa aku juga segera minum pil kb agar tidak terjadi hal hal yang tak diinginkan.
Intan : “banyak banget nih netes netes di lantai juga, jadinya ngepel kan aku. Huft...”
Ingin segera tidur rasanya pagi ini. Tapi ujung-ujungnya aku harus beberes rumah terlebih dahulu dan baru bisa rebahan di kasur jam 11 siang. Sekarang aku mengenakan daster yang cukup longgar dan nyaman untuk tidur. Tak perduli bekas cupangan Santo kemarin malam di area payudara dan leherku bisa terlihat jelas masih agak memerah karena dirumah juga tidak ada orang. Palingan nanti siang si Hasan baru pulang. Kalau sama Hasan sudah biasa sih jadi aku tak terlalu memperdulikan ini. Karena sudah terlalu mengantuk, akhirnya aku tertidur pulas di kamarku.