poligan24
Semprot Kecil
- Daftar
- 20 Oct 2021
- Post
- 97
- Like diterima
- 3.584
7 | TEMARAM
Dinginnya angin malam masuk pada sela jendela yang lupa Lisa kunci, angin yang membawa rasa dingin sekaligus rasa sakit Ryan yang mungkin belum Lisa rasakan. Angin itu membuat pelukan Ko Atong semakin erat, semakin hangat bahkan semakin temaram.
Jika saja cinta bisa datang secepat itu, maka Ko Atong sudah menjadi juara satu untuk hal ini. Ia tak menampik jika obrolan Lisa pagi tadi membuat amarah sekaligus benci. Namun, beberapa jam lalu pikirannya berubah bahkan seperti bom nuklir yang tepat jatuh diantara belantara hatinya.
Tatapan Lisa, senyumannya, bahkan jepitan vaginanya tak lepas dari ingatan pria tua itu. Sekarang hanya mimpi yang menemani Ko Atong, tapi tidak dengan Lisa.
Ya.
Saat ini mata wanita itu masih saja terbuka, tubuhnya hanya tertutup selimut tebal dan pelukan tangan keriput Ko Atong. Mulutnya tak henti berbicara seperti memikirkan suatu masalah yang ia ciptakan sendiri. Niat hati ingin keluar dari tabiat hina dahulu, kini ia malah asyik bersama mertua yang dia hormati sebelumnya.
Tak terasa pikirannya itu bermuara pada sudut bola mata yang ditutupi bulu mata lentik, perlahan jatuh melewati pipi dan bersarang pada kasur. Hati Lisa bimbang sekaligus marah akan dirinya sendiri, ia tak menampik jika pekerjaan masa lalunya membawa dampak buruk.
Libido.
Begitu kata kamus popoler untuk mendeskripsikan rasa yang muncul dipikiran dan selangkangannya, selama ini ia masih bisa menahan semua rasa gatal untuk di masuki oleh penis pria. Hingga usatu hari dimana Ryan dan Ko Atong pergi selama dua hari untuk keperluan toko, disaat itu lah pertahanannya bocor.
2 Minggu lalu
Pagi itu Lisa awali dengan memasak untuk kedua orang tercintanya, ada Ryan yang kini asyik memeluk dan menciumi tengkuknya dan ada Babeh yang saat ini sedang tanang menyesap rokok di taman belakang.
Pagi ini keduanya akan pergi selama dua hari untuk membeli bahan kue di kota sebelah, untuk menekan harga dan tentunya membantu teman Ko Atong yang sudah menjadi supplier sejak dulu.
“Jangan di gigit leher nya atuh…” keluh Lisa yang sudah kesal dengan tingkah jahil Ryan.
“hehe, iyaaa ini kamu kapan selesainya sih?.” Balas suami Lisa itu.
“ ini udah nih, sekarang kamu ajak Babeh ke meja makan. Aku mau bersihin ini dulu.” Lisa segera mengambil lap untuk membersihakan pantry sedangkan Ryan segera keluar menuju taman belakang.
Tumis toge, tahu goreng dan ikan bandeng memenuhi meja makan keluarga kecil Ko Atong pagi ini, kepulan asap tipis dan lempar canda terasa lebih hangat dan intim. Ryan yang terus melahap dan Babeh yang melemparkan candaan receh yang disambut dengan senyum tipis Lisa.
“Eh Lis, burung apa yang bisa bikin basah?.” Tanya Ko Atong dengan tatapan jahil.
“mmmm burung nya Ryan Beh.” Balas Lisa dengan polos
Pecah sudah pagi ini dengan jawaban Lisa, bahkan Ryan menguluarkan kembali nasi yang sudah ada dimulutnya. Rasa bangga dan senang membucah dihati Lisa yang sejak lama tidak mendapat sosok keluarga.
“kita berangkat jam 8 ayy, kamu hati-hati selama aku pergi. Kalo ada apa-apa langsung hubungi aku ya.” Ucap Ryan sembari memeluk istrinya yang sedang melipat pakaian untuk kebutuhan perjalanan. Sedangkan dikamar lain Ko Atong sedan menimbang untuk membawa kaos polo atau kemeja, air mata pria tua itu seakan ingin keluar namun tertahan begitu saja entah apa penyebabnya. Dalam pikirannya rasa rindu akan Maya dan segala cerita masa lalu membawa rasa sakit yang terus bertumbuh hingga sekarang.
Deru knalpot mobil menjadi batas perpisahan Lisa dengan suaminya, ia harus menunggu dua hari lagi untuk bisa bersua. Kehangatan rumah pagi ini perlahan menghilang dan digantikan dengan rasa sepi. Lisa segera melanjutkan pekerjaannya menjemur baju, dengan perlahan tangan putih itu mengambil dan menggantungkan pakaian basah.
Dengan ditemani lagu jazz lawas Lisa asyik meremas dan menggantungkan, sesekali tangannya dinaikkan keatas Seperti melukis di kanvas imajiner. Ditengah menjemur pakaian, Lisa dikejutkan dengan bel rumah yang berbunyi tanpa permisi.
“Sebentar!” teriak Lisa yang masih menyisakan beberapa pakaian basah di dalam ember.
Wanita dengan kulit putih mulus itu berjalan kearah ruang tamu, tatapannya langsung terarah pada pria jangkung yang sedang memegang gallon.
“Oalah si emang, kirain teh siapa.” Ucap Lisa sembari membuka pintu.
Tanpa kata pria dengan badan tegap itu langsung masuk tanpa permisi, Lisa yang melihat itu langsung saja mengernyitkan dahi dan berkacak pinggang melihat Asep ‘tukang galon’ langganannya itu.
“maaf Teh, bukanya gak sopan tapi udah kebelet.” Ucap Asep yang melihat raut jengkel Lisa. Segera pria itu lari kedalam kamar mandi di dekat dapur. Lisa pun menyusul dan berencana melanjutkan kegiatan menjemurnya yang sempat tertunda.
Saat baru saja ingin mengambil pakaian suara Asep dari dalam kamar mandi pun terdengar.
“TEHHHHH !!!”
“IHHH Ada apa si Sep, ganggu mulu !” balas Lisa tak kalah kencang
“Airnya abis, saya lagi BAB maaf!” teriak Asep Kembali.
Lisa hanya mengeluarkan nafas kasar dan segera menuju saklar mesin pompa air, dengan berjalan cepat Lisa menuju pojok rumah dimana mesin itu berada. Setelah menyalakkan pompa, Asep tak lagi berteriak. Lisa pun melanjutkan menjemur pakainnya kembali.
Setelah membereskan sisa pekerjaannya, Lisa beranjak menuju ruang tengah untuk menonton drama kesukaannya. Volume tv sengaja ia besarkan untuk menyaingi suara air yang sedang dinyalakn oleh Asep.
“Teh udah, makasih ya!.” Ucap Asep yang sedang berdiri didepan pintu kamar mandi, ia hanya memakai kain kolor dengan bahan licin yang secara tidak langung memeperlihatkan kejantanannya.
Lisa hanya bisa menelan ludah melihat burung Asep yang ‘nyeplak’ itu sedikit berdiri. Ia heran jika dalam keadaan normal sudah sepanjang itu bagaimana jika sudah tegang maksimal. Pikiran Lisa buntu hingga badannya bergerak dengan gelisah dengan mata berfokus pada selangkangan Asep.
“Teh?”
“ehhh iya Sep, oh udah ya?” jawab Lisa kaget
“iya, kamu bisa bantu naikin kerupuk yang diatas meja itu ke atas lemari?” pinta Lisa sembari berjalan kearah Asep.
“oh boleh teh.” Balas Asep yang langsung menggeser kursi ke arah lemari. Dengan sigap pria itu mengambil wadah kerupuk yang disodorkan Lisa dari bawah. Saat sedang menata posisi wadah kerupuk mata Lisa tak lepas dari penis Asep yang tenyata memang besar.
Tangan putih itu tiba-tiba emegang betis Asep. Asep yang tidak siap bergerak gelisah karena kaget.
“ehhhh Teteh ngagetin aja!” teriak Asep
“biasa aja kali, aku takut kamu jatuh aja.” Alibi Lisa
Wadah kerupuk itu pun sudah berganti tempat, saat hendak turun Lisa mencium aroma tubuh Asep yang ia jamin tidak memakai wangi-wangian, aroma keringat bercampur dengan kaos lusuh mengelitik indera penciumannya.
“kamu suka mandi gak sih Sep? tanya Lisa spontan
“mandi atuh, cuma lagi abis aja Teh sabunnya hehe.” Canda Asep dengan cengiran khasnya.
Pria yang saat ini genap bersusia 28 tahun itu memang menjadi langganan keluarga Ko Atong sejak dulu, usaha turun temurun sejak dulu.
“yaudah Asep pergi dulu teh, makasih udah bisa numpang bab” ucap Asep.
“mmmm Sep.”
Asep yang sudah berjalan menuju ruang tamu segera berbalik dan keheranan.
“ada apa?” respon bingung dari Asep. Pria itu melihat Wanita yang tingginya tak melebihi pundaknya sedang berjalan dengan pelan, tatapannya fokus terhadap selangakangan Asep. Asep yang melhat itu hanya bisa diam dan bedebar diwaktu yang sama.
“ehhhhh” teriak Asep yang terkejut melihat Lisa lansung memegang penis nya.
Tanpa membalas jeritan Asep tangan Lisa segera mengelus penis Asep, hingga dengan waktu cepat penis itu sudah mengacung dengan gagah.
Asep hanya bisa mengigit bibirnya sendiri, kedua tangannya mengepal. Nafsu pemuda itu tiba-tiba memuncak meliahat menantu Ko Atong langganannya asyik mengelus penisnya.
“Tehhhhhh… shhhhhh terussssss” lenguh Asep seiring cepatnya tempo kocokan Lisa.
Tak lama Lisa segera menarik tangannya kearah meja makan, Asep pun hanya mengikuti Lisa seperti kerbau yang sedang dicucuk. Tanpa perlawanan pemuda itu mengikuti permainan Lisa.
“Jongkok Sep, jilatin buru.” Ucap Lisa dengan napas yang masih memburu.
Kali ini Lisa sudah duduk diatas meja makan dan melihat kepala Asep sudah tenggelam diselangakangan putih miliknya. Hanya desahan dan suara kecupan yang terdegar diruang makan kali ini, tak ada canda tawa Ko Atong maupun Ryan. Kini hanya ada nafsu dan rasa ingin keluar dari diri Lisa.
“ssshhh terus Seppp jilattt….” Lenguh Lisa yang mengejang saat lidah kasar Asep menjillat labia nya. Tanpa ampun Asep menjilat bahkan menyedot vagina Lisa.
“udahhhh Sepppppp, colok memek aku sekarang.” Lisa segera menungging dengan badan diatas meja makan.
Tangan kekar Asep menekan leher Lisa dan segera merobek paksa baju Lisa.
“aww pelan pelan Sep…”
“diem teh.” Balas Asep pasti, suaranya berubah serius
Dengan sekali hentak penis jumbo milikinya merangsek masuk dengan sekali hentakkan, Lisa menahan jeritannya.
“aww shhh…” Lisa melenguh setiap kali kontol Asep menekan rahimnya.
Seperti kesetanan Asep mempercepat gerakannya, menikmati dinding vagina Lisa yang basah dan becek. Suara hentakan antar kulit dan meja yang bergeser menambah semangat Asep memuaskan pelanggan yang gilanya sedang ia garap. Rejeki yang tak boleh ia lewatkan.
Pria yang kini sudah memiliki tiga orang anak itu sekan tak kehabisan tenaga, gerakan konstan yang d di balas dengan lenguhan panjang Lisa. Tangan Asep bergriliya ke semua tubuh Lisa, mulutnya pun menjilati telinga, tengkuk hiingga punggung Lisa.
“ANJINGGG ENAK SEPPPPP.” Teriak Lisa yang semakin menggila
“entottt Seppppp.”
“DIEM ANJING” Balas Asep tak mau kalah
Lisa bergerak gelisah seakan cepatnya gerakan penis Asep, pikirannya sekarang hanya memuaskan nafsu yang sudah menggebu.
“shhhh Sepppp aku akhhhhhh.” Semburan cairan hangat menyapa kepala penis Asep hingga terpaksa harus mengeluarkan nya dari vagina Lisa.
Pikiran jahil Asep segera muncul, selang tida detik Asep melanjutkan sodokannya yang mebuat Lisa menjerit.
“udahhhh dulu Sepppp plissss memek aku shhhhhh.” Lisa mengaduh hingga mengeluarkan air mata.
Asep tak menghiraukan suara saru dari mulut Lisa, tubuh Lisa segra dibalik hingga kaki putih itu menggantung dengan bebas. Penis Asep melanjutkan gerakannya.
“sshhhh akhhhh.” Lisa hanya bisa mendesah.
Asep yang melihat wajah Lisa dengan bebas tak mau membuang kesempatan, mulut nya segera mencium bahkan mennyedot lidah Lisa dengan ganas. Lisa menyambut dengan bengal, tangan Lisa mengusap dada bahkan menjepit puting Asep.
“sshh terup Sepp.” Desah Lisa.
“enak Teh hemm.” Balas Asep
“anjing terus Sep sodok yang keras.”
Lisa berubah menjadi sosok lain yang nakal dan binal, atanya memutih seiring cepatmya gerakan Asep.
“shhhh enakkkk Seppp terus.” Racau Lisa yang hanya dibalas dengan geraman.
Decitan kaki meja dengan lantai semakin terdengar keras, Lisa yang bergerak gelisah dan Asep yang terus memaju mundurkan penisnya.
“tehhhh keluarin dimana?.” Tanya Asep dengan muka yang sudah dipenuhi keringat.
“dalem Sepppp mentokin shhhhh.”
“akkhhhhh Tehhhhh.”
“mmmhhh Sepppp”
Tanpa aba-aba Asep memuntahkan sperma dan disambut cairan klimaks Lisa. Keduanya terdiam sesaat sebelum Asep mengeluarkan penisnya yang diiringi lelehan sperma.
“LISA!.”
“LISA!.”
“ehhh Babeh!”
Lisa terhentak dari mimpi yang mengulang peristiwa tabu 2 minggu kemarin, kini ia sadar hanya ada tangan kerpiut Ko Atong di kedua pipinya.
“Lis.” Ucap Ko Atong dengan suara pelan
“eh iya beh?”
“ngentot lagi yuk.” Tanpa diperintah Lisa langsung mengambil posisi blowjob dan Ko Atong pun hanya tersnyum melihat tingkah menantunya itu.
BERSAMBUNG......
Dinginnya angin malam masuk pada sela jendela yang lupa Lisa kunci, angin yang membawa rasa dingin sekaligus rasa sakit Ryan yang mungkin belum Lisa rasakan. Angin itu membuat pelukan Ko Atong semakin erat, semakin hangat bahkan semakin temaram.
Jika saja cinta bisa datang secepat itu, maka Ko Atong sudah menjadi juara satu untuk hal ini. Ia tak menampik jika obrolan Lisa pagi tadi membuat amarah sekaligus benci. Namun, beberapa jam lalu pikirannya berubah bahkan seperti bom nuklir yang tepat jatuh diantara belantara hatinya.
Tatapan Lisa, senyumannya, bahkan jepitan vaginanya tak lepas dari ingatan pria tua itu. Sekarang hanya mimpi yang menemani Ko Atong, tapi tidak dengan Lisa.
Ya.
Saat ini mata wanita itu masih saja terbuka, tubuhnya hanya tertutup selimut tebal dan pelukan tangan keriput Ko Atong. Mulutnya tak henti berbicara seperti memikirkan suatu masalah yang ia ciptakan sendiri. Niat hati ingin keluar dari tabiat hina dahulu, kini ia malah asyik bersama mertua yang dia hormati sebelumnya.
Tak terasa pikirannya itu bermuara pada sudut bola mata yang ditutupi bulu mata lentik, perlahan jatuh melewati pipi dan bersarang pada kasur. Hati Lisa bimbang sekaligus marah akan dirinya sendiri, ia tak menampik jika pekerjaan masa lalunya membawa dampak buruk.
Libido.
Begitu kata kamus popoler untuk mendeskripsikan rasa yang muncul dipikiran dan selangkangannya, selama ini ia masih bisa menahan semua rasa gatal untuk di masuki oleh penis pria. Hingga usatu hari dimana Ryan dan Ko Atong pergi selama dua hari untuk keperluan toko, disaat itu lah pertahanannya bocor.
2 Minggu lalu
Pagi itu Lisa awali dengan memasak untuk kedua orang tercintanya, ada Ryan yang kini asyik memeluk dan menciumi tengkuknya dan ada Babeh yang saat ini sedang tanang menyesap rokok di taman belakang.
Pagi ini keduanya akan pergi selama dua hari untuk membeli bahan kue di kota sebelah, untuk menekan harga dan tentunya membantu teman Ko Atong yang sudah menjadi supplier sejak dulu.
“Jangan di gigit leher nya atuh…” keluh Lisa yang sudah kesal dengan tingkah jahil Ryan.
“hehe, iyaaa ini kamu kapan selesainya sih?.” Balas suami Lisa itu.
“ ini udah nih, sekarang kamu ajak Babeh ke meja makan. Aku mau bersihin ini dulu.” Lisa segera mengambil lap untuk membersihakan pantry sedangkan Ryan segera keluar menuju taman belakang.
Tumis toge, tahu goreng dan ikan bandeng memenuhi meja makan keluarga kecil Ko Atong pagi ini, kepulan asap tipis dan lempar canda terasa lebih hangat dan intim. Ryan yang terus melahap dan Babeh yang melemparkan candaan receh yang disambut dengan senyum tipis Lisa.
“Eh Lis, burung apa yang bisa bikin basah?.” Tanya Ko Atong dengan tatapan jahil.
“mmmm burung nya Ryan Beh.” Balas Lisa dengan polos
Pecah sudah pagi ini dengan jawaban Lisa, bahkan Ryan menguluarkan kembali nasi yang sudah ada dimulutnya. Rasa bangga dan senang membucah dihati Lisa yang sejak lama tidak mendapat sosok keluarga.
“kita berangkat jam 8 ayy, kamu hati-hati selama aku pergi. Kalo ada apa-apa langsung hubungi aku ya.” Ucap Ryan sembari memeluk istrinya yang sedang melipat pakaian untuk kebutuhan perjalanan. Sedangkan dikamar lain Ko Atong sedan menimbang untuk membawa kaos polo atau kemeja, air mata pria tua itu seakan ingin keluar namun tertahan begitu saja entah apa penyebabnya. Dalam pikirannya rasa rindu akan Maya dan segala cerita masa lalu membawa rasa sakit yang terus bertumbuh hingga sekarang.
Deru knalpot mobil menjadi batas perpisahan Lisa dengan suaminya, ia harus menunggu dua hari lagi untuk bisa bersua. Kehangatan rumah pagi ini perlahan menghilang dan digantikan dengan rasa sepi. Lisa segera melanjutkan pekerjaannya menjemur baju, dengan perlahan tangan putih itu mengambil dan menggantungkan pakaian basah.
Dengan ditemani lagu jazz lawas Lisa asyik meremas dan menggantungkan, sesekali tangannya dinaikkan keatas Seperti melukis di kanvas imajiner. Ditengah menjemur pakaian, Lisa dikejutkan dengan bel rumah yang berbunyi tanpa permisi.
“Sebentar!” teriak Lisa yang masih menyisakan beberapa pakaian basah di dalam ember.
Wanita dengan kulit putih mulus itu berjalan kearah ruang tamu, tatapannya langsung terarah pada pria jangkung yang sedang memegang gallon.
“Oalah si emang, kirain teh siapa.” Ucap Lisa sembari membuka pintu.
Tanpa kata pria dengan badan tegap itu langsung masuk tanpa permisi, Lisa yang melihat itu langsung saja mengernyitkan dahi dan berkacak pinggang melihat Asep ‘tukang galon’ langganannya itu.
“maaf Teh, bukanya gak sopan tapi udah kebelet.” Ucap Asep yang melihat raut jengkel Lisa. Segera pria itu lari kedalam kamar mandi di dekat dapur. Lisa pun menyusul dan berencana melanjutkan kegiatan menjemurnya yang sempat tertunda.
Saat baru saja ingin mengambil pakaian suara Asep dari dalam kamar mandi pun terdengar.
“TEHHHHH !!!”
“IHHH Ada apa si Sep, ganggu mulu !” balas Lisa tak kalah kencang
“Airnya abis, saya lagi BAB maaf!” teriak Asep Kembali.
Lisa hanya mengeluarkan nafas kasar dan segera menuju saklar mesin pompa air, dengan berjalan cepat Lisa menuju pojok rumah dimana mesin itu berada. Setelah menyalakkan pompa, Asep tak lagi berteriak. Lisa pun melanjutkan menjemur pakainnya kembali.
Setelah membereskan sisa pekerjaannya, Lisa beranjak menuju ruang tengah untuk menonton drama kesukaannya. Volume tv sengaja ia besarkan untuk menyaingi suara air yang sedang dinyalakn oleh Asep.
“Teh udah, makasih ya!.” Ucap Asep yang sedang berdiri didepan pintu kamar mandi, ia hanya memakai kain kolor dengan bahan licin yang secara tidak langung memeperlihatkan kejantanannya.
Lisa hanya bisa menelan ludah melihat burung Asep yang ‘nyeplak’ itu sedikit berdiri. Ia heran jika dalam keadaan normal sudah sepanjang itu bagaimana jika sudah tegang maksimal. Pikiran Lisa buntu hingga badannya bergerak dengan gelisah dengan mata berfokus pada selangkangan Asep.
“Teh?”
“ehhh iya Sep, oh udah ya?” jawab Lisa kaget
“iya, kamu bisa bantu naikin kerupuk yang diatas meja itu ke atas lemari?” pinta Lisa sembari berjalan kearah Asep.
“oh boleh teh.” Balas Asep yang langsung menggeser kursi ke arah lemari. Dengan sigap pria itu mengambil wadah kerupuk yang disodorkan Lisa dari bawah. Saat sedang menata posisi wadah kerupuk mata Lisa tak lepas dari penis Asep yang tenyata memang besar.
Tangan putih itu tiba-tiba emegang betis Asep. Asep yang tidak siap bergerak gelisah karena kaget.
“ehhhh Teteh ngagetin aja!” teriak Asep
“biasa aja kali, aku takut kamu jatuh aja.” Alibi Lisa
Wadah kerupuk itu pun sudah berganti tempat, saat hendak turun Lisa mencium aroma tubuh Asep yang ia jamin tidak memakai wangi-wangian, aroma keringat bercampur dengan kaos lusuh mengelitik indera penciumannya.
“kamu suka mandi gak sih Sep? tanya Lisa spontan
“mandi atuh, cuma lagi abis aja Teh sabunnya hehe.” Canda Asep dengan cengiran khasnya.
Pria yang saat ini genap bersusia 28 tahun itu memang menjadi langganan keluarga Ko Atong sejak dulu, usaha turun temurun sejak dulu.
“yaudah Asep pergi dulu teh, makasih udah bisa numpang bab” ucap Asep.
“mmmm Sep.”
Asep yang sudah berjalan menuju ruang tamu segera berbalik dan keheranan.
“ada apa?” respon bingung dari Asep. Pria itu melihat Wanita yang tingginya tak melebihi pundaknya sedang berjalan dengan pelan, tatapannya fokus terhadap selangakangan Asep. Asep yang melhat itu hanya bisa diam dan bedebar diwaktu yang sama.
“ehhhhh” teriak Asep yang terkejut melihat Lisa lansung memegang penis nya.
Tanpa membalas jeritan Asep tangan Lisa segera mengelus penis Asep, hingga dengan waktu cepat penis itu sudah mengacung dengan gagah.
Asep hanya bisa mengigit bibirnya sendiri, kedua tangannya mengepal. Nafsu pemuda itu tiba-tiba memuncak meliahat menantu Ko Atong langganannya asyik mengelus penisnya.
“Tehhhhhh… shhhhhh terussssss” lenguh Asep seiring cepatnya tempo kocokan Lisa.
Tak lama Lisa segera menarik tangannya kearah meja makan, Asep pun hanya mengikuti Lisa seperti kerbau yang sedang dicucuk. Tanpa perlawanan pemuda itu mengikuti permainan Lisa.
“Jongkok Sep, jilatin buru.” Ucap Lisa dengan napas yang masih memburu.
Kali ini Lisa sudah duduk diatas meja makan dan melihat kepala Asep sudah tenggelam diselangakangan putih miliknya. Hanya desahan dan suara kecupan yang terdegar diruang makan kali ini, tak ada canda tawa Ko Atong maupun Ryan. Kini hanya ada nafsu dan rasa ingin keluar dari diri Lisa.
“ssshhh terus Seppp jilattt….” Lenguh Lisa yang mengejang saat lidah kasar Asep menjillat labia nya. Tanpa ampun Asep menjilat bahkan menyedot vagina Lisa.
“udahhhh Sepppppp, colok memek aku sekarang.” Lisa segera menungging dengan badan diatas meja makan.
Tangan kekar Asep menekan leher Lisa dan segera merobek paksa baju Lisa.
“aww pelan pelan Sep…”
“diem teh.” Balas Asep pasti, suaranya berubah serius
Dengan sekali hentak penis jumbo milikinya merangsek masuk dengan sekali hentakkan, Lisa menahan jeritannya.
“aww shhh…” Lisa melenguh setiap kali kontol Asep menekan rahimnya.
Seperti kesetanan Asep mempercepat gerakannya, menikmati dinding vagina Lisa yang basah dan becek. Suara hentakan antar kulit dan meja yang bergeser menambah semangat Asep memuaskan pelanggan yang gilanya sedang ia garap. Rejeki yang tak boleh ia lewatkan.
Pria yang kini sudah memiliki tiga orang anak itu sekan tak kehabisan tenaga, gerakan konstan yang d di balas dengan lenguhan panjang Lisa. Tangan Asep bergriliya ke semua tubuh Lisa, mulutnya pun menjilati telinga, tengkuk hiingga punggung Lisa.
“ANJINGGG ENAK SEPPPPP.” Teriak Lisa yang semakin menggila
“entottt Seppppp.”
“DIEM ANJING” Balas Asep tak mau kalah
Lisa bergerak gelisah seakan cepatnya gerakan penis Asep, pikirannya sekarang hanya memuaskan nafsu yang sudah menggebu.
“shhhh Sepppp aku akhhhhhh.” Semburan cairan hangat menyapa kepala penis Asep hingga terpaksa harus mengeluarkan nya dari vagina Lisa.
Pikiran jahil Asep segera muncul, selang tida detik Asep melanjutkan sodokannya yang mebuat Lisa menjerit.
“udahhhh dulu Sepppp plissss memek aku shhhhhh.” Lisa mengaduh hingga mengeluarkan air mata.
Asep tak menghiraukan suara saru dari mulut Lisa, tubuh Lisa segra dibalik hingga kaki putih itu menggantung dengan bebas. Penis Asep melanjutkan gerakannya.
“sshhhh akhhhh.” Lisa hanya bisa mendesah.
Asep yang melihat wajah Lisa dengan bebas tak mau membuang kesempatan, mulut nya segera mencium bahkan mennyedot lidah Lisa dengan ganas. Lisa menyambut dengan bengal, tangan Lisa mengusap dada bahkan menjepit puting Asep.
“sshh terup Sepp.” Desah Lisa.
“enak Teh hemm.” Balas Asep
“anjing terus Sep sodok yang keras.”
Lisa berubah menjadi sosok lain yang nakal dan binal, atanya memutih seiring cepatmya gerakan Asep.
“shhhh enakkkk Seppp terus.” Racau Lisa yang hanya dibalas dengan geraman.
Decitan kaki meja dengan lantai semakin terdengar keras, Lisa yang bergerak gelisah dan Asep yang terus memaju mundurkan penisnya.
“tehhhh keluarin dimana?.” Tanya Asep dengan muka yang sudah dipenuhi keringat.
“dalem Sepppp mentokin shhhhh.”
“akkhhhhh Tehhhhh.”
“mmmhhh Sepppp”
Tanpa aba-aba Asep memuntahkan sperma dan disambut cairan klimaks Lisa. Keduanya terdiam sesaat sebelum Asep mengeluarkan penisnya yang diiringi lelehan sperma.
“LISA!.”
“LISA!.”
“ehhh Babeh!”
Lisa terhentak dari mimpi yang mengulang peristiwa tabu 2 minggu kemarin, kini ia sadar hanya ada tangan kerpiut Ko Atong di kedua pipinya.
“Lis.” Ucap Ko Atong dengan suara pelan
“eh iya beh?”
“ngentot lagi yuk.” Tanpa diperintah Lisa langsung mengambil posisi blowjob dan Ko Atong pun hanya tersnyum melihat tingkah menantunya itu.
BERSAMBUNG......