Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak Hasrat (Lisa dan Labirin)

Bimabet
7 | TEMARAM

Dinginnya angin malam masuk pada sela jendela yang lupa Lisa kunci, angin yang membawa rasa dingin sekaligus rasa sakit Ryan yang mungkin belum Lisa rasakan. Angin itu membuat pelukan Ko Atong semakin erat, semakin hangat bahkan semakin temaram.

Jika saja cinta bisa datang secepat itu, maka Ko Atong sudah menjadi juara satu untuk hal ini. Ia tak menampik jika obrolan Lisa pagi tadi membuat amarah sekaligus benci. Namun, beberapa jam lalu pikirannya berubah bahkan seperti bom nuklir yang tepat jatuh diantara belantara hatinya.

Tatapan Lisa, senyumannya, bahkan jepitan vaginanya tak lepas dari ingatan pria tua itu. Sekarang hanya mimpi yang menemani Ko Atong, tapi tidak dengan Lisa.

Ya.

Saat ini mata wanita itu masih saja terbuka, tubuhnya hanya tertutup selimut tebal dan pelukan tangan keriput Ko Atong. Mulutnya tak henti berbicara seperti memikirkan suatu masalah yang ia ciptakan sendiri. Niat hati ingin keluar dari tabiat hina dahulu, kini ia malah asyik bersama mertua yang dia hormati sebelumnya.

Tak terasa pikirannya itu bermuara pada sudut bola mata yang ditutupi bulu mata lentik, perlahan jatuh melewati pipi dan bersarang pada kasur. Hati Lisa bimbang sekaligus marah akan dirinya sendiri, ia tak menampik jika pekerjaan masa lalunya membawa dampak buruk.

Libido.

Begitu kata kamus popoler untuk mendeskripsikan rasa yang muncul dipikiran dan selangkangannya, selama ini ia masih bisa menahan semua rasa gatal untuk di masuki oleh penis pria. Hingga usatu hari dimana Ryan dan Ko Atong pergi selama dua hari untuk keperluan toko, disaat itu lah pertahanannya bocor.

2 Minggu lalu

Pagi itu Lisa awali dengan memasak untuk kedua orang tercintanya, ada Ryan yang kini asyik memeluk dan menciumi tengkuknya dan ada Babeh yang saat ini sedang tanang menyesap rokok di taman belakang.

Pagi ini keduanya akan pergi selama dua hari untuk membeli bahan kue di kota sebelah, untuk menekan harga dan tentunya membantu teman Ko Atong yang sudah menjadi supplier sejak dulu.

“Jangan di gigit leher nya atuh…” keluh Lisa yang sudah kesal dengan tingkah jahil Ryan.

“hehe, iyaaa ini kamu kapan selesainya sih?.” Balas suami Lisa itu.

“ ini udah nih, sekarang kamu ajak Babeh ke meja makan. Aku mau bersihin ini dulu.” Lisa segera mengambil lap untuk membersihakan pantry sedangkan Ryan segera keluar menuju taman belakang.

Tumis toge, tahu goreng dan ikan bandeng memenuhi meja makan keluarga kecil Ko Atong pagi ini, kepulan asap tipis dan lempar canda terasa lebih hangat dan intim. Ryan yang terus melahap dan Babeh yang melemparkan candaan receh yang disambut dengan senyum tipis Lisa.

“Eh Lis, burung apa yang bisa bikin basah?.” Tanya Ko Atong dengan tatapan jahil.

“mmmm burung nya Ryan Beh.” Balas Lisa dengan polos

Pecah sudah pagi ini dengan jawaban Lisa, bahkan Ryan menguluarkan kembali nasi yang sudah ada dimulutnya. Rasa bangga dan senang membucah dihati Lisa yang sejak lama tidak mendapat sosok keluarga.

“kita berangkat jam 8 ayy, kamu hati-hati selama aku pergi. Kalo ada apa-apa langsung hubungi aku ya.” Ucap Ryan sembari memeluk istrinya yang sedang melipat pakaian untuk kebutuhan perjalanan. Sedangkan dikamar lain Ko Atong sedan menimbang untuk membawa kaos polo atau kemeja, air mata pria tua itu seakan ingin keluar namun tertahan begitu saja entah apa penyebabnya. Dalam pikirannya rasa rindu akan Maya dan segala cerita masa lalu membawa rasa sakit yang terus bertumbuh hingga sekarang.



Deru knalpot mobil menjadi batas perpisahan Lisa dengan suaminya, ia harus menunggu dua hari lagi untuk bisa bersua. Kehangatan rumah pagi ini perlahan menghilang dan digantikan dengan rasa sepi. Lisa segera melanjutkan pekerjaannya menjemur baju, dengan perlahan tangan putih itu mengambil dan menggantungkan pakaian basah.

Dengan ditemani lagu jazz lawas Lisa asyik meremas dan menggantungkan, sesekali tangannya dinaikkan keatas Seperti melukis di kanvas imajiner. Ditengah menjemur pakaian, Lisa dikejutkan dengan bel rumah yang berbunyi tanpa permisi.

“Sebentar!” teriak Lisa yang masih menyisakan beberapa pakaian basah di dalam ember.

Wanita dengan kulit putih mulus itu berjalan kearah ruang tamu, tatapannya langsung terarah pada pria jangkung yang sedang memegang gallon.

“Oalah si emang, kirain teh siapa.” Ucap Lisa sembari membuka pintu.

Tanpa kata pria dengan badan tegap itu langsung masuk tanpa permisi, Lisa yang melihat itu langsung saja mengernyitkan dahi dan berkacak pinggang melihat Asep ‘tukang galon’ langganannya itu.

“maaf Teh, bukanya gak sopan tapi udah kebelet.” Ucap Asep yang melihat raut jengkel Lisa. Segera pria itu lari kedalam kamar mandi di dekat dapur. Lisa pun menyusul dan berencana melanjutkan kegiatan menjemurnya yang sempat tertunda.

Saat baru saja ingin mengambil pakaian suara Asep dari dalam kamar mandi pun terdengar.

“TEHHHHH !!!”

“IHHH Ada apa si Sep, ganggu mulu !” balas Lisa tak kalah kencang

“Airnya abis, saya lagi BAB maaf!” teriak Asep Kembali.

Lisa hanya mengeluarkan nafas kasar dan segera menuju saklar mesin pompa air, dengan berjalan cepat Lisa menuju pojok rumah dimana mesin itu berada. Setelah menyalakkan pompa, Asep tak lagi berteriak. Lisa pun melanjutkan menjemur pakainnya kembali.

Setelah membereskan sisa pekerjaannya, Lisa beranjak menuju ruang tengah untuk menonton drama kesukaannya. Volume tv sengaja ia besarkan untuk menyaingi suara air yang sedang dinyalakn oleh Asep.

“Teh udah, makasih ya!.” Ucap Asep yang sedang berdiri didepan pintu kamar mandi, ia hanya memakai kain kolor dengan bahan licin yang secara tidak langung memeperlihatkan kejantanannya.

Lisa hanya bisa menelan ludah melihat burung Asep yang ‘nyeplak’ itu sedikit berdiri. Ia heran jika dalam keadaan normal sudah sepanjang itu bagaimana jika sudah tegang maksimal. Pikiran Lisa buntu hingga badannya bergerak dengan gelisah dengan mata berfokus pada selangkangan Asep.

“Teh?”

“ehhh iya Sep, oh udah ya?” jawab Lisa kaget

“iya, kamu bisa bantu naikin kerupuk yang diatas meja itu ke atas lemari?” pinta Lisa sembari berjalan kearah Asep.

“oh boleh teh.” Balas Asep yang langsung menggeser kursi ke arah lemari. Dengan sigap pria itu mengambil wadah kerupuk yang disodorkan Lisa dari bawah. Saat sedang menata posisi wadah kerupuk mata Lisa tak lepas dari penis Asep yang tenyata memang besar.

Tangan putih itu tiba-tiba emegang betis Asep. Asep yang tidak siap bergerak gelisah karena kaget.

“ehhhh Teteh ngagetin aja!” teriak Asep

“biasa aja kali, aku takut kamu jatuh aja.” Alibi Lisa

Wadah kerupuk itu pun sudah berganti tempat, saat hendak turun Lisa mencium aroma tubuh Asep yang ia jamin tidak memakai wangi-wangian, aroma keringat bercampur dengan kaos lusuh mengelitik indera penciumannya.

“kamu suka mandi gak sih Sep? tanya Lisa spontan

“mandi atuh, cuma lagi abis aja Teh sabunnya hehe.” Canda Asep dengan cengiran khasnya.

Pria yang saat ini genap bersusia 28 tahun itu memang menjadi langganan keluarga Ko Atong sejak dulu, usaha turun temurun sejak dulu.

“yaudah Asep pergi dulu teh, makasih udah bisa numpang bab” ucap Asep.

“mmmm Sep.”

Asep yang sudah berjalan menuju ruang tamu segera berbalik dan keheranan.

“ada apa?” respon bingung dari Asep. Pria itu melihat Wanita yang tingginya tak melebihi pundaknya sedang berjalan dengan pelan, tatapannya fokus terhadap selangakangan Asep. Asep yang melhat itu hanya bisa diam dan bedebar diwaktu yang sama.

“ehhhhh” teriak Asep yang terkejut melihat Lisa lansung memegang penis nya.

Tanpa membalas jeritan Asep tangan Lisa segera mengelus penis Asep, hingga dengan waktu cepat penis itu sudah mengacung dengan gagah.

Asep hanya bisa mengigit bibirnya sendiri, kedua tangannya mengepal. Nafsu pemuda itu tiba-tiba memuncak meliahat menantu Ko Atong langganannya asyik mengelus penisnya.

“Tehhhhhh… shhhhhh terussssss” lenguh Asep seiring cepatnya tempo kocokan Lisa.

Tak lama Lisa segera menarik tangannya kearah meja makan, Asep pun hanya mengikuti Lisa seperti kerbau yang sedang dicucuk. Tanpa perlawanan pemuda itu mengikuti permainan Lisa.

“Jongkok Sep, jilatin buru.” Ucap Lisa dengan napas yang masih memburu.

Kali ini Lisa sudah duduk diatas meja makan dan melihat kepala Asep sudah tenggelam diselangakangan putih miliknya. Hanya desahan dan suara kecupan yang terdegar diruang makan kali ini, tak ada canda tawa Ko Atong maupun Ryan. Kini hanya ada nafsu dan rasa ingin keluar dari diri Lisa.

“ssshhh terus Seppp jilattt….” Lenguh Lisa yang mengejang saat lidah kasar Asep menjillat labia nya. Tanpa ampun Asep menjilat bahkan menyedot vagina Lisa.

“udahhhh Sepppppp, colok memek aku sekarang.” Lisa segera menungging dengan badan diatas meja makan.

Tangan kekar Asep menekan leher Lisa dan segera merobek paksa baju Lisa.

“aww pelan pelan Sep…”

“diem teh.” Balas Asep pasti, suaranya berubah serius

Dengan sekali hentak penis jumbo milikinya merangsek masuk dengan sekali hentakkan, Lisa menahan jeritannya.

“aww shhh…” Lisa melenguh setiap kali kontol Asep menekan rahimnya.

Seperti kesetanan Asep mempercepat gerakannya, menikmati dinding vagina Lisa yang basah dan becek. Suara hentakan antar kulit dan meja yang bergeser menambah semangat Asep memuaskan pelanggan yang gilanya sedang ia garap. Rejeki yang tak boleh ia lewatkan.

Pria yang kini sudah memiliki tiga orang anak itu sekan tak kehabisan tenaga, gerakan konstan yang d di balas dengan lenguhan panjang Lisa. Tangan Asep bergriliya ke semua tubuh Lisa, mulutnya pun menjilati telinga, tengkuk hiingga punggung Lisa.

“ANJINGGG ENAK SEPPPPP.” Teriak Lisa yang semakin menggila

“entottt Seppppp.”

“DIEM ANJING” Balas Asep tak mau kalah

Lisa bergerak gelisah seakan cepatnya gerakan penis Asep, pikirannya sekarang hanya memuaskan nafsu yang sudah menggebu.

“shhhh Sepppp aku akhhhhhh.” Semburan cairan hangat menyapa kepala penis Asep hingga terpaksa harus mengeluarkan nya dari vagina Lisa.

Pikiran jahil Asep segera muncul, selang tida detik Asep melanjutkan sodokannya yang mebuat Lisa menjerit.

“udahhhh dulu Sepppp plissss memek aku shhhhhh.” Lisa mengaduh hingga mengeluarkan air mata.

Asep tak menghiraukan suara saru dari mulut Lisa, tubuh Lisa segra dibalik hingga kaki putih itu menggantung dengan bebas. Penis Asep melanjutkan gerakannya.

“sshhhh akhhhh.” Lisa hanya bisa mendesah.

Asep yang melihat wajah Lisa dengan bebas tak mau membuang kesempatan, mulut nya segera mencium bahkan mennyedot lidah Lisa dengan ganas. Lisa menyambut dengan bengal, tangan Lisa mengusap dada bahkan menjepit puting Asep.

“sshh terup Sepp.” Desah Lisa.

“enak Teh hemm.” Balas Asep

“anjing terus Sep sodok yang keras.”

Lisa berubah menjadi sosok lain yang nakal dan binal, atanya memutih seiring cepatmya gerakan Asep.

“shhhh enakkkk Seppp terus.” Racau Lisa yang hanya dibalas dengan geraman.

Decitan kaki meja dengan lantai semakin terdengar keras, Lisa yang bergerak gelisah dan Asep yang terus memaju mundurkan penisnya.

“tehhhh keluarin dimana?.” Tanya Asep dengan muka yang sudah dipenuhi keringat.

“dalem Sepppp mentokin shhhhh.”

“akkhhhhh Tehhhhh.”

“mmmhhh Sepppp”

Tanpa aba-aba Asep memuntahkan sperma dan disambut cairan klimaks Lisa. Keduanya terdiam sesaat sebelum Asep mengeluarkan penisnya yang diiringi lelehan sperma.

“LISA!.”

“LISA!.”


“ehhh Babeh!”

Lisa terhentak dari mimpi yang mengulang peristiwa tabu 2 minggu kemarin, kini ia sadar hanya ada tangan kerpiut Ko Atong di kedua pipinya.

“Lis.” Ucap Ko Atong dengan suara pelan

“eh iya beh?”

“ngentot lagi yuk.” Tanpa diperintah Lisa langsung mengambil posisi blowjob dan Ko Atong pun hanya tersnyum melihat tingkah menantunya itu.

BERSAMBUNG...... :)
 
8 | PERTANYAAN

Lisa.

Matanya tertuju pada pantulan cermin di kamar mandi sore ini, seharian Babeh menggarap tubuhnya tanpa henti. Hanya makan dan minum yang menajdi jeda—selebihnya Babeh terus menjahili tubuhnya. Kini semua bagian tubuh Lisa dipenuhi tanda yang diberikan mulut Ko Atong.

Leher yang memerah, perut yang dipenuhi cubitan dan pantat yang saat ini memerah setelah ditampar berkali-kali karena menuruti permintaan Lisa sendiri. Lisa sadar libido nya semakin tinggi setelah ‘pensiun’ dari dunia hitam dimasa lalu.

Saat ini hanya ada pertanyaan dalam benak Lisa ‘Aku Kenapa?’

Pandangan Lisa kembali terpaku pada bola matanya sendiri, perlahan air matanya turun dan menyesali segala perbuatannya akhir-akhir ini. Setiap dosa yang ia perbuat mengingatkan Lisa pada suaminya Ryan.

Tangan Lisa segera membuka kran air, Lisa ingin menyamarkan suara tangisannya agar tak terdengar oleh Ko Atong yang masih setia tidur diatas kasur Lisa.

‘Aku Kenapa?’

Lagi dan lagi Lisa mempertanyakan eksistensi dirinya, semua hal yang ia alami dari sejak kecil hingga kini, rantaian karma yang ia tanam mungkin akan berbuah sial dimasa depan. Tangan Lisa segera mengelus perut yang kini sudah diisi oleh cabang bayi yang tak tahu menahu prilaku dirinya.

Lisa mengusap pipinya, kini keputusan sudah ia ambil, menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Sudah ada Babeh dan Asep yang mengtahui libido liar dirinya, ia sudah tak bisa menghindar jika suatu saat kedunya meminta untuk dilayani.

Namun bagaimana jika Ryan mengetahui perbuatannya?

Jika ryan memilih berpisah darinya

Memilih perceraian?

Lisa menangis dengan kenang dan menahan teriakannya, hanya ada Wanita di depan ceriman yang mengpalkan kedua tangan diantara dadanya. Mencengkam dengan erat dan menelan semua pil pahit kejadian selama ini.

‘TOK TOK TOK’

“Lisa?.”

Lisa segera mengusap pipinya, suara Ko Atong Kembali terdengar.

“Lisa kamu lagi apa ?”

“Ini lagi mandi beh.” Balas Lisa

“Coba buka dulu pintunya.” Tanpa lama Lisa membuka kunci kamr mandi.

Mata Lisa langsung tertuju pada Ko Atong yang sudah tak berbusana, namun penis Ko Atong sudah berdiri dengan sombong. Lisa seketika menahan senyum.

“masuk Beh.”

“mmm Lis, sekarang jangan panggil Babeh. Panggil aja sayang yah.” Pinta Ko Atong serius

“mmhh Iya yang.”

Ko Atong tertawa lebar sembari merangkul Lisa menuju bath up. Seakan mengerti, Lisa segara membuka kran air dan memenuhi bathup dengan sabun khusus. Kini keduanya kembali meneguk romansa sebagai pria-wanita dewasa.

-------

Ryan menambah masa dinasanya hingga dua minggu dan selama itu pula Lisa dan Ko Atong berubah seperti layaknya suami isteri. Dimulai dari bangun tidur Bersama hingga sampai berlomba meraih kenikmatan duniawi yang menggantung diantara selangkangan dan mulut keduanya.

Senin pagi Lisa masih saja bergelung dengan selimut ditemani tangan hangat Ko Atong, lantunan merdu musik jazz mengalun pelan. Sepi pagi ini tak bisa mengalahkan rasa senang Ko Atong. Hidungnya tak henti menciumi aroma tubuh Lisa yang masih terlelap setelah semalaman ia gempur dengan penis besarnya.

Aroma keringat yang bercampur dengan hasil pertarungan semalam terasa begitu hangat, inagatan Ko Atong seperti terputar saat dirinya bermanjaan dengan istrinya dulu, maya.

Entah mengapa Lisa seperti reinkarnasi dari maya, jeritan hingga permintaan berbagai gaya saat bercumbu persis atau bahkan tak ada pembeda kecuali wajah. Ko Atong pun tanpa sadar meremasi payudara Lisa, perlahan tapi pasti Lisa pun akhirnya terbangun dari tidurnya. Ia sudah tidak terkejut jika saat ini dadanya sudah menjadi arena bermain Ko Atong.

Ko Atong semakin menjadi-jadi saat mengigit telinga Lisa dengan disertai lumatan bahkan hingga menimbulkan suara kecupan.

“sshhhhh sayangg geli ah.” Manja Lisa

“hehe, kamu nya si bikin gemes terus” tangan Ko Atong bergeriliya menuju lembah kenikmatan Lisa.

“udah ah beh, Lisa cape banget.” Keluh Lisa

“Yaudah kamu istirahat aja, babeh mau cek toko dulu ya.” Lanjut Ko Atong yang segera berdiri dan segera memakai pakaiannya.

Ya, semalaman keduanya bercumbu dan tidur tanpa memakai sehelai benang sesuai permintaan Ko Atong.

Udara kesedaran kota bandung menyambut indera penciuman Ko Atong yang saat ini memakai celana kain dan kemeja rapih yang sudah dibalut jaket olahrga. Agendanya pagi ini sekedar mengecek toko yang sebenarya sudah dikelola oleh karywan. Pengalaman berpuluh-puluh tahun membuat Ko Atong memiliki lebih dari sepuluh cabang toko klontong.

Namun hari ini ia hanya ingin mengunjungi toko yang pertama kali ia buat, letaknya berada ditengah pasar. Ukuran tokonya cukup besar karena jika dipisah toko Ko Atong satu ini seperti layaknya 4 bahkan 5 toko orang lain.

Terdapat beberapa ruangan seperti gudang, ruang meeting dengan supplier dan tentunya ruang pribadi Ko Atong. Pria tua itu kali ini sedang menyalakan rokok kretek dan menulis beberapa catatan untuk kelangsungan toko selama dirinya tidak ada.

Ditengah keseriusan menulis, tangan Ko Atong terhenti saat suara ketukan di pintu terdengar.

“Masuk!.” Jawab Ko Atong.

Tak lama muncul wanita berhijab panjang yang langsung Ko Atong kenali meski sedang memakai masker.

“eh Ibu…” sapa Ko Atong yang dengan segera menutup buku catatannya.

Ya, dia adalah Ibu Tia. Seorang Wanita berusia 38 tahun dan menjadi langganan toko Ko Atong sejak 10 tahun lalu. Kedua orang tua Ibu Tia sejak dulu memang langganan toko Ko Atong karena lebih murah dan loyal kepada pembeli.

Dengan senyum ramah Ibu Tia segera duduk didepan Ko Atong dan segera mengeluarkan beberapa kertas, tangan yang dipenuhi gelang serta cincin emas itu menjajarkan beberaoa nota di depan Ko Atong.

Sedangkan di seberang meja, Ko Atong hanya bisa fokus pada dada besar Ibu Tia yang meski sudah ditutupi hijab panjang masih menunjukkan kemolekannya.

Ditengah lamunan Ko Atong, Ibu Tia segera berbicara.

“Koh, ini hutang saya minggu kemarin. pengen dicocokin sama catatan kokoh.”

Ko Atong tak segera menjawab, mata pria itu beralih pada bibir manis Ibu Tia yang sebenarnya keturunan arab.

“dicocokan gimana bu?.” Jawab Ko Atong tanpa memikirkan jawabannya.

Ibu Tia hanya tertwa dan tangannya segera menyingkap hijabnya ke atas pundak dan menampilkan kalung emas yang ternyata kancing baju gamis Ibu Tia sudah terbuka. Ko Atong hanya bisa menelan ludah dan segera membuka catatan bukunya.

Jari Ko Atong segera mengurut dan menjumlah hutang, matanya bolak-balik antara kertas dan kalkulator sedangkan pikirannya ingin segera melihat Ibu Tia yang saat ini bersandar santai di kursi.

“9 juta 700 ribu.” Ucap Ko Atong yang masih menunduk.

“berapa koh?.” Tanya balik Ibu Tia.

Ko Atong segera melihat Ibu Tia yang kini membuka kancing kedua gamisnya. Ko Atong lagi-lagi menelan ludah, penisnya sudah mengacung tegak.

“9 juta 700 ribu. Ibu Tiaaaa” ucap Ko Atong gemas.

“mmmhhh segitu yah?.” Tanya Ibu Tia yang dengan perlahan kemabali membuka kancing ketiga. Bra hitamnya terlihat dan payudara putihnya menyembul.

“iyahhh Ibu Tia.” Jawab Ko Atong dengan suara bergetar dan hanya dibalas senyuman manis dari Ibu Tia.

“ga bisa turun lagi koh?.” Tawar Ibu Tia yang Kembali menutup kancing ketiga sehingga payudaranya tak nampak lagi dipandangan Ko Atong.

“eehhh kok ditutup lagi bu.” Jawab Ko Atong. Kini muka pria tua itu sudah memerah dan kembali membuka catatan.

Setelah beberapa menit Ko Atong segera membuka Kembali percakapan.

“8 juta 500 bu sudah mentok.” Putus Ko Atong yang kembali menatap Ibu Tia. Tatapan Ko Atong dibalas dengan senyuman kecil Ibu Tia. Tangan putih itu segera membuka kancing ketiga bahkan kancing ke lima.

“turunin lagi mau gak koh?.” Tawar Ibu Tia ambigu.

“mmm bolehhhhh.” Jawab Ko Atong yang segera mengelus penisnya.

Melihat gerakan tangan Ko Atong dibawah meja, Ibu Tia dengan sigap mengeluarkan payudaranya. Tangan lentik itu meremas pelan kedua payudara yang masih terbungkus bra hitam.

“ga bisa turun lagi koh?.” Tawar Ibu Tia Kembali.

“ehhhh bisaaa Tia.” Jawab Ko Atong gugup.

“cocoknya jadi berapa?” tanya Ibu Tia sambal menggigit bibir bawahnya. Wanita itu sudah terbwa olah permainannya sendiri. Dingin nya ruangan pribadi Ko Atong tak mempu mendinginkan nafsu Ibu Tia yang kian memuncak.

Ko Atong tak menjawab tawarn Ibu Tia, dia memilih berdiri dan segera berjalan menuju pintu. Tangannya memutar kunci.

“kok ditutup si?.” Tanya Ibu Tia nakal

“biar ga ada yang tau buu.” Jawab Ko Atong yang sudah berada dibelakang kursi Ibu Tia.

Seperti posisi saat disalon namun bedanya pikiran dua manusia itu sedang tidak baik-baik saja, seperti ada hasrat dan rindu yang terpendam lama.

“mmm tadi jadinya berapa koh?” tanya Ibu Tia Kembali yang sudah mengelurakan uang dari tas nya.

“7 juta aja.” Bisik Ko Atong

“hehehe, gitu dong koh dari tadi. Emang gak kangen sama memek Tia.” Goda Ibu Tia dengan binal.

Setelah menaruh uang diatas meja Ko Atong, kini tangan ibu dari tiga anak itu sedang meremas payudara besarnya. Dibantu dengan tangan Ko Atong kini hanya desahan dan geraman yang keluar dari mulut masing-masing.

“ ya itu kohhh peliintir aja sshhhh.” Desah Tia membuat Ko Atong semakin gila.

“Tiaa buka semua dong baju nya.” Tawar Ko Atong

“ sshhhh iya deh..” Ibu Tia segera berdiri dan meloloskan gamisnya, kini hanya terisisa hijab panjang dan pakaian dalam berwarna serba hitam.

Ko Atong ikut membuka celana kainnya, penisnya sudah mengacung dan membuat Ibu Tia hanya bisa menahan air liur. Jika saja suamianya memiliki penis panjang seperti Ko Atong pastinya ia tak akan berbuat sejauh ini.

Tanpa diperintah Ibu Tia segera merendahkan tubuhnya, kini jari-jari putih itu mengelus penis Ko Atong yang belum mengacung sempurna, dihirupnya kejantanan favoritnya selama ini.

Mata cokelat itu rasanya tak ingin mengedip jika sudah dihadapan penis Ko Atong, mulut yang dipenuhi lipstick berwana merah itu dengan sigap mengecup kepala penis Ko Atong.

Dengan ritme pelan kecupan itu berubah menjadi jilatan bahkan saat ini kepala penis Ko Atong sudah berada didalam mulut Ibu Tia yang masih memakai hijab panjang.

Sungguh kontras pemandangan di ruangan pribadi Ko Atong saat ini, Ibu Tia yang terkenal karena kealiman nya berubah binal bahkan terlalu binal untuk ukuran seorang istri orang lain.

“shhhh terus Tiaaa.” Tangan Ko Atong hanya bisa memegang hijab Ibu Tia yang sudah tak beraturan. Memang dirinya mengakui wanita satu ini akan tampak manis jika masih memakai hiab panjangnya.

Glek glekkk glekkk

“sshhhh enak banget kontol kamu sayang.” Goda Ibu Tia yang masih saja asyik mengulum penis Ko Atong.

Tak terasa sudah 10 menit berlalu. Ko Atong mulai tak tahan melihat paha putih Ibu Tia. Tangan tua itu menarik tubuh Tia agar sejajar dengan dirinya. Mulut Ko Atong segera menyambar bibir tipis Tia, suara kecupan keduanya memenuhi ruangan.

Sedangkan Ibu Tia hanya bisa pasrah diperlakukan sperti itu, tangannya melepas bra dan celana dalam dengan cepat. Mulutnya hanya bisa bernapas dengan tergesa-gesa saat lumatan bibir Ko Atong berpindah menuju payudara besarnya.

“ awwww jangan digigit sshhh.” Teriak Ibu Tia yang terkejut dengan permainan Ko Atong. Di satu sisi Ko Atong hanya tertawa lebar melihat mangsa dihadapannya.

Mulut yang sejak tadi berada di payudara Tia kini berpindah menuju vagina yang ditumbuhi bulu tipis berwarna hitam. Seakan ahli mulut Ko Atong dengan cepat mencium dan menjilati setiap inchi vagina Tia. Sedangkan diatasanya, Tia semakin terbawa permainan Ko Atong dan hanya bisa mendesah keenakan.

“shhhh teruss aww shhhh.” Kini ruangan Ko Atong semakin panas. Suhu ac pun kini sudah 17 derajat namun tak mampu mendinginkan nafsu keduanya. Seteleh merasa cukup basah Ko Atong berganti posisi.

Ibu Tia pun tahu dan segera menungging, tangannya bertumpu pada meja kerja Ko Atong, dengan sekali gerakan penis Ko Atong sudah masuk kedalam vagina Ibu Tia.

“enggggg mentok kohh sshhh.” desah Ibu Tia yang kini hanya memakai hijab.

Dengan pelan Ko Atong memaju-mundurkan penisnya, kedunaya kini terlibta dalam nafsu yang melingkar dan ingin segera terpuaskan.

Sementara di kediaman Ko Atong kini Lisa sedang bercanda seru dengan Pak Eko.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd