Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Bimabet
Setengah tahun sudah berlalu setelah Liz putus dengan Bang Igo. Perlu waktu lama, agar Liz pulih seperti sediakala. Berkat aku, Grace, dan teman-temannya, anak itu kembali ceria seperti dulu, kembali ngasal dan nyeleneh.

Semenjak kejadiaan di kost-ku tempo hari, Liz sudah beberapa kali berganti pacar, dari anak Sipil, anak TI, anak Arsitektur, bahkan yang terakhir ia sempat jalan sama gitaris band metal yang sedang merilis album Indie. Meski kalau ditagih pajak jadian, Liz mengaku hanya 'dekat', dan tidak pacaran.

Sementara aku...

I'm just sitting here...

Masturbating...

Eh, bukannya aku nggak berikhtiar, ya....

Aku sudah mencoba PDKT sama Grace. Grace ini cewek paling seksi di kampus, bahan coli nomor dua setelah Ameri Ichinose. Lama aku PDKT, bahkan sempat kutembak. tapi ternyata dia nggak suka cowok.

Waktu semester 1, aku juga sempat PDKT sama Senja, tapi gagal total karena beda keyakinan. Aku yakin aku ganteng, dia enggak.

Bangsaat.... daripada menggalau, mari kita bahas kost-kostan ku, tempat bersejarah yang akan jadi saksi hidupku. Capcus cyiiiin.

= = = = = = = = = = = = =

Fragmen 4
Peristiwa (Kos-kosan) G-30-S


Sebenarnya kost-kostan ini terletak di blok G no 30. Karena ulah orang iseng yang menambahkan huruh "S" di belakang nomor rumah "G-30" maka terkenal lah kost-kostan kami dengan sebutan "Blok G-30-S".

Kost-kostan kami tediri dari 8 kamar, dengan 4 kamar masing-masing di lantai 1 dan 2. Lantai 3 digunakan sebagai tempat jemuran, dan lokasi pengintaian kost putri di depan. Uhuk... uhuk... ehem...

Selain Slamet, ada lagi teman satu kampus yang tinggal di sini, namanya KW.

Sebenarnya nama aslinya Kunto Wicaksono, namun oleh kami dipelesetkan menjadi KW. Beda denganku dan Slamet yang rusuh, KW orangnya pendiam. Kalau ditanya apa, pasti dijawabnya satu kata Saja.

"KW, ada tugas, ya?" tanyaku.

"Enggak."

"Oh, itu ngapain?"

"Belajar."

"Oh."

"Yah."

Makanya, aku dan Slamet kurang akrab dengannya.

Di lantai 1 ada juga seorang penghuni yang bernama Oom Roy. Dia sedang mengambil S2 di Universitas sebelah. Oom Roy sering mengajak cewek menginap di kamarnya, maklum kost-kostan ini tidak ada bapak kost-nya. Kami semua sudah paham, kalau mendengar suara-suara aneh dari dalam kamar Oom Roy. Biasanya, keesokan harinya beliau akan mentraktir kami angkringan, sebagai permintaan maaf karena sudah mengganggu ketenangan warga.

Penghuni lantai 2 tidak usah dijelaskan, karena merpakan tokoh tidak penting dalam cerita. Figuran, nuff said.

Suatu malam, kami ngobrol-ngobrol tidak jelas di teras, ditemani gorengan dan berbotol-botol Bir Bintang. Biasa, anak kos kurang kerjaan, kalau kumpul-kumpul begini, obrolan kami mesti tak jauh-jauh dari masalah meki, toket, dan ngentot.

"Kemarin malam gue ngentot sama cewek di Panti Pijat. Beuuuh... cakep banget, sob! Attitude: 9, Face: 9, Body: 9, FJ:9!" kata seorang anak lantai 2. Logatnya medok Jawa, tapi sok-sokan pakai 'elo-gue'.

"Berapa DC-nya?" tanya Slamet.

"Harga bersahabat! Murah meriah! Cuma meki-nya..." ia terdiam sebentar. ".... Bau terasi!" katanya lagi. Spontan kami semua tergelak-gelak.

"Kalau sama pacar Oom, biasanya sebelum ML meki-nya Oom tetesin jeruk nipis biar nggak bau terasi!" kata Oom Roy.

"Oh, sekalian aja, Oom... tambahin bawang sama cabe merah, biar bikin sambal terasi!" sambungku, hingga yang lain tertawa sampai berguling-guling di lantai.

= = = = = = = = = = = = = = =

Kami sedang ngobrol dan minum gila-gilaan ketika sepeda motor Mio putih memasuki gerbang. Lis datang ke kost malam itu. Dengan mengenakan celana pendek pantai bunga-bunga dan kaus Barong Bali yang kedodoran, ia berdiri sambil cengegesan di depan pintu.

"Eh, Liz... ada apa malem-malem?"

"Ronda... mau ngambil jimpitan."

"E'et, dah! Serius, nih!" Aku melotot ke arahnya yang cuma cengar-cengir bego.

Jujur saja, aku ikut senang karena Liz kembali seperti dulu. Ngasal dan rusuh.

"Hehe, beneran, nie..," kataku.

"Bosen di kost sendirian nih, Jay! Boleh, nggak... aku..."

"Numpang boker? Boleh..."

"Numpang bobok! Hahahaha!"

Semenjak peristiwa itu (Malam Burjo Kelabu), Liz jadi lebih sering lagi main ke kamarku, pinjam komik, buat tugas, main game, numpang tidur siang, dan bahkan kali ini disertai sesi konseling dan curhat-curhat segala macam... sampai malam... malah sering ketiduran sampai pagi pula....

"Udah, santai aja, Jay... Ente ngobrol-ngobrol aja!" Liz berkata sambil menyalakan komputerku seolah ini kamarnya, dan sesaat kemudian kulihat dia sudah asyik memainkan game Harvest Moon dengan emulator (anjingnya dinamai Bang Igo, dan dipukul dengan cangkul tiap hari).

Dafuq, makin lama makin tidak jelas saja kepemilikan kamar itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = =

Sudah hampir jam 12 malam, ketika aku selesai ngobrol bareng Oom Roy dan anak-anak. Benar saja, bocah kampret itu sudah melungker seenak udel di atas kasurku.

"Eh, Liz! Bangun! Kamu nggak pulang?"

"Mmmmh... nyem... nyem..."

"Buset, dah! Bangun, gih!" karena mangkel, aku menendang kakinya, tapi Liz hanya menggumam nggak jelas sambil garuk-garuk pantat.

"Nanggung, Jay... bentar lagi pagi..."

Hampir pagi gundulmu, Cuk!

"Pulang, gih!" aku menoyor jidatnya.

"Pelit, kayak aku nggak pernah nginep di sini aja!"

"Setan! Gara-gara ente sering menguasai kasur ane, pantat ane lama-lama tepos tidur di semen, kampret!" Sambil ngedumel, aku ngambek dan ikut merungkel di lantai.

"Hehehe... kalau gitu kamu tidur sama aku deeeeeeh...." Liz menyengir jahil, memberikan tempat kosong di atas kasur.

Tuhan, berat sekali cobaan-Mu...

Karena meskipun aku digosipkan sebagai homo, aku tetaplah laki-laki normal, eike straight cyiiiin!!!! Dan secowok-cowoknya Liz, tetap saja dia seorang wanita yang punya meki.

Tiap malam, aku hanya bisa menelan ludah melihat paha Liz yang ke mana-mana saat tiduran di atas kasurku. Kalau sudah begini, aku hanya bisa coli dengan mentimun yang dihilangkan bijinya. Wuasssyu!

"Jay..."

"Hmmm..."

"Jay!"

"Apa?"

"Kok diem? Marah, ya..."

"Enggak."

Aku menoleh ke arah Liz, dan anak itu ternyata sudah berbaring menyamping, bertumpu dengan siku, ngelihatin aku sambil cengar-cengir.

"Jay, kamu beneran maho, kah?"

"Terakhir ane cek sih, masih straight. Nggak tahu kalau sampe tahun depan masih jomblo, mungkin kupertimbangkan untuk berubah orientasi."

"Hehehehe... mau jadi Top apa Bottom?"

"Mbuh..."

Eh, Si Bocah Edan malah nekat melingkarkan tangannya di dadaku sambil terkikik-kikik.

"Seriusan... habisan aku terus-terusan nginep di sini, kamu nggak pernah tergoda, apa? Sekali aja?"

Yah, nggak mungkin lah kujawab 'aku nggak tega ngapa2in karena aku beneran sayang sama kamu, meski benernya pengen juga, wkwkwkwk

"Kadang-kadang, sih... hehehehe...," jawabku polos, sambil mengusap-usap rambut pendeknya.

Liz tersenyum tersipu. "Terus?"

"Paling besoknya coli..."

"Ih, masa aku dijadii bacol!" aku dicubitnya.

"Ya iya, lah! Masa Slamet yang kujadiin bacol? Udah, ah! Bobok, gih! Jangan aneh-aneh! Ntar ane khilaf!"

"Khilaf juga nggak apa, kok... hehehehe..." ucap Liz enteng, dan kini posisi kami semakin intim karena Liz menggelendot di dadaku.

Sumpah, gan, aku nggak tahu, kapan setan-setan itu akan datang dan membisiku untuk melakukan perbuatan yang... tidak... tidak...

Bersihkan pikiran...

Stahp...

Stahp...

Staaaaaaaaph.....

Entah karena pengaruh bir ataukah memang sudah horny, aku mendengar sayup-sayup setan dan malaikat berdebat dengan menggunakan logat ngapak di telingaku.

Demon: Ikiye, boss'e... grepe lah bos... yah cemen, cah SMP siki be wis indehoi, bos!!!! (gimana boss'e... grepe lah boss... yah, cemen, anak SMP aja sekarang sudah indehoi, boss!!!)

Angel: aja kaya kuwe boss'e! Kuwe sahabate kowe, udu muhrim! (jangan gitu, boss'e!! Dia sahabatmu, bukan muhrim!!)

Devil: kapan maning, bos! Wong kae dewek sing ngundang koh... ayo bos! Masa arep dadi perjaka seumur urip? (kapan lagi, bos! Dianya sendiri yang mengundang... ayo boss! Masa jadi perjaka seumur hidup?)

Angel: jangan boss!

Devil: grepe boss!

Angel: jangaaaaaa....

Devil: nah, kaya kuwe (kaya gitu) bos... remes... yak... sip... joss

Entah setan yang membisiki ataukah aku yang memang sudah horny, hingga aku akhirnya nekat meletakkan tanganku di pundak Liz, mengusap pelan, hingga akhirnya turun sampai dada atas di sekitar tulang selangkanya.

"Hehehe... Ajay udah berani nakal, ya....," ucap Liz pelan, namun ia tidak mencoba menepis tanganku, malah melengguh sayup.

"Hehehe... maklum... udah bosen jadi homo..."

Liz terkikik lucu. "Jay... dibanding semua cowok yang kenal sama aku..." Liz menelan ludah. "Kamu yang paling lucu...," ucapnya sambil menarik nafas panjang. "Kamu juga yang paling manis, dan paling baik...," Liz tersenyum, membenamkan tubuhnya lebih dalam lagi dalam pelukanku, membiarkanku mengusap-usap rambut pendeknya.

"Hehehehe...," Liz mengekeh pelan.

"Kenapa?"

"Enak juga ya, dipeluk Ajay," ia berkata sambil tersenyum manis, dan dengan potongan rambut pendek seperti ini, dia juaauuuuuh lebih cantik dari biasanya, membuatku tergoda untuk mencium keningnya.

Cup...

Liz tersenyum kecil. Aku mengecup pipinya, Liz tersenyum lagi.

"Nakal," Liz berbisik manja, tersenyum manis dalam pelukanku.

Damn, nggak kusangka cewek kampret yang tiap malam main ke kostku bisa segini cantik.

Anak itu menutup mata, mendekatkan wajahnya hingga tahu-tahu saja bibir kami saling menempel.

Aku mengecup bibirnya, lembut sekali. Liz membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.

Sedikit kaku pada awalnya, sebelum aku mengikuti gerakan bibir Liz yang memijat pelan, hangat, dan membelai lembut.

"Ini namanya temen 'makan' temen," Liz berkata, setengah berbisik sambil mengarahkan tanganku ke atas bongkahan dadanya.

"M-minumnya Teh Botol Sosro," jawabku asal, menirukan iklan yang lagi ngetrend waktu itu.

Liz terkekeh pelan, lalu memejam, membiarkan aku mencium bibirnya sekali lagi.

"Jay... kamu... nggak nyesel, kan?" ucapnya setengah berbisik, sambil mengusap tanganku yang semakin turun membelai dadanya.

Aku menelan ludah saat mengusap bongkahan kenyal yang masih terbungkus cup bh.

"Ny-nyesel k-kenapa? kamu... ternyata... cowok? I knew it."

Liz tersenyum, berbisik getir, "kamu bisa aja lho, ngelakuinnya sama istrimu yang masih virgin... lagian.... aku kan... udah...."

Aku mengecup keningnya, berbisik lembut, "Liz... satu-satunya orang yang aku harapkan mengambil keperjakaanku adalah Raisa, nomor dua-nya baru kamu," orang yang paling kusayang.

Liz tersenyum mendengarnya, dicubitnya pinggangku gemas. "Then i'll be your first"

"Hu-uh."

Penuh kasih, anak itu balik menciumi kening, wajah, pipi, sebelum wajah manisnya akhirnya terbenam di leherku.

"L-Liz..."

Aku menelan ludah, seluruh tubuhku gemetaran. Aku telah khatam membaca Rasa Untuk Tania, aku telah bolak-balik membaca Pucuk Limau Pelangi, namun kali ini.... kali ini aku akan... aku akan....

= = = = = = = = = = = = =


Dihadapkan pada pengalaman seksual pertamaku, aku cuma bisa bengong seperti orang bego. Sumpah, waktu itu aku tegang nggak karuan, sendi-sendi ototku serasa kaku, namun Liz terus menciumi leherku.

Terdengar suara bercekikikan pelan. “Kaku banget, siih..”

Aku nyengir kecut, meraba-raba gugup tubuh Liz, sepeti orang baru pertama menyentuh cewek, (ya iyalah!).

“Rileks... tenang aja....” bisiknya sambil menggigit lembut leherku, membuatku melenguh pelan dan semakin bernafsu meremasi payudaranya. “Umh... iya... Jay..... gitu... remes...”

"G-gini?"

"Hu-uh." Liz melengguh sayup, mengarahkan wajahku ke lehernya. “Hisap, Jay... Nnnh... h..h...”

Aku hanya menurut, kuciumi leher Liz yang mulus dan harum itu. Liz perlahan mulai menggeliat di pangkuanku, dijambaknya rambutku pelan sambil mendesah, “Jay.... hah... h... h.... iyah... gituh... ah!” desahnya sambil membekap wajahku. Aku bingung, aku hanya bisa menghisap-hisap ngawur sampai Liz kembali merintih, “gigit Jay... aah...”

"Ooooh.... uuuumhhh... Jay... nakal... ouh!" Liz semakin menggelinjang, saat aku menggigiti lehernya, ia mendesah dan meggeliat bergairah, menikmati cumbuanku, dan remasan-remasan yang kudaratkan di dadanya.

“Jay,.... oooooh....” Kulihat mata Liz perlahan meredup sayu, nafasnya memburu dan ia mulai menciumi wajahku, “Jay... umh...” desahnya, sambil menggeliat-geliat.

“A-ap-” Kalimat itu tidak selesai, karena bibir Liz keburu menempel di bibirku.

“Mmmmh...” terdengar lenguhan saat bibir kami saling berpagut, dan aku perlahan mendorong Liz ke lantai, menindih tubuhnya.

Ciuman kali ini lebih ganas, lebih panas, karena lidah Liz berulang kali mencoba masuk ke dalam mulutku, menggeliat ganas di dalam sana. “Mmmmh.... hh.... h.... h....” Suara lengguhan bercampur dengan suara desahan terdengar seiring bergumulan yang kian ganas.

Dalam posisi menindih tubuh Liz, Aku menyusupkan tangan ke balik kaus barong dan mencoba meraih kait Bra Liz, membuka-nya seperti yang biasa kubaca di cerita-cerita porno. Ternyata praktek lebih susah dari teori, gan!!!!! Lama aku berusaha membuka kait BH Liz tapi hanya bisa membuka satu kait paling atas, masih ada 2 lagi.

Waduh,

Waduh...

Waduh....?

Waduh! Waduh! Madesu tenan iki, cuk!

Waktu itu eike tengsin setengah mati, gagal ngelepas jeroan, booook!

Liz terkekeh, hingga ciumannya kembali terlepas. Anak itu tersenyum manis melihatku yang seperti orang bego.

Aku nyengir kuda, “Hehe.. maklum masih nubie..” kataku, menghilangkan malu.

Tanpa banyak kata, Liz membuka kaus barong-nya dan melemparnya ke wajahku. Dadanya yang indah terbungkus sepasang cup berwarna hitam dengan pinggiran pink.

Liz membuka sendiri kait bra-nya. Aku menelan ludah, menerka-nerka apa yang bersembunyi di baliknya.

Liz melempar penutup dadanya itu ke lantai. Seketika itu juga terpampanglah dua buah gundukan indah berwarna putih yang bulat sempurna dengan puting berwarna coklat muda, -mendekati pink mungkin-. Aku melongo seperti kambing dongo.

“Biasa aja, kali... ngeliatinnya... emang punyaku segede itu... kah?” Tersipu-sipu, Liz memainkan payudaranya.

Sumpah, ane nggak tahu ukuran standar toket cewek, “Ya elah, kayak ente nggak tahu aja, paling banter ane tahu toketnya Emak ane, toketnya Miyabi, Sora Aoi...”

“Kampret, diajakin ML masih aja sempat becanda.” Liz menoyor kepalaku.

Aku hendak menyosor puting Liz, sebelum disergahnya. “Eh... eh... kamu juga buka doooong...” rengeknya manja.

“I-iya...” gugup, aku membuka kausku, dan Liz langsung terkikik melihat dadaku yang dipenuhi bulu.

“Nggemesin banget, sih,” ucapnya, sambil mulai menciumi dadaku, mengusap-usapnya gemas.

“Kurang tulisan welcome aja, jadi kaset dah.”

Liz terkikik lucu, sambil terus menjilati dadaku seperti anak kucing, sambil melirik nakal ke arahku.

Aku menelan ludah, merasakan payudaranya yang kenyal menggesek perutku. Sungguh, aku tak pernah menyangka cewek kampret yang dulunya berdandan tak jelas juntrungnya itu ternyata bidadari.

Aku menarik wajah cantiknya, kukecup pipinya yang menyembul dan berwarna kemerahan. Kuciumi matanya, tulang rahangnya, dan lehernya yang harum.

“Oooooh.....” Liz mendekap kepalaku, dan diarahkannya ke bawah. Aku mengerti isyaratnya: aku menurunkan cumbuanku ke sekitar dadanya yang ranum. Aku membenamkan wajahku ke gundukan daging yang menyembul.

“Ooooh.. Jay.. mmh” Liz berteriak penuh gairah, dibekapnya kepalaku ke dadanya.

Kenyal... lembut.... Oooh... seperti ini rasanya toket cewek.... mudah-mudahan ini bukan mimpi basah.

wajah Liz meringis seperti kesakitan ketika aku menghisap puncak dadanya, “Mmh.. Ohh.. ooh..” Liz menggap-menggap, tangannya mendekap kepalaku erat-erat, membuatku agak sulit bernafas, namun tangan kananku masih sempat menjelajah ke bawah, ke atas perut Liz yang mulus, menyusuri lekuk tubuhnya.

Aku memberanikan diri menelusupkan telunjukku ke balik cd-nya, memasuki area terlarang Liz -area 51-.

Sontak Liz menggeliat, menjambak rambutku sambil mengerang tak karuan. “Jaaaay.... Ummmh... aaah.. aaah..” Liz mulai berteriak-teriak, menggeleng-geleng heboh.

Sebenarnya aku khawatir teriakannya membangunkan Slamet dan tetangga kost-ku yang lain, maka segera kukulum bibir Liz.

“Mmmmmmhhh.... mmmhhh....” Suara lenguhan kembali mengambil alih, kali ini lebih liar, lebih brutal. Liz sepertinya sudah sangat bernafsu, ia meraba kejantananku yang sudah tegang dari luar celana.

Aku pernah menyebutkan aku ini orangnya pengertian? Segera kubantu Liz untuk melepas celanaku –sekalian cdku- Liz yang sudah bernafsu segera meremas gemas kejantananku yang mengacung di hadapannya.

Malam itu kami bercumbu dengan buas di atas kasurku. Kami bergulingan kesana kemari, saling belai dan saling hisap dengan beringas.

Aku dan Liz mengikuti bimbingan naluri dan alam bawah sadar yang liar. Sampai akhirnya aku menemukan Liz telanjang bulat di hadapanku, terengah dan menatap pasrah ke arahku.

Liz membuka pahanya lebar-lebar. Kewanitaannya yang sempit dan berwarna pink terpampang indah di hadapanku. Aku menelan ludah, melihat bibir kewanitaannya yang basah seolah mengundang si ‘Jay- Ho’ memasukinya.

Dengan bergemetaran, aku berlutut di antara kedua pahanya, menindih tubuh Liz dengan bertumpu pada kedua siku, hingga kejantananku menggesek di atas kewanitaannya.

“Jay.. umh.. masukin Jay,,” Liz mendesah lemah.

Badanku menggigil, suaraku bergetar, “L-liz... a- aku...”

“Baru pertama kali? Udah jelas, kok...” Liz tersenyum manis, sayu.

“B-bukan.. a-a-aku takut salah lubang....”

“Tenang... rileks aja,” bisiknya sambil mengecup keningku.

Aku mengangkuk, menelan ludah yang sudah mengering. Wajahku dipenuhi keringat, entah keringat dingin atau apa.

Sekaranglah saatnya aku kehilangan keperjakaan...

Aku mendorong pinggulku, mencoba memasukkan batang kejantananku ke dalam kewanitaan Liz. Licin, percobaan pertama gagal. Liz tersenyum, ia membimbing kejantananku memasuki liangnya. Aku mendorong pinggulku lagi, kali Liz mengernyit, mendesis pelan saat kejantananku perlahan memasuki lubang yang sempit itu.

Hangat.... Licin.... Geli.... Ngilu...

(Aaaaahhhh... susah digambarkan, gan! Pokoknya lebih nikmat dari coli dengan menggunakan ketimun yang dihilangkan isinya, cuuuuuk!!!!)

“Aaaah... hhh... h....” kami sama-sama mendesah saat kejantananku terbenam sepenuhnya dalam tubuh Liz. "Sssssh.... Jaaay...." cewek tomboy itu menggeliat, meremas ujung seprei sambil mendesah di telingaku.

Hasta la vista my virginity...

Selamat tinggal 20 tahun penuh penantian nista....

Selamat tinggal Mentinum Laknat!

“H.. h.. h.. yah udah nggak perjaka, deh…,” ucap Liz sambil tersenyum menahan nikmat.

“Nggak apa-apa hah... h... h...,” ucapku sambil terengah, menahan sperma yang hendak muncrat.

“Liz... seharusnya aku kehilangan keperjakaanku sama Raisa.... tapi...”

“N-nyesel?”

Aku mengeleng, “this is lot better.” Aku mengecup keningnya. Liz tersenyum, tangannya dilingkarkan di leherku. Ia mengecup bibirku lembut. Tak lama kemudian kami sudah saling menghisap dan membelai.

Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, hanya mengikuti naluri untuk menggerakkan pinggulku, “U,mmmh…” desahan Liz tertahan di bibirku

Aku merasakan batang kejantananku dipijat oleh dinding kewanitaan Liz, ketika keluar-masuk kewanitaan Liz. Aku menarik keluar kejantananku, menghujamkannya lagi ke dalam, pertama agak ngawur, namun setelah beberapa saat aku dan Liz menemukan irama yang sesuai.

“Jaaaaay.... aaah.... aaah....” Terdengar suara erangan dari bibir Liz yang membuka.

Aku melirik wajahnya, kulitnya bersemu merah dipenuhi oleh butiran keringat. Ah, Liz bertambah cantik apa bila sedang terangsang. Matanya terpejam, bibirnya yang seksi menggap-menggap, dan langsung kulumat tanpa permisi.

“Mmmmmh.... mmmh... “ Aku mati-matian berkonsentrasi agar pertahananku tidak Jebol. Kewanitaan Liz masih sangat rapat! Ibaratnya Handphone, meskipun tidak beli baru, tapi masih dapat garansi toko. Aku teringat saran dari para suhu untuk berkonsentrasi membayangkan hal lain. Aku membayangkan www.sukatoro.com. And... it works.... aku nggak jadi ngecrot.

“Uuuh Jay.. lebih kenceng lagi.... hah... ah... ah....”

“Oooh.. Yah? Ok.. umh..” aku menaikkan RPM, mengayunkan pinggulku lebih kencang lagi.

“Umh yessssss.. oooh! Oh!” Liz mulai meracau tidak jelas, “ssssh.... oooooh....”

“Liz... e-enak...?”

Liz tidak menjawab, memejam keenakan sambil menggeliat nikmat.

Tubuh telanjang kami bergesekan dengan liar. Tangan Liz memeluk erat punggungku, sementara pahanya dilingkarkan di pantatku. “Plok.. plok.. plok…” suara kedua paha kami yang beradu terdengar kencang seiring kunaikkan RPM kocokanku. Suara yang biasanya hanya kudengar di bokep kini terdengar begitu nyata.

“Oh.. aaaaah… aaaah..” Liz berteriak-teriak, menggeleng-geleng heboh sambil mencengkeram sprei kasurku yang sudah berantakan. Kakinya kini disilangkan mengunci pahaku, hingga dadanya yang kenyal menghimpit dadaku yang penuh bulu.

Tubuh telanjang kami berhimpitan, dan lengket oleh peluh. Bergerak liar dalam irama rancak di atas kasur.

Aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahannya. Aku sudah membayangkan berbagai macam hal menjijikkan agar aku tidak orgasme duluan: dari www.sukatoro.com, sampai adegan Slamet mahoan sama KW. Namun tidak bisa, kewanitaan Liz terlalu legit, sungguh terrrrrlalu...

“Liz! Aku udah mau keluar…” aku menggigil hebat, melengguh keras di telinga Liz.

Liz menggeleng-geleng panik, “Uuh.. uhh.. tunggu sebentar Jay!.. aku bentar lagi.. umh... ooooh....” matanya sudah memejam, bersiap mencapai puncaknya.

“Nggak bis-a.. aaakh... aakhh...” tubuhku mengejang, pantatku naik turun dan bergetar hebat, seperti ada yang hendak meledak di dalam sana.

“Lho... Lho... Eh?!!!! J-jay... j-jangan dikeluarin.... di dalem... aaaah...” Panik, Liz mendorong perutku, hingga kejantananku terlepas.

(Terlepas dari meki Liz, maksudku aku nggak bisa ngebayangin kalau kontolku lepas beneran)

"Aaaaaaahhhh," aku menjerit panjang, saat cairan lengket menyembur kencang dari ujung kejantananku, membasahi sprei dan perut Liz.

Well, that‟s ejaculated quickly...

Aku tergolek lemas, terenggah-enggah dalam pelukan Liz. Di bawah, kejantananku yang belepotan sperma perlahan mengendur.

“M-maaf...” ucapku pelan, saat melihat sedikit rasa kecewa di wajah Liz.

Liz mencoba tersenyum, “nggak apa-apa...” bisiknya.

Aku mengusap rambut pendeknya, mengecup keningnya yang berkeringat, hingga Liz mengekeh pelan. “Maaf... ya... masih nubitol...”

Liz medekatkan kepalanya di dadaku. Aku menoleh ke arah Liz, anak itu menatap atap kamar kost-ku dengan pandangan mengawang, dan senyum yang perlahan kembali merekah. Keringat nampak membulir dari wajahnya yang merona merah, “not bad.” ucap Liz, “buat ukuran nubie... hahaha...” Liz terbahak, mengenakan kembali CD-nya.

Aku nyengir bego, “masa sih...?”

Liz mengangguk tersipu, menonjokku pelan, “Jay... makasih...”

kami berdua hanya saling tersenyum penuh arti. Liz mengecup bibirku pelan, saat selimut ditangkupkan, menyelimuti tubuh setengah telanjang kami yang berpelukan penuh keringat.

Malam itu aku tertidur di samping bidadari. Kalau ini mimpi, aku berharap tidak terbangun lagi.

= = = = = = = = = = = = = =

Aku terbangun oleh suara Adzan Subuh yang terdengar sayup-sayup. Aku mengira aku akan bangun dengan celana basah dan yang kualami semalam hanyalah mimpi basah seperti malam-malam sebelumnya.

Namun aku mendapati wajah liz saat membuka mata, wajah bidadari berambut pendek yang tersenyum lembut ke arahku.

"Met pagi, Ajay..."

"M-met pagi... L-Liz..."

Pagi itu aku terbangun dengan perasaan yang sama sekali berbeda. Jika selama ini aku melihat Liz sebagai parasit numpang nginep yang selalu ileran saat tidur, namun kali ini aku merasa terbangun di samping bidadari.

Pagi ini aku belum mengetahui, atau mungkin aku yang terlambat menyadari. Jantungku berdetak sedikit lebih cepat saat mendapati Liz yang tersenyum ke arahku.

= = = = = = = = = = = = =

Dengan hanya mengenakan celana pendek, aku keluar dari kamar. Well, aku sungguh nggak menyangka, bakal menyerahkan keperjakaanku pada sahabatku. Aku tersenyum sendiri, duduk di teras depan kamarku dan menyulut sebatang rokok. Asap nampak menghembus mengiringi udara pagi dingin kota Yogyakarta. Kupandangi langit dan fajar yang menyeruak di antara atap kost-kostan yang padat, di sela suara Adzan Subuh yang bersahut-sahutan.

Slamet keluar dari kamarnya, anak ini memang rajin beribadah. Dia agak takut melihatku yang bertelanjang dada dan anya mengenakan celana pendek, tapi mau nggak mau dia harus melewati kamarku untuk ke kamar mandi.

"Astaghfirullah!!" Slamat menjerit ketika melihat ke dalam kamarku yang tak tertutup.

"Ada apa, Met?"

"Tega kowe, Jay!!! Konco dewe mbok sodomi!" Slamet berteriak histeris.
 
jay.. yg Hantu-Hantuan kemaren ndak di lanjut
 
makasiiih semua, baik yang udah pernah baca atau belum pernah baca... :hore: maapin lom sempet balesin komenan satu-satu... jgn marah ya....

ane uplod dalam rangka revitalisasi cerita-cerita ane, makanya fast upload, satu halaman satu upload.... hehehe
 
Mantabzz suhu Jay...di remake crita enih....dulu ane baca crita enih sampe 3x dan ga pernah bosen.
Banyakin ss nya suhu biar makin joss...he he he.
Lanjuttttt hu
 
cerito e nggapleki, bahahahahahahahahahaha
ayowes ndng di update, aku urung moco seng iki, dagelan e ga kalah sengak karo suhu Joni..
wkwkwkwkwkwk
 
Dilancrotkan suhu jay, ane dulu cuma baca sekarang jadi ikut comment biar di lancortkan trus ceritanya
 
Bimabet
Harusnya gua ngaceng... Bukan ngakak dan baper....


Nyesel baca thread jni....
Nyesel, harusnya dari kemaren² ane bookmark...


Dan skrg jd nyandu update nya deh...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd