Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sanggupkah Aku Menjaganya? (Kisah Nyata)

Terima kasih untuk yang sudah merespon, kalian luar biasa
Tolong sampaikan tulisan ini sampai halaman 20


Salam
88

Bukan bermaksud akan meminta Semproter mereply supaya thread ini sampai ke halaman 20 kemudian baru ada update, kan?
 
Salam,

Ternyata masih ada peminatnya. Terima kasih sudah dukung.
Apakah menurut kalian cerita ini perlu dilanjutkan?
Ditunggu.

Salam,
Monggo dilanjutkan Hu, kalo bisa langsung aja ke Malam Pengantin sebagai puncaknya (itupun kalo kisahnya saat ini sudah sampai ketahanan ijab qobul)
 
Bukan bermaksud akan meminta Semproter mereply supaya thread ini sampai ke halaman 20 kemudian baru ada update, kan?
Ini sebagai pemecut konsistensi saya agar minimal tulisan ini sampai halaman 20 sebagai tahap awal dalam membagikan pengalaman pribadi. Semoga suhu disini tidak keberatan dalam mendukung tulisan ini.

Terima kasih atas atensinya suhu.

Salam,
 
Monggo dilanjutkan Hu, kalo bisa langsung aja ke Malam Pengantin sebagai puncaknya (itupun kalo kisahnya saat ini sudah sampai ketahanan ijab qobul)
Terima kasih atas atensinya suhu.

Sempat ada niatan seperti ini, tapi apakah akan nyaman jika langsung ke puncak tanpa harus melewati tingkatan sebelumnya? Ini sekligus meminta masukan dari suhu semua sebagai penikmat cerita ini.

Salam,
 
Ini sebagai pemecut konsistensi saya agar minimal tulisan ini sampai halaman 20 sebagai tahap awal dalam membagikan pengalaman pribadi. Semoga suhu disini tidak keberatan dalam mendukung tulisan ini.

Terima kasih atas atensinya suhu.

Salam,

Nubi sarankan jangan dilakukan, bila ketahuan akan disemprot Om Momod, karena dianggap mengumpulkan koment sampah. Jika ingin update, update saja, jika tidak sempat katakan saja, tidak perlu meminta koment yg tidak perlu.

Mohon maap, ini cuma mengingatkan, lbh baik daripada terlambat.
 
Salam,

Teruntuk Suhu yg selama ini sudah sabar menanti.
Terima kasih atas kesabarannya. Akhirnya bisa terlanksana jua cerita terbaru ini.
Silahkan nikmati dengan bijak.
Jangan lupa responnya ya.

salam.
 
Aku kembali tersadarkan diri setelah sekitar 5 atau 10 detik jiwaku terhempas entah kemana. Seiring dengan memudarnya rasa nikmat itu aku mulai merasa berat karena Ardi kini tepat di atas tubuhku. Sesekali tubuhnya masih mengejang karena penisnya yang terjepit di lubang kemaluanku masih berkontraksi. Meski gelombang nikmat itu sudah mereda aku masih bisa merasakan vaginaku meremas batang penis yang kini betah bersarang dalam balutan daging hangat yang basah akibat lendir cinta.

Sekitar 3 atau 5 menit kami mengumpulkan nyawa, Ardi mulai berani menatap mata ku yang masih sayu. Terpancar rasa puas dan bahagia dari sorot matanya. Senyum tipis bangga tersirat dari bibirnya. Rasa puas karena berhasil menggagahi ratunya dan rasa bangga karena berhasil memberi kepuasan pada pasangannya. Bukan hanya satu kali, aku sendiri lupa berapa kali aku meregang nikmat karena permainan Ardi siang ini.

“aku cabut ya?” Tanya Ardi meminta persetujuanku

Aku hanya mengangguk tanda perstujuan. Sepersekian detik kemudian rasanya geli bercampur hampa saat Ardi mencabut pusakanya dari vaginaku. Bentuknya masih cukup tegak meski terlihat jelas dia kelelahan setelah dipacu oleh majikannya. Penisnya penuh dengan cairan lengket agak putih kental. Percampuran antara lendir kenikmatan ku dan tumpahan spermanya. Semua menjadi satu sama seperti perasaan ku yang campur aduk.

Persetubuhan siang ini adalah peersetubuhan kami yang pertama kami setelah aku mentruasi 7 hari yang lalu. 5 hari sebelum aku kedatangan tamu bulananku usaha kami selalu gagal. Entah apa yang merasuki ku sampai aku tak sanggup menerima serangan Ardi sudah kepalang nafsu. Rasa takut akan sakit dan perih masih membayangi ku sampai Ardi harus meyakinkanku bahwa semua akan ketagihan pada waktunya.

-----------------

Setelah melewati hari yang melelahkan, akhirnya kami bisa istriahat juga. Semua sanak saudara yang datang ke rumah ku sudah kembali ke peraduannya masih-masing berikut kedua orangtua ku dan kakak ku. Rasanya tak terbayangkan, meski hanya duduk dan salaman rasanya lelah sekali. Meski menurut orang menjadi pengantin itu ibarat raja dan ratu, tapi aku baru tahu jika menjadi raja dan ratu se-cape ini.

Aku dan Ardi sudah berada dalam satu ruangan yang sama lengkap dengan segala hadiah yang ada di kamarku. Tidak ada persiapan khusus dalam mempersiapkan malam ini. Hanya sprei yang ku ganti, menambahkan pengharum ruangan di pendingin udara dan sedikit membereskan barang-barangku. Pakaian tidur lengang panjang membalut tubuhku mala mini. Aku membiarkan rambut panjangku tergerai menyentuh punggungku. Ardi sudah berganti pakaian dengan kaos hitam dan celana pendeknya.


“yang, mau sekarang?” aku memberanikan bertanya
“ya kalo kamu ngantuk tidur aja, aku masih balesin temen aku dulu yang” Ardi berkata sambil melihat wajahku
“emang siapa aja sih? Kok kayanya banyak banget deh” aku beranjak tiduran disamping Ardi


Ardi kemudian menjelaskan siapa saja yang mengucapkan selamat atas pernikahan kami hari ini. Aku yang mendengar penjelasan teralih fokusnya pada celana Ardi yang mulai membesar dibagian bawahnya. Aku yang melihat sesekali tersenyum. Sepertinya Ardi tak sadar jika aku memperhatikan gejolak dalam tubuhnya. Menyadari perubahan dalam dirinya menjadi perhatianku, Ardi kemudian menyimpan handphonenya dan langsung mentap mataku.



“Didi sayang, hahaha aku malu” ucap Ardi sambil menutup mataku agar tak melihat kea rah celananya
“hahaha. Sekarang udah halal loh yang. Tapi aku takut” aku membalasnya
“takut kenapa yang?” seraya membelaikan tangannya di rambutku
“takut sakit sayang, kamu pelan-pelan ya” kataku sambil memeluk tanganya.


setelah itu aku langsung beranjak berdiri meninggalkan Ardi yang masih tergeletak di kasurku. Aku kemudian melambaikan tanganku kearah Ardi tanda ajakan untuk berdiri. Seakan paham Ardi tanpa diminta dua kali langsung berdiri sejajar dengan ku. Mata kami saling beradu, tangan kami saling menggengam, meresapi setiap rasa yang hadir menyelimuti malam itu.


“kamu udah ngunci pintu kan?” Tanya Ardi sambil memegang pipiku yang merona
“udah, pelan-pelan ya” kataku sambil memegang tangannya


Tanpa dikomando kami langsung memagut satu sama lain. Bibir kami akhirnya saling bertemu setelah terkahir kali saling menyapa saat di hotel beberapa bulan lalu. Rasanya masih sama tapi ini lebih nikmat. Apakah karena kini seluruh tubuh Ardi telah memiliki label halal? Entahlah yang jelas kini kami sudah menyatu dalam satu ikatan. Sebentar lagi kami akan menyatu dalam satu ikatan hawa nafsu.

Tangan Ardi mulai aktif memeluk pinggang ku sementara aku masih berkutat dengan punggungnya. Rasa takut yang ku rasakan tidak menjadi halangan bagi Ardi untuk segera melakukan penetrasi berikutnya. Rasa penasaran membawa tanganya mulai menyentuh payudaraku. Sesekali meremas meski lebih banyak membelai lembut dari balik baju tidur dann bra yang ku pakai.

Ardi melepas ciumannya untuk meminta persetujuanku dalam melanjutkan penjelajahannya pada gundukan daging di dada ku. Tanpa punya hak untuk menolak aku mengiyakan permintaannya. Tanpa basa-basi Ardi langsung membuka satu demi satu kancing baju tidurku. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya seluruh kancing sudah terlepas dan dengan seketika tangan Ardi langsung membuka baju tidurku yang langsung tergeletak pasrah di lantai.

Aku yang malu langsung bersembunyi dibalik leher Ardi.

“sayang malu tau hahah, kamu buka juga dong” kataku sambil menutup payudaraku
“hahah aku juga malu sih, yaudah deh biar adil” Ardi langsung membuka kaosnya


Mata ardi tak bisa lepas dari dua gunung yang indah tertutup bra hitam berenda dan menerawang. Kulit putihku seakan kontras dengan bra yang cupnya lebih kecil dari ukuran asli payudaraku. Tak ingin berlama-lama tangan Ardi langsung menjamah benda itu, benda yang sebenarnya juga merindukan permainan tangannya. Untuk menutupi rasa malu kami kemudia berciuman kembali.


Ardi mulai meremas payudaraku. Karena bahan bra yang tipis jadi setiap pergerakan tangan Ardi bisa langsung ku rasakan. Sesekali tanagnnya memilin putting payudaraku. Sementara itu ciuman kami sudah berubah menjadi jilatan. Kini lidah Ardi sudah aktif di leher dan telinga ku. Meski sudah lama tidak bercumbu nampaknya dia masih hatam letak sensitifku.


Makin lama tanganya makin aktif, tanpa meminta persetujuanku Ardi membuka pengait bra ku. Tersihir kenikmatan akupun ikut membantu Ardi dalam melepaskan bra itu dari tubuhku. Kini tinggal celana yang masih menutupi kami berdua. Ardi makin terpana. Payudara ukuran 34B dengan kulit kuning agak putih dengan puting yang sudah tegak mengacung. Dari sorot matanya padaku dan nafasnya yang memburu aku yakin jika dia sudah bernafsu.


Ardi kemudian mengajak ku unuk berbaring, lebih tepatnya bercumbu sambil berbaring. Aku memposisikan diriku senyaman mungkin. Pantatku duduk diujung kasur sehingga kaki ku masih bisa menjangkau lantai. Sementara kepalaku bertumpu ada bantal. Aku diminta untuk membuka kaki ku sementara Ardi masuk diantaranya. Kini posisinya Ardi sudah berada diatasku dengan ditumpu oleh kedua siku nya. Telapak tangannya aktif meremas, mencubit atau memberikan rangsangan pada payudaraku. Tanganku aktif menjambak rambutnya yang baru saja dicukur sebagai pelampiasan kenikmatan yang dia berikan.


“ardi geliiii ihhhh, ohhhhh ssshhhhh” aku mendesah saat Ardi mulai mejilati leher sampai dada ku


Lidahnya kini sudah berada di payudara kiriku sedang tangannya kirinya masih aktif di payudara kananku.


“ohhhhhh sayaanggghhhhhh” aku kembali mendesah saat lidah itu akhirnya sampai di putting payudaraku.


Secara bergantian Ardi menyusu dipayudaraku. Sesekali terdengar suara liur yang disedot saat Ardi dengan nafsu bercampur gemas mengulum putting payudaraku. Aku yang sudah kepanag nafsu tak sadar jika salah satu tangan Ardi sudah berada di depan vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Aku pun tak sadar kapan celana tidur ku terlepas tapi yang jelas aku sadar ini nikmat dan ini bisa membuat aku tak sadar.


Perjalannan lidahnya sampai juga di depan vagianku yang mulai lembab. Kakiku sudah tertekuk dilututnya dengan Ardi yang berada diantaranya. Dari sorot matanya aku bisa melihat jelas bahwa nafsu sudah menguasai dirinya. Sesekali tangannya nakal meremas payudaraku yang sudah ada beberapa bercak merah akibat hisapanya.



“yang, aku malu tau” aku mencoba menutup kakiku
“yah malu kenapa sayang, sama suami sendiri juga” Ardi masih merayu
“hahaha, udah lama jadi deg-degan akunya” aku memberi alas an
“yaudah, aku matiin aja ya lampunya” Ardi memaksa namun memberi solusi


Tanpa menunggu lawan mainnya Ardi langsung berdiri menuju saklar lampu yang berada dekat dengan pintu kamar yang terkunci. Meski kini lampu kamarku menjadi gelap aku bisa melihat siluet Ardi yang mulai mendekatiku. Tanpa basa-basi dia lansung memposisikan kepalanya tepat diantara pahaku yang terbuka lebar. Aku sendiri entah kenapa merasakan sensasi yang aneh. Antara takut namun penasaran.


Tangan Ardi mulai merayapi ujung celana dalam hitamku, lalu dengan bantuan ku terlepas sudah satu-satunya kain yang menutupi tubuhku. Untuk kesekian kalinya Ardi berada di posisi yang sama dengan saat ini, tapi untuk pertama kalinya kami mendapatkan pahala karena melakukannya.


Sebelum menikmati sajian celah sempit yang mulai berair, Ardi membuka jamuannya dengan menciumi dan menjilati pahaku. Sesekali lidahnya menggoda lipatan surgawi yang mulai merekah basah. Sementara Ardi bergerilya aku mengejang nikmat. Rasanya ada jutaan volt listrik yang ada di tubuhku. Sesekali aku menjambat ramutnya untuk melampiaskan kenikmatan itu. Aku merasa pandanganku mulai kabur, putting payudaraku makin mengeras dan vaginaku makin intens mengeluarkan pelicinnya.


“oohhhhhhhh ssshhhhhhh”


Aku mendesah panjang saat lidah Ardi melakukan penetrasi secara mendadak tepat diatas celah merah muda yang masih suci itu. Lidahnya secara acak naik turun memberikanku kenikmatan yang membuatku terus naik ke puncak kenikmatan. Dengan bantuan dua jarinya, Ardi membuka lepatan vaginaku dan…



“aahhhhhhhh, oohhhhh sayanggghhhhhh”



Aku medesah lagi. Ujung lidahnya bertemu dengan ujung klitorisku. Permainannya yang lembut sekali membuatku terbuai. Tanganya kini muali merayap keatas payudaraku yang makin kencang. Perpaduan antara jilatan dan remasan membuatku mabuk kepayang. Tak ada dalam pikiranku saat ini apakah keluargaku mendengar atau tidak, ku harap mereka mengerti anggota keluarga mereka sedang merengkuh nikmat bersama pasangannya.



“sayang, mau aku masukin?” Ardi bertanya sambil sesekali mencium keningku yang berkeringat
“ntar dulu, aku linu banget. Kamu belajar dari mana sih?” kataku menolak
“hahah, ya otomotif lah, eh maksudnya otodidak, enak ya?” Ardi memancingku
“menurut kamu? Kamu mau dimasukin sekarang?” aku mulai ragu
“ya kalo kamu gak mau sih gak apa-apa” Ardi mengalah kali ini
“aku sepongin aja ya, mau gak?” aku mencoba menebus dosaku
“waw, hahah. Kalo gak enak kamu bayar ya, heheh” Ardi malah menantangku
“dih, awas loh kalo ketagihan gak tanggung jawab” aku langsung menyusul Ardi yang sudah berdiri


Ardi mulai memposisikan duduk dimeja riasku sementara aku duduk dikursia riasku. Meski dalam keadaan temaram aku bisa melihat jelas batang kemaluan Ardi yang sudah berdiri tegak. Posisnya tepat didepan kepalaku, tegak berdiri sebuah benda yang kenyal sekaligus kokoh siap menembus vaginaku.


Aku mulai menggengam panisnya yang sepertinya makin besar atau mungkin karena efek nafsu saja. Aku kocok-kocok dengan sesekali aku kecup kepalanya. Tanpa pembukaan, aku langsung masukan batang itu ke mulutku. Sekali lagi, rasanya batang ini agak lebih besar dari sebelumnya tapi persetan dengan itu. Aku ingin membuktikan bahwa mulutku juga bisa membuatnya mabuk kepayang.


Kepalaku mulai naik turun seiring dengan desahan yang keluar dari mulut Ardi. Tangannya mulai mencari pelampiasan di payudaraku yang menggantung bebas. Sesekali saat aku masukan penisnya lebih dalam tangan Ardi mencengkram dengan keras payudaraku. Aku kemudian mengulum kepalanya yang sekilas berwarna kemerahan sambil mengocok batangnya. Sesekali lidahku nakal berjalan santai diurat penisnya yang menonjol dibatangnya.


Tak butuh waktu lama, Ardi mengkat kepala ku.


“udah sayang, udah ahhh” Ardi berkata sambil ngos-ngosan
“gimana sayang, hehe” tanyaku sambil berdiri
“mulutnya aja enak, apalagi memeknya, hahaha” ucap Ardi sambil meremas payudaraku


Akhirnya menutup malam itu dengan tidur dengan melakukan persetubuhan lebih lanjut. Aku bersyukur Ardi tidak bersikeras untuk melakukannya malam itu juga. Setidaknya bukan malam ini, tapi bisa besok pagi, siang atau esok malam, entahlah.
 
Thanks, Mantul updatenya suhu..
Tetap dinanti kelanjutannya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd