Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

CHAPTER 28: AWAL PERTIKAIAN
[HIDE]
Beberapa lantai di bawah kamar Om Minmon, Ruang Makan sedang ramai, bahkan sedikit ricuh. Obrolan-obrolan ringan dibarengi dentingan garpu dan sendok memenuhi ruangan yang bersebelahan dengan dapur itu. Hari Sabtu memang menjadi hari yang santai dan bebas dalam banyak hal. Sarapan sesuka hati, bebas mengobrol tanpa harus menerapkan table manner, makan dengan piyama yang tidak akan bisa ditemukan di hari biasa, dan kebebasan lainnya.

Seperti sekarang, Ayana yang baru saja masuk Ruang Makan langsung berteriak ke arah dapur.

“Mbak Aniiii! Saya pesen nasi goreng ya! Seperti biasa Mbak! Telur dadar! Kecap sedikit!”

“Bos santai bos. Mesan nasgor udah kayak pejabat aja.” Sambil menguyah roti Gracia mendelik ke arah Ayana.

“Pejabat juga ga segitunya.” Riskha menimpali. Namun Ayana duduk tanpa memperdulikan mereka.

Di salah satu ujung meja yang berbentuk lonjong, Melody bercengkrama dengan Yona dan Saktia. “Biasanya kalo Sabtu gini ada yang belum muncul, pasti karena jadwal melayani Om Minmon belom kelar-kelar.” Ocehan Saktia disusul gelak tawa.

“Iya ih. Si Om tuh, udah bangun pagi mau balik kamar, eh dipanggil lagi. Maen lagi duhh cape eike.” Melody ikut berkomentar.

“Cape-cape enak kan?” Tawa kembali menggema.

“Ah kalo aku mah, hajar aja. Toh aku juga ngecrot kok hihi. Memang beda sih sensasi penis beneran ama dildo.”

“Jangan sering-sering pake dildo, Yon. Kayak lesbi aja.” Kali ini tawa lebih keras.

Veranda dan Nabilah yang sedang mengobrol sempat terhenti mendengarnya. Namun mereka mangabaikannya.

“Lagian apa enaknya sih jadi lesbi? Ngandelin jilat-jilatan doang? Gimana mau puas hahaha.” Ternyata sindiran semakin kuat.

“Apalagi kalo lesbiannya sekarang ngilang. Pas berdua aja ga bisa puas, apalagi sendiri.”

“Ya masturbasi lah. Lesbi mah mana demen cowo.”

“Pake acara minggat sih hahaha.”

“Eh ga minggat aja sih, tapi malah bawa talent orang.”

“Kalo sekarang sendirian, nyari keluar dong ya??”

“Lah ga ada bedanya kayak perek dong! Hahaha!”

Brak! Meja makan digebrak. Piring-piring sedikit berguncang dan berdenting ramai, beradu dengan gelas kaca. Ruang Makan mendadak diam. Bagian dapur juga ikut bungkam dan menghentikan aktivitas.

Ternyata penggebrak meja adalah Veranda. Semua kaget melihatnya. Belum pernah mereka melihat Veranda dengan wajah garang seperti itu. Nabilah memegang ujung jari Veranda, mencoba membujuknya untuk kembali duduk. Namun Veranda bergeming. Pandangannya kini tertuju pada tiga wanita di ujung meja makan.

Veranda tak tahan lagi. Bagi Veranda, hal ini sudah saatnya diakhiri. Dia sudah mendengar seluruh cerita tentang masa lalu Valkyrie. Tentang Nabilah dan Shania. Tentang apa yang terjadi saat Valkyrie terpuruk. Tapi Veranda tidak bisa menerima tiap kali Melody dan yang lain menyindir Nabilah. Menyalahkan Nabilah padahal belum ada bukti kuat. Membuat Nabilah terus menerus merasa dikucilkan padahal sama-sama Pegawai Terpilih. Menuduh Nabilah seorang lesbian padahal mereka tidak ada bedanya dengan Nabilah, saling memuaskan satu sama lain.

Sudah lama Veranda merasa kesal tiap mendengar ocehan-ocehan tentang Nabilah. Sudah lama Veranda kesal dengan perlakuan diskriminasi oleh Pegawai Terpilih yang lain terhadap Nabilah. Tapi ini sudah keterlaluan. Sudah saatnya untuk speak up, seperti yang diajarkan Bos Titan.

“Mel, Yon, Via. Kalian kenapa sih? Ada masalah apa dengan Nabilah? Kalo ada masalah kan bisa dibicarakan baik-baik bukan nyindir-nyindir kayak gini terus.”

Melody yang tidak terima dilabrak seperti itu, bukan langsung menjawab malah bertepuk tangan perlahan.

“Wah calon Sekertaris kita ini tegas ya. Cocok nih jadi Sekertaris Pribadi.” Melody menoleh ke arah Yona dan Saktia yang tersenyum sinis. Kembali menatap Veranda, Melody menyambung,

“Tapi ga nyadar kalo masih anak kemarin sore. Emang dia ngerasain langsung pas Valkyrie jatuh?”

“Mel, aku emang ga pernah ngerasain pas masa Valkyrie jatuh. Tapi yang aku mau tanya, kalian kenapa harus begini sama Nabilah?” Veranda masih menjaga agar emosi tidak menguasainya.

“Lho, di sampingmu itu kan ada Nabilah. Kenapa ga tanya langsung ke dia aja? Oh, atau kamu udah jadi lesbia-“

“Mel jaga mulut kamu ya!!” Jari Veranda lurus menunjuk ke arah Melody. Emosi kini tidak tertahankan lagi.

Melody tersentak. Didikannya sudah berani melawan. Pandangan mereka beradu tajam. Beberapa saat tidak ada suara, akhirnya Melody berdiri, merapikan kursinya diikuti Yona dan Saktia. Mereka berjalan menuju pintu Ruang Makan. Saat melewati seberang Veranda yang masih berdiri dan Nabilah yang kini menunduk, Melody tanpa menoleh berkata pelan,

“Kayaknya voting Sekertaris Pribadi kemarin bikin kamu jumawa ya, Ve. Oke kalo gitu maumu. Kalo kamu emang mau persaingan kita begini, aku ladenin. Selamat berjuang ya. Jalanmu bakal jauh lebih susah dari yang kamu bisa bayangkan.” kecam Melody. Genderang persaingan telah ditabuh.

SMMs8hpG_o.jpg
MGZoDPOW_o.jpg

“Kalo gue bisa narik suara gue, udah gue lakuin sekarang.” sambung Saktia sinis.

Mereka pun meninggalkan Ruang Makan. Tak lama kemudian Ayana beranjak berdiri kemudian berseru ke arah dapur, “Mbak Ani. Aku ga jadi makan. Udah ga selera.” Dan juga meninggalkan Ruang Makan. Kini hanya ada Veranda, Nabilah, Gracia dan Riskha.

Tiba-tiba Nabilah dengan cepat berdiri dan juga bersiap pergi. Wajahnya tetap menunduk namun Veranda sempat melihat matanya yang berkaca-kaca.

“Kak aku duluan.”

“Eh Nab, seben-“

“Permisi.”

Pagi itu Nabilah tidak menyentuh lagi spaghetinya. Veranda terdiam melihat Nabilah kembali ke kamar. Terhanyut oleh rasa sesalnya sendiri, Veranda akhirnya duduk kembali dan menghabiskan nasi gorengnya yang kini terasa hambar.

***​

The Platina Pavilion.

Siang itu di salah satu ruangan yang ukurannya terlalu besar untuk sebuah kamar tidur, Saktia sedang terlentang santai di kasur. Matanya terpejam sambil nafasnya mendesah berirama. Seirama dengan goyangan penis seorang anak remaja tanggung yang setengah jam lalu menyambut Saktia saat dirinya sampai di rumah megah Shania. Anak perjaka yang menjadi hadiah untuk keberhasilan Saktia menjalankan rencana bosnya sejauh ini.

UEciOpMd_o.jpg

Saktia tentu senang mendapat seorang remaja yang keperjakaannya dapat dia nikmati. Apalagi remaja lugu tersebut benar-benar patuh saat Saktia menyuruhnya melepas pakaian. Setelah puas mengamati tubuh cekingnya, barulah Saktia memerintahkan remaja itu untuk berlutut di kasur dan memasukkan penis mungilnya ke dalam vagina Saktia yang mengambil posisi terlentang. Kini hubungan intim tersebut sudah berjalan 15 menit, dan remaja itu tanpa sadar terus mendesah keenakan. Sensasi geli yang menyelimuti penisnya itu baru pertama kali dia rasakan.

“Nggh. Ahh. Ah. Enak. Enak. Ah.” Saktia menahan tawa mendengarnya. Enak bukan, batinnya. Tapi lebih enak lagi saat aku bisa menyedot semua sperma perjakamu.

“M-mbak, saya udah mau keluar.”

“Yaudah cabut. Siniin kontol lu.”

Remaja itu menurut dan mendekatkan penisnya ke mulut Saktia. Saktia lantas mengocok sambil mengisap kepala penis remaja tersebut dan akhirnya,

“Akhh! Akkh! Mbakk! Enak mbak!!” Saktia mengacuhkannya. Mulutnya menyedot kuat penis kecil remaja itu sampai terasa ngilu. Tak lupa Saktia meremas-remas keras buah zakarnya untuk memberi rangsangan supaya prostatnya memompa lebih lagi. Berharap penisnya masih bisa mengeluarkan sisa sperma. Terakhir Saktia mengusap-usap lubang kencing penis remaja tersebut, yang membuatnya terjengit menahan rasa geli.

“Hmmph mani perjaka lo juga enak.” Saktia tuntas menelan habis lelehan sperma remaja tersebut dan memastikan tidak melewatkan setetespun.

“Gimana, enak ga ngewe?”

“E-enak mbak hehe.” Remaja tersebut tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

“Besok-besok mau lagi ga?” goda Saktia.

“Boleh, Mbak.”

Saktia langsung tertawa mengejek, “Hahaha! Enak aja lo! Tadi lo bisa bayar pake perjaka lo! Sekarang lo mau bayar pake apa hah?!” Remaja itu langsung ciut melihat perubahan sikap Saktia.

“Abis ini lo pake baju trus pulang. Ntar penjaga yang di bawah yang ngantar. Inget ya, orang-orang di bawah yang kekar itu selalu ngawasin lo, jadi kalo lo cerita macem-macem bakal abis lo dipukulin. Ngerti?!”

“Ng-ngerti, Mbak.” Remaja itu menjawab takut-takut.

“Yaudah pulang lo sana. Gue ga butuh lo lagi.”

Tak perlu waktu lama untuk remaja tersebut memakai bajunya dan terbirit turun ke bawah. Saktia terbahak melihat wajah takutnya yang kini sudah menghilang di balik pintu. Beberapa saat kemudian dari pintu yang sama masuklah seorang wanita anggun dengan aura yang begitu kuat. Dress-nya yang panjang hingga menyentuh lantai juga ikut menebarkan kemolekan dan sedikit keangkuhan. Sang tuan rumah yang tinggi semampai dan paras cantiknya tidak diragukan lagi.

t2ZyyaFz_o.jpg

“Bosss makasih ya hadiahnya. Tuh bocah enak banget air maninya. Putih kental khas anak baru puber hahaha.” Saktia langsung duduk dan memakai bra-nya.

Shania hanya tersenyum tipis. “Kamu berhak menerimanya. Aku puas dengan pekerjaanmu sejauh ini. Dan kini,” Shania menyodorkan iPad tipis yang sedari tadi dipegangnya. Saktia langsung meraih dan melihat layar iPad tersebut. “apa yang aku ingin sudah ada dalam genggamanku..”

“Wah gila! Ini seriusan Boss?? Hahahaha mampus nih Valkyrie!” Saktia tergelak membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, sementara Shania perlahan berjalan menuju jendela. Pandangannya menerawang, mengimajinasikan seorang pria yang selalu menjadi objek fantasi seksnya.

“Dan Tristan, akan bertekuk lutut di hadapanku.”

***​

Sesampainya di belakang gedung Valkyrie, Saktia berhenti di balik tembok tinggi dan langsung melihat sekitar. Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Saktia langsung menuju gerbang masuk belakang gedung, melewati pos satpam.

“Gino, gimana? Aman?”

“Aman, Mbak. Area belakang emang lagi sepi.”

“Bagus. Aku masuk dulu. Dalam waktu dekat rencana dilanjutkan.”

“Siap.”

Sambil tersenyum lebar Saktia meninggalkan pos satpam untuk masuk ke gedung Valkyrie. Dia masih tidak bisa menahan antusiasnya karena tidak menyangka rencana bosnya akan berjalan selancar ini, padahal niat awalnya datang ke rumah Shania hanya untuk menikmati hadiah remaja perjaka yang dijanjikan. Langkahnya ringan menuju lift, sampai tidak sadar seseorang ikut berjalan di belakangnya.

“Kamu darimana?”

Saktia tersentak dan langsung menoleh ke belakang.

“Eh brengsek lo lesbi ngagetin gue aja! Mau gue darimana bukan urusan lo! Berani-beraninya lo ngomong ama gue! Najis!”

Pintu lift terbuka dan Saktia langsung masuk. Segera jarinya memencet tombol tutup, tidak membiarkan Nabilah satu lift dengannya. Nabilah membiarkannya, namun tatapan matanya tidak lepas dari wajah Saktia, yang kini hilang seiring tertutupnya pintu lift.

***​
[/HIDE]
[HIDE]
[/HIDE]

Selamat menikmati : )
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 29: TIGER
Selamat membaca episode yg rame ini : )
[HIDE]
Rutinitas di Valkyrie Management kini berbeda bagi Veranda. Tidak ada saling menyapa antar Pegawai Terpilih pada saat Latihan Fisik. Saat sarapan juga sama. Suasana kaku dan dingin sangat terasa sampai sarapan selesai dan Pegawai Terpilih bersiap turun ke lantai kantor. Group chat Pegawai Terpilih pun tidak lagi seramai sebelumnya. Hanya chat tentang kerjaan dan jadwal sesi Ultimate saja yang mengisi notifikasi. Pengaruh seorang Melody membungkam semua Pegawai Terpilih, yang bahkan sebenarnya tidak terlibat pada kejadian saat sarapan itu.

Yang paling terasa berbeda tentu hubungan Veranda dengan sang mentor. Kini tidak ada obrolan-obrolan ringan menjelang kerja atau sepulang Latihan Fisik. Seusai Latihan Fisik, Melody langsung membereskan barang-barangnya dan langsung kembali ke kamar. Di kantor obrolan hanya terjadi pada saat koordinasi atau disposisi pekerjaan. Veranda sebenarnya sangat ingin meminta maaf untuk perkataannya, namun belum menemukan waktu yang pas.

“Ve untuk vendor pemeliharaan gedung tolong kamu koordinir ya. Cocokin material terpasang dengan yang di perjanjian.” Perintah Melody cepat dan tanpa ekspresi.

“Baik, Mel.” Melihat sikap Melody, Veranda jadi semakin segan untuk meminta maaf. Mungkin aku tunggu dulu sampai mood Melody baik lagi, pikirnya.

Parahnya, Nabilah juga ikut menjauh dari Veranda. Kini Nabilah tidak segan-segan menolak ajakan makan siang Veranda. Nabilah juga sering menghilang dari mejanya. Beberapa kali Veranda mendapati Nabilah izin keluar kantor. Sesi curhat juga tidak lagi ada di kamar Veranda atau Nabilah. Beruntung Riskha tetap dekat dan selalu menyemangati Veranda.

“Udah Kak, gapapa. Kita tunggu aja kak Melody mood-nya baik lagi.”

“Iya Kha, jujur aku merasa salah udah kelewatan ngomongnya ke Melody. Tapi kemaren itu aku bener-bener emosi. Aku ga terima Nabilah dibilang kayak gitu. Sekarang jadi serba salah.” keluh Veranda.

“Yaudah Kak Ve, ntar aku coba bantu bujuk kak Mel ya.”

“Makasih banyak ya Kha.”

Tring! Notifikasi chat grup muncul. Veranda cepat-cepat membukanya. Dari Melody.

[MELODY] Nanti malam Bos Titan ngundang kita ke kamarnya. Ada jadwal sesi Ultimate.

“Wah akhirnya giliranku datang jugaa!” ujar Riskha girang.


***

vbBIBPZV_o.jpg
8JsTT75x_o.jpg
K71IMdNI_o.jpg
8KLVOoM4_o.jpg
602sDbWY_o.jpg
hMJLcVq5_o.jpg
B93j5qZ3_o.jpg
NxF54teY_o.jpg

Malamnya, semua Pegawai Terpilih sudah berada di ruang tengah kamar Bos Titan. Kecuali satu orang. Dihadapan mereka, Bos Titan duduk santai di sofa. Sementara sebuah handycam yang ditumpu oleh tripod sudah menyala dan ternyata sudah merekam sebelum mereka datang.

“Om kok jadwalku jadi diubah sih?” Riskha tak sabar langsung menanyakan perihal jadwal Ultimate-nya yang berubah. Namun Bos Titan hanya diam.

“Trus kok tumben kami boleh ikut sesi Ultimate.”

“Itu handycam buat apaan Bos?”

Barulah Bos Titan tersenyum penuh arti.

“Malam ini, kalian harus melawan macan lapar. Mon!”

Dari Ruang Arsip, keluarlah Om Minmon. Yang memegangi seseorang dengan tangan terborgol di punggung dan di selangkangannya terpasang vibrator. Mulutnya juga disumpal kaus kaki putih bersih, sehingga tidak dapat bersuara namun masih bisa menggeram.

“Lho, Yona?!”

gbAKTjNZ_o.jpg

Namun ada yang berbeda dengan Yona malam ini. Tidak seperti Yona biasanya. Wajahnya merah dan berekspresi lebih garang. Keringat membasahi setiap lekuk tubuhnya yang tanpa busana. Otot-ototnya menyembul kencang dan sedikit bergetar.

“Hrrrhh! Nggghhrrh!”

“Oke kita mulai permainannya. Saat ini Yona sudah masuk fase Ultimate. Dan tugas kalian adalah memuaskannya dalam waktu 30 menit. Segala macam alat penyiksa, alat bantu seks dan lainnya tersedia di keranjang. Dan kalau dalam 30 menit dia belum terpuaskan,” Om Minmon mengelus botaknya sambil menyeringai, ”kalian bisa bayangkan dong Yona dengan versi Ultimate dan borgolnya dilepas?”

Bos Titan tak mampu menahan tawanya, membayangkan perjuangan para Pegawai Terpilih untuk memuaskan berahi seorang Viviyona.

“Boosss aduhh kenapa harus kamii siih.”

“Mampus, urusan bakal panjang nih.”

“Ih si Bos ngerjain kami niih”

Segala macam komplain keluar. Para Pegawai Terpilih protes dengan keputusan Bos-nya. Namun Om Minmon malah mengambil jam pasir skala 10 menit dan bersiap membalikannya.

“Kalian boleh tetap protes kok, tapi ga tau deh jam pasir ini mau berhenti dulu untuk dengar protes kalian.” Mau tidak mau mereka diam dan mulai berpikir caranya.

Melody mencoba negosiasi, “Bos kami pikir dulu cara-“

“Ngga ada pikir-pikir. Langsung aja.” Negosiasi gagal.

“Oke, kita mulai ya. Tiga. Dua. Satu!!” Om Minmon membalikan jam pasirnya. Butiran pasir perlahan mulai jatuh mengisi sisi yang kosong.

Para Pegawai Terpilih mulai sibuk mengelilingi Yona yang terbaring. Suasana kini ricuh. Para Pegawai Terpilih saling menyuruh untuk melakukan ini-itu.

“Duh Kha, kamu kan pengajar Kelas Malam untuk rangsangan. Gimana nih?”

“Aduh untuk Kak Yona ini agak ribet. Banyak maunya!”

“Aduh kita apain nih jadinya. Ay kamu mulai jilatin mekinya dulu deh.”

“Bantuin dong Sak! Jangan diem-diem aja!”

“Duh aku juga lagi mikir nih!”

“Gre kamu kan sering jadi budaknya. Gimana nih??”

“Budak apaan enak aja! Duhh aku juga bingungg!”

“Via! Via! Kamu kasih meki gih supaya dia sibuk jilatin!”

“Aduh kok gue sih! Nabilah aja deh! Cin! Kamu gih!”

“Yah jangan aku dong Sak!”

Semua pengalaman disiksa dan bersenggama dengan Yona seakan sirna. Mereka benar-benar bingung. Om Minmon terbahak dan sangat menikmati suasana ribut tersebut. Sementara Yona sudah kehilangan akal sehat. Di pikirannya sekarang hanya ada nafsu. Libido untuk dipuaskan. Dan memandang rekan-rekan yang mengelilinginya membuatnya semakin liar. Seperti serigala yang dikelilingi domba yang siap disantap. Tangannya mulai meronta, mencoba melepas borgol dari pergelangan tangannya. Kakinya menendang-nendang mencari pijakan untuk berdiri.

“Vibrator kurang tuh! Mending sambil dijilatin juga! Bil, Kha, kalian aja cepetan.” Bahkan seorang Melody juga panik dalam situasi seperti ini.

Riskha tak mau kalah. Kali ini Gracia jadi korban. “Gre! Kamu kasi meki dong. Daritadi dibilangin juga. Yona kan paling seneng tuh!” Mau tak mau Gracia merelakan vaginanya untuk digempur lidah Yona. Dengan hati-hati Gracia mencabut kaos kaki yang memenuhi mulut Yona. Saat terlepas, tak pelak teriakan Yona membahana,

“Brengsekk lepasin guee! Anjingg! Gue entot lo semuaa ghrrrhhh!” raung Yona. Tangannya meronta semakin liar. Tak terasa butiran jam pasir sudah mau habis.

“Yaudah aku melintir sambil isep putingnya dulu deh. Mungkin bisa bantu. Sak bantuin aku!” Veranda berinisiatif. Sementara tanpa suara Naomi dan Ayana kompak menjilati leher Yona.

“Jangan siksa guee bangsaaat guee mau ngentooottt ngghhh!” Yona kembali meraung.

Mau tak mau Gracia harus menyumpal mulutnya. Gracia perlahan mengangkangi wajah Yona dan mulai menurunkan vaginanya perlahan. Wajahnya penuh ketakutan. “Kak Yon, pelan-pelan ya..”

Saat vagina Gracia sudah menyentuh mulut Yona, dia menjerit.

“Aaaahhh kak jangan gigit!” Gracia langsung mengangkat kembali selangkangannya. Tapi Melody dengan cepat mendudukkannya lagi. Yona kembali menikmati vagina yang dibenamkan di mulutnya.

“Tahan dong Gre! Kamu kan udah sering maen sama dia! Biar dia diem dulu!”

“Kak Mel sakiiit..” Gracia merengek. Yona menggempur klitorisnya layaknya seorang zombie diberi leher segar.

Sementara di vagina Yona, Nabilah dan Riskha dengan buru-buru menjilat dan menyedot. Liur membanjiri klitoris Yona. Sambil terus memberi rangsangan di semua bagian vagina Yona, mendadak Riskha teringat. Aduh kenapa aku bisa lupa?

“Kak, ambil dildo!”

Dengan gerakan cepat Melody meraih dildo bening berukuran sedang dan langsung mendekati Riskha.

“Trus gimana Kha?”

“Nih kak, jebolin anusnya! Favorit dia nih!”

“Oke siap Kha!”

“Kak gantian sini! Biar gue cari cara lain!”

Butiran pasir terakhir pun jatuh.

“Yak, 10 menit pertama!” teriak Om Minmon sambil kembali membalikkan jam pasirnya. Jantung para Pegawai Terpilih semakin berdegup kencang. Tentu mereka tidak mau jadi korban keganasan Yona.

“Mik gantian gih sama Gre! Kesian tuh dia udah kesakitan!”

“Duh kok harus gue sih Mel! Nabilah aja deh!”

“Lo aja dulu Mik cepetan!” dengan terpaksa Naomi menuruti perintah Melody. Gracia pun mengangkat cepat-cepat vaginanya.

“Ngentottt rrgghh sini memek loo!”

Naomi langsung menyumpal mulut Yona dengan vaginanya. Tak perlu waktu lama untuk dia mengejang. Kini Labia Majora vagina Naomi menjadi sasaran Yona.

“Nggghhhh pelan-pelan brengsek!” Naomi menggeram tertahan. Tapi ternyata tidak lama. Yona menggelengkan wajahnya, mengusir vagina Naomi dari mulutnya. Naomi mengangkat pahanya.

“Veeeerrghh! Aku mau Veeggrrhh!”

Veranda terkejut. Si monster meraungkan keinginannya. Semua mata kini tertuju padanya. Pandangan yang menyuruhnya cepat menuruti keinginan Yona.

“Aduh mati aku.”

Veranda kemudian melepas hisapannya pada puting Yona dan berdiri. Nabilah langsung mengisi posisi kosong. Perlahan Veranda mendekatkan vaginanya ke mulut Yona.

“Ngghhh Yooon! Pelan-pelaaaann!” pekik Veranda.

Akhirnya perjuangan mereka tidak sia-sia. Vagina Yona mendadak memuncratkan cairan bening dan encer. Riskha yang bertugas merangsang vagina Yona, tersentak kala air squirt menyembur mukanya. Riskha semakin merangsang dengan mulai menelusupkan jemarinya ke dalam vagina Yona. Sementara Gracia kini ikut berinisiatif menjilati klitoris Yona. Sambil dildo tetap menggenjot anusnya.

“Hmmpphh hmpph hahaha bagus iya begituuu haha enakk bangsaat!” Yona meracau dari balik vagina Veranda. Sementara Veranda ternyata mulai terangsang dari jilatan dan makian Yona. Veranda mulai menggesek-gesek cepat G-Spotnya, asyik menggapai orgasme sendiri.

“Iyahh, Yon. Lagi Yon. Gigit sayang iyahh! Lagih! Lagiih engghh!” Veranda menggoyang-goyang pinggulnya agar mendapat rangsangan lebih. Satu tangannya meraba dan memelintir puting susu kanannya.

“Hati-hati! 10 menit kedua sudah mau habis!” teriak Om Minmon. Aduh! 10 menit lagi! Mereka semakin kesetanan merangsang tubuh Yona. Yona harus dibuat orgasme lagi. Kalau tidak, mereka tidak bisa membayangkan apa yang terjadi.

Saat untuk kedua kalinya pasir terakhir jatuh, justru Veranda yang mendapat orgasmenya!

“Ngghh enakk Yooonn!” kini tidak ada sakit yang dirasakan Veranda. Nyeri pada selangkangan justru memicu libidonya naik. Veranda semakin menjadi-jadi dan memaju-mundurkan pinggulnya.

Tak lama kemudian Yona kembali mendapat puncak nikmatnya. Kali ini semburan lebih keras menampar wajah Riskha dan Gracia. Tidak hanya sekali, dua kali Yona mampu memuncratkan deras air bening dari balik vaginanya. Pahanya menegang. Kakinya keras menapak karpet.

“Akhh! Akhh! Enaakk! Enaakk!” Racau Yona tatkala jilatan Naomi dan Ayana kini menjelajah telinga kiri dan kanan. Yona merinding menahan rasa geli. Veranda mencabut vaginanya dan memagut bibir Yona. Rupanya kini Veranda benar-benar terangsang oleh keganasan Yona. Tangannya tidak lupa mengelus-elus leher Yona yang kini lembab karena liur Naomi dan Ayana. Veranda dan Yona kini menikmati bibir mereka yang berpagutan, diselingi lidah yang meliuk. Liur tercampur dan belepotan di sekitar mulut mereka.

“Oke 10 menit terakhir! Manfaatkan waktu yang ada!” Tak terasa waktu cepat berlalu! Jemari Riskha semakin dalam dan cepat mengorek liang vagina Yona. Gracia semakin kencang memompa dildo yang menerobos lubang anus Yona. Saktia menjepit dan memelintir keras puting Yona, sementara Ayana kini mengisap-isap daun telinganya. Yona hanya bisa menggelinjang menahan rasa geli yang menggelitik kulitnya. Pegal di lengan karena tertindih punggungnya tak terasa lagi.

“Hahaha ahh! Ahh! Yeahh!” Yona mengejang, namun tidak squirting lagi.

“Cape gue. Lu sendiri dulu lah Cin!” Sambil bangkit berdiri Saktia merengangkan badannya yang pegal karena membungkuk. Nabilah langsung memelintir puting payudara kiri Yona, sementara mulutnya tetap menyedot puting satunya.

“Grrh enggh haha hahaha! Lepasin! Lepas lu semuaa!” Semua bingung mendengarnya. Yona minta disudahin? Tapi Veranda yang seperti mengerti, langsung menginstruksikan teman-temannya.

“Iya, lepas dulu semua.” Kemudian Veranda mendekat ke Bos Titan. Waktu memang memacu, namun Veranda tetap dengan sopan meminta.

“Bos, boleh saya minta kunci borgolnya?” Semua terperangah. Veranda mau melepas Yona? Gila apa, memang dia mau mereka menjadi santapan Yona yang saat ini mengganas?

“Ve jangan gegabah dong! Masa mau lepasin borgolnya sih?!”

Veranda tetap dengan keputusannya. Bos Titan tersenyum dan akhirnya memberi kunci. Veranda perlahan mendekat kembali ke Yona dan mulai memasukkan anak kunci ke lubang borgol.

“Kamu mau tubuhku kan Yon? As you wish.”

Selepasnya borgol dari tangan Yona, Veranda langsung menimpa tubuh Yona dan memeluknya. Bibir mereka langsung mengadu, melanjutkan permainan yang tadi. Yona kemudian menjilat telinga Veranda sambil sesekali mengigit-gigit. Veranda tidak mau kalah. Tangannya kembali memelintir kasar puting payudara Yona. Sambil melepas pagutannya di bibir Yona, jari Veranda langsung mengorek-ngorek cepat liang vagina Yona. Licin dan basah.

Para penonton terhanyut dalam permainan panas yang dipertontonkan Yona dan Veranda. Beberapa Pegawai Terpilih berlutut tidak nyaman, terangsang oleh senggama dua wanita cantik tersebut. Tak terasa akhirnya untuk ketiga kalinya butir pasir sudah penuh mengisi sisi bawah jam pasir.

“Yak! Sudah selesai!”

Mereka terjengit. Dua wanita ini belum selesai menuntaskan senggama mereka. Apa artinya mereka kalah? Tapi mereka sudah membuat Yona dua kali orgasme. Bagaimana jadinya?

“Yona, gimana? Kamu puas?” Semua menunggu jawaban Yona.

Yona memandang mereka satu persatu sebelum akhirnya menyergah, “Belum!” Mampuslah.

Namun Yona menyeringai ke Veranda, bertanya kepadanya, “Kamu pilih, kamu sendirian yang puasin aku, atau yang lain ikut aku siksa?”

Pilihan apa pula ini. Tentu sulit memutuskannya. Veranda pasti tidak mau menghadapi Yona seorang diri, namun Yona tahu kelemahannya yang selalu ingin membantu yang lain. Para Pegawai Terpilih harap-harap cemas menunggu jawaban Veranda. Setelah diam beberapa saat untuk berpikir, akhirnya Veranda menjawab,

“Aku aja yang puasin kamu. Biarin mereka istirahat.”

Para Pegawai Terpilih yang lain langsung mendesah lega. Riskha dan Ayana langsung memeluk Veranda.

“Wah kak Vee makasih kaak..”

“Oke, dengan begini sesi ultimate Yona selesai dan dilanjut di kamarnya. Yang lain silahkan beres-beres dan istirahat. Veranda, silahkan siapkan fisik dan mental, karena Yona saat ini sangat ingin melumat tubuhmu hahaha.” Sambil terbahak Om Minmon mematikan handycam.

Para Pegawai Terpilih langsung membereskan ruang tengah yang sedikit berantakan. Yona langsung menarik Veranda keluar dari kamar Bos Titan tanpa busana, menuju kamarnya. Di lift pun dua wanita bugil itu menyempatkan memeluk dan lanjut mengadu lidah bibir mereka dengan penuh berahi. Bagi para Pegawai Terpilih malam itu akhirnya selesai juga, namun masih panjang bagi Yona dan Veranda yang kini memadu nafsu.

***​

“Idemu ini memang gila Tan hahaha”

“Kemaren Naomi cerita, Sabtu lalu Ve dan Melody bertengkar, sampai ga ngomongan. Yang lain juga jadi ikutan saling diem. Makanya aku sengaja bikin gini supaya mereka bisa akrab dan kerja sama lagi.”

“Ooo yang pas sarapan itu ya. Iya aku juga diceritain Riskha. Dasar cewek-cewek ini.”

“Aku liat sih masalahnya agak serius, tapi kita liat dulu aja gimana mereka nyelesaikan masalahnya sendiri. Mon aku tidur duluan ya. Jadi ngantuk habis ketawa terus-terusan.”

“Oke Tan. Good night.”

Bos Titan masuk ke ruang tidurnya dan menyalakan lampu tidur. Sepeninggalan Bos Titan, Om Minmon kembali menyalakan handycamnya. Dia ingin memastikan apa yang didengarnya pada saat sesi ultimate Yona tadi tidak salah. Om Minmon memutar balik ke beberapa menit tertentu, dan mendengar dengan seksama.

“…bantuin dong…kalian aja…tahan dong…cape gue …lo aja dulu…cepetan…”

Om Minmon tersentak. Dia kembali mengulang ke menit tertentu. Dan terus mengulang. Mengulang, sampai Om Minmon merasa muak. Muak dengan apa yang ada di pikirannya.

***​

[/HIDE]
[HIDE]
[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Akhirnya ada lanjutan ny, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Wah, sepertinya para pegawai terpilih selain Ve kurang mau berkorban untuk sesamanya ya. Mungkin itu pikiran Om Minmon. Anyway, makasih updatenya, gan. Yona versi garang gini malah bikin senut2. Hahahaha.... :pandaketawa:
 
Yaa Gan update nya kok terpotong, Ve nya blm dieksekusi Yona udaudah udahan ...
Lanjut lg Gan ..., Ve nya disiksa Yona . .., yg laen ngerangsang Ve spy nikmatin sikaaan Yona ..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd