Lanjutan
Melihat adiknya berbaring karena serangan tangannya, K'mana memposisikan dirinya berlutut diantara paha adiknya. Diangkatnya pinggul adiknya, ditahan dengan bahu, sehingga terpampanglah didepannya dua lubang sejajar nan seksi.
Dilahapnya lubang yang atas, sambil mempermainkan klitoris dengan tangannya.
Birahi K'mana memerintahkan tindakan yang ekstrim.
Hidungnya menciumi lubang yang bawah. Aroma yang khas menambah birahinya, Lidahnya mulai menelusuri lubang pembuangan itu.
" Jangan kak! Kotor disitu! "protes sang adik kepada kakaknya.
" Lubang ini adinda sayang, biarlah jadi kenangan untuk kakak" argumen K'mana
"Tapi kak.... " belum selesai K'mari memprotes, K'mana melanjutkan proses yang sempat tertunda.
Ditusuk-tusuknya lubang anus dengan lidahnya. K'mari semakin lepas kontrol, tegangan-tegangan kenitmatan dengan voltasi tingkat tinggi dilepaskan lidah kakaknya. Tegangan menghantam deras dirinya memuncakkan birahinya.
Tangan kiri K'mari semakin memeras seprei, giginya mengigit ujung bantal dibantu dengan tangan kanannya. Sensasi ini sungguh luar biasa, sehingga K'mari berusaha menahan erangannya takut terdengar kedua orang tuanya dikamar bawah. Birahi telah mengumpulkan segala rasa disekujur tubuhnya untuk berkumpul di selakangannya.
" Ampuuuuunnnn kak, stoooopppp kak, pipissss" lirih K'mari seiring badannya bergerak sendiri ke kiri dan ke kanan tak mampu ia kendalikan lagi.
Sang kakak tersenyum bangga, bukannya memghentikan tetapi lebih mempercepat gesekan tangan di vagina sang adik.
Sesekali gesekan itu, ditambah cumbuan lidah di gua kenitmatan itu. Bukan hanya jilatan, ciuman juga tak ingin ketinggalan untuk berpartisipasi. Gigitan ringan pun melengkapi gelombang penghantar menuju puncak kenitmatan itu
K'mari pasrah hanya mampu mengerang sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa ingin pipis yang semakin tinggi. Badan tolaknya menjauhi kakaknya namun pinggangnya semakin disodorkan bahkan digoyangkan vaginanya ke atas dan kebawah.
Tangan K'mana semakin liar. Dibukanya bibir vagina sehingga terlihat dengan jelas lubang yang dibungkus bibir itu, klitoris yang semakin keras. Ditekannya, digosoknya dengan kecepatan RPM yang tinggi, dan......
K'mari memejamkan mata, napasnya terengah-engah. Kenitmatan duniawi telah menjalar ke seluruh darahnya. Tulangnya serasa lepas dari perekat sendinya. Entah berapa banyak cairan yang dikeluarkan selakangannya akibat perbuatan kakaknya.
Direbahnya kepala K'mana disamping K'mari, melihat adiknya tidak mampu bangkit setelah pertarungan maha dasyat tadi.
Kecupan sayang dikening K'mari dibalas senyum kepuasan dari adik tersayangnya itu. Pelukan hangat diberikan sang kakak kepada adiknya yang kalah dalam pertempuran itu.
Ciuman panas diberikan K'mari ke sang kakak, lidahnya menyeruak masuk ke mulut sang kakak. Tak ada perlawanan sang kakak terhadapnya, membuat sang adik berusaha memancing birahi sang kakak lebih dasyat.
Didudukinya perut sang kakak, ini membuat pergerakan sang kakak menjadi terbatas. Tangannya dengan pelan mulai melepas kancing piyama tanpa disadari sang kakak.
"Jangan dinda!" larang K'mana.
Tangannya berusaha menutupi tubuhnya dengan pakaiannya. Ia berusaha melepaskan dirinya dari kuncian tubuh adiknya. Tapi, K'mari tampak kesal pada sikap kakaknya, berusaha menyingkirkan tangan kakaknya.
Terjadilah pemaksaan dan penolakkan dari kedua kakak beradik itu. Kakak menolak sang adik memaksa. Hingga suatu saat.
" breeeettttttt. "
kain pembungkus tubuh K'mana Terobekkan. Terpampanglah tubuh penuh dengan memar dengan bekas luka mengering.
Sontak berlinanglah air mata K'mari. " Apa yang terjadi, kak.?" seraya memeluk kakaknya yang telah mengalir air dari dua matanya.
"hiks... Hiks... Hiks.... Selama 6 bulan, inilah yang dia perbuat kepadaku" dibelainya rambut adiknya lalu ia melanjutkan " Aku tidak dapat berbuat apa-apa, walau bakatku mengatakan untuk lari, tapi dia mengancam akan membuat susah ayah dan yang lebih membuatku pasra Ia mengancam akan menjual ibu dan dinda ke rumah bordir." lirih K'mana
" Kakak, engkau rela sengsara demi aku. Kau memang pelindungku"
sambil memeluk dan larut dalam kepedihan nasib yang menimpa kakaknya. Dicumbunya, sang panutan dia. Dengan dialiri air mata di pipinya. Diciumnya, dijilatnya setiap bilur-bilur memar dan luka sang kakak. Dilihatnya luka yang mulai terbuka kembali di puting payudaranya akibat remasannya.
"maaf kak! Aku tidak tahu"
sang kakak tersenyum, mengelengkan kepalanya, dan membelai rambut adiknya. Sang kakak, dengan terpejam, merasakan setiap letupan rangsangan sang adik di payudaranya.
Tangan K'mari mulai bergerilya menuju medan pertempuran di selangkangan K'mana. Sesaat sampai ke medan tersebut, tangan kanan K'mari ditahan oleh sang kakak. Sang adik mencium bibir sensual kakaknya, perlahan dia melorotkan celana dalam pink.
Air mata K'mari semakin tak terbendung. Vagina yang penuh memar dan bekas luka yang baru mengering. Lubang anus yang terluka.
" Kak..... "
menangislah K'mari yang secara tidak sadar merasakan kepedihan sang kakak demi melindungi keluarganya. Dijilatnya dengan penuh kehati-hatian, air mata K'mari semakin deras seiring jilatannya di vagina dan anus sang kakak.
Malam semakin larut, bulan semakin menampakan keanggunannya. Bintang-bintang mengoda bulan dengan gemerlapannya. Awan menyembunyikan diri, malu akan keindahan bulan dan bintang.
Malam menjadi saksi 2 insan kakak beradik beradu birahi dalam kepedihan. Nasib tersindir oleh perbuatan mereka berdua. Birahi mereka menang walau takdir mengatakan tidak.
Kenitmatan demi kenitmatan telah merasuki mereka. Larut malam tidak dihiraukannya. Ketidak pastian esok telah menunggu. Tapi malam ini, kepedihan harus menyingkir
End chapter ini, selanjutnya chapter "satu solusi"
Melihat adiknya berbaring karena serangan tangannya, K'mana memposisikan dirinya berlutut diantara paha adiknya. Diangkatnya pinggul adiknya, ditahan dengan bahu, sehingga terpampanglah didepannya dua lubang sejajar nan seksi.
Dilahapnya lubang yang atas, sambil mempermainkan klitoris dengan tangannya.
Birahi K'mana memerintahkan tindakan yang ekstrim.
Hidungnya menciumi lubang yang bawah. Aroma yang khas menambah birahinya, Lidahnya mulai menelusuri lubang pembuangan itu.
" Jangan kak! Kotor disitu! "protes sang adik kepada kakaknya.
" Lubang ini adinda sayang, biarlah jadi kenangan untuk kakak" argumen K'mana
"Tapi kak.... " belum selesai K'mari memprotes, K'mana melanjutkan proses yang sempat tertunda.
Ditusuk-tusuknya lubang anus dengan lidahnya. K'mari semakin lepas kontrol, tegangan-tegangan kenitmatan dengan voltasi tingkat tinggi dilepaskan lidah kakaknya. Tegangan menghantam deras dirinya memuncakkan birahinya.
Tangan kiri K'mari semakin memeras seprei, giginya mengigit ujung bantal dibantu dengan tangan kanannya. Sensasi ini sungguh luar biasa, sehingga K'mari berusaha menahan erangannya takut terdengar kedua orang tuanya dikamar bawah. Birahi telah mengumpulkan segala rasa disekujur tubuhnya untuk berkumpul di selakangannya.
" Ampuuuuunnnn kak, stoooopppp kak, pipissss" lirih K'mari seiring badannya bergerak sendiri ke kiri dan ke kanan tak mampu ia kendalikan lagi.
Sang kakak tersenyum bangga, bukannya memghentikan tetapi lebih mempercepat gesekan tangan di vagina sang adik.
Sesekali gesekan itu, ditambah cumbuan lidah di gua kenitmatan itu. Bukan hanya jilatan, ciuman juga tak ingin ketinggalan untuk berpartisipasi. Gigitan ringan pun melengkapi gelombang penghantar menuju puncak kenitmatan itu
K'mari pasrah hanya mampu mengerang sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa ingin pipis yang semakin tinggi. Badan tolaknya menjauhi kakaknya namun pinggangnya semakin disodorkan bahkan digoyangkan vaginanya ke atas dan kebawah.
Tangan K'mana semakin liar. Dibukanya bibir vagina sehingga terlihat dengan jelas lubang yang dibungkus bibir itu, klitoris yang semakin keras. Ditekannya, digosoknya dengan kecepatan RPM yang tinggi, dan......
K'mari memejamkan mata, napasnya terengah-engah. Kenitmatan duniawi telah menjalar ke seluruh darahnya. Tulangnya serasa lepas dari perekat sendinya. Entah berapa banyak cairan yang dikeluarkan selakangannya akibat perbuatan kakaknya.
Direbahnya kepala K'mana disamping K'mari, melihat adiknya tidak mampu bangkit setelah pertarungan maha dasyat tadi.
Kecupan sayang dikening K'mari dibalas senyum kepuasan dari adik tersayangnya itu. Pelukan hangat diberikan sang kakak kepada adiknya yang kalah dalam pertempuran itu.
Ciuman panas diberikan K'mari ke sang kakak, lidahnya menyeruak masuk ke mulut sang kakak. Tak ada perlawanan sang kakak terhadapnya, membuat sang adik berusaha memancing birahi sang kakak lebih dasyat.
Didudukinya perut sang kakak, ini membuat pergerakan sang kakak menjadi terbatas. Tangannya dengan pelan mulai melepas kancing piyama tanpa disadari sang kakak.
"Jangan dinda!" larang K'mana.
Tangannya berusaha menutupi tubuhnya dengan pakaiannya. Ia berusaha melepaskan dirinya dari kuncian tubuh adiknya. Tapi, K'mari tampak kesal pada sikap kakaknya, berusaha menyingkirkan tangan kakaknya.
Terjadilah pemaksaan dan penolakkan dari kedua kakak beradik itu. Kakak menolak sang adik memaksa. Hingga suatu saat.
" breeeettttttt. "
kain pembungkus tubuh K'mana Terobekkan. Terpampanglah tubuh penuh dengan memar dengan bekas luka mengering.
Sontak berlinanglah air mata K'mari. " Apa yang terjadi, kak.?" seraya memeluk kakaknya yang telah mengalir air dari dua matanya.
"hiks... Hiks... Hiks.... Selama 6 bulan, inilah yang dia perbuat kepadaku" dibelainya rambut adiknya lalu ia melanjutkan " Aku tidak dapat berbuat apa-apa, walau bakatku mengatakan untuk lari, tapi dia mengancam akan membuat susah ayah dan yang lebih membuatku pasra Ia mengancam akan menjual ibu dan dinda ke rumah bordir." lirih K'mana
" Kakak, engkau rela sengsara demi aku. Kau memang pelindungku"
sambil memeluk dan larut dalam kepedihan nasib yang menimpa kakaknya. Dicumbunya, sang panutan dia. Dengan dialiri air mata di pipinya. Diciumnya, dijilatnya setiap bilur-bilur memar dan luka sang kakak. Dilihatnya luka yang mulai terbuka kembali di puting payudaranya akibat remasannya.
"maaf kak! Aku tidak tahu"
sang kakak tersenyum, mengelengkan kepalanya, dan membelai rambut adiknya. Sang kakak, dengan terpejam, merasakan setiap letupan rangsangan sang adik di payudaranya.
Tangan K'mari mulai bergerilya menuju medan pertempuran di selangkangan K'mana. Sesaat sampai ke medan tersebut, tangan kanan K'mari ditahan oleh sang kakak. Sang adik mencium bibir sensual kakaknya, perlahan dia melorotkan celana dalam pink.
Air mata K'mari semakin tak terbendung. Vagina yang penuh memar dan bekas luka yang baru mengering. Lubang anus yang terluka.
" Kak..... "
menangislah K'mari yang secara tidak sadar merasakan kepedihan sang kakak demi melindungi keluarganya. Dijilatnya dengan penuh kehati-hatian, air mata K'mari semakin deras seiring jilatannya di vagina dan anus sang kakak.
Malam semakin larut, bulan semakin menampakan keanggunannya. Bintang-bintang mengoda bulan dengan gemerlapannya. Awan menyembunyikan diri, malu akan keindahan bulan dan bintang.
Malam menjadi saksi 2 insan kakak beradik beradu birahi dalam kepedihan. Nasib tersindir oleh perbuatan mereka berdua. Birahi mereka menang walau takdir mengatakan tidak.
Kenitmatan demi kenitmatan telah merasuki mereka. Larut malam tidak dihiraukannya. Ketidak pastian esok telah menunggu. Tapi malam ini, kepedihan harus menyingkir
End chapter ini, selanjutnya chapter "satu solusi"