Part 6,1
Aku pun menerima ajakannya itu dan aku mempersiapkan motorku. Setelah Aku menyalakan motorku, Rona pun duduk dibelakangku dan kami berdua menuju rumahnya Rona.
“Bang Coy, titip bengkel sebentar...”
“Gw mau anter balik dulu”
“Iya, No”
Selama perjalanan, kami berdua sedikit berbicara karena aku harus fokus diperjalanan. Entah kenapa aku tidak suka hal ini, selalu aku berpikir jika Sinka lebih pas yang berada dibelakangku. Karena terus berpikir tentang itu yang membuat aku tidak fokus ke jalanan.
“Rino, awassss!!!!!!!”
Karena suara Rona yang berteriak, aku pun dengan sigap mengerem motorku agar tidak menabrak seekor kucing kecil dijalan. Disaat aku melakukan rem mendadak, aku merasakan kekenyalan payudaranya di punggungku. Disaat mendekati rumahnya, aku dengan sengaja mencoba rem mendadak agar merasakan kekenyalan payudaranya. Rona pun mulai menyadari disaat aku rem mendadak untuk kedua kalinya dan tiba – tiba dia mulai memegang penisku yang tertahan oleh celana yang kupakai. Aku pun langsung memberhentikan motorku dan menengok ke Rona.
“Iseng ya, Rona”
“Kamu yang lebih iseng, Rino...” katanya yang tersenyum nakal
Setelah kejadian singkat itu, kami berdua tiba di rumahnya. Setelah memasukan motorku dan masuk kedalam rumah, aku pun duduk di ruang keluarga.
“Orang tua kamu kemana, Rona?”
“Lagi pulang kampung, Rino...”
“Adik kamu si Aby?”
“Ikut juga...”
“Ya sepi sih jadinya...” katanya yang tersenyum kearahku
Entah apa maksudnya dia tiba – tiba tersenyum kearahku, aku tidak tau apa maksudnya itu.
-----POV Author-----
“Hmm... Rino lagi ngapain ya kira - kira?”
Sinka yang sedang memandangi awan di jendela rumahnya, terus – menerus memikirkan Rino. Entah kenapa Sinka beberapa hari belakang, terus – menerus memikirkan Rino dan dia pun juga memikirkan Sinka.
-----POV Author End-----
“Ini minumnya, Rino...” katanya yang membawakan aku segelas sirup
“Thank you, Rona...”
Setelah meminum sirup buatan Rona, kita berdua melanjutkan berbicara tentang balap motor.
“Kamu emangnya udah lama ikut event balap, Rona?”
“Aku udah lama sih”
“Dari yang kelas matic pemula sampe 600cc”
“Kalo kamu?”
“Aku dari kelas bebek 125cc”
“Motornya masih ada sampe sekarang” kataku yang menunjukan foto saat aku masih balapan menggunakan motor bebek
“Wahhh...”
“Kapan – kapan coba latihan bareng yuk, Rino...”
“Aku ayo – ayo aja”
“Tapi enggak bisa minggu ini, motor belom siap”
“Kalo udah siap, ayo latihan bareng”
“Aku siapin motor aku dulu yang R6”
“Kamu emangnya pake motor yang mana?”
“Aku mau pake SV650”
“Bukannya motor kamu yang itu udah kamu tuker?”
“Aku lagi built lagi”
“Efek kangen pake SV650 hahahahahaha”
“Banyak banget motor kamu nanti”
“GSX-R1000R aku sama MV F3 mau aku jual”
“Biar enggak banyak”
“Kalo enggak salah kan ada GSX-R150”
“Itu buat apa?”
“Koleksi aja hehe...”
Setelah berbicara ke Rona, tiba – tiba aku pun melamun dihadapannya yang membuatnya bingung dan lalu mencium bibirku untuk menyadarkanku.
“Rinooo???” katanya setelah mencium bibirku
“Ehhhh... Apaan?”
“Kamu melamun ya???”
“Maaf, Rona...”
“Enggak apa – apa kok...” katanya yang lalu mencium bibirku lagi
Entah apa maksudnya tiba – tiba Rona mencium bibirku lagi. Aku pun merespon ciumannya itu dengan mengelus pipinya disaat berciuman. Suara kecupan dari kedua bibir kami, begitu terdengar di telinga. Lidahnya langsung masuk ke mulutku dan bertemu dengan lidahku yang membuat kegiatan bercumbu kami lebih bergairah.
“Rinoooo... Mmmmhhhh....”
Rona pun lalu duduk didepanku dan lanjut mencium bibirku. Kedua tanganku meremas payudaranya perlahan disaat dia mencium bibirku terus – menerus.
“Ssssshhhhh.... Rinooooo....”
“Pelan – pelannnnnn.... Ahhhhhhh....”
Aku pun lanjut mencium lehernya dan menjilatinya agar Rona dapat lebih menikmatinya.
-----POV Author-----
“Aku coba telpon Rino”
Sinka lalu menelpon Rino melalui free call line.
-----POV Author End-----
Terus – menerus kami berdua bercumbu hingga waktu menunjukan pukul duabelas siang. Disaat aku ingin mengelus – eluskan vaginanya, tiba – tiba suara telpon yang berasal dari smartphoneku berbunyi. Aku pun terpaksa menghentikan kegiatan bercumbu dan mengeluarkan smartphoneku dari kantong celanaku dan melihat smartphoneku.
“Sinka?” kataku dalam pikiran
“Rino, ada apa?”
“Ada telepon sebentar” kataku yang menjauh sedikit
Aku pun menjawab telepon dari Sinka dan ternyata dia mengajak aku untuk jalan – jalan di Mall Taman Anggrek dan aku mengiyakan ajakannya nanti malam. Setelah menjawab telepon dari Sinka, aku pun pamit ke Rona untuk kembali ke rumah.
“Maaf ya...”
“Aku ada urusan sama mekanik aku”
“Aku mau ke bengkel lagi...”
“Hati – hati ya kalo gitu...”
“Makasih juga udah nganterin aku balik...” katanya yang tersenyum
Setelah itu pun, aku mempersiapkan diri untuk kembali ke rumah. Sebenarnya aku berbohong ke Rona agar tidak ketahuan olehnya. Setelah Rona membukakan gerbang rumahnya, aku pun mulai menarik gas motorku menuju rumah.
-----XXX-----
“Udah siap...” kataku dalam pikiran
Sore hari pukul lima sore. Aku sudah mempersiapkan sesuatu untuk Sinka di Mall Taman Anggrek nanti. Setelah mempersiapkan diri, aku pun mulai menyalakan mesin mobilku dan mulai meninggalkan rumah untuk menjemput Sinka. Setelah sampai di depan rumahnya, aku melihat dia baru keluar rumah dengan menggunakan pakaian sweater tipis berwarna merah tua dengan menggunakan celana jeans hitam dan menggunakan kacamata.
“Maaf ya nunggu lama, Rino...”
“Enggak apa – apa kok”
Setelah Sinka masuk kedalam mobilku, aku langsung menuju Mall Taman Anggrek agar dijalan tidak terjebak kemacetan. Selama dijalan pun, kami berdua berbincang – bincang tentang kerjaan.
“Sinka, kamu masih kerja di Starbucks?”
“Aku udah enggak kerja di Starbucks”
“Kenapa?”
“Aku mau coba hal baru...”
“Pengen coba jualan online gitu, Rino”
“Jadinya aku enggak harus ninggalin rumah”
“Wahhh... bagus dong ide kamu”
“Semoga aja berhasil ide aku ini, Rino”
“Kalo kamu butuh bantuan, bisa berkabar ke aku”
“Ok, Rino”
Selama diperjalananpun, aku memutar musik di audio player mobilku dan lagu Budi Doremi yang berjudul 123456 itupun terdengar lagi. Kami berdua pun bernyanyi bersama didalam mobil, walaupun suara kami semua tidak ada yang bagus. Entah kenapa aku menyukai momen ini bersamanya, tetapi ada hal yang mengganjal dihati.
Setibanya di Mall Taman Anggrek pada pukul setengah tujuh malam, kami berdua pun langsung jalan – jalan mengitari dalam mall. Mungkin ini pertama kali aku juga ke Mall Taman Anggrek.
“Sinka, mau makan di food court?”
“Kamu emangnya udah lapar, Rino?”
“Udah sih...”
“Tapi kalo kamu masih mau jalan – jalan, enggak apa – apa”
“Jangan gitu dong, Rino...”
“Ayok kita makan”
Aku dan Sinka menuju food court untuk makan malam dan selama makan kami berdua saling suap – suapan.
“Kamu kayak anak kecil aja, Sinka hahahahaha...”
“IHHHHHHHH... Kamu juga ya” katanya yang mencubit pipiku
“Sakittttttttt!!!!!!!!!!” kataku yang mengusap – usap pipiku
“Lagian kamu gitu sih” katanya yang tertawa kecil melihat aku kesakitan
Setelah makan malam pun, aku menawarkan ke Sinka untuk melakukan ice skating dan dia pun mengiyakan ajakan aku. Selama ice skating, aku terus melihat Sinka yang terus terjatuh disaat mencoba untuk berdiri.
“Gitu doang kok jatoh???”
“Rinoooo... Bantuin!!!!!!!!!”
“Iya – iya...” kataku yang mengulurkan tangan kananku
Setelah membantunya berdiri lagi, aku pun menyuruhnya untuk berpegangan di pundakku. Selama setengah jam lebih kami berdua bermain ice skating dan setelah bermain ice skating, Sinka bilang ke aku kalau dia ingin pulang.
Disaat kami semua sudah ada didalam mobil, aku pun mulai berbicara ke dia tentang yang sudah aku rencanakan tadi sore.
“Sinka?”
“Iya, Rino?”
“Aku mau kasih kamu ini...” kataku yang memberikan sekotak kecil
“Ini apa?”
“Buka aja...”
Dia pun terkejut dengan isi dari kotak kecil yang kuberikan. Aku pun mengambil isi dari kotak kecil itu dan memakaikannya ke lehernya. Benda yang kuberikan ke dia adalah, kalung perak dengan ada huruf s.
“Sinka...”
“Mungkin kita baru menjalin hubungan belum setahun”
“Tapi entah kenapa, aku merasakan ada hal yang berbeda tiap kita ketemu” kataku yang memegang tangannya
“Rinooo...”
“Langsung ke intinya, Sinka...”
“Aku suka sama kamu, semenjak dari pertama kali aku ketemu sama kamu”
“Mau enggak jadi pasangan aku?”
Tanpa basa – basi, Sinka menerima ajakan aku.
“Mauuuuu!!!!!!!” katanya yang langsung memelukku
“Thank you, Sinka...” kataku yang membalas pelukannya
Setelah berpelukan, aku mulai mengelus pipinya perlahan dan mencium bibirnya. Dia pun merespon ciumanku dan kami berciuman didalam mobil.
-----XXX-----
Dua minggu setelah kejadian aku mengutarakan perasaan aku ke Sinka dan sekarang aku berada di bengkel pada pagi hari kamis pukul sebelas pagi karena mempersiapkan motor GSX-R150 aku untuk lomba race IRS kelas 150cc.
“Bang Coy, coba bikin putaran bawahnya lebih narik” kataku yang turun dari motor
“Mau racik gear rasio ke temen gw, No?”
“Entar gw panggil temen gw”
“Panggil aja temen lu sekarang”
“Siap, No”
“Buat bayaran, entar aja...”
“Bisa diurus itu, Bang Coy”
Setelah itu pun aku menuju kantor bengkel dan disaat menuju kantor, salah satu mekanik aku memberikan sebuah surat yang ditujukan ke aku. Setelah masuk kedalam kantor bengkel, aku pun membuka surat itu dan membuat aku cukup kaget.
“Apa – apaan ini???” kataku dalam pikiran
Bersambung...