RadenArifWibisana95
Semprot Kecil
- Daftar
- 18 Aug 2021
- Post
- 76
- Like diterima
- 1.505
CHAPTER 17: (FAFA) IT’S COMPLICATED Part 1
Aku terbangun sekitar jam 8 malam, ku renggangkan otot - otot ku sambil mengucek - ngucek mata. Kang Enday sudah tak ada lagi di samping ku. Aku lalu bangun dari kasur ku untuk mengambil minum di atas meja rias ku, dan mata ku tertuju kepada secarik kertas yang di lipat.
Setelah melepaskan dahaguku, aku lalu duduk di depan meja rias ku dan mengambil kertas tersebut.
“Maaf ya Fa saya pulang dulu ya, tadi kamu pules banget saya jadi gak sampai hati buat ngebanguninnya. Sebenernya pengen banget terus tidur sambil ngeliatin muka cantik kamu, tapi takut orang - orang rumah kamu keburu pulang. Kalau ada apa - apa telfon atau whatsapp aja ya Fa, Enday”
Aku tersenyum membaca isi surat tersebut, kemudian melipat nya dan menaruh kertas tersebut di dalam kotak tempat ku menyimpan perhiasan ku. Mata ku lalu tertuju pada cermin meja riasku, di mana aku bisa melihat kalau saat ini tubuh ku masih telanjang bulat.
Aku kemudian tersadar kalau disekitaran dada ku terdapat tanda berwarna merah hasil cupangan kang Enday. Ku raba - raba tanda merah tersebut lembut dan teringat kembali rasa cupangan kang Enday tadi sore.
Tangan ku kemudian meraba payu dara ku lembut, tubuh ku saat ini bau kang Enday. Wangi parfumnya menempel ke tubuh ku. Aku teringat bagaimana lidah kang enday memilin - milin puting ku tadi, ku lingkari aerola ku dengan ujung - ujung jari ku mencoba membuat tubuh ku ikut mengingat sensasi jilatan kang Enday tadi sore.
Lama - lama birahiku kembali naik, tangan kiriku kemudian turun ke selangkangan ku dan meraba - raba vagina ku yang ditumbuhi rambut yang lebat. Mungkin sudah saat nya aku mencukur bulu - bulu pubisku.
Aku kemudian membelah bibir vagina ku dengan jari tengah ku dan mulai menggesek - gesekn ya.
“Mmhphhff….” mata ku terus tertuju ke arah cermin, entah mengapa saat ini aku merasa seksi sekali.
Bunyi dering telfon membuatku menghentikan kegiatan ku, dengan agak kesal ku ambil HP ku, ternyata telfon dari kak Reza. Seketika itu juga hati nurani ku berteriak, mengingatkan ku akan apa yang telah ku lakukan. Untuk kedua kalinya aku telah berselingkuh, berhubungan dengan seorang lelaki lain tanpa sepengetahuan kak Reza.
Namun entah mengapa tak ada rasa bersalah sama sekali dalam hati ku, yang ada saat ini aku merasa kesal dan merasa terganggu dengan telfon tersebut. Persasan yang seharusnya tidak aku rasakan. Sebenrnya aku ingin tidak mengangkat telfon tersebut, tapi aku juga takut kalau aku tidak mengangkat telfon tersebut malah membuat permasalahan baru.
“Iya kak?” aku akhirnya memutuskan mengangkat telfon tersebut.
“Sayang lagi apa?” suara cempreng kak Reza terdengar di ujung telfon.
“Baru banguunnnn” jawab ku dengan nada seperti anak kecil.
“Ih dasar kebo, udah mandi belum?” tanya kak Reza.
“Udah tadii sepulang dari rumah kaka”
“Jadi seharian tadi kamu tidur?”
“Iyaaaa, pulang pulang ngantuk” jawab ku berbohong, namun sama sekali aku tidak merasa bersalah telah berbohong kepada kak Reza saat ini, tidak seperti biasanya.
“Aduh kecapean yaa hahaha” entah mengapa suara cempreng kak Reza saat ini terdengar sangat mengganggu di telingaku.
“Iya” jawab ku singkat.
“Hmm Fa besok kayaknya ga jadi, lain kali aja. Susah banget ternyata nyari tukang pijet” ujar kak Reza.
Senyum lebar langsung menghiasi wajah ku mendengar berita tersebut.
“Oh.. ya udah kak Ga apa - apa” aku bersyukur besok tak harus melakukan hal aneh itu lagi.
“Besok kamu ke mana Fa?” tanya kak Reza.
Tiba - tiba sebuah pesan whatsapp masuk dan aku segera membukanya.
“Gak kemana - mana kak” jawab ku sedikit tidak fokus sambil membaca pesan whatsapp tersebut yang ternyata dari kang Enday.
“Fa, kamu udah bangun?” bunyi pesan tersebut.
“Udaaaaaaaaah” balas ku sambil menyertakan emoji orang mengantuk.
“Hmm.. temen saya ngajakin pergi, cuman dia bawa pacarnya. Saya gak enak nolak ajakan dia sih, tapi males juga kalo jadi kambing conge. Kalo misalkan saya ajak kamu mau gak Fa?” bunyi pesan tersebut.
“I miss you Fa, aku udah kangen lagi sama kamu” ujar kak Reza tiba - tiba.
Mendengar itu hati ku langsung dipenuhi oleh perasaan bersalah. Apa sih yang aku pikirkan? Aku sudah mempunyai pacar yang sayang banget sama aku, kenapa aku senang telah berselingkuh untuk ke dua kalinya? Padahal kak Reza sudah dengan sangat dewasa memaafkan perselingkuhanku sebelumnya, kenapa aku malah melakukannya lagi.
Aku langsung menutup jendela percakapan whatsaap tersebut.
“I miss you too kak” jawab ku tersenyum, aku segera membuang jauh - jauh bayangan kang Enday dari kepala ku.
“Lagi pake baju apa Fa?” tanya kak Reza.
“Kenapa gituu? Tanya ku heran dengan pertanyaan itu.
“Yaa aku kangenn banget sama kamu sekarang, jadi biar bisa bayangin kamu aja kalo tau kamu pake baju apa” jawab kak Reza.
“Hmm lagi ga pake apa -apa” balas ku pelan.
“Hah serius? Mau liat dongg.. Video call yuk” lanjut kak Reza. Terdengar suara berisik di belakang kak Reza menandakan dia masih di warnet.
“Ih mesum, gak mauu ah kaka masih di warnet kan? Ntar ada yang lihat” aku menolak.
“Please dong Fa, aku mau liat” kak Reza merengek.
“Gak maoooooo!!! Salah sendiri di warnet, kalo di rumah sih aku mau mau aja haha” ledek ku.
“Ah peliiittt! Please dong Fa, aku jadi sange nih”
“Ih kaka, kalo ada yang denger kaka ngomong gitu gimana?”
“Biarinnn, biar tau kita semesra apa hehe” balas kak Reza.
“Ih dasar, gak mau ah ntar ada yang lihat”
Kak Reza terdiam sebentar, aku mendengar suara hembusan menandakan kak Reza sedang merokok.
“Kaka lagi ngerokok ya?”
“Eh.. iya Fa hehe.. Sebatang doang kok”
“Loh katanya mau berhenti ih, kaka mah janji mulu mau berhenti tapi gak jadi - jadi” aku mendengus kesal.
“Iyaa, ini udah engga kok”
“Omongan kaka susah dipegang gimana aku bisa percaya sama kaka” tiba - tiba aku merasa kesal kepada kak Reza.
“Jangan marah atuh.. Iyaa nih gak ngerokok lagi” jawab kak Reza seperti anak kecil.
“Huh dasar, kaka istirahat atuh ntar jangan malem - malem pulangnya”
“Iyaa ntar lagi pulang kok, tapi abis itu video call yaa”
“Ih kamu mah nurut kalo ada mau nya aja”
“Tanggung Fa billign nya belom abis”
Aku kemudian membuka aplikasi kamera dan mengambil sebuah selfie dan mengirimkanya kepada kak Reza.
“Cek whatsapp kak”
Kak Reza terdiam sebentar terdengar suara jari - jari mengetuk layar hp nya yang sedang membuka pesan whatsapp ku.
“Aduuhhh.. Kamu mancing banget sih, sengaja ya”
“Tuh kalo kamu di rumah kamu bisa puas video call sambil ngelihat aku kayak gitu”
“Yah Fafa, tega”
“Hahaha bodooo…” aku tersenyum lebar.
Sebenarnya seharian ini aku merasa takut, takut kalau hubungan ku dan kak Reza tidak bisa kembali seperti biasa karena perselingkuhan ku dengan Bobby dan sesi pijat bersama kang Enday tadi siang. Namun melihat kak Reza yang sepertinya tidak lagi mempermasalahkan dosa ku dan masih bersikap biasa saja kepada ku padahal telah melihat ku disentuh oleh kang Enday membuat ku percaya kalau hubungan aku dan kak Reza akan baik - baik saja.
Saat ini juga aku segera memutuskan untuk memutus hubungan ku dengan kang Enday, walau aku harus berbohong kepada kak Reza soal apa yang terjadi antara aku dan kang Enday tadi sore. Asalkan hubungan ku dan kak Reza bisa terus lanjut dan langgeng.
“Huh ya udah deh. Ngomong - ngomong Fa aku mau minta sesuatu boleh?” tanya kak Reza dengan nada serius.
“Kurang selfienya hahah” ledek ku kepada kak Reza.
“Hmm bukan itu” aku mulai sadar nada bicara kak Reza berubah, membuatku agak sedikit takut. Rasa parno menjalar ditubuhku, apa kak Reza tau soal kejadian tadi sore? Gak ah gak mungkin, aku segera mencoba menenangkan diriku yang tiba - tiba menjadi tegang.
“Fa misalkan, aku pamerin kamu ke orang boleh ga?” tanya kak Reza.
“Hah Pamerin? Maksud kakak kenalin?” tanya ku bingung.
“Bukaaan, bukan itu ya pamerin… hmmm misalnya selfie kamu barusan aku kasih liat orang lain gitu” tanya kak Reza.
“HAAAAAAH!!! IH gila ya kaka! Engga ah ga mau nanti kalau ke sebar gimana” protes ku
“Ih engga bakal kesebar tenang aja, aku kasih liat dari hp aku aja Fa” tanya kak Reza.
“Ih buat apa sih kak kayak gitu?” tanya ku heran.
“Bedanya apa coba Fa, sama foto kamu yang kita posting di forum buat nyari tukang pijet” tanya kak Reza.
“Ih ya beda atuh kak, kan yang d forum itu gak ada muka aku” kata ku kesal.
Kak Reza terdiam sebentar.
“Emang buat apa sih kak, kaka kayak gitu?” tanya ku heran.
“Hmm..sebenernya aku tuh tadi pas di warnet ngeliat ada orang yang ngebuka thread kita Fa”
“Haaaah? Ada yang liat?” aku langsung merasa malu.
“Iyaa”
“Siapa kak?” aku mendadak menjadi penasaran.
“Jadi tadi si aconk lagi ngebuka thread di sana, terus yang lain jadi ikut - ikutan ngeliat gitu”
“Hah siapa aja?” aku mencoba mengingat - ngingat siapa saja pengunjung reguler warnet tersebut.
“Ya anak- anak warnet, tadi ada Om Feri sama temen2 nya Aconk ada itonk juga” ujar kak Reza.
Wajah ku langsung memerah mendengarkan itu, orang - orang yang ku kenal telah melihat tubuh telanjang ku.
Belum sempat aku merespon kak Reza sudah kembali berbicara,
“Aku waktu ngedenger mereka komentar soal body kamu, bikin aku sange parah Fa. Gimana ya jelasinnya, aku tuh bangga juga kesel gitu. Kesel karena mereka komentarnya ngelecehin kamu gitu tapi bangga juga karena aku tau mereka tuh cuman bisa ngeliat sama bayangin kamu aja. Sama kayak komen - komen di forum tadi cuman sekarang aku ngedenger langsung dari orang - orang yang aku kenal” lanjut kak Reza.
Aku yang awalnya inging protes mendengar itu jadi terdiam, aku teringat bagaimana komentar2 cabul dari para orang - orang di forum tempat aku dan kak Reza memasang iklan mencari tukang pijat tadi siang. Banyak sekali komentar - komentar nakal dan tak senonoh mereka yang ditujukan kepada ku. Aku lalu membayangkan kalau Om Feri, Aconk, dan itonk yang mengucapkan kata2 itu kepada ku. Rasa penasarn ku semakin besar, aku ingin tahu apa yang mereka katakan saat itu.
“Emang mereka ngomong apa kak?” tanya ku.
“Ya gitu si Aconk bilang toket nya perfect banget, dia pengen ngemutin itu toket semaleman. Si itonk terus impala, katanya itu memeknya mau pasti wangi mau dia jilatin sampe kluar”
“Astaga.. Pada mesum ya mereka, Emang mereka gak pernah liat cewek telanjang apa?”
Aku tertawa kecil sambil geleng - geleng kepala.
“Yah Fa, Aconk sama itonk mah kalo dapet cewek juga gak bakal dapet cewek se-sempurna kamu. Paling dapet nya yang cabe - cabean alay gitu” ujar kak Reza dengan nada mengejek.
“Hush… jahat ih kaka ngomongya. Gak boleh gitu!” aku menahan tawa ku mendengar ucapan kak Reza.
“Hahah ya tapi kan emang bener. Mereka ngiranya kamu model Fa gara - gara badan kamu bagus banget. Pengen gitu bilang ke merka kalo itu tuh kita” ujar kak Reza.
“Ih ya jangan atuh!!” protes ku langsung.
“Ya engga atuh sayang, aku juga mikir ngasih liat ke mereka” balas kak Reza cepat.
“Terus mereka ngomong apa lagi?” tanya ku penasaran.
“Si Aconk sama itonk langsung bahas kalo misalkan cewek yang di foto itu ada di warnet bakal mereka pake barengan.”
Mendengar perkataan itu aku otak ku langsung membayangkan bagaimana bila hal itu terjadi. Mungkin karena birahi ku yang sedang tinggi, membayangkan diriku di nikmati oleh mereka tidak membuat ku merasa jijik sama sekali. Malahan birahi ku semakin naik”
“Mmm terus Om Feri komentar apa kak?” aku teringat kalau dari tadi kak Reza tidak bercerita apapun soal om Feri.
“Oh Om feri liat bentar langsung bilang kalo mereka berdua gak akan mungkn dapet cewek kayak gitu, mimpi katanya. Habis itu Om Feri suruh tutup websitenya soalnya gak enak kalo ada anak kecil yang liat”
Ada perasaan agak kecewa saat mendengar cerita kak Reza soal Om Feri yang tidak berkomentar nakal seperti itonk. Aku kemudian menggelengkan kepala ku mencoba menghapus pikiran itu, kenapa juga aku harus kecewa yang ada harusnya tuh aku ngerasa kesel.
Aku kemudian terdiam mencoba mencerna semua itu, kak Reza pun tak lagi melanjutkan ceritanya.
“Kalau aku ngizinin buat ngasih liat ke orang lain, kak Reza mau kasih liat siapa?” tanya ku.
“Hmm…aku belum kepikiran sih Fa, kamu ada usul ga haha” tanya kak Reza sambil tertawa.
“IH kok malah nanya balik, kalo nanya pendapat aku, aku sih aku gak bakal ngebolehin”
“Loh jadi kalo gitu sebenernya boleh Fa?” tanya kak Reza.
Aku terdiam sebentar.
“Hmm… penasarn sih kak” jawab ku malu - malu.
“HHahahah.. Aduh, gak tau kenapa aku seneng banget denger kamu ngomong gitu” ujar kak Reza sambil tertawa. Aku hanya diam tak merespon perkataan kak Reza. Jujur saat ini birahiku entah mengapa menjadi semakin tinggi.
“Hmm… aku kasih liat Om Feri boleh?” tanya kak Reza.
Aku terdiam sebentar, sebenarnya ada rasa penasaran dalam diriku akan reaksi Om Feri, tapi aku juga takut nanti akan berdampak buruk dikemudian hari. Aku jadi ingat sudah lumayan lama aku tidak lagi berinteraksi dengan Om Feri.
“Hmm.. jangan sama yang kenal kita deh kak”
“Iya juga sih, lagian ke enakan si gentong” ujar kak Reza.
“Ih jahat banget mulut nya ya kalo udah ngeledek orang” aku menggelengkan kepala ku, memang kadang sifat kak Reza yang seneng banget ledekin orang ini aku kurang begitu suka.
“
“Hhhhhh.. Ya udah kalo mau aku izinin ada syaratnya”
“Apa syarat nya Fa?” kata kak Reza.
“Jangan sampai kesebar, jangan kasih liat ke orang yang kenal kita, dan yang paling penting….Kaka gak boleh ngerokok lagi, sama bentar lagi harus udah pulang!”
“Oh gitu doang okeeey gampang itu mah”
“Maaf ya kak, tapi aku tuh gak mau kakak sakit, sama kalo bisa tuh kaka coba deh cari kerja atau kegiatan lain biar gak nge warnet terus”
“Iya iya.okee”
“Jangan cuman iya iya tapi dilakuin” ujar ku kesal.
“Baik bos, ini boleh ngasih liat ke siapa aja Fa? Aconk sama itonk boleh?”
“Ih jangan atuh jangan ke mereka, mulut mereka ember. Nanti kalau nyebar di sekolah gimana?” protes ku.
“Bingung juga sih, tapi ya udah deh yang penting dah dapet izin” ujar kak Reza.
“Iyaaa” jawab ku dengan nada anak kecil.
“Ya udah aku mau mandi lagi deh, gerah banget dah kak Reza”
“Dah sayang” kak Reza lalu menutup telfonnya.
Aku kemudian mengambil handuk baru dari lemari ku dan membalut tubuhku kemudian berjalan ke kamar mandi. Rumah masih sepi dan segera kunyalakan beberapa lampu agar keadaan rumah tidak terlalu gelap.
Aku lalu masuk ke kamar mandi, dan mengantungkan handuk ku di belakang pintu. Ku guyur tubuhku dengan air dingin, rasa nya segar sekali. Air dingin di cuaca panas seperti ini membuat tubuh ku merasa segar sekali dan otak ku seperti refresh kembali.
Seteelah selesai mandi aku kemudian mengeringkan badan ku dan kembali membalutkan handuk ke tubuhku. Aku segera berjalan ke kamar ku dan mengambil Hp ku untuk mengecek kalau - kalau ada pesan masuk.
Ternyata ada sebuah pesan baru dari kang Enday mencoba mengkonfrimasi apakah aku bersedia menemaninya ke ulang tahun temanya. Aku sudah memutuskan tidak akan lagi melanjutkan hubungan dengan kang Enday maka aku memilih untuk tidak membalas sama sekali pesan itu.
Aku kemudian melihat ada notfikasi dari instagram kalau ada orang yang memberi like kepada postingan ku. Aku segera membuka aplikasi instagram dan ternyata Om Feri baru saja memberi Like kepada foto instagram lama ku.
Iseng, aku kemudian mengirim DM ke Om Feri.
“Makasih likenya Om Feri”
Tak sampai semenit pesan ku langsung dibalas oleh Om Feri.
“Eh iya Fa, tadi kebetulan lagi buka instagram terus iseng liat profile kamu” ujar Om Feri.
“Iseng kok sampe ngelike foto yang lama sih hahah” balas ku.dengan emoji tertawa.
“Heheh gabut soalnya Fa, apa kabar?” tanya Om Feri
“Baiiiiikk!” jawab ku singkat.
“Kapan main ke warnet lagi?” tanya Om Feri.
“Oh nanti deh kalo kak Reza kesana” balas ku.
“Lah nih anak nya ada di sini” balas Om Feri.
Membaca itu membuat aku sedikit kesal, karena kak Reza ternyata masih di warnet padahal sudah bilang kalau mau segera pulang.
“Ih dia bilang katanya mau cepet balik, malah masih main di warnet” balas ku.
“Loh dia baru aja mesen paket nyubuh loh Fa” balas Om Feri.
Om Feri kemudian mengirim foto kak Reza yang sedang bermain game dan di mulutnya terdapat sebatang rokok.
Melihat itu aku menjadi naik pitam, kak Reza berbohong kepadaku. Omongannya benar- benar gak bisa dipegang.
“Om jangan bilang kalo aku nanyain ya” balas ku.
“Siaaap, ke sini atuh Fa”
Aku segeram menutup aplikasi instagramku dan tak membalas pesan dari Om Feri lagi. Aku segera menelfon HP kak Reza, aku penasaran apa sekarang alasanya.
Terdengar nada sambung namun tak telfon ku tak kunjung di angkat - angkat. Aku segera menelpon kembali dan setelah agak lama kak Reza mengangkat telfon tertsebut.
“Iya sayang?”
“Kaka di mana?”
“Di rumah”
Aku mencoba mendengarkan dengan seksama, tak ada suara berisik di belakang kak Reza. Pasti tadi dia mencari tempat sepi dulu sebelum mengangkat telfon ku.
“Mau Video call gak ka? Aku lagi gak pake baju loh” tanya ku.
“Eh.. enng..aduh pulsa aku dikit lagi sayang ternyata, kalo video call ntar abis. Lagi ga ada duit juga buat isi pulsa”
“Yah sayang banget, kaka gak mau liat ini? Cek whatsapp kak aku kirim foto” aku lalu mengirimkan foto kak Reza yang tadi di kirimkan oleh Om Feri.
Mendadak kak Reza terdiam.
“Omongan kaka gak bisa dipegang ya” ujar ku kesal.
“Eh.. engga Fa, emm aduh” kak Reza langsung tergagap
“Tau ah kesel, kaka suka boong” kata ku kesal.
“Duh maaf Fa, i..iya ini masih di warnet”
“Terus itu masih ngeroko? Jujur!” hardik ku.
“Iya tadi dikasih temen…maaf” jawab kak Reza pelan.
“Tau ah.. Kaka suka boong, aku gak bisa percaya lagi sama omongan kaka”
“Dih, gitu doang marah. Boong nya aku dibanding kamu ngeewe sama Bobby parahan mana sih!” ujar kak Reza kesel.
Mendengar ucapan kak Reza itu membuat ku kaget.
“Kok kaka bahas itu lagi, aku kira kita bisa naro masalah itu di belakang kita”
“Ya gak bisa lah bakal aku inget terus, lagian kamu tuh hal sepele aja dibesar - besarin”
“Bukan soal hal sepele atau gimana kak, tapi ini masalahnya kak Reza tu kalo ngomong gak bisa dipegang gitu”
“Aduh ni cewek sumpah ya gak tau diri, udah untung gua mau maafin lo selingkuh. Iya dah iya gua salah, lo kaga. Terserah deh gua malem ini tuh mau fun, biar nenangin hati gua yang sebenernya masih cemburu sama lo udah selingkuhin gua.”
“Kok malah kaka yang jadi marah, jadi kaka tuh bakal terus ngingetin soal itu selama kita pacaran?” aku pun jadi ikut kesal.
“Ya bakal inget terus lah gimana sih, kalo lo mau gua lupa ya jangan bikin masalah makanya” nada bicara kak Reza makin tinggi.
“Kak gak gitu caranya, ya udah aku minta maaf udah bikin masalah lagi” aku akhirnya mencoba mengalah namun kak Reza sepertinya sudah keburu emosi.
“Udah ah gua mau main, sana lo kalo mo selingkuh lagi gua ga peduli”
“Kak ko ngomongnya gitu, pikir - pikir dulu kak kalo bicara jangan kebawa emosi” air mata ku berlinang mendengar kak Reza berbicara seperti itu.
“Bodo” kak Reza lalu mematikan telfonya.
Aku segera mencoba menelfon kak Reza kembali namun ternyata HP nya di matikan.
Aku melemparkan HP ku ke kasur saking kesalnya, lalu aku berjalan ke kasur dan menjatuhkan tubuhku dan membenamkan wajahku ke bantal.
Perasaanku campur aduk, kesel, seidh, marah, bercampur menjadi satu. Lepas lah tangis ku, dapat ku rasakan bantal ku menjadi basah karena air mataku.
Tiba - tiba terdengar telfon ku berbunyi, dengan cepat aku segera mengangkatnya.
“Kak Reza!” panggilku.
“Bukan Fa ini Enday hehe” ternyata kang Enday yang menelfon.
“Oh..kang Enday..kenapa kang?” aku menyeka air mata ku.
“Loh ko suara kamu kayak abis baru nangis Fa?” tanya kang Enday.
“Hahah..bukan kayak tapi emang” jawab ku sambil menghirup ingus ku.
“Duh neng geulis kenapa atuh” tanya kang Enday.
“Habis berantem sama kak Reza” aku mengadu.
“Aduh kenapa lagii…” tanya kang Enday.
“Adalah kang panjang kalau diceritain” jawab ku malas bercerita.
“Fafa udah makan belom?” tanya kang Enday.
“Beluuummm” jawab ku seperti anak kecil sambil mengelap hidungku yang meler.
“Nah ya udah yuk ikut saya aja, nanti kita makan di luar”
“Kemana sih emang nya kang?”
“Ke tempat karaoke sih, tapi di sana ada makanan juga. Ikut aja yuk, nanti kamu bebas pilih lagu deh biar ga sedih” rayu kang Enday.
Aku kemudian terdiam dan memikirkan tawaran kang Enday. Ah aku cape nangis, aku ingin seneng - seneng dulu aja deh malam ini. Aku pun memutuskan untuk menerima ajakan kang Enday. Lagi pula apa salahnya sih pergi cari kesenangan, yang penting aku tidak akan mengulangi apa yang terjadi tadi sore bersama kang Enday.
Anggap saja ini pergi bareng temen, lagi pula ada temen nya kang Enday juga sama pacarnya dan kita pergi ke tempat umum.
“Ya udah kang aku kebetulan baru mandi, aku siap2 dulu” jawab ku.
“Asikk….ya udah saya jemput bentar lagi ya Fa”
Aku pun segera melepaskan handuk dan mengambil baju dari lemari ku. Aku memilih dress berwarna pink tak berlengan yang imut.
Tak lama kemudian kang Enday pun tiba di depan rumah ku, kali ini kang Enday membawa mobil Brio berwarna abu. Aku segera keluar rumah dan setelah mengunci pintu menghampiri mobil kang Enday,
Aku kemudian masuk ke dalam mobil, dan mata ku langsung tertuju kepada kang Enday yang memakai kemeja hitam dengan lengan di gulung dan celana bahan hitam. Kang Enday terlihat gagah sekali malam ini.
Setelah memakai sabuk pengaman kami pun segera pergi meninggalkan rumah ku.
wkwk maaf ya gua bagi per part ceritanya. Panjang ternyata ampe ga sadar. part 2 nya tar siang yak gw mo tidur dlu coy
Aku terbangun sekitar jam 8 malam, ku renggangkan otot - otot ku sambil mengucek - ngucek mata. Kang Enday sudah tak ada lagi di samping ku. Aku lalu bangun dari kasur ku untuk mengambil minum di atas meja rias ku, dan mata ku tertuju kepada secarik kertas yang di lipat.
Setelah melepaskan dahaguku, aku lalu duduk di depan meja rias ku dan mengambil kertas tersebut.
“Maaf ya Fa saya pulang dulu ya, tadi kamu pules banget saya jadi gak sampai hati buat ngebanguninnya. Sebenernya pengen banget terus tidur sambil ngeliatin muka cantik kamu, tapi takut orang - orang rumah kamu keburu pulang. Kalau ada apa - apa telfon atau whatsapp aja ya Fa, Enday”
Aku tersenyum membaca isi surat tersebut, kemudian melipat nya dan menaruh kertas tersebut di dalam kotak tempat ku menyimpan perhiasan ku. Mata ku lalu tertuju pada cermin meja riasku, di mana aku bisa melihat kalau saat ini tubuh ku masih telanjang bulat.
Aku kemudian tersadar kalau disekitaran dada ku terdapat tanda berwarna merah hasil cupangan kang Enday. Ku raba - raba tanda merah tersebut lembut dan teringat kembali rasa cupangan kang Enday tadi sore.
Tangan ku kemudian meraba payu dara ku lembut, tubuh ku saat ini bau kang Enday. Wangi parfumnya menempel ke tubuh ku. Aku teringat bagaimana lidah kang enday memilin - milin puting ku tadi, ku lingkari aerola ku dengan ujung - ujung jari ku mencoba membuat tubuh ku ikut mengingat sensasi jilatan kang Enday tadi sore.
Lama - lama birahiku kembali naik, tangan kiriku kemudian turun ke selangkangan ku dan meraba - raba vagina ku yang ditumbuhi rambut yang lebat. Mungkin sudah saat nya aku mencukur bulu - bulu pubisku.
Aku kemudian membelah bibir vagina ku dengan jari tengah ku dan mulai menggesek - gesekn ya.
“Mmhphhff….” mata ku terus tertuju ke arah cermin, entah mengapa saat ini aku merasa seksi sekali.
Bunyi dering telfon membuatku menghentikan kegiatan ku, dengan agak kesal ku ambil HP ku, ternyata telfon dari kak Reza. Seketika itu juga hati nurani ku berteriak, mengingatkan ku akan apa yang telah ku lakukan. Untuk kedua kalinya aku telah berselingkuh, berhubungan dengan seorang lelaki lain tanpa sepengetahuan kak Reza.
Namun entah mengapa tak ada rasa bersalah sama sekali dalam hati ku, yang ada saat ini aku merasa kesal dan merasa terganggu dengan telfon tersebut. Persasan yang seharusnya tidak aku rasakan. Sebenrnya aku ingin tidak mengangkat telfon tersebut, tapi aku juga takut kalau aku tidak mengangkat telfon tersebut malah membuat permasalahan baru.
“Iya kak?” aku akhirnya memutuskan mengangkat telfon tersebut.
“Sayang lagi apa?” suara cempreng kak Reza terdengar di ujung telfon.
“Baru banguunnnn” jawab ku dengan nada seperti anak kecil.
“Ih dasar kebo, udah mandi belum?” tanya kak Reza.
“Udah tadii sepulang dari rumah kaka”
“Jadi seharian tadi kamu tidur?”
“Iyaaaa, pulang pulang ngantuk” jawab ku berbohong, namun sama sekali aku tidak merasa bersalah telah berbohong kepada kak Reza saat ini, tidak seperti biasanya.
“Aduh kecapean yaa hahaha” entah mengapa suara cempreng kak Reza saat ini terdengar sangat mengganggu di telingaku.
“Iya” jawab ku singkat.
“Hmm Fa besok kayaknya ga jadi, lain kali aja. Susah banget ternyata nyari tukang pijet” ujar kak Reza.
Senyum lebar langsung menghiasi wajah ku mendengar berita tersebut.
“Oh.. ya udah kak Ga apa - apa” aku bersyukur besok tak harus melakukan hal aneh itu lagi.
“Besok kamu ke mana Fa?” tanya kak Reza.
Tiba - tiba sebuah pesan whatsapp masuk dan aku segera membukanya.
“Gak kemana - mana kak” jawab ku sedikit tidak fokus sambil membaca pesan whatsapp tersebut yang ternyata dari kang Enday.
“Fa, kamu udah bangun?” bunyi pesan tersebut.
“Udaaaaaaaaah” balas ku sambil menyertakan emoji orang mengantuk.
“Hmm.. temen saya ngajakin pergi, cuman dia bawa pacarnya. Saya gak enak nolak ajakan dia sih, tapi males juga kalo jadi kambing conge. Kalo misalkan saya ajak kamu mau gak Fa?” bunyi pesan tersebut.
“I miss you Fa, aku udah kangen lagi sama kamu” ujar kak Reza tiba - tiba.
Mendengar itu hati ku langsung dipenuhi oleh perasaan bersalah. Apa sih yang aku pikirkan? Aku sudah mempunyai pacar yang sayang banget sama aku, kenapa aku senang telah berselingkuh untuk ke dua kalinya? Padahal kak Reza sudah dengan sangat dewasa memaafkan perselingkuhanku sebelumnya, kenapa aku malah melakukannya lagi.
Aku langsung menutup jendela percakapan whatsaap tersebut.
“I miss you too kak” jawab ku tersenyum, aku segera membuang jauh - jauh bayangan kang Enday dari kepala ku.
“Lagi pake baju apa Fa?” tanya kak Reza.
“Kenapa gituu? Tanya ku heran dengan pertanyaan itu.
“Yaa aku kangenn banget sama kamu sekarang, jadi biar bisa bayangin kamu aja kalo tau kamu pake baju apa” jawab kak Reza.
“Hmm lagi ga pake apa -apa” balas ku pelan.
“Hah serius? Mau liat dongg.. Video call yuk” lanjut kak Reza. Terdengar suara berisik di belakang kak Reza menandakan dia masih di warnet.
“Ih mesum, gak mauu ah kaka masih di warnet kan? Ntar ada yang lihat” aku menolak.
“Please dong Fa, aku mau liat” kak Reza merengek.
“Gak maoooooo!!! Salah sendiri di warnet, kalo di rumah sih aku mau mau aja haha” ledek ku.
“Ah peliiittt! Please dong Fa, aku jadi sange nih”
“Ih kaka, kalo ada yang denger kaka ngomong gitu gimana?”
“Biarinnn, biar tau kita semesra apa hehe” balas kak Reza.
“Ih dasar, gak mau ah ntar ada yang lihat”
Kak Reza terdiam sebentar, aku mendengar suara hembusan menandakan kak Reza sedang merokok.
“Kaka lagi ngerokok ya?”
“Eh.. iya Fa hehe.. Sebatang doang kok”
“Loh katanya mau berhenti ih, kaka mah janji mulu mau berhenti tapi gak jadi - jadi” aku mendengus kesal.
“Iyaa, ini udah engga kok”
“Omongan kaka susah dipegang gimana aku bisa percaya sama kaka” tiba - tiba aku merasa kesal kepada kak Reza.
“Jangan marah atuh.. Iyaa nih gak ngerokok lagi” jawab kak Reza seperti anak kecil.
“Huh dasar, kaka istirahat atuh ntar jangan malem - malem pulangnya”
“Iyaa ntar lagi pulang kok, tapi abis itu video call yaa”
“Ih kamu mah nurut kalo ada mau nya aja”
“Tanggung Fa billign nya belom abis”
Aku kemudian membuka aplikasi kamera dan mengambil sebuah selfie dan mengirimkanya kepada kak Reza.
“Cek whatsapp kak”
Kak Reza terdiam sebentar terdengar suara jari - jari mengetuk layar hp nya yang sedang membuka pesan whatsapp ku.
“Aduuhhh.. Kamu mancing banget sih, sengaja ya”
“Tuh kalo kamu di rumah kamu bisa puas video call sambil ngelihat aku kayak gitu”
“Yah Fafa, tega”
“Hahaha bodooo…” aku tersenyum lebar.
Sebenarnya seharian ini aku merasa takut, takut kalau hubungan ku dan kak Reza tidak bisa kembali seperti biasa karena perselingkuhan ku dengan Bobby dan sesi pijat bersama kang Enday tadi siang. Namun melihat kak Reza yang sepertinya tidak lagi mempermasalahkan dosa ku dan masih bersikap biasa saja kepada ku padahal telah melihat ku disentuh oleh kang Enday membuat ku percaya kalau hubungan aku dan kak Reza akan baik - baik saja.
Saat ini juga aku segera memutuskan untuk memutus hubungan ku dengan kang Enday, walau aku harus berbohong kepada kak Reza soal apa yang terjadi antara aku dan kang Enday tadi sore. Asalkan hubungan ku dan kak Reza bisa terus lanjut dan langgeng.
“Huh ya udah deh. Ngomong - ngomong Fa aku mau minta sesuatu boleh?” tanya kak Reza dengan nada serius.
“Kurang selfienya hahah” ledek ku kepada kak Reza.
“Hmm bukan itu” aku mulai sadar nada bicara kak Reza berubah, membuatku agak sedikit takut. Rasa parno menjalar ditubuhku, apa kak Reza tau soal kejadian tadi sore? Gak ah gak mungkin, aku segera mencoba menenangkan diriku yang tiba - tiba menjadi tegang.
“Fa misalkan, aku pamerin kamu ke orang boleh ga?” tanya kak Reza.
“Hah Pamerin? Maksud kakak kenalin?” tanya ku bingung.
“Bukaaan, bukan itu ya pamerin… hmmm misalnya selfie kamu barusan aku kasih liat orang lain gitu” tanya kak Reza.
“HAAAAAAH!!! IH gila ya kaka! Engga ah ga mau nanti kalau ke sebar gimana” protes ku
“Ih engga bakal kesebar tenang aja, aku kasih liat dari hp aku aja Fa” tanya kak Reza.
“Ih buat apa sih kak kayak gitu?” tanya ku heran.
“Bedanya apa coba Fa, sama foto kamu yang kita posting di forum buat nyari tukang pijet” tanya kak Reza.
“Ih ya beda atuh kak, kan yang d forum itu gak ada muka aku” kata ku kesal.
Kak Reza terdiam sebentar.
“Emang buat apa sih kak, kaka kayak gitu?” tanya ku heran.
“Hmm..sebenernya aku tuh tadi pas di warnet ngeliat ada orang yang ngebuka thread kita Fa”
“Haaaah? Ada yang liat?” aku langsung merasa malu.
“Iyaa”
“Siapa kak?” aku mendadak menjadi penasaran.
“Jadi tadi si aconk lagi ngebuka thread di sana, terus yang lain jadi ikut - ikutan ngeliat gitu”
“Hah siapa aja?” aku mencoba mengingat - ngingat siapa saja pengunjung reguler warnet tersebut.
“Ya anak- anak warnet, tadi ada Om Feri sama temen2 nya Aconk ada itonk juga” ujar kak Reza.
Wajah ku langsung memerah mendengarkan itu, orang - orang yang ku kenal telah melihat tubuh telanjang ku.
Belum sempat aku merespon kak Reza sudah kembali berbicara,
“Aku waktu ngedenger mereka komentar soal body kamu, bikin aku sange parah Fa. Gimana ya jelasinnya, aku tuh bangga juga kesel gitu. Kesel karena mereka komentarnya ngelecehin kamu gitu tapi bangga juga karena aku tau mereka tuh cuman bisa ngeliat sama bayangin kamu aja. Sama kayak komen - komen di forum tadi cuman sekarang aku ngedenger langsung dari orang - orang yang aku kenal” lanjut kak Reza.
Aku yang awalnya inging protes mendengar itu jadi terdiam, aku teringat bagaimana komentar2 cabul dari para orang - orang di forum tempat aku dan kak Reza memasang iklan mencari tukang pijat tadi siang. Banyak sekali komentar - komentar nakal dan tak senonoh mereka yang ditujukan kepada ku. Aku lalu membayangkan kalau Om Feri, Aconk, dan itonk yang mengucapkan kata2 itu kepada ku. Rasa penasarn ku semakin besar, aku ingin tahu apa yang mereka katakan saat itu.
“Emang mereka ngomong apa kak?” tanya ku.
“Ya gitu si Aconk bilang toket nya perfect banget, dia pengen ngemutin itu toket semaleman. Si itonk terus impala, katanya itu memeknya mau pasti wangi mau dia jilatin sampe kluar”
“Astaga.. Pada mesum ya mereka, Emang mereka gak pernah liat cewek telanjang apa?”
Aku tertawa kecil sambil geleng - geleng kepala.
“Yah Fa, Aconk sama itonk mah kalo dapet cewek juga gak bakal dapet cewek se-sempurna kamu. Paling dapet nya yang cabe - cabean alay gitu” ujar kak Reza dengan nada mengejek.
“Hush… jahat ih kaka ngomongya. Gak boleh gitu!” aku menahan tawa ku mendengar ucapan kak Reza.
“Hahah ya tapi kan emang bener. Mereka ngiranya kamu model Fa gara - gara badan kamu bagus banget. Pengen gitu bilang ke merka kalo itu tuh kita” ujar kak Reza.
“Ih ya jangan atuh!!” protes ku langsung.
“Ya engga atuh sayang, aku juga mikir ngasih liat ke mereka” balas kak Reza cepat.
“Terus mereka ngomong apa lagi?” tanya ku penasaran.
“Si Aconk sama itonk langsung bahas kalo misalkan cewek yang di foto itu ada di warnet bakal mereka pake barengan.”
Mendengar perkataan itu aku otak ku langsung membayangkan bagaimana bila hal itu terjadi. Mungkin karena birahi ku yang sedang tinggi, membayangkan diriku di nikmati oleh mereka tidak membuat ku merasa jijik sama sekali. Malahan birahi ku semakin naik”
“Mmm terus Om Feri komentar apa kak?” aku teringat kalau dari tadi kak Reza tidak bercerita apapun soal om Feri.
“Oh Om feri liat bentar langsung bilang kalo mereka berdua gak akan mungkn dapet cewek kayak gitu, mimpi katanya. Habis itu Om Feri suruh tutup websitenya soalnya gak enak kalo ada anak kecil yang liat”
Ada perasaan agak kecewa saat mendengar cerita kak Reza soal Om Feri yang tidak berkomentar nakal seperti itonk. Aku kemudian menggelengkan kepala ku mencoba menghapus pikiran itu, kenapa juga aku harus kecewa yang ada harusnya tuh aku ngerasa kesel.
Aku kemudian terdiam mencoba mencerna semua itu, kak Reza pun tak lagi melanjutkan ceritanya.
“Kalau aku ngizinin buat ngasih liat ke orang lain, kak Reza mau kasih liat siapa?” tanya ku.
“Hmm…aku belum kepikiran sih Fa, kamu ada usul ga haha” tanya kak Reza sambil tertawa.
“IH kok malah nanya balik, kalo nanya pendapat aku, aku sih aku gak bakal ngebolehin”
“Loh jadi kalo gitu sebenernya boleh Fa?” tanya kak Reza.
Aku terdiam sebentar.
“Hmm… penasarn sih kak” jawab ku malu - malu.
“HHahahah.. Aduh, gak tau kenapa aku seneng banget denger kamu ngomong gitu” ujar kak Reza sambil tertawa. Aku hanya diam tak merespon perkataan kak Reza. Jujur saat ini birahiku entah mengapa menjadi semakin tinggi.
“Hmm… aku kasih liat Om Feri boleh?” tanya kak Reza.
Aku terdiam sebentar, sebenarnya ada rasa penasaran dalam diriku akan reaksi Om Feri, tapi aku juga takut nanti akan berdampak buruk dikemudian hari. Aku jadi ingat sudah lumayan lama aku tidak lagi berinteraksi dengan Om Feri.
“Hmm.. jangan sama yang kenal kita deh kak”
“Iya juga sih, lagian ke enakan si gentong” ujar kak Reza.
“Ih jahat banget mulut nya ya kalo udah ngeledek orang” aku menggelengkan kepala ku, memang kadang sifat kak Reza yang seneng banget ledekin orang ini aku kurang begitu suka.
“
“Hhhhhh.. Ya udah kalo mau aku izinin ada syaratnya”
“Apa syarat nya Fa?” kata kak Reza.
“Jangan sampai kesebar, jangan kasih liat ke orang yang kenal kita, dan yang paling penting….Kaka gak boleh ngerokok lagi, sama bentar lagi harus udah pulang!”
“Oh gitu doang okeeey gampang itu mah”
“Maaf ya kak, tapi aku tuh gak mau kakak sakit, sama kalo bisa tuh kaka coba deh cari kerja atau kegiatan lain biar gak nge warnet terus”
“Iya iya.okee”
“Jangan cuman iya iya tapi dilakuin” ujar ku kesal.
“Baik bos, ini boleh ngasih liat ke siapa aja Fa? Aconk sama itonk boleh?”
“Ih jangan atuh jangan ke mereka, mulut mereka ember. Nanti kalau nyebar di sekolah gimana?” protes ku.
“Bingung juga sih, tapi ya udah deh yang penting dah dapet izin” ujar kak Reza.
“Iyaaa” jawab ku dengan nada anak kecil.
“Ya udah aku mau mandi lagi deh, gerah banget dah kak Reza”
“Dah sayang” kak Reza lalu menutup telfonnya.
Aku kemudian mengambil handuk baru dari lemari ku dan membalut tubuhku kemudian berjalan ke kamar mandi. Rumah masih sepi dan segera kunyalakan beberapa lampu agar keadaan rumah tidak terlalu gelap.
Aku lalu masuk ke kamar mandi, dan mengantungkan handuk ku di belakang pintu. Ku guyur tubuhku dengan air dingin, rasa nya segar sekali. Air dingin di cuaca panas seperti ini membuat tubuh ku merasa segar sekali dan otak ku seperti refresh kembali.
Seteelah selesai mandi aku kemudian mengeringkan badan ku dan kembali membalutkan handuk ke tubuhku. Aku segera berjalan ke kamar ku dan mengambil Hp ku untuk mengecek kalau - kalau ada pesan masuk.
Ternyata ada sebuah pesan baru dari kang Enday mencoba mengkonfrimasi apakah aku bersedia menemaninya ke ulang tahun temanya. Aku sudah memutuskan tidak akan lagi melanjutkan hubungan dengan kang Enday maka aku memilih untuk tidak membalas sama sekali pesan itu.
Aku kemudian melihat ada notfikasi dari instagram kalau ada orang yang memberi like kepada postingan ku. Aku segera membuka aplikasi instagram dan ternyata Om Feri baru saja memberi Like kepada foto instagram lama ku.
Iseng, aku kemudian mengirim DM ke Om Feri.
“Makasih likenya Om Feri”
Tak sampai semenit pesan ku langsung dibalas oleh Om Feri.
“Eh iya Fa, tadi kebetulan lagi buka instagram terus iseng liat profile kamu” ujar Om Feri.
“Iseng kok sampe ngelike foto yang lama sih hahah” balas ku.dengan emoji tertawa.
“Heheh gabut soalnya Fa, apa kabar?” tanya Om Feri
“Baiiiiikk!” jawab ku singkat.
“Kapan main ke warnet lagi?” tanya Om Feri.
“Oh nanti deh kalo kak Reza kesana” balas ku.
“Lah nih anak nya ada di sini” balas Om Feri.
Membaca itu membuat aku sedikit kesal, karena kak Reza ternyata masih di warnet padahal sudah bilang kalau mau segera pulang.
“Ih dia bilang katanya mau cepet balik, malah masih main di warnet” balas ku.
“Loh dia baru aja mesen paket nyubuh loh Fa” balas Om Feri.
Om Feri kemudian mengirim foto kak Reza yang sedang bermain game dan di mulutnya terdapat sebatang rokok.
Melihat itu aku menjadi naik pitam, kak Reza berbohong kepadaku. Omongannya benar- benar gak bisa dipegang.
“Om jangan bilang kalo aku nanyain ya” balas ku.
“Siaaap, ke sini atuh Fa”
Aku segeram menutup aplikasi instagramku dan tak membalas pesan dari Om Feri lagi. Aku segera menelfon HP kak Reza, aku penasaran apa sekarang alasanya.
Terdengar nada sambung namun tak telfon ku tak kunjung di angkat - angkat. Aku segera menelpon kembali dan setelah agak lama kak Reza mengangkat telfon tertsebut.
“Iya sayang?”
“Kaka di mana?”
“Di rumah”
Aku mencoba mendengarkan dengan seksama, tak ada suara berisik di belakang kak Reza. Pasti tadi dia mencari tempat sepi dulu sebelum mengangkat telfon ku.
“Mau Video call gak ka? Aku lagi gak pake baju loh” tanya ku.
“Eh.. enng..aduh pulsa aku dikit lagi sayang ternyata, kalo video call ntar abis. Lagi ga ada duit juga buat isi pulsa”
“Yah sayang banget, kaka gak mau liat ini? Cek whatsapp kak aku kirim foto” aku lalu mengirimkan foto kak Reza yang tadi di kirimkan oleh Om Feri.
Mendadak kak Reza terdiam.
“Omongan kaka gak bisa dipegang ya” ujar ku kesal.
“Eh.. engga Fa, emm aduh” kak Reza langsung tergagap
“Tau ah kesel, kaka suka boong” kata ku kesal.
“Duh maaf Fa, i..iya ini masih di warnet”
“Terus itu masih ngeroko? Jujur!” hardik ku.
“Iya tadi dikasih temen…maaf” jawab kak Reza pelan.
“Tau ah.. Kaka suka boong, aku gak bisa percaya lagi sama omongan kaka”
“Dih, gitu doang marah. Boong nya aku dibanding kamu ngeewe sama Bobby parahan mana sih!” ujar kak Reza kesel.
Mendengar ucapan kak Reza itu membuat ku kaget.
“Kok kaka bahas itu lagi, aku kira kita bisa naro masalah itu di belakang kita”
“Ya gak bisa lah bakal aku inget terus, lagian kamu tuh hal sepele aja dibesar - besarin”
“Bukan soal hal sepele atau gimana kak, tapi ini masalahnya kak Reza tu kalo ngomong gak bisa dipegang gitu”
“Aduh ni cewek sumpah ya gak tau diri, udah untung gua mau maafin lo selingkuh. Iya dah iya gua salah, lo kaga. Terserah deh gua malem ini tuh mau fun, biar nenangin hati gua yang sebenernya masih cemburu sama lo udah selingkuhin gua.”
“Kok malah kaka yang jadi marah, jadi kaka tuh bakal terus ngingetin soal itu selama kita pacaran?” aku pun jadi ikut kesal.
“Ya bakal inget terus lah gimana sih, kalo lo mau gua lupa ya jangan bikin masalah makanya” nada bicara kak Reza makin tinggi.
“Kak gak gitu caranya, ya udah aku minta maaf udah bikin masalah lagi” aku akhirnya mencoba mengalah namun kak Reza sepertinya sudah keburu emosi.
“Udah ah gua mau main, sana lo kalo mo selingkuh lagi gua ga peduli”
“Kak ko ngomongnya gitu, pikir - pikir dulu kak kalo bicara jangan kebawa emosi” air mata ku berlinang mendengar kak Reza berbicara seperti itu.
“Bodo” kak Reza lalu mematikan telfonya.
Aku segera mencoba menelfon kak Reza kembali namun ternyata HP nya di matikan.
Aku melemparkan HP ku ke kasur saking kesalnya, lalu aku berjalan ke kasur dan menjatuhkan tubuhku dan membenamkan wajahku ke bantal.
Perasaanku campur aduk, kesel, seidh, marah, bercampur menjadi satu. Lepas lah tangis ku, dapat ku rasakan bantal ku menjadi basah karena air mataku.
Tiba - tiba terdengar telfon ku berbunyi, dengan cepat aku segera mengangkatnya.
“Kak Reza!” panggilku.
“Bukan Fa ini Enday hehe” ternyata kang Enday yang menelfon.
“Oh..kang Enday..kenapa kang?” aku menyeka air mata ku.
“Loh ko suara kamu kayak abis baru nangis Fa?” tanya kang Enday.
“Hahah..bukan kayak tapi emang” jawab ku sambil menghirup ingus ku.
“Duh neng geulis kenapa atuh” tanya kang Enday.
“Habis berantem sama kak Reza” aku mengadu.
“Aduh kenapa lagii…” tanya kang Enday.
“Adalah kang panjang kalau diceritain” jawab ku malas bercerita.
“Fafa udah makan belom?” tanya kang Enday.
“Beluuummm” jawab ku seperti anak kecil sambil mengelap hidungku yang meler.
“Nah ya udah yuk ikut saya aja, nanti kita makan di luar”
“Kemana sih emang nya kang?”
“Ke tempat karaoke sih, tapi di sana ada makanan juga. Ikut aja yuk, nanti kamu bebas pilih lagu deh biar ga sedih” rayu kang Enday.
Aku kemudian terdiam dan memikirkan tawaran kang Enday. Ah aku cape nangis, aku ingin seneng - seneng dulu aja deh malam ini. Aku pun memutuskan untuk menerima ajakan kang Enday. Lagi pula apa salahnya sih pergi cari kesenangan, yang penting aku tidak akan mengulangi apa yang terjadi tadi sore bersama kang Enday.
Anggap saja ini pergi bareng temen, lagi pula ada temen nya kang Enday juga sama pacarnya dan kita pergi ke tempat umum.
“Ya udah kang aku kebetulan baru mandi, aku siap2 dulu” jawab ku.
“Asikk….ya udah saya jemput bentar lagi ya Fa”
Aku pun segera melepaskan handuk dan mengambil baju dari lemari ku. Aku memilih dress berwarna pink tak berlengan yang imut.
Tak lama kemudian kang Enday pun tiba di depan rumah ku, kali ini kang Enday membawa mobil Brio berwarna abu. Aku segera keluar rumah dan setelah mengunci pintu menghampiri mobil kang Enday,
Aku kemudian masuk ke dalam mobil, dan mata ku langsung tertuju kepada kang Enday yang memakai kemeja hitam dengan lengan di gulung dan celana bahan hitam. Kang Enday terlihat gagah sekali malam ini.
Setelah memakai sabuk pengaman kami pun segera pergi meninggalkan rumah ku.
wkwk maaf ya gua bagi per part ceritanya. Panjang ternyata ampe ga sadar. part 2 nya tar siang yak gw mo tidur dlu coy
Terakhir diubah: