Bebeapa saat kemudian...
Andika segera menemukan sungai yang dimaksud desi. Tentu saja tidak ada kesulitan sedikit pun karena sudah tahu letaknya sebelum desi memberitahunya. Andika pergi ke tempat dimana secara tidak sengaja melihat desi mandi beberapa waktu lalu. Dan benar saja, tidak jauh dari situ, terdapat jalan menuju ke bawah, ke sungai.
Andika tidak segera mandi. Bayangan tubuh indah desi terus terbayang. Andika duduk di tepi sungai dengan sebagian kaki masuk ke sungai dan melamun untuk beberapa saat. Bagaimana pun juga, ini adalah pertama kali baginya melihat tubuh perempuan tanpa sehelai benang pun dan secara alami tiba-tiba. Andika tertarik secara seksual kepada desi. Rasanya cukup menyiksa.
“Sial. Mengapa aku harus melihatnya mandi tadi. Kalau saja aku tidak mencarinya dan bersabar, mungkin aku tidak akan seperti ini dan semua akan baik-baik saja” Andika menggerutu.
Andika segera melepas semua pakaiannya, langsung ia genggam batang kemaluannya. Ia kocok batangnya dengan cepat agar bisa pelampiasan nafsu karna mengingat kemolekan tubuh desi sebelumnya. Hasssshhhh hasssshh
errrrgggg
crot crooot croooot.
Cairan sperma keluar sebanyak 10x.
Rasa lega yang ia rasakan mungkin itu. Cara untuk melampiskan nafsu. kemudian andika berendam di tepian sungai yang alirannya tidak terlalu deras. Dan menikmati mandi pagi itu dan berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Setidaknya ia merasa normal sebagai pria.
Setelah 20 menit berendam dan membersihkan diri, andika mengenakan kembali pakaiannya. Dan merasa segar. Dengan santai ia meninggalkan sungai tersebut dan kembali ke pepohonan kelapa. Walaupun kemungkinan kecil, tapi dia memiliki sedikit harapan bahwa ketika kembali ke tempat semula, akan ada desi dan tim penyelamat. Harapan konyol. Dan andika tersenyum sendiri dengan rasa optimis yang barusan mencuat di hatinya.
Tapi kenyataan terlalu pahit. Hanya ada desi di bawah pepohonan kelapa. Tidak ada tim penyelamat. Andika melangkah mendekat tak terusik sedikit pun. Meskipun tidak ada tim penyelamat saat ini, beberapa hari ke depan mereka pasti akan menemukannya. Begitu pikiran mereka memberi keyakinan pada diri sendiri.
Andika segera menghampiri desi yang duduk beralaskan sarung di tempat biasa. Desi tampak aneh. Dia tak tahu mengapa, hanya saja di depannya ada wanita yang tak seperti desi biasanya.
“Ada apa? Apa ada sesuatu yang salah?” andika menjadi orang pertama yang membuka percakapan untuk kesekian kalinya. Desi mendongak, menatapnya, namun dia tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
“Jangan khawatir. Tim penyelamat pasti segera datang” Baru saja aku mengatakan itu, ia kembali terangsang. Bayangan tubuh telanjang desi kembali muncul. Aku hanya bisa berpura-pura bersikap seperti biasa dan menahan diri untuk tidak melakukan hal yang memalukan.