UPDATE
paginya aku terbangun. Saat subuh dingin dan menusuk tulangku. Aku langsung mencuci seperti biasa yang kulakukan setiap hari. Mengambil semua pakaian kotorku dan yang tersisa hanya yang dipinjam Sandi semalam. Hmmm kemana ya anak itu? Apa belum bangun? Atau masih menggesek? Hahah gak mungkin. Ah sudah biarkan saja.
“Click” notif hapeku berbunyi. Pesan dari Dinar. Selamat pagi, sudah bangunkah tuan putri? Kenapa pesan ku belum dibalas sayang?. Aku mengacuhkannya tak tahu kenapa. Aku hanya sibuk memasukan cucian ini ke dalam baskom besar, kutuang air, deterjen, bilas, ulangi seperti itu, masukan air kembali, pewangi, peras, ulangi terus seperti itu. Terlihat celana dalam kartunku dan beberapa dalaman atasanku bh, dan baju tidur, warna-warna pastel. Hmmm… lucu juga, batinku. Aku mencuci seminggu sekali mungkin. Hari ini agak menumpuk. Bagian menggosoknya dengan sikat adalah hal yang paling lama. Aku jongkok, memakai sarung jadul pemberian mamaku, memakai tanktop warna ungu, dan celana dalam warna ungu juga untuk menutupi kemaluanku.
Cucian berangsur-angsur selesai, tanggung, kataku dalam hati. Kubuka celana dalam dan bh ku yang kupakai karena ingin segera bersih dan kupakai lagi ketika sudah kering, lalu kulepas dua-dua nya. Kembali jongkok dan mencuci.
Sekarang payudaraku bergelambir kebawah menuju perut dan saling beradu. Aku sempat insecure dengan bentuk toketku yang kebesaran, takut dijadikan banyak objek orang-orang apalagi huh coli, sebelnya. Sarungku terbelah mengikuti kaki dan jongkokku. Terlihat gundukan memek yang dipenuhi rambut tipis dan jarang, karena sering kucukur. Biasa saja kupikir tak ada siapa-siapa.
Sebelum kumasukan air dan menggosok kucoba cium malu-malu bau celana dalamku, dan bh ku bau sangat agak menyengat keringat dan cairan wanita ku bersatu. Oh nikmatnyoooo. Seksi juga baunya hahai, pantesan dua orang yang menjadikanku fantasi suka cd kartunku. Sejujurnya aku agak risih mereka suka dengan bau tubuhku. Terlebih pada kerang basahku. Ah tapi kalau melihat pisang mereka berdua yang tonjolan dan kekarnya minta ampun, aku seolah pasrah deh dipikirkan bagaimana pun sama mereka. Toh aku gak rugi, mungkin cd ku aja yang melar, hehe.
Sandi cepat-cepat melewat depanku jongkok dan menjatuhkan celana dalam dan bh bekas pakaiku tadi malam. “Nih teh, nuhunnya”. Tanpa melihatku dia langsung berlalu. Aku kembali mencuci. Dan tak lama kupanggil lagi Sandi. “Sandi heh ieuh, tolong ambilin sabun oka, ini abis.” Kataku. Ia datang sambil cemberut karena tak mau disuruh, kugoda sambil tersenyum. Sini bantuin teteh. “Ngapain?” Ia bersungut. “Ini bantuin gosok”.
Tanpa menjawab ia ambil celana dalam ungu ku. Ia gosok. “Eh pelan-pelan itu gambar Rapunzel nya nanti rusak.” Kataku cemberut. Ia tak menjawab hanya memainkan jarinya ditengah celana dalamku. “Nih teh, disini ya tempatnya?” Ia tersenyum sambil menggodaku”. “Apaan sih, tempat apa ai kamu?”. Ia tersenyum geli “Itu tuh apa ya namanya heunceut”. “Husss berisik jangan keras-keras sia mah.” Ku lempar sabun mengenai kepalanya. Lalu jatuh dan tergelincir menuju kaki ku. Tangan Sandi mencoba mengambilnya. Lalu termenung agak lama.
“Lihat apa siah? Heh udah sana cuci lagi. Kehed mah nyaho we kana babauan teh”. Aku bersungut-sungut. Ia tersenyum “Teh, indah ya bentuknya”. “Dasar jorok pikiran kamu”. “Coba atuh teh sekalian urang cuci kerangnya”. “Ah culangung kamu mah”. “Masa gak mau dicuci bekas malem?”. “Bukan urusan kamu”. Ia tetep menggodaku sambil membuka sarungku pelan-pelan. Kakiku yang jongkok hampir jatuh karena ia agak memaksa. “Diem gak?”. “Kalo gak diem kenapa?”. “Diwewelan memek siah”. “Ah, hayang atuh geulis, mangga”. “Ih dasar, mesum siah”. Karena kesal dan bercanda. Lalu kueluskan jari tengahku dibelahan memekku. Terus kulapkan pada hidungnya yang lagi bicara. “Eh, teteh”. “Diem siah kamu, tah makan tah memek, hehehehe”. Sambil terus menggosokan jariku di hidungnya. Aku salah ternyata. “Ia menikmatinya. “Teteh, ah, teteh, seungit”. “Eh ari kamu kunaon? Kasarumahan?”. “Teteh atuh teteh meni seungit eta memek”. “Ih sana ah jadi takut”. Aku menghindar, ia menarikku. Ia terpeleset. Terlihat kontolnya ngaceng banget woy! Cuman terhalang celana bola nya yang murahan itu. Aduh! Itu kontol? Kok gede banget? Ah perasaan apa ini?. Ia tarik tanganku ke hidungnya. Ia membuka celana bola nya. Terlihat sudah lusuh dan agak bolong, ia keluarkan kontolnya. Tanganku diendus, ia mulai mengocok kontolnya cepat-cepat. Memeku kedut-kedutan. Ah lihat kontol pagi-pagi, anjrit.