Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (UPDATE!!) REMAKE FAFA: THE ROAD OF CORRUPTION (NO SARA)

Siapa Cewek Yang Suhu Imajinasikan Sebagai Fafa


  • Total voters
    624
CHAPTER 11: (FAFA) a Nympho part II






hqkz3Cb.png






"engg maaf ya Fa, aku tau kamu gak ngebolehin aku ngehubungin kamu, tapi aku udah gak tahan pengen denger suara kamu" ujar kak Reza dengan nada yang tegas.


Hembusan udara kecil terdengar pelan saat aku tersenyum mendengar perkataannya itu. Telunjuk ku menggulung sebuah untaian benang yang terjuntai dari jahitan ransel ku selagi aku mencoba mencari alasan untuk tetap marah ke pada kak Reza. Namun sedalam apapun aku mencari, hati ku saat ini tidak lagi merasakan rasa kesal yang ku rasakan beberapa hari lalu.


Hanya saja aku tidak mau membuat ini terlalu mudah untuk kak Reza, mungkin karena naluri ku sebagai wanita yang selalu ingin lelaki berusaha untuk memenangkan hati ku.

"Hmm maafin gak ya?" kata ku sambil menahan tawa untuk menyembunyikan perasaan ku yang sebenarnya sudah tidak lagi marah kepada kak Reza. Namun aku yakin dari nada ku berbicara kak Reza harusnya sudah sadar kalau saat ini aku tidak lagi menyimpan perasaan kesal terhadapnya.


"Yahh maafin dong" ujar kak Reza manja. Aku bisa membayangkan wajahnya ketika mengucapkan permintaan maaaf dengan nada seperti anak kecil nya itu.


"Hmm aku mau es krim" kata ku tegas, tak merespon rengenkan nya tadi.

"Eh.. es krim apa?" tanya kak Reza bersemangat, sepertinya sudah sadar kalau aku tidak lagi marah kepadnya.


"Hagen Daaz salted caramel!" jawab ku riang. Aku tahu es krim yang ku sebut barusan tidak bisa dibilang murah. Harganya sama dengan uang jajan ku seminggu, namun aku merasa aku pantas mendapat kan es krim tersebut saat ini. Sebab selain aku bisa menghilangkan ego ku untuk tidak lagi marah terhadap kak Reza, belakangan ini kak Reza jarang sekali memberi ku surprise seperti saat PDKT dulu. Aku kangen dapet surprise dan hadiah - hadiah kecil dari kak Reza, yah hitung - hitung dengan begitu Kak Reza tidak menggunakan uang nya untuk bermain di warnet.



"Siap Nona! Nanti aku bawain pas jam istirahat nanti ya" jawab kak Reza dengan bersemangat.

"Hahah iyaaa!" jawab ku riang, duh aku merasa semakin tak sabar untuk ketemu kak Reza. Ingin sekali aku memeluk nya dan menghirup wangi parfum khas yang dia kenakan. Wangi parfum kak Reza selalu bisa membuat ku tenang.


"Ya udah aku beli dulu sekarang"

"eh bentar kak!" aku menahan kak Reza untuk tidak menutup telfonya.

"Kenapa Fa?"

"Nanti kaka pake hoodie yang biasa ya"

"Oh iya nanti aku pake, buat apa Fa?" tanya kak Reza heran.

"Ih Kepo! Hahahaa"

"Ih dasar, ya udah nanti aku pake. Buat apa sih aku penasarn" tanya kak Reza lagi.


"Udah ih bawa aja, banyak tanya deh" gerutu ku kesal. Sebenarnya aku agak genksi buat bilang ke kak Reza kalau aku kangen sama wanginya.


"Aaaaaak jangan marah lagi dong , oke oke aku nanti pake hoodie aku ke sana" ujar kak Reza cemas karena nada suara ku mungkin terdengar seperti marah beneran, padahal bibir ku dari tadi tidak bisa berhenti tersenyum.


"Nah gitu dong nurut, jangan lupa mandi parfum ya hahaha" mata ku tak sengaja menatap mata Bobby yang sedari tadi memperhatikan ku, dengan segera aku mengecilkan suara tawa ku.


"Huh dasar, ya udah aku pergi dulu ya sayang. Miss you" pamit kak Reza.

"Iya..engg ya udah dadah.." Sebenarnya aku juga ingin bilang 'I Miss You' ke kak Reza namun aku merasa agak canggung dan tidak etis untuk pamer kemesraan di depan Bobby. Apalagi setelah mengetahui kalau sebenarnya selama ini Bobby memendam perasaan terhadap ku. Mata ku melirik ke arah Bobby yang ternyata sedari tadi memperhatikan ku, segera ku tundukan pandangan ku dan kemudian menutup telfon tersebut.


"Seru banget sih Fa telponanya, cowok kamu?" tanya Bobby.

"I..eng.. i.iya" jawab ku kikuk.

"Hahah santai aja Fa, Putri udah cerita ke aku kalau dia keceplosan bilang soal aku suka sama kamu" ujar Bobby.

Ada perasaan canggung namun sedikit lega ketika melihat reaksi Bobby yang sepertinya menanggapi hal itu dengan santai. Biasanya cowok akan berubah sikapnya jika tahu kalau cewek yang disukainya sadar akan perasaan cowok tersebut.

"Kamu ga apa - apa Bob?' tanya ku dengan wajah prihatin.

"Ih santai aja kali Fa, aku emang suka sama kamu. Tapi jadi temen deket kamu aja udah seneng kok" ujar Bobby sambil tersenyum.

"Eng.. maaf ya.. Aku gak tau kalau kamu selama ini suka sama aku" ujar ku pelan sambil memperhatikan wajah Bobby mencoba menebak apa yang dirasakannya saat ini.

"Dih Fa lebaran udah lewat ngapain minta maaf hahaahaha. Aku sebagai laki - laki emang harus tanggung jawab sama perasaaan aku sendiri dong, masa aku ngebebanin perasaan aku ke kamu. Aku sendiri yang milih buat suka sama kamu, dan aku sendiri yang harus siap kalau perasaan aku gak kamu bales hahah" ujar bobby tegas.

Perkataan Bobby itu membuat ku terhenyak, ak tak mengira Bobby bisa menyikapi hal ini dengan sangat dewasa. Jika aku boleh jujur, melihat sikapnya yang dewasa ini membuat ku merasa kagum terhadapnya.


"Gila Bob, aku doain kamu dapet cewek yang jauh lebih baik dari aku" celetuk ku sambil menggelengkan kepala ku.

Bobby hanya tersenyum mendengarkan perkataan ku.





Sebenarnya kalau mau jujur, Bobby adalah cowok yang bisa membuat semua wanita merasa beruntung jika jadi pacarnya. Bobby cukup ganteng, badanya tinggi tegap karena Bobby suka olah raga. Dari Basket, Sepak Bola, Sampai Muay-Thai, dan masih banyak lagi. Bobby juga orang yang tekun dan selalu memberikan dedikasi penuh terhadap hal - hal yang disukainya. Banyak sekali prestasi yang di dapatkan Bobby baik di luar sekolah maun di dalam sekolah. Bahkan terkadang aku berfikir kalau Bobby sengaja mengalah agar aku menjadi juara kelas, karena dari 3 tahun SMA ini hanya sekali Bobby mendapat kan juara kelas.


Bobby juga pintar bermain musik dan suaranya bagus, salah satu yang membuat aku senang nongkrong sama Bobby karena Bobby bisa membuat suasana yang membosankan menjadi seru hanya dengan sebuah gitar. Bobby juga anggota sebuah band yang cukup terkenal untuk anak - anak seumuran ku. Bahkan beberapa lagu mereka ada di dalam playlist Spotify ku sampai saat ini.


Namun entah mengapa, aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadap Bobby. Padahal selain kak Reza, Bobby adalah orang yang selalu ada untuk ku ketika aku sedang sedih. Mungkin karena aku terlanjut menganggap Bobby segai teman, sebagai kaka ku sendiri sehingga sampai saat ini tak pernah sedikit pun perasaan suka muncul di hati ku untuknya.

"Eh Fa makalah sosiologi udah kelar?" ujar Bobby memecah lamunan ku.

"eh..belum Bob, kamu udah?" tanya ku balik. Perasaan ku sedikit lega karena Bobby mengganti topik pembicaraan kami.

"Belum nih, kemarin aku mager. Ngomong - ngomong tumben kamu ko belum selesai, biasanya kalo soal makalah gini kamu jadi orang pertama yang ngumpulin. Sibuk pacaran ya kamu selama weekend hahaha' ujar Bobby.

"Enak aja, emang nya kamu pikir kerjaan aku pacaran doang?"

"Lah terus kenapa belum?"

"Sibuk"

"Sibuk pacaran kan?"

"Apaan sih Bob!" gerutu ku kesal sambil menampar punggung nya dengan tangan ku.

"Aduh.. keluar deh Fafa Barbarian" ledek Bobby

Aku kemudian mengangkat tangan ku mengambil ancang - ancang untuk memukul nya lagi Bobby kemudian mengangkat ke dua tanganya untuk melindungi tubuh nya dari pukulan ku. Aku tak bisa menahan tawa ku ketika melihat wajahnya yang ketakutan terlihat konyol.

"Mesra banget kalian?" suara Putri membuat kami ber dua berhenti tertawa, serentak aku dan Bobby kemudian menoleh ke arah Putri yang berdiri di samping meja ku.

"Hey Put" Sapa Bobby.

"Lo masih pacaran sama si Reza Fa?" Putri tidak menggubris sapaan Bobby dan langsung menatap ku dengan tajam.

"Masih Put" jawab ku pelan sambil menatapnya balik sambil mencoba menerjemahkan arti dari raut wajahnya saat ini.

"Hhh.. gua gak nyangka lo bakal tahan selama ini sama dia" ujar Putri sambil tersenyum sinis.

"Put udah deh jangan mulai" ujar Bobby beranjak berdiri dari kursinya.

Putri menatap Bobby sebentar lalu kembali menatap ke arah ku.

"Enak ya jadi lo Fa, kayaknya semua cowok dengan mudah nya bisa suka sama lo. Mau Reza, Bobby, Edo."

"Edo siapa Put?" Aku memotong perkataan Putri ketika mendengar nama seseorang yang sama sekali tidak ku kenal.


Putri menghentikan kata - katanya seketika dan menatap ku semakin tajam. Aku membalas tatapan Putri merasa bingung karena Putri menyebutkan nama seseorang yang tidak ku kenal.


Putri kemudian tersenyum, dan terlihat oleh ku kalau dirinya sangat memaksakan senyum tersenyum tersebut. Putri kemudian mengalihkan pandanganya ke Bobby,

"Gua mau ke kantin lo ikut gak Bob?" ujar Putri sedikit ketus.

Bobby terlihat kebingungan menjawab pertanyaan itu dan melirik ke arah ku. Aku segera menggelengkan kepala ku sambil tersenyum.

"Duluan aja Bob, aku mau ketemu Reza sebentar" ujar ku mempersilahkan Bobby untuk pergi duluan ke kantin, karena memang sebentar lagi waktu istirahat siang.

Terlihat wajah Bobby yang merasa tidak enak kepada ku, namun akhirnya Bobby melangkahkan kakinya meninggalkan meja kami. Putri tanpa berpamitan kepada ku langsung membalikan badanya dan meninggalkan ku. Bobby berjalan pelan mengikutinya dari belakang.

Bobby menyempatkan dirinya untuk menoleh ke arah ku sebelum meninggalkan kelas ini. Aku melambaikan tanganku sambil tersenyum. Lalu aku memberi kode dengna tangan ku agar Bobby segera menyusul Putri yang tak terlihat lagi oelh ku.


Bobby membalas senyuman ku dengan sebuah anggukan kecil lalu bergegas meninggalkan kelas ku.

AKu kemudian menghela nafas ku, setelah mereka tak lagi terlihat oleh pandangan ku. Hari ini aku gak mau membiarkan hal kecil merusak mood ku. Hari ini aku mau fokus untuk merasa senang, karena sebentar lagi aku akan beretemu dengan kak Reza.

"PIng" Bunyi notifikasi Whatsapp ku berbunyi. Segera ku raih HP ku dan ku buka aplikasi whatsapp untuk membaca pesan masuk tersebut.


"Kamu udah istirahat belum Fa? Aku udah di depan gerbang" membaca pesan dari kak Reza tersebut membuat ku tersenyum lebar.


"Aku ke bawah sekarang" setelah mengirim pesan tersebut aku bergegas meninggalkan kelas ku dan turun ke lantai dasar melalui tangga yang berada persis di samping kelas ku. Beberapa kali aku menyelipkan tubuh ku di antara siswa - siswa lain yang berjalan santai menuruni tangga.

Setelah sampai di lantai dasar aku segera berlari menuju gerbang sekolah ku dan terlihat oleh ku kak Reza sedang duduk di atas supra butut nya sambil membawa sebuah kantong plastik. Aku segera menghampirinya, aku tak bisa menyembunyikan perasaaan ku karena akhirnya bisa bertemu kembali dengan Pacar ku yang ku sayang.

7kyCeoY.jpg


Setelah sampai di gerbang aku memelankan langkah ku dan menyelipkan tubuh ku di antara pintu gerbang sekolah yang tidak sepenuhnya terbuka.

"Hey mas pacar" sapa ku sambil berjalan menghampirinya.

Kak Reza hanya tersenyum sambil menyodorkan kantong plastik di tanganya, aku segera mengambil kantong plastik itu dan melihat sebungkus Es Krim Hagendaz rasa salted caramel di dalamnya.



"Aaaaaaaaak makasiihhh!!" aku melompat kecil kegirangan, ingin rasanya aku memeluk kak Reza saat ini juga namun aku sadar kalau hal itu tidak lah elok di lihat oleh orang - orang. Senadainya saja orang - orang di Indonesia tidak peduli melihat pasangan berciuman dan berpelukan di muka umum pasti sudah ku lakukan.


"Ya udah, kamu istirahat gih nanti aku jemput lagi" ujar kak Reza sambil menyalakan mesin motornya.

Tangan ku secara reflek memegang tanngan kak Reza mencegahnya untuk pergi. Kak Reza melirik ke arah tangan ku yang memegang tanganya lalu menatap ku.

Aku sebenernya masih kangen sama Kak Reza walaupun aku tah aku akan beretmu nya lagi ketika pulang sekolah namun rasa rindu ku yang ku rasakan saat ini begitu besar. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersama kak Reza untuk beberapa saat.

Kak Reza menyadari apa yang ku pikirkan karena mata ku sudah mulai berkaca - kaca dan tangan ku sudah menggenggam hoodie yang dia pakai dengan erat.

"Aku masih kangen" ujar ku pelan sedikti merengek.

Kak Reza tersenyum kecil lalu mematikan mesin motornya.

"Ya udah kalo gitu, naik sini" ujar kak Reza sambil menyuruhku naik ke atas motornya.

Aku dengan girang lalu naik ke atas motor kak Reza tersebut, dan kemudian kak Reza menyalakan motor nya ketika selesai memastikan jika aku duduk dengan nyaman di atas motornya.

"Ke Warjo mau gak?" tanya kak Reza.

Aku mengangguk seperti anak kecil sambil membuka bungkus Es Krim Hagendaz itu. Aku dan kak Reza pun segera meninggalkan sekolah kami menuju Warjo yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah ku.

f5jbN6O.png


Warjo adalah warnet kecil dengan koneksi yang sangat lambat, sehingga tak banyak pengunjung yang mendatangi warnet teresbut. Warnet tersebut masih menggunakan komputer dengan sistem operasi windows XP, dan spesifikasi komputernya juga sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu untuk menjalankan game - game populer masa kini.

Letaknya cukup terutup karena masuk ke gang kecil yang agak kumuh, sehingga sangat cocok untuk di jadikan tempat bolos sekolah atau mojok pacaran. Pemilik nya adalah seorang bapak - bapak yang sudah tua dan orang nya pun gak rese selama kita tidak bikin gaduh dan kasbon.

Warjo hanya memiliki 8 komputer saja, dimana tiap komputer berada di dalam bilik - bilik kayu dan agak tertutup. Walau begitu karena posisi komputer yang di tata untuk digunakan lesehan, orang - orang masih bisa melihat ke dalam warnet jika mereka berdiri dekat dengan bilik kayu tempat station komputer itu berada.


Aku memakan Es Krim Hagendaz tersebut dengan lahap, bahkan belum sampai ke Warjo Es Krim tersebut sudah habis ku makan. Aku lalu melemparkan tangkai es krim tersebut ke tong sampah di pinggir jalan, selagi motor kak Reza masih melaju kencang.

Aku kemudian memegang ke dua pipi kak Reza dengan tangan ku yang dingin, kak Reza terlihat sedikit kaget namun kemudian tanganya memegang tangan ku dan mencium nya. Aku kemudian memeluk tubuh kak Reza dan membenam kan kepalaku di pundaknya sambil menghirup parfum yang menempel di jaket hoodie kak Reza.


Sesampainya di warjo aku turun terlebih dahulu selagi menunggu kak Reza memarkirkan motornya. Aku bergegas memilih tempat duduk yang terletak di pojok ruangan. Pencahayaan Warjo sangatlah redup, belum lagi temboknya yang berwarna krem tua sehingga membuat ruangan warnet ini terlihat lebih gelap dari yang seharusnya.


Ternyata sudah ada 3 bilik yang terisi oleh orang lain, terlihat dari sepatu yang berserakan di depan bilik warnet. Aku menoleh kebelakang melihat kak Reza berjalan cepat menyusul ku setelah memarkirkan motornya.


Aku lalu menunjuk - nunjuk bilik warnet paling pojok dan kak Reza mengangguk pelan. Aku lalui membuka bili pintu warnet tersebut dan melepaskan sepatu dan kaus kaki ku. Setelah menata nya rapih di depan bilik warnet aku lalu duduk lesehan ddan menyalakan komputer tersebut.

Selagi menunggu komputer itu menyala aku melirik ke arah Kak Reza yang sedang menendang sendalnya agar lepas dari kakinya. Setelah komputer menampilkan sebuah layar berwarna biru dengan gambar lumba - lumba kecil aku mengarahkan kursos mouse dan memilih paket personal yang berarti aku bisa memakai komputer itu tanpa batas waktu.

Aku menggeser tubuh ku sampai pundak ku menyentuh bilik kayu di sampingku untuk memberikan tempat buat kak Reza duduk.

Aku lalu mengclick folder bernama Filem dan memiih seacara acak filem yang berada di dalam folder tersebut. Kak Reza lalu merangkulkan tanganya ke pundak ku dan aku secara otomatis menyenderkan kepala ku ke pundaknya. Sebenarnya aku hanya butuh tempat untuk menghabiskan waktu berdua dengan kak Reza, sehingga aku tidak begitu peduli filem apa yang ku tonton.


Kak Reza sesekali mencium rambut ku dan ak kemudian mendeakp tubuh nya dengan erat.

"kangen" bisiku ke sambil mendongakan kepala ku ke atas untuk melihat wajahnya. Kak Reza menatap ku sambil tersenyum lalu mencium bibir ku dengan lembut.


Suasana warnet ini sangat lah hening sehingga bisikan ku barusan masih terasa cukup keras untuk didengar oleh orang lain. Aku lalu melepaskan dekapan ku terhadap kak Reza dan duduk tegak di depan komputer. Tangan ku kemudian menggerakan kursor mouse dan membuka aplikasi Notepad.

Aku lalu mengetikan semua perasaan yang ku rasakan kepada kak Reza saat ini. Kak Reza menyenderkan punggung nya di tembok bilik ini sambil menyisir rambut panjang ku dengan jari - jarinya.


"Kak Rezaaaaaaa... Fa kangeeeeeeeeennn!! Ugh.. pengen meluk kamu.. pengen cium kamu! hiks.. kenapa sih kita gak nikah aja.. maaf ya kemarin Fafa udah diemin kamu hampir dua hari. Lagian salah kamu juga sih kamu nyebelin. Aaaak tadi belum puas meluk di motor, pengen meluk terus.. Pengen di cium lagi bibir nyaaaaa!" aku kemudian menyenderkan punggung ku ke tembok dan menunjuk ke layar monitor, meminta kak Reza agar membaca tulisan ku tersebut.



Kak Reza tersenyum kecil lalu duduk tegak ke depan montior terserbut dan membaca ketikan ku barusan. Kak Reza menutup mulutnya dengan tangan, sambil sesekali tersenyum selagi membaca ketikan ku tersebut. Setelah selesai membaca ketikan ku, kak Reza kemudian menaruh ke dua tanganya di atas keyboard dan mengetikan balasan untuk tulisan ku barusan.

Setelah selesai mengetik kak Reza menoel lutut ku dan memberi code dengan jempolnya agar aku membaca ketikanya. Aku lalu memajukan posisi duduk ku untuk membaca ketikan tersebut. Kak Reza lalu kembali menyandarkan punggung nya ketembok sambil kembali menyisir rambut ku.


"Samaaaa, aku juga kangen kamu Fa. Dari sabtu gak bisa tidur mikirin kamu terus. Bantal guling aku habis aku ciumin sambil bayangin kamu hiks. Aku juga pengen meluk kamu, sama nyium kamu. Ugh aku kangen wangi kamu Fa, jadi pengen nerkam T-T" aku menahan tawa ku sambil menutup mulut ku dengan tangan ku ketika selesai membaca tulisan kak Reza tersebut.


Aku lalu menoleh kebelakang dan menatap wajahnya sambil tersenyum penuh arti, lalu kemudian mengetikan balasan singkat untuk tulisan nya tersebut. Kemudian aku menyenderkan punggung ku kembali ke tembok bilik ini sambil menatap kak Reza dan manahan tawa ku.


Kak Reza mengerutkan keningnya karena melihat aku hanya mengetik sebentar, Kak Reza lalu duduk tegak ke depan untuk membaca tulisan ku.

"Jangan cuman ngomong doang!!!"

Terlihat ekspresi kaget kak Reza ketika membaca ketikan ku di note pad tersebut, kepala kak Reza segera menoleh ke belakang menatap ku seakan bertanya apakah aku benar - benar serius dengan apa yang ku ketikan itu.


Aku menatap kak Reza dengan tatapan sayu dan kemudian tersenyum, wajah kak Reza mendadak menjadi serius. Kak Reza lalu merangkak pelan mendekati ku dan lalu duduk di samping ku.

Wajahnya kemudian mendekati dan hidung kamu pun bertemu, aku bisa merasakan nafas kak Reza yang cepat mengenai wajah ku. Kak Reza lalu memiringkan kepalanya dan mencium bibir ku pelan dan lembut. Kami berdua berusaha agar hanya mengeluarkan suara seminimal mungkin.


Aku memundurkan tubuh ku hingga punggung ku mengenai punggung pilik tersebut, kak Reza lalu membuka 3 kancing seragam SMA ku. Tanganya kemudian megelus - ngelus leher ku sebelum akhirnya kak Reza memasukan tanganya ke dalam baju ku melaui sela - sela baju seregam ku yang tal lagi terkancing dengan sempurna.


Mulut kak Reza terus - menerus melumat bibir ku, aku mencoba mengambil nafas dengan membuka mulut ku. Namun kak Reza menyalah artikan itu sebagai undangan untuk lidahnya agar masuk ke dalam mulut ku.

LIdah kami pun beradu, liar namun lembu.


"Aahh..." suara desahan ku terlepas sedikit ketika aku membuka mulut ku untuk mengambil nafas. Lidah kak Reza memperkosa mulut ku dengan lidah nya yang liar, tangan ya yang sedari tadi meremas - remas payu dara ku kemudian menarik BH ku ke bawah sehingga payu dara kanan ku menjuntai keluar walau masih tertutup oleh seragam SMA ku.

Kak Reza lalu memilin - milin puting ku sambil sesekali mencubit nya, bibir nya lalu berpindah menciumi pipi ku dan turun ke leher ku. Aku menggigit jari ku sambil menolehkan kepala ke arah kanan agar kak Reza bisa dengan leluasa mencupangi leher ku.

"Mhmm ehghh" aku menahan desahan ku sambil menggigit jari ku keras - keras. Rasa sakit yang ku rasakan di jari ku teralihkan oleh kenikmatan permainan lidah kak Reza di leher ku tanganya yang nakal di buah dada ku.


Kak Reza lalu mengeluarkan tangan kananya dari seragam ku dan segera menyingkap rok ku ke atas tanpa menghentikan hisapan dan jilatan nya terhadap leher ku. Kak Reza lalu me raba - raba paha dalam ku sebelum akhirnya menarik tangan nya ke atas dan menyentuh vagina ku.

Seketika itu juga kak REza menghentikan cupanganya dan menarik kepalanya kebelakang untuk melihat wajah ku. Mata kak Reza melotot kaget menatap wajah ku.

"kamu ga pake celana dalem Fa?" bisik kak Reza.

Aku menggelengkan kepala ku dan tersenyum nakal, kemudian memeggang tangan kak Reza yang menyentuh vagina ku dan menggerakan tanganya. Mulut ku menganga sambil memandang wajahnya dengan penuh nafsu.

Aku menggigit bibir ku lalu menarik kepalanya keleherku sebagai tanda kalau aku ingin kak Reza malanjutkan jilatanya di leher ku.

Kak Reza tanpa bertanya lebih lanjut mulai menuruti perintah non-verbal ku dan melanjutkan permainannya.

"MhhMm..." aku menahan desahan ku... melakukan hal senonoh di tempat umum seperti ini memilik sensasi nya sendiri. Ingin sekali aku berteriak melepaskan desahanku, untung saja akal sehat ku yang mulai sekarat masih menjaga kewarasanku untuk tidak berteriak.


Samar - samar aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat menuju bilik kami, Kak Reza seketika itu juga menghentikan permainan lidah dan tanganya. Hal tersebut membuat ku sedikit panik karena saat ini keadaan ku lumayan tak karuan. Kemeja seragam ku sudah lebih dari 3 kancing terbuka membuat bagian tengah seragam ku menganga terbuka lebar. Membuat belahan dada dan BH ku yang tidak terpasang dengan rapih terlihat jelas. Rok ku tersibak sangat tinggi ke atas, membuat vagina ku terpampang jelas.


"Hayo ngapain!" ujar seorang lelaki dengan nada meledek.

Entah bagaimana caranya, tepat sebelum laki - laki tersebut mengintip ke dalam bilik kami Kak Reza sudah menutup tubuh ku dengan hoodie nya. Aku dan kak Reza duduk dengan posisi punggung kami menempek ke tembok di belakang kami.

"Eh a Edo" ujar kak Reza berusaha menutupi nafas nya yang tersenggal - senggal.

"Hahah siang - siang udah pacaran aja" ujar Pria bernama Edo tersebut.

Kak Reza hanya cengegesan tidak terlalu menggubris perkataan Edo.

"Sama siapa a?" tanya Kak Reza yang sudah berhasil mengatur nafasnya.

Ke dua tangan ku lalu memegang kedua hoodie kak Reza agar tetap menutupi tubuh ku.

"Sama si Dadang tuh lagi beli roko dulu" jawab Edo yang kemudian menaruh tangannya di atas bilik tempat kami berada.


"Gak mau di kenalin ini teh?" tanya Edo.

"Oh iya kenalin a, ini Fafa" ujar kak Reza.

Pria bernama Edo itu kemudian menjulurkan tanganya ke dalam bilil, untung saja tangan pria itu cukup panjang sehingga aku tidak perlu berdiri untuk menyalaminya.

"Fafa.." jawab ku pelan. Edo lalu menarik kembali tubuh ke belakang, dan menaruh ke dua tanganya di atas bilik tersebut agar bisa menopang kepalanya.


"Cantik ey pacar kamu ja" ujar Edo sambil menatap ku tajam, rasanya seperti di telanjangi.

"Haha makasih A" tiba - tiba tangan kak Reza yang tertutup oleh hoodie nya bergerilya ke arah vagina ku. Jari - jari nya meraba - raba mencari belahan di bagian tengah vagina ku, dan kemudian jari - jari tersebut membelah vagina ku lemut.

Seketika itu juga ak menggenggam erat hoodie milik ka Reza agar tetap menutupi tubuh ku dengan sempurna. Aku menoleh melihat kak Reza yang kemudian mengobrol dengan Edo tanpa rasa bersalah. Rasa kesal, marah, dan takut berkecamuk di dalam hatiku, apa yang di pikirkan oleh kak Reza sampai bisa - bisanya kepikiran untuk mencabuli ku di depan orang yang baru ku kenal ini.

Mata ku lalu menatap ke atas untuk melihat wajah Edo, sambil berharap agar Edo tidak sadar apa yang sedang terjadi di depannya, di balik hoodie milik ka Reza ini.

Kak Reza lalu mencelupkan jari tengah nya ke dalam Vagina ku tanpa rasa bersalah, dan mulai menggerakan nya keluar masuk. Seketika itu juga aku berusaha mengontrol ekspresi wajah ku, karena rasa geli dan nikmat yang ku rasakan hampir membuat ku melepas kan sebuah desahan.

"mhmmp" aku menatap kak Reza yang kemudian membalas tatapan ku namun kembali mengajak Edo ngobrol.


"Kenapa gak maen di warnet Om Feri aja a? Di sini kan lambat?" tanya kak Reza. Mendengar pertanyaan itu membuat ku semakin kesal, karena kak Reza seperti nya mengulur - ngulur pembicaraan dengan Edo.

"Ah di si bagong mah ga bisa nonton bokep hahah" tawa Edo. Kak Reza ikut tertawa kecil mendengar perkataan Edo. Aku hampir berteriak ketika kak Reza menambahkan jari manis nya ke dalam vagina ku.

"HmmphhH.." aku menahan nafas ku agar desahan ku tidak lepas dari mulut ku.

Seketika itu juga Edo langsung menatap ku dengan tatapan curiga, " kenapa teh? teteh sakit? keringetan gitu"

Aku tak kuasa untuk menahan mataku agar teteap terbuka, kak Reza mempercepat permainan jari nya di dalam memek ku. Kak Reza menyadari aku yang hampir kehilangan kewarasan ku menjawab pertanyaan Edo.

"Iya a, dia teh lagi sakit, makanya ke warnet teh ini si Fafa mau istirahat bentari" ujar Kak Reza.

"Aduh maaf neng udah ganggu istirahat nya, saya ke bilik saya dulu atuh ya Ja" pamit Edo sambil meninggalkan bilik kami.

"Oh iya a mangga" jawab kak Reza sambil mengangguk tersenyum.

Setelah Edo tidak terlihat lagi dari pandangan kami, kak Reza menoleh menatap ku dengan tatapan kosong. Jari - jari nya yang sedari tadi mencabuli memek ku masih teruse bergerak keluar masuk. Aku bisa mendengar suara gesekan jari - jari nya yang menyentuh dinding dalam memek ku bercampur dengan cairan lubricant alami yang keluar dari memek ku.


AKu menatap pacar ku itu dengan tatapan kesal, namun entah kenapa mulut ku tak ingin memintanya untuk berhenti. Aku menggigit bibir ku menahan desahan ku untuk tidak keluar, aku lalu bisa merasakan kalau kak Reza mencoba memasukan jari ke tiganya ke dalam memek ku. Aku segera menggelengkan kepala ku, aku takut aku tak bisa lagi menahan diri ku untuk tidak berteriak.

Namun kak Reza tak peduli, aku bisa merasakan ujung jari manisnya mencoba membuka memek ku yang sudah sangat sempit tersumbat oleh jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Rinng... Ringg.." suara Hp ku berbunyi, kak Reza tanpa meminta izin langsung mengambil HP ku dan mengangkat telfon tersebut. Lalu kak Reza menempelkan telfon tersebut ke telinga kanan ku, sambil tetap memegangnya. Kak Reza lalu menghentikan gerakan jari telunjuk dan jari tengah nya yang berada di dalam vaginaku.

Meyadari jari - jari nya yang sudah berhenti seketika itu juga aku membuka mulut ku mencoba mengambil nafas sebanyak - banyaknya. Aku lalu mengambil Hp dari tangan kak Reza dan menempelkan HP tersebut di telinga kiri ku. Aku menatap kak Reza dengan tatapan kesal namun karena tangan ku yang satunya harus tetap memegang hoodi tersebut, aku tak bisa menarik tangan kak Reza untuk berhenti mencabuli vagina ku.


"Halo Fa?" suara Bobby terdengar panik.


"i..iya ada apa Bob?" tanya ku lirih.

"Kamu kemana? Itu kamu di cariin Pak Bowo, soalnya jam habis istirahat ternyata di ganti sama pelajaran nya Pak Bowo. Tadi kamu ketauan gak ada karena pas giliran kamu untuk di absen gak ada yang jawab" uijar Bobby masi agk panik.

"Aduh.. i.iiya aku Segeeraaaaaaa.......!!!!" belum selesai aku berbicara kak Reza sudah memasukan jari ketiganya kedalam vagina ku yang tersumbat secara paksa.

Mata ku terpejam seketika, mulut ku membentuk huruf 'O' membuat wajah ku menjadi agak sedikit melonjong. Rasa perih dan nikmat yang datang bersamaan secara tiba - tiba itu membuat ku kehilangan control atas reaksi ku.

Badan ku sedikit erangkat karena ke dua tanganku secara reflek langsung mendorong lantai tempat duduk ku membuat tubuh ku sedikit terangkat. Hoodie kak Reza pun tersingkir dari posisi semula membuat keadaan ku yang tak senonoh terlihat jelas.


"Fa? kmau kenapa Fa?" Bobby sedikit berteriak karena khawatir mendengarkan suara ku yang agak melengking.

"ga.***k apa - apa Bob.." ujar ku merintih, otot - otot ku terasa menegang membuat vagina ku menjepit jari - jari kak Reza yang masih berada di dalam. Kak Reza kemudian melanjutkan pergerakan ke tiga jari nya secara perlahan.

"Serius Fa kamu ga kenapa - kenapa?" tanya Bobby lagi.

"e..engga.. apa.. apaaa ko" jawab ku terbata - bata menahan agar desahan ku tak keluar saat aku berbicara.

"Ya udah Fa kamu cepetan ke sekolah, ini mumpung Pak Bowo lagi izin di panggil bu Diah" ujar Bobby panik..

"I..iya a..aku ke..sana sekarang" aku langsung mematikan telfon tersebut dan dengan segera ke dua tangan ku memeggang tangan kak Reza. Mencoba menghentikan pergerakan tanganya agar tak lagi mencabuli memek ku.

Namun tenaga kak Reza lebih kuat dari ku sehingga kedua tangan ku terlihat seperti menahan agar tanganya terus melakukan perbuatan tak senonoh terhadap vagina ku.

Aku bisa merasakan kalau ak hampir orgasme, ke dua tangan ku yang sedari tadi menahan tangan kak Reza sekaraang membantu nya untuk menggerakan tanganya lebih cepat.

"Mhhmm.." aku menahan desahana ku lalu menoleh ke arah kak Reza dan menatapnay dengan tatapan sayu.

"A..aku mau keluar" bisi ku kepada kak Reza.

"Fa mau keluar?" bisik kak Reza sambil menatap ku dengan wajah penuh kemenangan.

Aku mengangguk cepat sambil tetap mempertahankan tatapan ku terhadap matanya.

"Fa mau keluar" tanya kak Reza agak keras.

"i..iya Fa mau keluar" jawab ku lirih.

Kak Reza lalu mempercepat pergerakan ketiga jarinya yang tertanam begitu dalam di memek ku, ke dua tangan ku meremas hoodie mlik nya, ak kemudian menggigit penutup kepala hoodie kak Reza kuat - kuat agar bisa menahan desahan ku untuk tidak keluar.

Aku menggeleng- gelengkan kepalaku sambil memejam kan mata saat mulai merasakan kalau aku akan segera mencapai orgasme. Aku lalu mengapit tangan kak Reza dengan ke dua kaki ku, otot - otot ku mengejang - ngejang hebat.

"Ahmmpph.. keluar... " ujar ku lirih pasrah, ketika air berwarna bening iut mengucur pelan dari vagina ku. Aku bisa meraskaan tenaga ku mulai meninggalkan tubuh ku yang kemudian terkulai lemah.

Aku menyenderkan kepaku ke pundak kak Reza, sesekali aku meremas tangan kak Reza yang masi mencabuli memek ku secara lembut.

Kak Reza mengecup kening ku sambil berbisik "good girl". Mendengar pujian itu membuat ku tersenyum kecil. Aku kangen mendapatkan apresiasi dari kak Reza setiap kali aku keluar, rasanya seperti seekor anak anjing yang mendapatkan pujian dari majikanya.

Hampir seluruh wajah ku terutup oleh rambut ku yang mulai agak acak - acakan, badan ku bergemetar kecil saat kak Reza mencabut ke tiga jari nya perlahan dari dalam vagina ku.

Ugh.. aku masih merasa belum cukup, aku ingin merasakan batang kejantanan kak Reza di dalam memek ku. Aku lalu menaruh dagu ku di pundak ka Reza dan menatapnya dengan tatapan penuh nafsu. Tangan ku lalu mengelus - ngelus selangkanganya dan berbisik

"aku mau ini..." kata ku lirih.

Kak Reza tersenyum mendengar perkataan ku itu lalu mencium bibir ku.

"Gak di sini ya sayang, ambil tas kamu dulu yuk nanti kita ke rumah ku" ujar kak Reza.

"ahh..mau seakrang" aku mengeluh manja, di otak ku sekarang hanya ada bayangan penis kak Reza.

Kak Reza menggelengkan kepaalanya "Nanti kamu dicariin Fa, ambil tas kamu dulu ya" ujar kak Reza lagi.

Aku menggerutu kesal ketika kak Reza berdiri dari duduknya dan melangkah keluar dari bilik warnet ini. Aku lalu dengan bermalas - malasan mengacingkan kembali baju ku dan memakai hoodie ka Reza untuk menutupi seragam ku yang sudah terlihat kusut.


Selagi kak Reza membayar billing warnet aku mengenakan kembali sepatu dan kaos kaki ku lalu melangkah lemas menghampiri kak Reza. Setelah selesai membayar billing warnet tersebut aku dan kak Reza lalu berjalan ke tempat kak Reza memarkirkan motornya.

Pikiran ku saat ini kacau sekali, aku merasa malas untuk kembali ke sekolah. Aku ingin kak Reza menjamah ku, Aku ingin kak Reza menggunakan diri ku untuk kepuasaan dirinya, Aku ingin melihat wajah kak Reza yang menatap ku tajam saat diri nya fokus untuk menahan agar spermanya tidak keluar, karena saat itulah ganteng nya kak Reza makin terlihat.


Aku lalu naik ke atas motor setelah kak Reza naik terlebih dahulu lalu kami pergi meninggalkan warjo. Sepanjang jalan aku memeluk badan kak Reza dan menghirup wangi tubuh nya dalam - dalam. Pikiran nakal muncul di otak ku, aku kemudian menurunkan tangan kanan ku ke arah selangkangan kak Reza dan mengusap - ngusap kemaluannya.

Kak Reza dengan gesit kemudian menggenggam tangan ku dan mencoba menjauhkan tangan ku dari selangkanganya.

"Fa.. nanti di lihat orang!" ujar kak Reza panik.

"Ugh.. biarin aja aku mau ini" jawab ku manja, nafsu ku menjadi semakin tak terkontrol mendapatkan penolakan dari kak Reza. Melihat wajahnya yang panik membuat ku merasa semakin tertantang untuk membuat nya merasakan birahi yang sama seperti ku saat ini.

"Fa sabar ya sayang nanti di rumah aku kamu bebas mau ngapain aja" ujar kak Reza memelas.

"tapi aku maunya sekarangg..." rengek ku manja.

Kak Reza menggeleng - gelengkan kepalanya, lalu menggenggam tangan ku dengan sekuat tenaganya dan meletakan tangan ku di perutnya.

"cewek nakal, nanti aku hukum kamu sampe minta ampun" ujar kak Reza tegas.

Ancaman kak Reza itu seakan menyiram minyak tanah ke nafsu ku yang sudah panas membara. Aku jadi semakin tidak sabar untuk segera pergi ke rumah kak Reza hari ini.

Tak lama kemudian kami pun tiba di sekolah ku, aku segera turun dari motor kak Reza.

"Jangan cuman omdo ya" kata ku sambil tersenyum nakal.

Kak Reza tersenyum dan mengangguk pelan. Aku lalu berlari menuju gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar. Aku bisa melihat teman - teman sekelas ku dan kelas lain sudah berhamburan pulang.

Aku berlari kecil menuju tangga namun sebelum aku sempat naik ke atas tangga, sebuah tangan yang kekar memegang tangan ku membuat aku menghentikan langkah ku.

"Fa kamu dari mana?" ujar Bobby sambil mengerutkan keningnya.

"Eh..eng Bob, tadi aku pulang sebentar" jawab ku berbohong. Bobby lalu melepaskan genggamannya dari tangan ku.


"Aku naik dulu ya Bob mau ambil Tas"

"Eh Fa tas kamu gak ada di atas"

Aku segera menghentikan langkah ku dan membalikan badan ku menghadap Bobby.

"Hah gak ada di atas? kok bisa?" tanya ku.

"Tas kamu tadi di bawa Pak Bowo ke ruang guru, soalnya tadi sehabis istirahat ternyata guru - gurunya udah selesai rapat dan Pak Bowo nyempetin buat ngajar satu jam. Waktu lihat bangku kamu kosong Pak Bowo Marah banget sampai kita di kasih tugas tambahan. Terus sewaktu pelajaran selesai Pak Bowo ngebawa tas kamu pergi" ujar Bobby.

"Aduh aku males banget urusan sama Pak Bowo" celetuk ku kesal.

"Oh ngomong - ngomong Fa tugas dari Pak Bowo harus di kumpulin hari ini dan Pak Bowo bilang kalau hari ini gak ngumpulin kita ga akan dapat nilai untuk pelajaran dia sampai kita lulus." lanjut Bobby.


"Ih.. seenaknya banget sih dia,, duh maaf ya Bob gara - gara aku kalian semua jadi kena" aku jadi merasa gak enak sama Bobby.

"Hm.. kalo kamu bener - bener ngerasa gak enak sih aku punya request sih Fa" ujar Bobby sedikit malu - malu.

"Hahaha..iya deh kamu request apa?" tanya ku sambil tertawa kecil.

"Aku pengen kamu bantuin aku ngerjain tugas tersebut, jadi kita ngerjain tugas bareng" ujar Bobby.

Permintaan Bobby tersebut sebenarnya permintaan yang wajar, namun saat ini aku lagi pengen ngehabisin waktu berdua dengan kak Reza. Bobby nampaknya bisa melihat penolakan yang akan ku ucapkan dari ekpresi wajah ku.

"Fa.. bentar doang kok, kalo kamu sama aku kerjain bareng pasti 2 jam juga beres" ujar Bobby.

Aku terdiam untuk berfikir sebentar, benar juga sih apa kata Bobby. Apalagi tugas tersebut harus di kumpulkan hari ini. Jika aku mengerjakan tugas tersebut dengan Bobby pasti tidak membutuh kan waktu lama untuk menyelesaikan nya dan setelah itu aku bisa menghabiskan waktu ku bersama kak Reza.


"Ok deh Bob, tapi aku harus ambil tas aku dulu, kamu tau gak di mana?" tanya ku tergesa - gesa.

"Kamu coba cek aja ke ruangan nya Pak Bowo Fa, kayaknya di sana" ujar Bobby. Aku langsung berlari menuju ruangan Pak Bowo yang tak jauh dari tempat ku dan Bobby berbicara barusan. Tirai jendela ruangan Pak Bowo tertutup rapat sehingga aku tidak bisa mengintip dari luar untuk melihat apakah tas ku ada di dalam.


pnEpUL4.png


Aku lalu berjalan cepat ke depan pintu ruangan tersebut dan mengetuk pintu nya, namun tak ada seorang pun yang menjawab. Aku lalu menaruh tangan ku di gagan pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci.

Agak takut - takut aku mengintip ke ruangan pak Bowo tersebut.

"Permisi mau ambil tas" ujar ku pelan, namun setelah celingak - celinguk sebentar nampaknya ruangan itu sepi tak ada orang. Aku kemudian mengendap - ngendap masuk ke dalam ruangan Pak Bowo dan menutup pintunya.


AKu segera berjalan menuju meja kerja Pak Bowo dan aku tidak menemukan tas ku dimana pun.Mata ku kemudian memeriksa sekeliling ruangan yang cukup sebenarnya cukup kecil dan tidak banyak tempat untuk menyembunyikan sesuatu.

Aku kemudian mengitari ruangna kerja Pak Bowo sambil mencari - cari d mana sekira nya Pak Bowo menyimpan tas ku. Aku kemudian melihat sebuah lemari dengan ukuran yang cukup besar di belakang meja kerja Pak Bowo. Aku segera membuka lemari tersebut dan hati ku kecewa seketika karena lemari tersebut hanya berisikan peralatan olah raga yang sudah tidak lagi terpakai.

"Clek" tiba - tiab aku mendengar suara gagang pintu terbuka di belakang ku, dengna gesit ak segera masuk ke dalam lemari tersebut dan menutup nya. Terdapat 4 ventilasi kecil di dalam lemari tersebut yang tingginya sama dengan tinggi ku sehingga aku bisa mengintip keadaaan di luar lemari tersebut dari dalam.

AKu melihat sosok Pak Bowo masuk ke dalam ruangan ini sambil mebopong tas ransel ku. Ada perasaan sedikit lega karena aku telah menemukan di mana tas ransel ku berada. Pak Bowo lalu meletakan ransel ku di atas meja kerja nya lalu Pak bowo duduk di atas kursi kantor di belakang meja tersebut.

Pak Bowo sambil bersiul - siul memutar - mutar kan tas ku di atas meja seperti mencoba menginspeksi setiap sisinya. Aku segera menutup mulut ku saat melihat Pak Bowo secara perlahan membuka tas ransel ku. Perasaan panik bercampur malu muncul di benak ku, aku tak sanggup membayangkan reaksi Pak Bowo jika menemukan vibrator yang ku simpan di dalem ransel ku itu.

Tangan Pak Bowo lalu merogoh ke dalam ransel ku dan mengeluarkan benda - benda yang ku bawa di ransel ku.

"Make up? ujar Pak Bowo lalu meletakan peraltan make up minimalis ku di atas meja nya.

"Mukena? hahah ternyata anaknya rajin solat" ujar Pak Bowo kemudian meletakaan mukena tersebut di samping tas ku.

Kemudian Pak Bowo kmebali merogoh ke dalam ransel ku dan kemudian tanganya terhenti untuk sesaat kemudian mengeluarkan ke dua benda yang seharus nya tidak pernah ada di dalam tas ku.

"Hmm.. nakal juga ternyata anaknya" celetuk Pak Bowo sambil memegang ke dua vibrator milik teteh di tanganya. Sesekali Pak bowo menekan tombol - vibrator tersebut. Saat ini aku merasa malu sekali, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan jika besok beretemu dengan nya.

Pak Bowo adalah wali kepala sekolah kami, badanya gempal dan perutnya sangat buncit. Rambut nya sudah mulai botak namun kumis nya tetap lebat dan baplang. Selain bertindak sebagai Wakil kepala sekolah, Pak Bowo juga mengajar beberapa mata pelajaran seperti Olah Raga, dan Agama. Aku yakin besok saat bertemu dengan nya aku akan habis di ceramahi nya soal agama.


Pak Bowo kemudian memasukan benda benda tersebut kembali ke dalam tas ku dan menggeser tas ku agak ke samping sehingga tidak menghalangi pandanganya ke monitor komputer di depanya. Pak Bowo lalu menyalakan monitor komputer kerjanya dan betapa kaget nya aku ketika melihat Pak Bowo menggunakan Foto ku yang di ambil secara candid sebagai wallpaper nya.


Aku merasa mual seketika melihat itu semua, aku tak menyangka Pak Bowo mempunyai sisi gelap seperti ini. Pak Bowo lalu menggerakan kursor mouse nya untuk membuka sebuah folder, kemudian mebuka sebuah file.

Aku menutup mulut ku ketika melihat sebuah video yang di putar di layar monitor pak Bowo. Terlihat di layar monitor tersebut sosok ku yang sedang mengganti baju di ruang ganti siswa perempuan. Badan ku tersasa bergetar dan menggigil, melihat hal itu.

jnD8Nzg.gif


"Faradilla kamu cantik sekali sayang" ujar Pak Bowo sambil meraba monitornya. Pak Bowo kemudian mengambil sesuatu dari celana nya dan kemudian mengangangkat benda itu tinggi - tinggi.

Aku hampir mengumpat ketika sadar kalau benda yang di pegang oleh Pak Bowo saat ini adalah celana dalam ku yuang tertinggal di kamar mandi cowok tadi pagi. Pak Bowo lalu menghirup celana dalam itu dengan penuh semangat sampai aku bisa mendengar hirupan udara yang masuk ke dalam hidung nya.Pak Bowo lalu membuka sabuk celananya dan menurunkan celananya sedikit, aku tidak bisa melihat begitu jelas tapi aku tahu betul apa yang sedang dilakukanya.


"Ahh..Faradilla... mmhh kamu cantik sekali...Faradillla.. emutin kontol bapak ya.. ahhh" Pak Bowo meracau sambil mengocok batang kejantanya sedangkan tangannya yang satu lagi menempelkan celana dalam ku ke mukanya.

"HMmmph.... memek kamu wangi banget... pasti rasa nya rapet banget...bapak pengen banget ngentotin kamu..." Aku seharusnya merasa jijik, merasa marah, merasa muak mendengar racauan pria setengah baya ini.

Namun entah mengapa ada perasaaan kasihan mendengar nya meracau lirih mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi. Ada perasaan bangga ketika diri ku dapat membuat seorang guru sekolah yang terpandang seperti dirinya terobsesi kepada diri ku. Tanpa sadar tangan ku sudah mulai meraba - raba kemaluan ku yang tak tertutup oleh celana dalam.

Birahi ku yang sempat menghilang ketika aku mengobrol bersama Bobby tadi seketika itu juga berhamburan muncul kembali di dalam otak ku.

"Oh.. oh... bapak mau keluar... boleh ya. .. bapak keluarin di dalem memek kamu ya..." racau pak bowo yang mempercepat kocokan tangan di kontol nya.

"Ohhhh" Pak Bowo melolong panjang, terlihat oleh ku badanya bergetar - getar kecil.

"Tok Tok Tok!!!" Pak Bowo Rapat nya sudah mulai lagi pak" suara seorang guru terdengar dari luar pintu.

"Se..se..sebentar " ujar Pak Bowo tergopoh - gopoh membenarkan celananya, kemudian menaruh celana dalam ku yang habis di kotori nya di sebgelah ransel ku. Setelah selesai memakai celana nya dengan benar Pak Bowo berlari menuju Pintu ruangan kerjanya. Pak Bowo kemudian membuka kunci slot pintu tersebut dan membuka pintunya.

"Maaf pak tadi saya menerima telfon" ujar Pak Bowo sambil cengegesan.

"Mari pak" sahut guru yang memanggil Pak Bowo tadi, Pak Bowo kemudian menutup pintu ruang kerja nya dan terdengar langkah kaki mereka melangkah pergi.

Setelah tak terdengar lagi suara langkah kaki mereka aku segera keluar dari tempat persembunyian ku. Berbagai macam jenis emosi seperti bercampur aduk di dalam benak ku. Rasa malu, hina, bangga, sedih, marah, senang, nafsu, bingung, seakan saling berebut untuk menempati otak ku.

Ada perasaan hina ketika pak Bowo menggunakan celana dalam ku sebagai tempat pembuangan cairan najis miliknya. Namun ada perasaan bangga ketika melihat seseorang bisa begitu terobsesi nya kepada dirku. Aku ingin marah dan juga sedih karena melihat Pak Bowo diam - diam mengambil foto dan video ku tanpa sepengetahuan ku. Namun melihat nya begitu bernafsu membayangkan dirinya menikmati tubuh ku membuat birahi semakin membeludak. Perasaan ini adalah perasaan yang sama ketika aku melihat Kak Reza yang begitu bernafsu dan dengan buasnya menikmati tubuh ku. Aku merasakan peraasaan yang sama seperti saat aku melihat Kak Reza tak kuasa menahan diri untuk tidak menyentuh diriku, perasaan bangga seperti memenangkan sebuah taruhan. Perasaan yang sama seperti saat melihat kak Reza tak kuasa mengontrol nafsunya ketika melihat keindahan dan kencatikan yang ada pada diri ku.

Gila apa yang aku pikirkan, aku segera mengambil ransel ku dari atas meja pak Bowo dan segera menyandangnya di bahu kanan ku. Namun langkah ku terhenti ketika melihat celana dalam ku yang masih basah oleh sperma milik Pak Bowo.

Rasa penasaran ku pun timbul, perasaan seperti tertantang untuk melangkah keluar dari zona aman ku. Perasaan yang sama saat aku menantang diri ku untuk memberikan deep throat kepada kak Reza beberapa saat lalu.

Seketika itu juga ruangan itu terasa hening, aku kemudian melangkah mendekati meja itu sampai sudut meja tersebut mengenai vagina ku. Aku lalu menjatuh kan tas ku ke lantai dan menaruh ke dua telapak tangan ku di atas meja tersebut.

Badan ku bergerak dengan sendiri nya, aku mulai menggesek - gesekan vagina ku ke sudut meja yang tumpul itu.

"Mh,..mhh ahh" desah ku, sambil meemjamkan mata ku. Aku mulai menggerakan tubuh ku semakin cepat, menggesekan memek ku ke sudut meja tersebut. Cairan pelumas ku meluber membasahi area permukaan di sekitar sudurt meja tersebut.

"Mhh..ahh... ahhh" kewarasan ku seakan hilang, di kepala ku saat ini akku membayangkan diri ku menjawab pertanyaan - pertanyaan dan racauan pak Bowo barusan.

"Boleh..mmh pak.. boleh" racau ku, tangan ku mulai kehilangan tenaganya membuat tubuh ku perlahan jatuh sehingga dada dan pipi ku menempel di permukaan meja kerja pak bowo. Aku memejam kan mata k u untuk fokus membayangkan imajinasi liar yang seharus nya tak pernah ada di otak ku.

Permukaan meja pak bowo tersebut mulai basah oleh air liur ku yang tak bisa ku kontrol, rasa geli, gatal, dan nikmat yang ku rasakan di area kewanitaan ku membuat ku menggerakan pinggang ku lebih cepat.

"Mhh..mhh.." desah ku sedikit tak terkontrol, setitik akal sehat ku yang tersisa meminta ku untuk tetap membuka mata ku agar berjaga - jaga jika ada orang yang datang ke ruangan ini.

Celana dalam ku adalah benda pertama yang ku lihat ketika aku membuka mata ku.

"Ahh..m,mmphh.. ahh" tangan ku menggapai celana dalam tersebut dan kemudian menghirup nya dalam - dalam. AKu bisa merasakan sensai lengket dan sedikit basah di tangan ku dan juga hidung ku.

Entah mengapa bau seperti kaporit ini membuat birahi ku semakin tak terkontrol... Aku kembali memejam kan mata ku, perlahan - lahan ku julurkan lidah ku untuk menjilatgi celana dalam ku yang masih basah oleh sperma wakil kepala sekolah ku.

Residue - residude sperma yang kental pun terangkut oleh ujung lidah ku dan masuk ke mulut ku.. Aku kemudian mendorong celana dalam itu ke dalam muluit ku sehingga mulut ku tersumpal oleh celana dalam ku yang basah oleh cairan najis milik pak Bowo.


"Mhh...mmh? Mhh"" Rasa takut ketahuan bercampur adrenaline membuat ku semakin bersemangat menggesekan memek ku ke ujung meja kerja Pak Bowo.

"M<hh..mhh ah,mmm Mhphh..." aku teringat perkataan Pak Bowo yang berimajinasi menyemburkan spermanya ke dalam memek ku. Hal itu terbayang begitu jelas, seakan Pak Bowo sedang meminta izin di hadapan ku saat ini.

"Ke..kluarin aja mmhh ahm, ahh mahh Fa juga mau ke...keluar mmhh" racauan ku semakin tak beraturan, suara ku mulai bergetar. Aku bisa merasakan denyutan dasyat di sekitar vagina ku. Seketiak itu juga tangan ku mengangkat tubuh ku kembali berdiri. Ke dua kaki ku terangkat sehingga berat tubuh ku berkumpul di area kewanitaan ku.

"MMhha aaaaaahhhh''' sekujur badan ku bergetar hebat.

"prthhhttthhhhh" terdengar dengan jelas suara munratan air squirt ku yang tertahan oleh sudut meja tempat aku menggesekan memek ku. Cairan cinta ku menyembur tak beraturan membasahi sebagian besar permukaan meja Pak Bowo.

"aaaaa.,mmmhh ahah .. hah .. haha" Akal sehat ku yang berangsur muncul memaksa diri ku agar tidak kehilangan ke sadaran. Aku kemudian menarik celana dalam ku dari dalam mulut ku kemudian dengan punggung tangan ku aku mengusap berbagai jenis cairan yang berkumpul did sekitar bibir ku.

"hah..hahh.. " Badan ku langsung sempoyongan ketika aku menapakan kaki ku di lantai, untung saja tangan ku cukup cepat untuk mencari pegangan agar tubuh ku tak terjauh.

Aku lalu memasukan celana dalam ku kedalam tas ku dan berjalan melangkah menuju pintu ruangan Pak Bowo.

Udara segar berhembus ketika aku membuka pintu ruangan Pak Bowo, tiupan angin ke wajah ku membuat kewarasan ku mengambil alih kontrol tubuh dan perasaan ku. Rasa malu, hina, dan jijik terhadap apa yang baru saja kulakukan berusaha meredam birahi dan nafsu ku yang seperti nya tak kunjung hilang.


Namun seberapa besar tingkat kewarasan dan akal sehat yang kumilik seakrang, nafsu birahiu ku dengan sukses mempertahan kan diri nya untuk tetap bersemayan di kepala ku.

"Aku.. btuh kak Reza" celetuk ku lirih sambil berjalan sempoyongan menuju gerbang sekolah. Aku bisa melihat kak Reza dari tempat ku berdiri, aku mulai membayang kan hal - ha apa saja yang akan ku lakukan terhadap kak Reza saat berada di rumah nya nanti. Bulu kuduk ku merinding membayangkan diri ku yang bisa berteriak sepuasnya di rumah kak Reza nanti.

Jantung ku berdegub kencang karena tak sabar untuk menyerah kan tubuh ku sepenuh nya kepada kak Reza hari ini. Hanya dirinya yang mampu meredam birahi ku yang semakin tak terkontrol ini. Aku kemudian mempercepat langkah ku menuju gerbang sekolah.


Sebuah tangan kekar tiba - tiba menahan ku, tangan tersebut menggenggam pergelangan tangan ku sehingga aku menghentikan langkah ku.

"Fa kamu mau kemana? Bukanya kita mau kerjain tugas bareng?" ujar Bobby.

"Fuck.." umpat ku di dalam hati.





Writer's notes: Gua tau banyak banget yang ngarep Fafa di gangbang dan di pake sama Pak Bowo. Cuman untuk saat ini ane rasa masih terlalu cepat, karena di benak ane Fafa itu jadi binal secara natural bukan paksaaan seperti blackmail atau kena gang bang terus jadi mind break. Soalnya cerita kayak gitu kata ane agak boring dan gak masuk akal. Maknya ane di sini nulis nya rada pelan dan slow, gara 2 ane pengen Fafa itu binal karena kebinalan nya itu 70 atau 80 persen dari dirinya sendiri. Maap ya soalnya ane nulis ini based on real person di mana orang tersebut binal nya bukan karena paksaan ane walaupun ada sedikit influuence dari orang - orang sekitar orang tsb.


Semoga yang ini gak kentang, sebenarnya chapter ini bisa lebih panajng lagi tapi kayaknya mau ane pecah intermezzo dulu ke Bowo sama Bobby. tenang aja ane gak lupa ko sama karakkter2 sampingan yang pernah ane tulis, seperti geng xtc, itonk, petugas sampah yg minta nomor Fafa, Bapak, dan sebenarnya ada dua tokoh lagi yang belum muncul.




Ane ga tau cara nya bikin pol cuman di sini ada yang mau liat POV Putri gak sih wkwkkw?
JrEItX6.png


Sama mau nanya.. ini gambar nya buat 2 chapter terakhir kluar gak sih? ane udah masukin bb code tp g muncul di tempat ane.

Btw kadang ceritanya udah selesai cuman mulustrasi nya ga nemu yang oke wkwkk jadi lama update.


Kalo ada yg mau collab atau bantu ane buat indexing bisa PM ane ya
 
Terakhir diubah:
Nice one bro ...
Slowly build character nya boleh juga...

Karena sesuai judulnya corruption...
Orang korupsi kan ngga mungkin langsung besar... Pasti kecil kecilan dulu, ya, kan? Hehehe.

Lagian kalau baca judul part terbaru ini, nympho... Berarti pada akhirnya Fafa sendiri yang mau... Bukan hasil paksaan yang cuma bisa jadi kaya boneka, tapi memang Fafa yang addict

Well-done bro... Keep up the good work
 
Emang sih Hu kalo masalah mind break atau black mail udah sering, tapi kalo secara perlahan jarang sih 😁
Gak sabar pokonya
 
CHAPTER 11: (FAFA) a Nympho part II






hqkz3Cb.png






"engg maaf ya Fa, aku tau kamu gak ngebolehin aku ngehubungin kamu, tapi aku udah gak tahan pengen denger suara kamu" ujar kak Reza dengan nada yang tegas.


Hembusan udara kecil terdengar pelan saat aku tersenyum mendengar perkataannya itu. Telunjuk ku menggulung sebuah untaian benang yang terjuntai dari jahitan ransel ku selagi aku mencoba mencari alasan untuk tetap marah ke pada kak Reza. Namun sedalam apapun aku mencari, hati ku saat ini tidak lagi merasakan rasa kesal yang ku rasakan beberapa hari lalu.


Hanya saja aku tidak mau membuat ini terlalu mudah untuk kak Reza, mungkin karena naluri ku sebagai wanita yang selalu ingin lelaki berusaha untuk memenangkan hati ku.

"Hmm maafin gak ya?" kata ku sambil menahan tawa untuk menyembunyikan perasaan ku yang sebenarnya sudah tidak lagi marah kepada kak Reza. Namun aku yakin dari nada ku berbicara kak Reza harusnya sudah sadar kalau saat ini aku tidak lagi menyimpan perasaan kesal terhadapnya.


"Yahh maafin dong" ujar kak Reza manja. Aku bisa membayangkan wajahnya ketika mengucapkan permintaan maaaf dengan nada seperti anak kecil nya itu.


"Hmm aku mau es krim" kata ku tegas, tak merespon rengenkan nya tadi.

"Eh.. es krim apa?" tanya kak Reza bersemangat, sepertinya sudah sadar kalau aku tidak lagi marah kepadnya.


"Hagen Daaz salted caramel!" jawab ku riang. Aku tahu es krim yang ku sebut barusan tidak bisa dibilang murah. Harganya sama dengan uang jajan ku seminggu, namun aku merasa aku pantas mendapat kan es krim tersebut saat ini. Sebab selain aku bisa menghilangkan ego ku untuk tidak lagi marah terhadap kak Reza, belakangan ini kak Reza jarang sekali memberi ku surprise seperti saat PDKT dulu. Aku kangen dapet surprise dan hadiah - hadiah kecil dari kak Reza, yah hitung - hitung dengan begitu Kak Reza tidak menggunakan uang nya untuk bermain di warnet.



"Siap Nona! Nanti aku bawain pas jam istirahat nanti ya" jawab kak Reza dengan bersemangat.

"Hahah iyaaa!" jawab ku riang, duh aku merasa semakin tak sabar untuk ketemu kak Reza. Ingin sekali aku memeluk nya dan menghirup wangi parfum khas yang dia kenakan. Wangi parfum kak Reza selalu bisa membuat ku tenang.


"Ya udah aku beli dulu sekarang"

"eh bentar kak!" aku menahan kak Reza untuk tidak menutup telfonya.

"Kenapa Fa?"

"Nanti kaka pake hoodie yang biasa ya"

"Oh iya nanti aku pake, buat apa Fa?" tanya kak Reza heran.

"Ih Kepo! Hahahaa"

"Ih dasar, ya udah nanti aku pake. Buat apa sih aku penasarn" tanya kak Reza lagi.


"Udah ih bawa aja, banyak tanya deh" gerutu ku kesal. Sebenarnya aku agak genksi buat bilang ke kak Reza kalau aku kangen sama wanginya.


"Aaaaaak jangan marah lagi dong , oke oke aku nanti pake hoodie aku ke sana" ujar kak Reza cemas karena nada suara ku mungkin terdengar seperti marah beneran, padahal bibir ku dari tadi tidak bisa berhenti tersenyum.


"Nah gitu dong nurut, jangan lupa mandi parfum ya hahaha" mata ku tak sengaja menatap mata Bobby yang sedari tadi memperhatikan ku, dengan segera aku mengecilkan suara tawa ku.


"Huh dasar, ya udah aku pergi dulu ya sayang. Miss you" pamit kak Reza.

"Iya..engg ya udah dadah.." Sebenarnya aku juga ingin bilang 'I Miss You' ke kak Reza namun aku merasa agak canggung dan tidak etis untuk pamer kemesraan di depan Bobby. Apalagi setelah mengetahui kalau sebenarnya selama ini Bobby memendam perasaan terhadap ku. Mata ku melirik ke arah Bobby yang ternyata sedari tadi memperhatikan ku, segera ku tundukan pandangan ku dan kemudian menutup telfon tersebut.


"Seru banget sih Fa telponanya, cowok kamu?" tanya Bobby.

"I..eng.. i.iya" jawab ku kikuk.

"Hahah santai aja Fa, Putri udah cerita ke aku kalau dia keceplosan bilang soal aku suka sama kamu" ujar Bobby.

Ada perasaan canggung namun sedikit lega ketika melihat reaksi Bobby yang sepertinya menanggapi hal itu dengan santai. Biasanya cowok akan berubah sikapnya jika tahu kalau cewek yang disukainya sadar akan perasaan cowok tersebut.

"Kamu ga apa - apa Bob?' tanya ku dengan wajah prihatin.

"Ih santai aja kali Fa, aku emang suka sama kamu. Tapi jadi temen deket kamu aja udah seneng kok" ujar Bobby sambil tersenyum.

"Eng.. maaf ya.. Aku gak tau kalau kamu selama ini suka sama aku" ujar ku pelan sambil memperhatikan wajah Bobby mencoba menebak apa yang dirasakannya saat ini.

"Dih Fa lebaran udah lewat ngapain minta maaf hahaahaha. Aku sebagai laki - laki emang harus tanggung jawab sama perasaaan aku sendiri dong, masa aku ngebebanin perasaan aku ke kamu. Aku sendiri yang milih buat suka sama kamu, dan aku sendiri yang harus siap kalau perasaan aku gak kamu bales hahah" ujar bobby tegas.

Perkataan Bobby itu membuat ku terhenyak, ak tak mengira Bobby bisa menyikapi hal ini dengan sangat dewasa. Jika aku boleh jujur, melihat sikapnya yang dewasa ini membuat ku merasa kagum terhadapnya.


"Gila Bob, aku doain kamu dapet cewek yang jauh lebih baik dari aku" celetuk ku sambil menggelengkan kepala ku.

Bobby hanya tersenyum mendengarkan perkataan ku.





Sebenarnya kalau mau jujur, Bobby adalah cowok yang bisa membuat semua wanita merasa beruntung jika jadi pacarnya. Bobby cukup ganteng, badanya tinggi tegap karena Bobby suka olah raga. Dari Basket, Sepak Bola, Sampai Muay-Thai, dan masih banyak lagi. Bobby juga orang yang tekun dan selalu memberikan dedikasi penuh terhadap hal - hal yang disukainya. Banyak sekali prestasi yang di dapatkan Bobby baik di luar sekolah maun di dalam sekolah. Bahkan terkadang aku berfikir kalau Bobby sengaja mengalah agar aku menjadi juara kelas, karena dari 3 tahun SMA ini hanya sekali Bobby mendapat kan juara kelas.


Bobby juga pintar bermain musik dan suaranya bagus, salah satu yang membuat aku senang nongkrong sama Bobby karena Bobby bisa membuat suasana yang membosankan menjadi seru hanya dengan sebuah gitar. Bobby juga anggota sebuah band yang cukup terkenal untuk anak - anak seumuran ku. Bahkan beberapa lagu mereka ada di dalam playlist Spotify ku sampai saat ini.


Namun entah mengapa, aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadap Bobby. Padahal selain kak Reza, Bobby adalah orang yang selalu ada untuk ku ketika aku sedang sedih. Mungkin karena aku terlanjut menganggap Bobby segai teman, sebagai kaka ku sendiri sehingga sampai saat ini tak pernah sedikit pun perasaan suka muncul di hati ku untuknya.

"Eh Fa makalah sosiologi udah kelar?" ujar Bobby memecah lamunan ku.

"eh..belum Bob, kamu udah?" tanya ku balik. Perasaan ku sedikit lega karena Bobby mengganti topik pembicaraan kami.

"Belum nih, kemarin aku mager. Ngomong - ngomong tumben kamu ko belum selesai, biasanya kalo soal makalah gini kamu jadi orang pertama yang ngumpulin. Sibuk pacaran ya kamu selama weekend hahaha' ujar Bobby.

"Enak aja, emang nya kamu pikir kerjaan aku pacaran doang?"

"Lah terus kenapa belum?"

"Sibuk"

"Sibuk pacaran kan?"

"Apaan sih Bob!" gerutu ku kesal sambil menampar punggung nya dengan tangan ku.

"Aduh.. keluar deh Fafa Barbarian" ledek Bobby

Aku kemudian mengangkat tangan ku mengambil ancang - ancang untuk memukul nya lagi Bobby kemudian mengangkat ke dua tanganya untuk melindungi tubuh nya dari pukulan ku. Aku tak bisa menahan tawa ku ketika melihat wajahnya yang ketakutan terlihat konyol.

"Mesra banget kalian?" suara Putri membuat kami ber dua berhenti tertawa, serentak aku dan Bobby kemudian menoleh ke arah Putri yang berdiri di samping meja ku.

"Hey Put" Sapa Bobby.

"Lo masih pacaran sama si Reza Fa?" Putri tidak menggubris sapaan Bobby dan langsung menatap ku dengan tajam.

"Masih Put" jawab ku pelan sambil menatapnya balik sambil mencoba menerjemahkan arti dari raut wajahnya saat ini.

"Hhh.. gua gak nyangka lo bakal tahan selama ini sama dia" ujar Putri sambil tersenyum sinis.

"Put udah deh jangan mulai" ujar Bobby beranjak berdiri dari kursinya.

Putri menatap Bobby sebentar lalu kembali menatap ke arah ku.

"Enak ya jadi lo Fa, kayaknya semua cowok dengan mudah nya bisa suka sama lo. Mau Reza, Bobby, Edo."

"Edo siapa Put?" Aku memotong perkataan Putri ketika mendengar nama seseorang yang sama sekali tidak ku kenal.


Putri menghentikan kata - katanya seketika dan menatap ku semakin tajam. Aku membalas tatapan Putri merasa bingung karena Putri menyebutkan nama seseorang yang tidak ku kenal.


Putri kemudian tersenyum, dan terlihat oleh ku kalau dirinya sangat memaksakan senyum tersenyum tersebut. Putri kemudian mengalihkan pandanganya ke Bobby,

"Gua mau ke kantin lo ikut gak Bob?" ujar Putri sedikit ketus.

Bobby terlihat kebingungan menjawab pertanyaan itu dan melirik ke arah ku. Aku segera menggelengkan kepala ku sambil tersenyum.

"Duluan aja Bob, aku mau ketemu Reza sebentar" ujar ku mempersilahkan Bobby untuk pergi duluan ke kantin, karena memang sebentar lagi waktu istirahat siang.

Terlihat wajah Bobby yang merasa tidak enak kepada ku, namun akhirnya Bobby melangkahkan kakinya meninggalkan meja kami. Putri tanpa berpamitan kepada ku langsung membalikan badanya dan meninggalkan ku. Bobby berjalan pelan mengikutinya dari belakang.

Bobby menyempatkan dirinya untuk menoleh ke arah ku sebelum meninggalkan kelas ini. Aku melambaikan tanganku sambil tersenyum. Lalu aku memberi kode dengna tangan ku agar Bobby segera menyusul Putri yang tak terlihat lagi oelh ku.


Bobby membalas senyuman ku dengan sebuah anggukan kecil lalu bergegas meninggalkan kelas ku.

AKu kemudian menghela nafas ku, setelah mereka tak lagi terlihat oleh pandangan ku. Hari ini aku gak mau membiarkan hal kecil merusak mood ku. Hari ini aku mau fokus untuk merasa senang, karena sebentar lagi aku akan beretemu dengan kak Reza.

"PIng" Bunyi notifikasi Whatsapp ku berbunyi. Segera ku raih HP ku dan ku buka aplikasi whatsapp untuk membaca pesan masuk tersebut.


"Kamu udah istirahat belum Fa? Aku udah di depan gerbang" membaca pesan dari kak Reza tersebut membuat ku tersenyum lebar.


"Aku ke bawah sekarang" setelah mengirim pesan tersebut aku bergegas meninggalkan kelas ku dan turun ke lantai dasar melalui tangga yang berada persis di samping kelas ku. Beberapa kali aku menyelipkan tubuh ku di antara siswa - siswa lain yang berjalan santai menuruni tangga.

Setelah sampai di lantai dasar aku segera berlari menuju gerbang sekolah ku dan terlihat oleh ku kak Reza sedang duduk di atas supra butut nya sambil membawa sebuah kantong plastik. Aku segera menghampirinya, aku tak bisa menyembunyikan perasaaan ku karena akhirnya bisa bertemu kembali dengan Pacar ku yang ku sayang.

7kyCeoY.jpg


Setelah sampai di gerbang aku memelankan langkah ku dan menyelipkan tubuh ku di antara pintu gerbang sekolah yang tidak sepenuhnya terbuka.

"Hey mas pacar" sapa ku sambil berjalan menghampirinya.

Kak Reza hanya tersenyum sambil menyodorkan kantong plastik di tanganya, aku segera mengambil kantong plastik itu dan melihat sebungkus Es Krim Hagendaz rasa salted caramel di dalamnya.



"Aaaaaaaaak makasiihhh!!" aku melompat kecil kegirangan, ingin rasanya aku memeluk kak Reza saat ini juga namun aku sadar kalau hal itu tidak lah elok di lihat oleh orang - orang. Senadainya saja orang - orang di Indonesia tidak peduli melihat pasangan berciuman dan berpelukan di muka umum pasti sudah ku lakukan.


"Ya udah, kamu istirahat gih nanti aku jemput lagi" ujar kak Reza sambil menyalakan mesin motornya.

Tangan ku secara reflek memegang tanngan kak Reza mencegahnya untuk pergi. Kak Reza melirik ke arah tangan ku yang memegang tanganya lalu menatap ku.

Aku sebenernya masih kangen sama Kak Reza walaupun aku tah aku akan beretmu nya lagi ketika pulang sekolah namun rasa rindu ku yang ku rasakan saat ini begitu besar. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersama kak Reza untuk beberapa saat.

Kak Reza menyadari apa yang ku pikirkan karena mata ku sudah mulai berkaca - kaca dan tangan ku sudah menggenggam hoodie yang dia pakai dengan erat.

"Aku masih kangen" ujar ku pelan sedikti merengek.

Kak Reza tersenyum kecil lalu mematikan mesin motornya.

"Ya udah kalo gitu, naik sini" ujar kak Reza sambil menyuruhku naik ke atas motornya.

Aku dengan girang lalu naik ke atas motor kak Reza tersebut, dan kemudian kak Reza menyalakan motor nya ketika selesai memastikan jika aku duduk dengan nyaman di atas motornya.

"Ke Warjo mau gak?" tanya kak Reza.

Aku mengangguk seperti anak kecil sambil membuka bungkus Es Krim Hagendaz itu. Aku dan kak Reza pun segera meninggalkan sekolah kami menuju Warjo yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah ku.

f5jbN6O.png


Warjo adalah warnet kecil dengan koneksi yang sangat lambat, sehingga tak banyak pengunjung yang mendatangi warnet teresbut. Warnet tersebut masih menggunakan komputer dengan sistem operasi windows XP, dan spesifikasi komputernya juga sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu untuk menjalankan game - game populer masa kini.

Letaknya cukup terutup karena masuk ke gang kecil yang agak kumuh, sehingga sangat cocok untuk di jadikan tempat bolos sekolah atau mojok pacaran. Pemilik nya adalah seorang bapak - bapak yang sudah tua dan orang nya pun gak rese selama kita tidak bikin gaduh dan kasbon.

Warjo hanya memiliki 8 komputer saja, dimana tiap komputer berada di dalam bilik - bilik kayu dan agak tertutup. Walau begitu karena posisi komputer yang di tata untuk digunakan lesehan, orang - orang masih bisa melihat ke dalam warnet jika mereka berdiri dekat dengan bilik kayu tempat station komputer itu berada.


Aku memakan Es Krim Hagendaz tersebut dengan lahap, bahkan belum sampai ke Warjo Es Krim tersebut sudah habis ku makan. Aku lalu melemparkan tangkai es krim tersebut ke tong sampah di pinggir jalan, selagi motor kak Reza masih melaju kencang.

Aku kemudian memegang ke dua pipi kak Reza dengan tangan ku yang dingin, kak Reza terlihat sedikit kaget namun kemudian tanganya memegang tangan ku dan mencium nya. Aku kemudian memeluk tubuh kak Reza dan membenam kan kepalaku di pundaknya sambil menghirup parfum yang menempel di jaket hoodie kak Reza.


Sesampainya di warjo aku turun terlebih dahulu selagi menunggu kak Reza memarkirkan motornya. Aku bergegas memilih tempat duduk yang terletak di pojok ruangan. Pencahayaan Warjo sangatlah redup, belum lagi temboknya yang berwarna krem tua sehingga membuat ruangan warnet ini terlihat lebih gelap dari yang seharusnya.


Ternyata sudah ada 3 bilik yang terisi oleh orang lain, terlihat dari sepatu yang berserakan di depan bilik warnet. Aku menoleh kebelakang melihat kak Reza berjalan cepat menyusul ku setelah memarkirkan motornya.


Aku lalu menunjuk - nunjuk bilik warnet paling pojok dan kak Reza mengangguk pelan. Aku lalui membuka bili pintu warnet tersebut dan melepaskan sepatu dan kaus kaki ku. Setelah menata nya rapih di depan bilik warnet aku lalu duduk lesehan ddan menyalakan komputer tersebut.

Selagi menunggu komputer itu menyala aku melirik ke arah Kak Reza yang sedang menendang sendalnya agar lepas dari kakinya. Setelah komputer menampilkan sebuah layar berwarna biru dengan gambar lumba - lumba kecil aku mengarahkan kursos mouse dan memilih paket personal yang berarti aku bisa memakai komputer itu tanpa batas waktu.

Aku menggeser tubuh ku sampai pundak ku menyentuh bilik kayu di sampingku untuk memberikan tempat buat kak Reza duduk.

Aku lalu mengclick folder bernama Filem dan memiih seacara acak filem yang berada di dalam folder tersebut. Kak Reza lalu merangkulkan tanganya ke pundak ku dan aku secara otomatis menyenderkan kepala ku ke pundaknya. Sebenarnya aku hanya butuh tempat untuk menghabiskan waktu berdua dengan kak Reza, sehingga aku tidak begitu peduli filem apa yang ku tonton.


Kak Reza sesekali mencium rambut ku dan ak kemudian mendeakp tubuh nya dengan erat.

"kangen" bisiku ke sambil mendongakan kepala ku ke atas untuk melihat wajahnya. Kak Reza menatap ku sambil tersenyum lalu mencium bibir ku dengan lembut.


Suasana warnet ini sangat lah hening sehingga bisikan ku barusan masih terasa cukup keras untuk didengar oleh orang lain. Aku lalu melepaskan dekapan ku terhadap kak Reza dan duduk tegak di depan komputer. Tangan ku kemudian menggerakan kursor mouse dan membuka aplikasi Notepad.

Aku lalu mengetikan semua perasaan yang ku rasakan kepada kak Reza saat ini. Kak Reza menyenderkan punggung nya di tembok bilik ini sambil menyisir rambut panjang ku dengan jari - jarinya.


"Kak Rezaaaaaaa... Fa kangeeeeeeeeennn!! Ugh.. pengen meluk kamu.. pengen cium kamu! hiks.. kenapa sih kita gak nikah aja.. maaf ya kemarin Fafa udah diemin kamu hampir dua hari. Lagian salah kamu juga sih kamu nyebelin. Aaaak tadi belum puas meluk di motor, pengen meluk terus.. Pengen di cium lagi bibir nyaaaaa!" aku kemudian menyenderkan punggung ku ke tembok dan menunjuk ke layar monitor, meminta kak Reza agar membaca tulisan ku tersebut.



Kak Reza tersenyum kecil lalu duduk tegak ke depan montior terserbut dan membaca ketikan ku barusan. Kak Reza menutup mulutnya dengan tangan, sambil sesekali tersenyum selagi membaca ketikan ku tersebut. Setelah selesai membaca ketikan ku, kak Reza kemudian menaruh ke dua tanganya di atas keyboard dan mengetikan balasan untuk tulisan ku barusan.

Setelah selesai mengetik kak Reza menoel lutut ku dan memberi code dengan jempolnya agar aku membaca ketikanya. Aku lalu memajukan posisi duduk ku untuk membaca ketikan tersebut. Kak Reza lalu kembali menyandarkan punggung nya ketembok sambil kembali menyisir rambut ku.


"Samaaaa, aku juga kangen kamu Fa. Dari sabtu gak bisa tidur mikirin kamu terus. Bantal guling aku habis aku ciumin sambil bayangin kamu hiks. Aku juga pengen meluk kamu, sama nyium kamu. Ugh aku kangen wangi kamu Fa, jadi pengen nerkam T-T" aku menahan tawa ku sambil menutup mulut ku dengan tangan ku ketika selesai membaca tulisan kak Reza tersebut.


Aku lalu menoleh kebelakang dan menatap wajahnya sambil tersenyum penuh arti, lalu kemudian mengetikan balasan singkat untuk tulisan nya tersebut. Kemudian aku menyenderkan punggung ku kembali ke tembok bilik ini sambil menatap kak Reza dan manahan tawa ku.


Kak Reza mengerutkan keningnya karena melihat aku hanya mengetik sebentar, Kak Reza lalu duduk tegak ke depan untuk membaca tulisan ku.

"Jangan cuman ngomong doang!!!"

Terlihat ekspresi kaget kak Reza ketika membaca ketikan ku di note pad tersebut, kepala kak Reza segera menoleh ke belakang menatap ku seakan bertanya apakah aku benar - benar serius dengan apa yang ku ketikan itu.


Aku menatap kak Reza dengan tatapan sayu dan kemudian tersenyum, wajah kak Reza mendadak menjadi serius. Kak Reza lalu merangkak pelan mendekati ku dan lalu duduk di samping ku.

Wajahnya kemudian mendekati dan hidung kamu pun bertemu, aku bisa merasakan nafas kak Reza yang cepat mengenai wajah ku. Kak Reza lalu memiringkan kepalanya dan mencium bibir ku pelan dan lembut. Kami berdua berusaha agar hanya mengeluarkan suara seminimal mungkin.


Aku memundurkan tubuh ku hingga punggung ku mengenai punggung pilik tersebut, kak Reza lalu membuka 3 kancing seragam SMA ku. Tanganya kemudian megelus - ngelus leher ku sebelum akhirnya kak Reza memasukan tanganya ke dalam baju ku melaui sela - sela baju seregam ku yang tal lagi terkancing dengan sempurna.


Mulut kak Reza terus - menerus melumat bibir ku, aku mencoba mengambil nafas dengan membuka mulut ku. Namun kak Reza menyalah artikan itu sebagai undangan untuk lidahnya agar masuk ke dalam mulut ku.

LIdah kami pun beradu, liar namun lembu.


"Aahh..." suara desahan ku terlepas sedikit ketika aku membuka mulut ku untuk mengambil nafas. Lidah kak Reza memperkosa mulut ku dengan lidah nya yang liar, tangan ya yang sedari tadi meremas - remas payu dara ku kemudian menarik BH ku ke bawah sehingga payu dara kanan ku menjuntai keluar walau masih tertutup oleh seragam SMA ku.

Kak Reza lalu memilin - milin puting ku sambil sesekali mencubit nya, bibir nya lalu berpindah menciumi pipi ku dan turun ke leher ku. Aku menggigit jari ku sambil menolehkan kepala ke arah kanan agar kak Reza bisa dengan leluasa mencupangi leher ku.

"Mhmm ehghh" aku menahan desahan ku sambil menggigit jari ku keras - keras. Rasa sakit yang ku rasakan di jari ku teralihkan oleh kenikmatan permainan lidah kak Reza di leher ku tanganya yang nakal di buah dada ku.


Kak Reza lalu mengeluarkan tangan kananya dari seragam ku dan segera menyingkap rok ku ke atas tanpa menghentikan hisapan dan jilatan nya terhadap leher ku. Kak Reza lalu me raba - raba paha dalam ku sebelum akhirnya menarik tangan nya ke atas dan menyentuh vagina ku.

Seketika itu juga kak REza menghentikan cupanganya dan menarik kepalanya kebelakang untuk melihat wajah ku. Mata kak Reza melotot kaget menatap wajah ku.

"kamu ga pake celana dalem Fa?" bisik kak Reza.

Aku menggelengkan kepala ku dan tersenyum nakal, kemudian memeggang tangan kak Reza yang menyentuh vagina ku dan menggerakan tanganya. Mulut ku menganga sambil memandang wajahnya dengan penuh nafsu.

Aku menggigit bibir ku lalu menarik kepalanya keleherku sebagai tanda kalau aku ingin kak Reza malanjutkan jilatanya di leher ku.

Kak Reza tanpa bertanya lebih lanjut mulai menuruti perintah non-verbal ku dan melanjutkan permainannya.

"MhhMm..." aku menahan desahan ku... melakukan hal senonoh di tempat umum seperti ini memilik sensasi nya sendiri. Ingin sekali aku berteriak melepaskan desahanku, untung saja akal sehat ku yang mulai sekarat masih menjaga kewarasanku untuk tidak berteriak.


Samar - samar aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat menuju bilik kami, Kak Reza seketika itu juga menghentikan permainan lidah dan tanganya. Hal tersebut membuat ku sedikit panik karena saat ini keadaan ku lumayan tak karuan. Kemeja seragam ku sudah lebih dari 3 kancing terbuka membuat bagian tengah seragam ku menganga terbuka lebar. Membuat belahan dada dan BH ku yang tidak terpasang dengan rapih terlihat jelas. Rok ku tersibak sangat tinggi ke atas, membuat vagina ku terpampang jelas.


"Hayo ngapain!" ujar seorang lelaki dengan nada meledek.

Entah bagaimana caranya, tepat sebelum laki - laki tersebut mengintip ke dalam bilik kami Kak Reza sudah menutup tubuh ku dengan hoodie nya. Aku dan kak Reza duduk dengan posisi punggung kami menempek ke tembok di belakang kami.

"Eh a Edo" ujar kak Reza berusaha menutupi nafas nya yang tersenggal - senggal.

"Hahah siang - siang udah pacaran aja" ujar Pria bernama Edo tersebut.

Kak Reza hanya cengegesan tidak terlalu menggubris perkataan Edo.

"Sama siapa a?" tanya Kak Reza yang sudah berhasil mengatur nafasnya.

Ke dua tangan ku lalu memegang kedua hoodie kak Reza agar tetap menutupi tubuh ku.

"Sama si Dadang tuh lagi beli roko dulu" jawab Edo yang kemudian menaruh tangannya di atas bilik tempat kami berada.


"Gak mau di kenalin ini teh?" tanya Edo.

"Oh iya kenalin a, ini Fafa" ujar kak Reza.

Pria bernama Edo itu kemudian menjulurkan tanganya ke dalam bilil, untung saja tangan pria itu cukup panjang sehingga aku tidak perlu berdiri untuk menyalaminya.

"Fafa.." jawab ku pelan. Edo lalu menarik kembali tubuh ke belakang, dan menaruh ke dua tanganya di atas bilik tersebut agar bisa menopang kepalanya.


"Cantik ey pacar kamu ja" ujar Edo sambil menatap ku tajam, rasanya seperti di telanjangi.

"Haha makasih A" tiba - tiba tangan kak Reza yang tertutup oleh hoodie nya bergerilya ke arah vagina ku. Jari - jari nya meraba - raba mencari belahan di bagian tengah vagina ku, dan kemudian jari - jari tersebut membelah vagina ku lemut.

Seketika itu juga ak menggenggam erat hoodie milik ka Reza agar tetap menutupi tubuh ku dengan sempurna. Aku menoleh melihat kak Reza yang kemudian mengobrol dengan Edo tanpa rasa bersalah. Rasa kesal, marah, dan takut berkecamuk di dalam hatiku, apa yang di pikirkan oleh kak Reza sampai bisa - bisanya kepikiran untuk mencabuli ku di depan orang yang baru ku kenal ini.

Mata ku lalu menatap ke atas untuk melihat wajah Edo, sambil berharap agar Edo tidak sadar apa yang sedang terjadi di depannya, di balik hoodie milik ka Reza ini.

Kak Reza lalu mencelupkan jari tengah nya ke dalam Vagina ku tanpa rasa bersalah, dan mulai menggerakan nya keluar masuk. Seketika itu juga aku berusaha mengontrol ekspresi wajah ku, karena rasa geli dan nikmat yang ku rasakan hampir membuat ku melepas kan sebuah desahan.

"mhmmp" aku menatap kak Reza yang kemudian membalas tatapan ku namun kembali mengajak Edo ngobrol.


"Kenapa gak maen di warnet Om Feri aja a? Di sini kan lambat?" tanya kak Reza. Mendengar pertanyaan itu membuat ku semakin kesal, karena kak Reza seperti nya mengulur - ngulur pembicaraan dengan Edo.

"Ah di si bagong mah ga bisa nonton bokep hahah" tawa Edo. Kak Reza ikut tertawa kecil mendengar perkataan Edo. Aku hampir berteriak ketika kak Reza menambahkan jari manis nya ke dalam vagina ku.

"HmmphhH.." aku menahan nafas ku agar desahan ku tidak lepas dari mulut ku.

Seketika itu juga Edo langsung menatap ku dengan tatapan curiga, " kenapa teh? teteh sakit? keringetan gitu"

Aku tak kuasa untuk menahan mataku agar teteap terbuka, kak Reza mempercepat permainan jari nya di dalam memek ku. Kak Reza menyadari aku yang hampir kehilangan kewarasan ku menjawab pertanyaan Edo.

"Iya a, dia teh lagi sakit, makanya ke warnet teh ini si Fafa mau istirahat bentari" ujar Kak Reza.

"Aduh maaf neng udah ganggu istirahat nya, saya ke bilik saya dulu atuh ya Ja" pamit Edo sambil meninggalkan bilik kami.

"Oh iya a mangga" jawab kak Reza sambil mengangguk tersenyum.

Setelah Edo tidak terlihat lagi dari pandangan kami, kak Reza menoleh menatap ku dengan tatapan kosong. Jari - jari nya yang sedari tadi mencabuli memek ku masih teruse bergerak keluar masuk. Aku bisa mendengar suara gesekan jari - jari nya yang menyentuh dinding dalam memek ku bercampur dengan cairan lubricant alami yang keluar dari memek ku.


AKu menatap pacar ku itu dengan tatapan kesal, namun entah kenapa mulut ku tak ingin memintanya untuk berhenti. Aku menggigit bibir ku menahan desahan ku untuk tidak keluar, aku lalu bisa merasakan kalau kak Reza mencoba memasukan jari ke tiganya ke dalam memek ku. Aku segera menggelengkan kepala ku, aku takut aku tak bisa lagi menahan diri ku untuk tidak berteriak.

Namun kak Reza tak peduli, aku bisa merasakan ujung jari manisnya mencoba membuka memek ku yang sudah sangat sempit tersumbat oleh jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Rinng... Ringg.." suara Hp ku berbunyi, kak Reza tanpa meminta izin langsung mengambil HP ku dan mengangkat telfon tersebut. Lalu kak Reza menempelkan telfon tersebut ke telinga kanan ku, sambil tetap memegangnya. Kak Reza lalu menghentikan gerakan jari telunjuk dan jari tengah nya yang berada di dalam vaginaku.

Meyadari jari - jari nya yang sudah berhenti seketika itu juga aku membuka mulut ku mencoba mengambil nafas sebanyak - banyaknya. Aku lalu mengambil Hp dari tangan kak Reza dan menempelkan HP tersebut di telinga kiri ku. Aku menatap kak Reza dengan tatapan kesal namun karena tangan ku yang satunya harus tetap memegang hoodi tersebut, aku tak bisa menarik tangan kak Reza untuk berhenti mencabuli vagina ku.


"Halo Fa?" suara Bobby terdengar panik.


"i..iya ada apa Bob?" tanya ku lirih.

"Kamu kemana? Itu kamu di cariin Pak Bowo, soalnya jam habis istirahat ternyata di ganti sama pelajaran nya Pak Bowo. Tadi kamu ketauan gak ada karena pas giliran kamu untuk di absen gak ada yang jawab" uijar Bobby masi agk panik.

"Aduh.. i.iiya aku Segeeraaaaaaa.......!!!!" belum selesai aku berbicara kak Reza sudah memasukan jari ketiganya kedalam vagina ku yang tersumbat secara paksa.

Mata ku terpejam seketika, mulut ku membentuk huruf 'O' membuat wajah ku menjadi agak sedikit melonjong. Rasa perih dan nikmat yang datang bersamaan secara tiba - tiba itu membuat ku kehilangan control atas reaksi ku.

Badan ku sedikit erangkat karena ke dua tanganku secara reflek langsung mendorong lantai tempat duduk ku membuat tubuh ku sedikit terangkat. Hoodie kak Reza pun tersingkir dari posisi semula membuat keadaan ku yang tak senonoh terlihat jelas.


"Fa? kmau kenapa Fa?" Bobby sedikit berteriak karena khawatir mendengarkan suara ku yang agak melengking.

"ga.***k apa - apa Bob.." ujar ku merintih, otot - otot ku terasa menegang membuat vagina ku menjepit jari - jari kak Reza yang masih berada di dalam. Kak Reza kemudian melanjutkan pergerakan ke tiga jari nya secara perlahan.

"Serius Fa kamu ga kenapa - kenapa?" tanya Bobby lagi.

"e..engga.. apa.. apaaa ko" jawab ku terbata - bata menahan agar desahan ku tak keluar saat aku berbicara.

"Ya udah Fa kamu cepetan ke sekolah, ini mumpung Pak Bowo lagi izin di panggil bu Diah" ujar Bobby panik..

"I..iya a..aku ke..sana sekarang" aku langsung mematikan telfon tersebut dan dengan segera ke dua tangan ku memeggang tangan kak Reza. Mencoba menghentikan pergerakan tanganya agar tak lagi mencabuli memek ku.

Namun tenaga kak Reza lebih kuat dari ku sehingga kedua tangan ku terlihat seperti menahan agar tanganya terus melakukan perbuatan tak senonoh terhadap vagina ku.

Aku bisa merasakan kalau ak hampir orgasme, ke dua tangan ku yang sedari tadi menahan tangan kak Reza sekaraang membantu nya untuk menggerakan tanganya lebih cepat.

"Mhhmm.." aku menahan desahana ku lalu menoleh ke arah kak Reza dan menatapnay dengan tatapan sayu.

"A..aku mau keluar" bisi ku kepada kak Reza.

"Fa mau keluar?" bisik kak Reza sambil menatap ku dengan wajah penuh kemenangan.

Aku mengangguk cepat sambil tetap mempertahankan tatapan ku terhadap matanya.

"Fa mau keluar" tanya kak Reza agak keras.

"i..iya Fa mau keluar" jawab ku lirih.

Kak Reza lalu mempercepat pergerakan ketiga jarinya yang tertanam begitu dalam di memek ku, ke dua tangan ku meremas hoodie mlik nya, ak kemudian menggigit penutup kepala hoodie kak Reza kuat - kuat agar bisa menahan desahan ku untuk tidak keluar.

Aku menggeleng- gelengkan kepalaku sambil memejam kan mata saat mulai merasakan kalau aku akan segera mencapai orgasme. Aku lalu mengapit tangan kak Reza dengan ke dua kaki ku, otot - otot ku mengejang - ngejang hebat.

"Ahmmpph.. keluar... " ujar ku lirih pasrah, ketika air berwarna bening iut mengucur pelan dari vagina ku. Aku bisa meraskaan tenaga ku mulai meninggalkan tubuh ku yang kemudian terkulai lemah.

Aku menyenderkan kepaku ke pundak kak Reza, sesekali aku meremas tangan kak Reza yang masi mencabuli memek ku secara lembut.

Kak Reza mengecup kening ku sambil berbisik "good girl". Mendengar pujian itu membuat ku tersenyum kecil. Aku kangen mendapatkan apresiasi dari kak Reza setiap kali aku keluar, rasanya seperti seekor anak anjing yang mendapatkan pujian dari majikanya.

Hampir seluruh wajah ku terutup oleh rambut ku yang mulai agak acak - acakan, badan ku bergemetar kecil saat kak Reza mencabut ke tiga jari nya perlahan dari dalam vagina ku.

Ugh.. aku masih merasa belum cukup, aku ingin merasakan batang kejantanan kak Reza di dalam memek ku. Aku lalu menaruh dagu ku di pundak ka Reza dan menatapnya dengan tatapan penuh nafsu. Tangan ku lalu mengelus - ngelus selangkanganya dan berbisik

"aku mau ini..." kata ku lirih.

Kak Reza tersenyum mendengar perkataan ku itu lalu mencium bibir ku.

"Gak di sini ya sayang, ambil tas kamu dulu yuk nanti kita ke rumah ku" ujar kak Reza.

"ahh..mau seakrang" aku mengeluh manja, di otak ku sekarang hanya ada bayangan penis kak Reza.

Kak Reza menggelengkan kepaalanya "Nanti kamu dicariin Fa, ambil tas kamu dulu ya" ujar kak Reza lagi.

Aku menggerutu kesal ketika kak Reza berdiri dari duduknya dan melangkah keluar dari bilik warnet ini. Aku lalu dengan bermalas - malasan mengacingkan kembali baju ku dan memakai hoodie ka Reza untuk menutupi seragam ku yang sudah terlihat kusut.


Selagi kak Reza membayar billing warnet aku mengenakan kembali sepatu dan kaos kaki ku lalu melangkah lemas menghampiri kak Reza. Setelah selesai membayar billing warnet tersebut aku dan kak Reza lalu berjalan ke tempat kak Reza memarkirkan motornya.

Pikiran ku saat ini kacau sekali, aku merasa malas untuk kembali ke sekolah. Aku ingin kak Reza menjamah ku, Aku ingin kak Reza menggunakan diri ku untuk kepuasaan dirinya, Aku ingin melihat wajah kak Reza yang menatap ku tajam saat diri nya fokus untuk menahan agar spermanya tidak keluar, karena saat itulah ganteng nya kak Reza makin terlihat.


Aku lalu naik ke atas motor setelah kak Reza naik terlebih dahulu lalu kami pergi meninggalkan warjo. Sepanjang jalan aku memeluk badan kak Reza dan menghirup wangi tubuh nya dalam - dalam. Pikiran nakal muncul di otak ku, aku kemudian menurunkan tangan kanan ku ke arah selangkangan kak Reza dan mengusap - ngusap kemaluannya.

Kak Reza dengan gesit kemudian menggenggam tangan ku dan mencoba menjauhkan tangan ku dari selangkanganya.

"Fa.. nanti di lihat orang!" ujar kak Reza panik.

"Ugh.. biarin aja aku mau ini" jawab ku manja, nafsu ku menjadi semakin tak terkontrol mendapatkan penolakan dari kak Reza. Melihat wajahnya yang panik membuat ku merasa semakin tertantang untuk membuat nya merasakan birahi yang sama seperti ku saat ini.

"Fa sabar ya sayang nanti di rumah aku kamu bebas mau ngapain aja" ujar kak Reza memelas.

"tapi aku maunya sekarangg..." rengek ku manja.

Kak Reza menggeleng - gelengkan kepalanya, lalu menggenggam tangan ku dengan sekuat tenaganya dan meletakan tangan ku di perutnya.

"cewek nakal, nanti aku hukum kamu sampe minta ampun" ujar kak Reza tegas.

Ancaman kak Reza itu seakan menyiram minyak tanah ke nafsu ku yang sudah panas membara. Aku jadi semakin tidak sabar untuk segera pergi ke rumah kak Reza hari ini.

Tak lama kemudian kami pun tiba di sekolah ku, aku segera turun dari motor kak Reza.

"Jangan cuman omdo ya" kata ku sambil tersenyum nakal.

Kak Reza tersenyum dan mengangguk pelan. Aku lalu berlari menuju gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar. Aku bisa melihat teman - teman sekelas ku dan kelas lain sudah berhamburan pulang.

Aku berlari kecil menuju tangga namun sebelum aku sempat naik ke atas tangga, sebuah tangan yang kekar memegang tangan ku membuat aku menghentikan langkah ku.

"Fa kamu dari mana?" ujar Bobby sambil mengerutkan keningnya.

"Eh..eng Bob, tadi aku pulang sebentar" jawab ku berbohong. Bobby lalu melepaskan genggamannya dari tangan ku.


"Aku naik dulu ya Bob mau ambil Tas"

"Eh Fa tas kamu gak ada di atas"

Aku segera menghentikan langkah ku dan membalikan badan ku menghadap Bobby.

"Hah gak ada di atas? kok bisa?" tanya ku.

"Tas kamu tadi di bawa Pak Bowo ke ruang guru, soalnya tadi sehabis istirahat ternyata guru - gurunya udah selesai rapat dan Pak Bowo nyempetin buat ngajar satu jam. Waktu lihat bangku kamu kosong Pak Bowo Marah banget sampai kita di kasih tugas tambahan. Terus sewaktu pelajaran selesai Pak Bowo ngebawa tas kamu pergi" ujar Bobby.

"Aduh aku males banget urusan sama Pak Bowo" celetuk ku kesal.

"Oh ngomong - ngomong Fa tugas dari Pak Bowo harus di kumpulin hari ini dan Pak Bowo bilang kalau hari ini gak ngumpulin kita ga akan dapat nilai untuk pelajaran dia sampai kita lulus." lanjut Bobby.


"Ih.. seenaknya banget sih dia,, duh maaf ya Bob gara - gara aku kalian semua jadi kena" aku jadi merasa gak enak sama Bobby.

"Hm.. kalo kamu bener - bener ngerasa gak enak sih aku punya request sih Fa" ujar Bobby sedikit malu - malu.

"Hahaha..iya deh kamu request apa?" tanya ku sambil tertawa kecil.

"Aku pengen kamu bantuin aku ngerjain tugas tersebut, jadi kita ngerjain tugas bareng" ujar Bobby.

Permintaan Bobby tersebut sebenarnya permintaan yang wajar, namun saat ini aku lagi pengen ngehabisin waktu berdua dengan kak Reza. Bobby nampaknya bisa melihat penolakan yang akan ku ucapkan dari ekpresi wajah ku.

"Fa.. bentar doang kok, kalo kamu sama aku kerjain bareng pasti 2 jam juga beres" ujar Bobby.

Aku terdiam untuk berfikir sebentar, benar juga sih apa kata Bobby. Apalagi tugas tersebut harus di kumpulkan hari ini. Jika aku mengerjakan tugas tersebut dengan Bobby pasti tidak membutuh kan waktu lama untuk menyelesaikan nya dan setelah itu aku bisa menghabiskan waktu ku bersama kak Reza.


"Ok deh Bob, tapi aku harus ambil tas aku dulu, kamu tau gak di mana?" tanya ku tergesa - gesa.

"Kamu coba cek aja ke ruangan nya Pak Bowo Fa, kayaknya di sana" ujar Bobby. Aku langsung berlari menuju ruangan Pak Bowo yang tak jauh dari tempat ku dan Bobby berbicara barusan. Tirai jendela ruangan Pak Bowo tertutup rapat sehingga aku tidak bisa mengintip dari luar untuk melihat apakah tas ku ada di dalam.


pnEpUL4.png


Aku lalu berjalan cepat ke depan pintu ruangan tersebut dan mengetuk pintu nya, namun tak ada seorang pun yang menjawab. Aku lalu menaruh tangan ku di gagan pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci.

Agak takut - takut aku mengintip ke ruangan pak Bowo tersebut.

"Permisi mau ambil tas" ujar ku pelan, namun setelah celingak - celinguk sebentar nampaknya ruangan itu sepi tak ada orang. Aku kemudian mengendap - ngendap masuk ke dalam ruangan Pak Bowo dan menutup pintunya.


AKu segera berjalan menuju meja kerja Pak Bowo dan aku tidak menemukan tas ku dimana pun.Mata ku kemudian memeriksa sekeliling ruangan yang cukup sebenarnya cukup kecil dan tidak banyak tempat untuk menyembunyikan sesuatu.

Aku kemudian mengitari ruangna kerja Pak Bowo sambil mencari - cari d mana sekira nya Pak Bowo menyimpan tas ku. Aku kemudian melihat sebuah lemari dengan ukuran yang cukup besar di belakang meja kerja Pak Bowo. Aku segera membuka lemari tersebut dan hati ku kecewa seketika karena lemari tersebut hanya berisikan peralatan olah raga yang sudah tidak lagi terpakai.

"Clek" tiba - tiab aku mendengar suara gagang pintu terbuka di belakang ku, dengna gesit ak segera masuk ke dalam lemari tersebut dan menutup nya. Terdapat 4 ventilasi kecil di dalam lemari tersebut yang tingginya sama dengan tinggi ku sehingga aku bisa mengintip keadaaan di luar lemari tersebut dari dalam.

AKu melihat sosok Pak Bowo masuk ke dalam ruangan ini sambil mebopong tas ransel ku. Ada perasaan sedikit lega karena aku telah menemukan di mana tas ransel ku berada. Pak Bowo lalu meletakan ransel ku di atas meja kerja nya lalu Pak bowo duduk di atas kursi kantor di belakang meja tersebut.

Pak Bowo sambil bersiul - siul memutar - mutar kan tas ku di atas meja seperti mencoba menginspeksi setiap sisinya. Aku segera menutup mulut ku saat melihat Pak Bowo secara perlahan membuka tas ransel ku. Perasaan panik bercampur malu muncul di benak ku, aku tak sanggup membayangkan reaksi Pak Bowo jika menemukan vibrator yang ku simpan di dalem ransel ku itu.

Tangan Pak Bowo lalu merogoh ke dalam ransel ku dan mengeluarkan benda - benda yang ku bawa di ransel ku.

"Make up? ujar Pak Bowo lalu meletakan peraltan make up minimalis ku di atas meja nya.

"Mukena? hahah ternyata anaknya rajin solat" ujar Pak Bowo kemudian meletakaan mukena tersebut di samping tas ku.

Kemudian Pak Bowo kmebali merogoh ke dalam ransel ku dan kemudian tanganya terhenti untuk sesaat kemudian mengeluarkan ke dua benda yang seharus nya tidak pernah ada di dalam tas ku.

"Hmm.. nakal juga ternyata anaknya" celetuk Pak Bowo sambil memegang ke dua vibrator milik teteh di tanganya. Sesekali Pak bowo menekan tombol - vibrator tersebut. Saat ini aku merasa malu sekali, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan jika besok beretemu dengan nya.

Pak Bowo adalah wali kepala sekolah kami, badanya gempal dan perutnya sangat buncit. Rambut nya sudah mulai botak namun kumis nya tetap lebat dan baplang. Selain bertindak sebagai Wakil kepala sekolah, Pak Bowo juga mengajar beberapa mata pelajaran seperti Olah Raga, dan Agama. Aku yakin besok saat bertemu dengan nya aku akan habis di ceramahi nya soal agama.


Pak Bowo kemudian memasukan benda benda tersebut kembali ke dalam tas ku dan menggeser tas ku agak ke samping sehingga tidak menghalangi pandanganya ke monitor komputer di depanya. Pak Bowo lalu menyalakan monitor komputer kerjanya dan betapa kaget nya aku ketika melihat Pak Bowo menggunakan Foto ku yang di ambil secara candid sebagai wallpaper nya.


Aku merasa mual seketika melihat itu semua, aku tak menyangka Pak Bowo mempunyai sisi gelap seperti ini. Pak Bowo lalu menggerakan kursor mouse nya untuk membuka sebuah folder, kemudian mebuka sebuah file.

Aku menutup mulut ku ketika melihat sebuah video yang di putar di layar monitor pak Bowo. Terlihat di layar monitor tersebut sosok ku yang sedang mengganti baju di ruang ganti siswa perempuan. Badan ku tersasa bergetar dan menggigil, melihat hal itu.

jnD8Nzg.gif


"Faradilla kamu cantik sekali sayang" ujar Pak Bowo sambil meraba monitornya. Pak Bowo kemudian mengambil sesuatu dari celana nya dan kemudian mengangangkat benda itu tinggi - tinggi.

Aku hampir mengumpat ketika sadar kalau benda yang di pegang oleh Pak Bowo saat ini adalah celana dalam ku yuang tertinggal di kamar mandi cowok tadi pagi. Pak Bowo lalu menghirup celana dalam itu dengan penuh semangat sampai aku bisa mendengar hirupan udara yang masuk ke dalam hidung nya.Pak Bowo lalu membuka sabuk celananya dan menurunkan celananya sedikit, aku tidak bisa melihat begitu jelas tapi aku tahu betul apa yang sedang dilakukanya.


"Ahh..Faradilla... mmhh kamu cantik sekali...Faradillla.. emutin kontol bapak ya.. ahhh" Pak Bowo meracau sambil mengocok batang kejantanya sedangkan tangannya yang satu lagi menempelkan celana dalam ku ke mukanya.

"HMmmph.... memek kamu wangi banget... pasti rasa nya rapet banget...bapak pengen banget ngentotin kamu..." Aku seharusnya merasa jijik, merasa marah, merasa muak mendengar racauan pria setengah baya ini.

Namun entah mengapa ada perasaaan kasihan mendengar nya meracau lirih mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi. Ada perasaan bangga ketika diri ku dapat membuat seorang guru sekolah yang terpandang seperti dirinya terobsesi kepada diri ku. Tanpa sadar tangan ku sudah mulai meraba - raba kemaluan ku yang tak tertutup oleh celana dalam.

Birahi ku yang sempat menghilang ketika aku mengobrol bersama Bobby tadi seketika itu juga berhamburan muncul kembali di dalam otak ku.

"Oh.. oh... bapak mau keluar... boleh ya. .. bapak keluarin di dalem memek kamu ya..." racau pak bowo yang mempercepat kocokan tangan di kontol nya.

"Ohhhh" Pak Bowo melolong panjang, terlihat oleh ku badanya bergetar - getar kecil.

"Tok Tok Tok!!!" Pak Bowo Rapat nya sudah mulai lagi pak" suara seorang guru terdengar dari luar pintu.

"Se..se..sebentar " ujar Pak Bowo tergopoh - gopoh membenarkan celananya, kemudian menaruh celana dalam ku yang habis di kotori nya di sebgelah ransel ku. Setelah selesai memakai celana nya dengan benar Pak Bowo berlari menuju Pintu ruangan kerjanya. Pak Bowo kemudian membuka kunci slot pintu tersebut dan membuka pintunya.

"Maaf pak tadi saya menerima telfon" ujar Pak Bowo sambil cengegesan.

"Mari pak" sahut guru yang memanggil Pak Bowo tadi, Pak Bowo kemudian menutup pintu ruang kerja nya dan terdengar langkah kaki mereka melangkah pergi.

Setelah tak terdengar lagi suara langkah kaki mereka aku segera keluar dari tempat persembunyian ku. Berbagai macam jenis emosi seperti bercampur aduk di dalam benak ku. Rasa malu, hina, bangga, sedih, marah, senang, nafsu, bingung, seakan saling berebut untuk menempati otak ku.

Ada perasaan hina ketika pak Bowo menggunakan celana dalam ku sebagai tempat pembuangan cairan najis miliknya. Namun ada perasaan bangga ketika melihat seseorang bisa begitu terobsesi nya kepada dirku. Aku ingin marah dan juga sedih karena melihat Pak Bowo diam - diam mengambil foto dan video ku tanpa sepengetahuan ku. Namun melihat nya begitu bernafsu membayangkan dirinya menikmati tubuh ku membuat birahi semakin membeludak. Perasaan ini adalah perasaan yang sama ketika aku melihat Kak Reza yang begitu bernafsu dan dengan buasnya menikmati tubuh ku. Aku merasakan peraasaan yang sama seperti saat aku melihat Kak Reza tak kuasa menahan diri untuk tidak menyentuh diriku, perasaan bangga seperti memenangkan sebuah taruhan. Perasaan yang sama seperti saat melihat kak Reza tak kuasa mengontrol nafsunya ketika melihat keindahan dan kencatikan yang ada pada diri ku.

Gila apa yang aku pikirkan, aku segera mengambil ransel ku dari atas meja pak Bowo dan segera menyandangnya di bahu kanan ku. Namun langkah ku terhenti ketika melihat celana dalam ku yang masih basah oleh sperma milik Pak Bowo.

Rasa penasaran ku pun timbul, perasaan seperti tertantang untuk melangkah keluar dari zona aman ku. Perasaan yang sama saat aku menantang diri ku untuk memberikan deep throat kepada kak Reza beberapa saat lalu.

Seketika itu juga ruangan itu terasa hening, aku kemudian melangkah mendekati meja itu sampai sudut meja tersebut mengenai vagina ku. Aku lalu menjatuh kan tas ku ke lantai dan menaruh ke dua telapak tangan ku di atas meja tersebut.

Badan ku bergerak dengan sendiri nya, aku mulai menggesek - gesekan vagina ku ke sudut meja yang tumpul itu.

"Mh,..mhh ahh" desah ku, sambil meemjamkan mata ku. Aku mulai menggerakan tubuh ku semakin cepat, menggesekan memek ku ke sudut meja tersebut. Cairan pelumas ku meluber membasahi area permukaan di sekitar sudurt meja tersebut.

"Mhh..ahh... ahhh" kewarasan ku seakan hilang, di kepala ku saat ini akku membayangkan diri ku menjawab pertanyaan - pertanyaan dan racauan pak Bowo barusan.

"Boleh..mmh pak.. boleh" racau ku, tangan ku mulai kehilangan tenaganya membuat tubuh ku perlahan jatuh sehingga dada dan pipi ku menempel di permukaan meja kerja pak bowo. Aku memejam kan mata k u untuk fokus membayangkan imajinasi liar yang seharus nya tak pernah ada di otak ku.

Permukaan meja pak bowo tersebut mulai basah oleh air liur ku yang tak bisa ku kontrol, rasa geli, gatal, dan nikmat yang ku rasakan di area kewanitaan ku membuat ku menggerakan pinggang ku lebih cepat.

"Mhh..mhh.." desah ku sedikit tak terkontrol, setitik akal sehat ku yang tersisa meminta ku untuk tetap membuka mata ku agar berjaga - jaga jika ada orang yang datang ke ruangan ini.

Celana dalam ku adalah benda pertama yang ku lihat ketika aku membuka mata ku.

"Ahh..m,mmphh.. ahh" tangan ku menggapai celana dalam tersebut dan kemudian menghirup nya dalam - dalam. AKu bisa merasakan sensai lengket dan sedikit basah di tangan ku dan juga hidung ku.

Entah mengapa bau seperti kaporit ini membuat birahi ku semakin tak terkontrol... Aku kembali memejam kan mata ku, perlahan - lahan ku julurkan lidah ku untuk menjilatgi celana dalam ku yang masih basah oleh sperma wakil kepala sekolah ku.

Residue - residude sperma yang kental pun terangkut oleh ujung lidah ku dan masuk ke mulut ku.. Aku kemudian mendorong celana dalam itu ke dalam muluit ku sehingga mulut ku tersumpal oleh celana dalam ku yang basah oleh cairan najis milik pak Bowo.


"Mhh...mmh? Mhh"" Rasa takut ketahuan bercampur adrenaline membuat ku semakin bersemangat menggesekan memek ku ke ujung meja kerja Pak Bowo.

"M<hh..mhh ah,mmm Mhphh..." aku teringat perkataan Pak Bowo yang berimajinasi menyemburkan spermanya ke dalam memek ku. Hal itu terbayang begitu jelas, seakan Pak Bowo sedang meminta izin di hadapan ku saat ini.

"Ke..kluarin aja mmhh ahm, ahh mahh Fa juga mau ke...keluar mmhh" racauan ku semakin tak beraturan, suara ku mulai bergetar. Aku bisa merasakan denyutan dasyat di sekitar vagina ku. Seketiak itu juga tangan ku mengangkat tubuh ku kembali berdiri. Ke dua kaki ku terangkat sehingga berat tubuh ku berkumpul di area kewanitaan ku.

"MMhha aaaaaahhhh''' sekujur badan ku bergetar hebat.

"prthhhttthhhhh" terdengar dengan jelas suara munratan air squirt ku yang tertahan oleh sudut meja tempat aku menggesekan memek ku. Cairan cinta ku menyembur tak beraturan membasahi sebagian besar permukaan meja Pak Bowo.

"aaaaa.,mmmhh ahah .. hah .. haha" Akal sehat ku yang berangsur muncul memaksa diri ku agar tidak kehilangan ke sadaran. Aku kemudian menarik celana dalam ku dari dalam mulut ku kemudian dengan punggung tangan ku aku mengusap berbagai jenis cairan yang berkumpul did sekitar bibir ku.

"hah..hahh.. " Badan ku langsung sempoyongan ketika aku menapakan kaki ku di lantai, untung saja tangan ku cukup cepat untuk mencari pegangan agar tubuh ku tak terjauh.

Aku lalu memasukan celana dalam ku kedalam tas ku dan berjalan melangkah menuju pintu ruangan Pak Bowo.

Udara segar berhembus ketika aku membuka pintu ruangan Pak Bowo, tiupan angin ke wajah ku membuat kewarasan ku mengambil alih kontrol tubuh dan perasaan ku. Rasa malu, hina, dan jijik terhadap apa yang baru saja kulakukan berusaha meredam birahi dan nafsu ku yang seperti nya tak kunjung hilang.


Namun seberapa besar tingkat kewarasan dan akal sehat yang kumilik seakrang, nafsu birahiu ku dengan sukses mempertahan kan diri nya untuk tetap bersemayan di kepala ku.

"Aku.. btuh kak Reza" celetuk ku lirih sambil berjalan sempoyongan menuju gerbang sekolah. Aku bisa melihat kak Reza dari tempat ku berdiri, aku mulai membayang kan hal - ha apa saja yang akan ku lakukan terhadap kak Reza saat berada di rumah nya nanti. Bulu kuduk ku merinding membayangkan diri ku yang bisa berteriak sepuasnya di rumah kak Reza nanti.

Jantung ku berdegub kencang karena tak sabar untuk menyerah kan tubuh ku sepenuh nya kepada kak Reza hari ini. Hanya dirinya yang mampu meredam birahi ku yang semakin tak terkontrol ini. Aku kemudian mempercepat langkah ku menuju gerbang sekolah.


Sebuah tangan kekar tiba - tiba menahan ku, tangan tersebut menggenggam pergelangan tangan ku sehingga aku menghentikan langkah ku.

"Fa kamu mau kemana? Bukanya kita mau kerjain tugas bareng?" ujar Bobby.

"Fuck.." umpat ku di dalam hati.





Writer's notes: Gua tau banyak banget yang ngarep Fafa di gangbang dan di pake sama Pak Bowo. Cuman untuk saat ini ane rasa masih terlalu cepat, karena di benak ane Fafa itu jadi binal secara natural bukan paksaaan seperti blackmail atau kena gang bang terus jadi mind break. Soalnya cerita kayak gitu kata ane agak boring dan gak masuk akal. Maknya ane di sini nulis nya rada pelan dan slow, gara 2 ane pengen Fafa itu binal karena kebinalan nya itu 70 atau 80 persen dari dirinya sendiri. Maap ya soalnya ane nulis ini based on real person di mana orang tersebut binal nya bukan karena paksaan ane walaupun ada sedikit influuence dari orang - orang sekitar orang tsb.


Semoga yang ini gak kentang, sebenarnya chapter ini bisa lebih panajng lagi tapi kayaknya mau ane pecah intermezzo dulu ke Bowo sama Bobby. tenang aja ane gak lupa ko sama karakkter2 sampingan yang pernah ane tulis, seperti geng xtc, itonk, petugas sampah yg minta nomor Fafa, Bapak, dan sebenarnya ada dua tokoh lagi yang belum muncul.




Ane ga tau cara nya bikin pol cuman di sini ada yang mau liat POV Putri gak sih wkwkkw?
JrEItX6.png


Sama mau nanya.. ini gambar nya buat 2 chapter terakhir kluar gak sih? ane udah masukin bb code tp g muncul di tempat ane.

Btw kadang ceritanya udah selesai cuman mulustrasi nya ga nemu yang oke wkwkk jadi lama update.


Kalo ada yg mau collab atau bantu ane buat indexing bisa PM ane ya
Makasih suhuuu 8k nya...
Mantaaabbb...
 
yup nice emang gitu bray, slow but sure and make it natural as possible ... kita dah bosan ama character binal instan tanpa tahu history di balik semua itu , ketemu orang ngentot ketemu orang ngentot ... bah

tapi jangan lupa ugly bastard nya ya bray , makin jelek lawan main makin ngaceng gw wakakaka .. thx for the updates
 
Mantap ini mah ceritanya, semngt hu buat lanjutannya
 
yup nice emang gitu bray, slow but sure and make it natural as possible ... kita dah bosan ama character binal instan tanpa tahu history di balik semua itu , ketemu orang ngentot ketemu orang ngentot ... bah

tapi jangan lupa ugly bastard nya ya bray , makin jelek lawan main makin ngaceng gw wakakaka .. thx for the updates


sukurlah kalo ternyata banyak yg g masalah sama slow burn nya haha. ugly bastard ada kok, tunggu tanggal main aja. Ini kan uda keliatan binal nya fafa dah mulai muncul.


bener suhu, pelan2 saja biar terkesan natural.

ditunggu lanjutannya:jempol:

Siapp. cara pake emoji gini gmana sih wkwk



Gambarnya ga keluar ya hu?

Iya nih g tau kenapa g kluar padahal pas d preview kluar,


Nice one bro ...
Slowly build character nya boleh juga...

Karena sesuai judulnya corruption...
Orang korupsi kan ngga mungkin langsung besar... Pasti kecil kecilan dulu, ya, kan? Hehehe.

Lagian kalau baca judul part terbaru ini, nympho... Berarti pada akhirnya Fafa sendiri yang mau... Bukan hasil paksaan yang cuma bisa jadi kaya boneka, tapi memang Fafa yang addict

Well-done bro... Keep up the good work


iya kan intinya perjalanan fafa menjadi corrupt hhaha. betul pada akhirnya Fafa sendiri yang bakal binal, orang - orang di sekliling nya cuman ngebantuin aj munculin sisi binal Fafa dari gadis lugu insecure jadi cewek berani yang jujur dengan apa yang dia mau.
 
Emang enakan pelan" sih proses si Fafa menjadi binal dan lain"nya,kalo langsung binal gara" di blackmail itu udh pasaran banget konsep ceritanya.kalo kayak gini kan kayak ada keseruan tersendiri ngeliat gimana perubahan sifatnya Fafa
 
Fafa dgn om Feri dong dalam keadaan sadar karena Fafa horni ngeliat bf dgn aktor yg tubuhnya besar...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd