Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
Udah seminggu lebih ane kena neuropatik di punggung dan lengan kanan. Kalau ngetik sakitnya minta ampun. Sorry ya ane enggak bermaksud ngeluh atau apa pun di sini... ini juga ane ngetiknya pake tangan kiri. Dokter bilang ane disuruh istirahat total tidak mengetik atau beraktivitas menggunakan tangan selama masa pengobatan.

Jadi updatenya agak lama dan dikit-dikit.

Mohon warga di mari menjadi mafhum.
 
Lima

Arman terjaga di pagi buta. Dia menyelimuti tubuh Esih yang telanjang, yang tidur dengan meringkuk. Ada rasa gemas untuk mengentot memek janda belia itu sekali lagi, tapi Arman tahu, itu bukan saat yang tepat. Dia menarik nafas panjang, lalu berdiri tegak. Mengenakan pakaiannya dan menyimpan lima lembar uang seratus ribuan di lantai di pinggir kasur.

Setelah mengenakan sepatu gunungnya, dia memasuki mobil dan menyalakannya, memanaskan mesin mobil dan berharap Esih tidak terbangun. Lalu menginjak pedal gas. Pelahan dia melajukan kendaraanya ke arah pinggiran hutan di mana kemarin Esih menuntunnya.

Jalanan masih gelap. Meskipun medan jalan terbilang ringan, tapi Arman harus melajukan kendaraannya dengan hati-hati. Sebab kemarin dia tahu, jalanan itu kecil dan kiri kanannya terdapat perkebunan singkong yang agak rendah. Dia tak ingin mobilnya selip dan menyusahkan diri sendiri untuk kembali ke trak yang rata.

Tiba di pinggir hutan dengan ngarai yang landai, matahari pagi mulai menongol dari celah pepohonan. Arman berhenti sebentar dan menyantap sarapan paginya berupa daging sapi asap. Meskipun dia membawa banyak kopi instan kemasan, namun sayang tidak ada air panas untuk menyeduhnya.

Sambil menunggu matahari naik lebih tinggi, Arman menghabiskan 5 lembar daging sapi asap dan merokok 2 batang kretek. Akhirnya pagi pun terang. Matahari mulai naik agak tinggi.

Arman mengira-ngira kelandaian tanah dan meyakini bisa menuruninya dengan baik. Dia melajukan kendaraannya dan mejatuhkannya di tanah landai setinggi satu meter ke bawah secara sekaligus... sebuah hentakan yang cukup keras membuat kepalanya sempat menyentuh atap mobil. Arman nyengir, seharusnya dia memakai safety belt.

Jalan setapak yang tertutupi rerumputan itu lebarnya kurang dari dua meter. Arman melajukan kendaraannya pelahan menyelusuri jalan itu. Dengan berpedoman pada jalan setapak yang bekas dilalui, dia melaju dengan perasaan bertanya-tanya medan apa yang akan ditempuhnya di depan.

Semakin lama jalanan itu semakin menanjak, hutan di kiri kanannya pun semakin rapat. Entah sudah berapa kilometer dia lalui ketika dia menemukan tanjakan yang curam dan berbelok. Sebelum memutuskan untuk mendakinya, Arman turun dari mobil dan mencermati medan.
"Aku yakin bisa." Katanya sambil masuk ke dalam mobil, setelah diam beberapa saat dia menginjak pedal gas dan memacu mobil di gigi 1; begitu masuk di puncak jalan dia langsung membanting stir ke kanan dan akhirnya bisa mulus melewati tanjakan yang berbelok itu. Dari sini, jalanan berubah menjadi jalan tanah yang keras berwarna coklat.

Arman menarik nafas panjang, melajukan kembali mobilnya merayapi jalan yang terus menanjak. Setelah melewati sebuah belokan yang menanjak dan curam sekali lagi, jalan yang ditempuhnya mulai datar dan dia menemukan sebuah perkampungan.

enam

Saat memasuki gapura yang terbuat dari rangkaian gelondongan bambu utuh itu, Arman tahu orang-orang yang sedang melakukan kegiatannya seperti langsung mematung. Beberapa anak-anak tanggung berlarian di sisi kiri dan kanan mobilnya dan berteriak-teriak gembira. Arman melambaikan tangan kepada mereka dan tersenyum.

Inilah dusun Garunggang yang terpencil itu.

Dia melajukan mobilnya semakin pelahan, matanya mencari-cari sebuah tempat yang agak luas untuk memarkir mobil. Arman menemukannya di depan sebuah bangunan rumah yang paling besar, yang terbuat dari bata merah tanpa diplester. Sebuah tanah datar seluas lapangan volley dengan bagian ujungnya dipagari bilahan-bilahan bambu yang dianyam lebar. Di balik pagar itu menganga jurang yang sangat dalam. Di dasar jurang, terlihat sungai kecil yang berkelak-kelok. Airnya yang mengalir berkilauan memantulkan cahaya matahari.

Ketika Arman turun dari mobil, beberapa orang tua dan pemuda sudah mengelilinginya. Mereka menatapnya dengan tatapan aneh, heran dan penasaran. Sejumlah anak-anak kecil berpakaian lusuh mengerubungi mobil dengan tatapan takjub
"Sampurasun." Kata Arman dengan hormat.
"Rampes!" Mereka menjawab serentak.
"Mohon Maaf, nama saya Arman... saya ke sini cuma mampir lewat... kalau boleh saya ingin bertemu dengan Ketua Kampung untuk mohon izin singgah..." Kata Arman dalam bahasa Sunda yang halus.
"I ya i ya... silahkan." Kata seorang laki-laki yang paling tua. "Pak Ketua sedang pergi berbelanja ke kota Cibodas sejak kemarin... kalau Aden bersedia ke gubuk saya... boleh...silahkan... mari... nama saya Oding, biasa dipanggil Mang Oding oleh para tetangga."
"Terimakasih sebelumnya, Mang Oding. Kebetulan saya ke sini sambil berbekal beberapa kilo beras... gula... garam... rokok... beberapa bungkus mie instan... makanan ringan, kopi... tidak banyak..." Kata Arman dengan senyum. "Semuanya ada di bagasi mobil... boleh dilihat dulu..." Arman menuju mobilnya dan membuka bagasi yang terkunci.

Anak-anak menyingkir sebab orang-orangtua mendekat ke mobil.
"Duh... Gusti! Ini mah bukan "beberapa" atuh aden... "
"Hey, ada apa nih rame-rame berkerumun di sini?" Seorang gadis ABG mengenakan baju Pangsi Sunda datang dengan tiba-tiba. Dia menerobos kerumunan dan tertegun menatap Arman.
"Eh!" Katanya. Gadis itu teringat kepada Ceu Esih anaknya Pak Kades Ojang pernah berduaan dengan lelaki ganteng itu di pinggir hutan. "Aa pacarnya Ceu Esih ya?" Tuduh Gadis itu dengan tatapan mata kurang senang.
"Bukan." Jawab Arman.
"Ngaku aja, aku pernah lihat kalian pacaran di pinggir hutan... mesraaaa... Ceu Esih itu janda kembang lo... pengalamannya juga dalemmmm..." Kata Gadis ABG itu lagi dengan nada suara menuduh yang sama.
"Enggak, koq. Saya cuma mampir, minta permisi lewat sama Pak Kades."
"Terus AA tidur di rumahnya kan?"
"I ya. Memang kenapa?"
"Tuh kan... hm, pasti kalian bermesraan." Katanya. "Sekarang AA ke sini mau apa? Mau jualan?"
"Enggak, saya ke sini cuma lewat. Saya mau ke Kampung Koja."
"Enggak kan bisa, A. Kehalang sama bukit batu.... kenapa bawa barang jualan sebanyak ini?"
"Ini bukan untuk dijual... eh,biarin aja... saya mau cobain melewati bukit batu." Kata Arman.

Orang-orang itu mundur ketika gadis abg itu datang, mereka kelihatannya diam saja dan hanya ikut mendengarkan pembicaraan.

Arman menatap gadis ABG itu dengan tajam. Cewek itu memiliki rambut panjang yang bagus, hidungnya bangir dan pipinya seperti tomat. Kulitnya sawo matang dan perawakannya seksi dengan pinggul yang padat dan sepasang payu dara yang sudah jadi. Arman memperkirakan ABG itu berusia sekitar 17 tahun atau lebih. Melihat dari cara bicaranya yang menggunakan bahasa Indonesia, Arman menduga gadis itu tentu anak orang paling terpandang di kampung ini.

Dugaan Arman tidak keliru.

Pada saat itu terdengar suara motor yang cempreng dan sangat memekakkan telinga. Seorang lelaki berusia sekitar 50 tahunan mengendarai sebuah motor bebek yang dimodifikasi menjadi motor trail. Lelaki itu membawa boncengan berupa buntalan karung besar.
"Neng Mala, itu bapak datang." Kata Mang Oding.

Begitu pengendara motor itu datang, orang-orang berhamburan mengejarnya. Dan mengerubunginya. Kecuali gadis abg yang dipanggil Neng Mala itu. Soalnya dia sedang melawan tatapan Arman.

Neng Mala memiliki bibir tipis yang ranum khas sunda. Warnanya tampak pias karena tidak pernah tersentuh lipstik.
"O, namanya Neng Mala ya? Saya Arman." Kata Arman sambil menyodorkan tangan mengajak berkenalan.
"Bukan, nama saya bukan itu... wew." Kata Neng Mala, dia ragu-ragu menerima jabatan tangan Arman.
"Tadi Mang Oding manggil begitu."
"Nama saya ya A, dengerin, Malati Dewi. Orang-orang di sini manggil saya Neng Mala kadang-kadang mereka memanggil Neng Dewi." Katanya, dia menerima jabatan tangan Arman sambil tak melepaskan tatapan. Pemuda yang sedang dihadapinya itu memiliki wajah oval dengan hidung yang mancung. Matanya dalam dan teduh. Dia sangat ganteng.
"Aku dengerin dan lihatin." Jawab Arman. Bibirnya tersenyum. Arman menatap gadis abg itu tanpa kedip.

Aduh! Batin Mala. Senyumnya itu iiiihhhh... Neng Mala merasa baper dan kesengsem oleh Arman. Tubuh pemuda itu tinggi dan kokoh, kulitnya bersih. Tidak seperti Engkus pacarnya yang sering kelihatan seperti tidak pernah mandi. Tapi walau pun begitu, Engkus tetaplah pacarnya. Pemuda kampung itu tetaplah orang pertama yang pernah mencium bibirnya, meremas payudaranya dan menyelusupkan penisnya ke dalam liang vaginanya, yang mengakibat Mala merasa panas dingin dan nikmat.

Sementara itu, pengendara motor yang dikerubungi penduduk kampung berteriak-teriak minta orang-orang itu bersabar.
"Kenapa enggak ikut ngerubung ke sana?" Tanya Arman, dagunya menunjuk ke arah pengendara bermotor itu.
"Oh, itu bapak aku. Dia baru pulang belanja dari kota. Orang-orang itu berebutan mengambil pesanan belanjaan mereka." Kata Mala menjelaskan. "Tunggu aja, sebentar lagi juga karungnya kempes."
"Oh, jadi Mala anaknya ketua kampung ya?"
"Memang."
"Aku mau izin singgah... hari sudah siang menjelang sore... mungkin aku juga perlu tempat menginap."

Mala menatap Arman dengan tajam.
"Kemarin Aa nginep di rumah Ceu Esih ya?"
"Enggak. Saya nginep di rumah Nenek Limah... bangun pagi-pagi, langsung naik mobil ke arah sini."
"Owh... gitu ya. Jadi enggak nginep di rumah Ceu Esih?"
"Enggak. Memang kalau nginep di rumah Ceu Esih kenapa?"
"Enggak kenapa-napa... cuma... mmm... dia itu cantik. Kulitnya kuning langsat... banyak yang suka sama dia..."
"Kamu juga cantik."
"Bohong!" Kata Mala dengan wajah merah. "Kulitku item."
"Biar item tapi kan senyumnya manis." Kata Arman.
"Memangnya gula."
"Memang. Eh, aku bawa banyak gula loh."
"Mala udah lihat... gula mahal itu A. Soalnya kemasannya bagus dan kelihatan berwarna putih bersih enggak kekuningan..."
"Tapi kayaknya kamu lebih manis deh dari gula putih."
"Huuu... gombal."

Arman tertawa.

Sementara itu, kerumunan yang mengelilingi motor sudah mulai bubar. Pengendaranya mengikat sisa barang dalam karung yang mengempis ke jok belakang dengan menggunakan sisa tali rapia. Ditemani Mang Oding, pegendara motor itu kemudian berjalan mendekati Arman.
"Wah... wah... ada tamu dari kota nih." Kata Pengendara motor itu. "Saya Ucup, ketua kampung di sini."
"Ini Arman, Pak." Kata Mala.
"Kalian sudah berkenalan? Mmm... bagus bagus bagus..."

Arman mengangguk hormat kepada Pak Ucup.
"Saya cuma lewat, Pak Ketua... tujuan saya ke Kampung Koja."
"Waduh waduh mau kampung Koja? Enggak salah nih..." Kata Pak Ucup dengan wajah keheranan. "Itu kampung mistis... Tapi ini sudah sore, lebih baik Nak Arman ke rumah dulu, nanti saya ceritakan tentang Kampung Koja... itu mobil siapa?"
"Mobil saya, Pak."
"Kalau begitu biar Mala nemenin nak Arman ke rumah Bapak di ujung Kampung... Bapak duluan pake motor ya."
"I ya, Pak." Jawab Mala.
"Den Arman, Mang Oding boleh ikut numpang enggak di belakang? Rumah Mang Oding juga di ujung kampung." Kata Mang Oding.
"Boleh tentu saja." Kata Arman sambil melangkah menuju mobil D-Cabnya diikuti Mala.

Ketika duduk di jok depan di pinggir Arman, entah mengapa tiba-tiba hati Mala berbunga-bunga.

(Bersambung)
 
Udah seminggu lebih ane kena neuropatik di punggung dan lengan kanan. Kalau ngetik sakitnya minta ampun. Sorry ya ane enggak bermaksud ngeluh atau apa pun di sini... ini juga ane ngetiknya pake tangan kiri. Dokter bilang ane disuruh istirahat total tidak mengetik atau beraktivitas menggunakan tangan selama masa pengobatan.

Jadi updatenya agak lama dan dikit-dikit.

Mohon warga di mari menjadi mafhum.
Semoga cepat sehat dan dapat beraktifitas seperti semula suhu.
 
Udah seminggu lebih ane kena neuropatik di punggung dan lengan kanan. Kalau ngetik sakitnya minta ampun. Sorry ya ane enggak bermaksud ngeluh atau apa pun di sini... ini juga ane ngetiknya pake tangan kiri. Dokter bilang ane disuruh istirahat total tidak mengetik atau beraktivitas menggunakan tangan selama masa pengobatan.

Jadi updatenya agak lama dan dikit-dikit.

Mohon warga di mari menjadi mafhum.
Cepet sembuh suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd