Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku Dididik menjadi Budak Seks

Status
Please reply by conversation.

aeramu

Suka Semprot
Daftar
25 Nov 2017
Post
7
Like diterima
261
Bimabet
Arc 1: Mengenal Rasa Baru

PART 1

Halo, kenalin nama aku Putri, tapi biasanya orang-orang memanggilku Puput. Sejak kecil memang sudah dipanggil seperti itu, jadi ga usah tanya kenapa. Umurku 19 tahun dan sekarang sedang tahun kedua kuliah di jurusan biologi di kota Bandung. Asalku dari Jakarta dan karena ga punya keluarga di Bandung, aku ngekos di Bandung. Keluargaku cukup berada jadi alhamdulillah punya kos-kosan yang sedikit di atas standar lah.

Apa? Penampilan? Kayak cerita-cerita yang gitu-gitu aja hehehe. Kalo soal penampilan, ga ada banyak omongan-omongan orang tentang aku sih karena memang aku selalu mengenakan jilbab. Paling cuman cantik di atas standar aja lah soalnya kulitku putih dan tidak ada cacat yang bikin aku jelek. Sepertinya itu sudah cukup untuk dibilang sama orang-orang “di atas standar”.

Oh iya, aku pake jilbab bukan karena aku alim. Cuman karena memang sudah terbiasa aja sejak kecil. Aku sudah berkerudung sejak SD dan tidak pernah melepasnya kalo lagi di tempat umum dan kebiasaan itu masih terbawa sampai sekarang. Urusan ibadah aku juga sering banget males-malesan dan terkadang kelewat.
Kalau urusan badan, dadaku ga begitu besar, cuman 34B, dan karena ditambah aku memakai pakaian tertutup, badanku tidak pernah mencolok di keramaian. Jadi wajar kalau aku jarang dapat perhatian dari kaum adam, sampai suatu waktu, ketika aku menjadi mahasiswa baru di kampusku, aku didekati oleh kakak tingkat yang cukup ganteng dan terkenal.

Itu sudah seperti mimpi bagiku. Aku yang bukan idaman tiba-tiba saja didekati oleh dia. Dan karena aku masih bodoh saat itu, aku masih berpikir dia pasti mengejarku bukan karena ingin seks, tapi karena benar-benar cinta padaku. Dan akhirnya saat dia menembakku, aku langsung menerimanya tanpa basa-basi dan akhirnya kita berpacaran hingga sekarang.

"Put. Keluar yuk." Chat dari Rendy, pacarku.
"Yuk."
"Aku jemput di kosan mu, ya."
"Oke."

Setelah mendapatkan chat itu, aku langsung bergegas mandi dan berdandan secantik mungkin karena Rendy pasti akan mengajakku ke mall.

Awal mula aku berpacaran dengan Rendy, aku benar-benar merasa insecure. Bukan karena aku merasa diriku jelek di samping Rendy, tapi karena Rendy benar-benar kaya. Maksudku kaya itu bukan kaya, tapi sangat kaya. Awalnya tidak akan terlihat karena Rendy hanya menggunakan mobil Brio, tapi kalau tau mobil Brio itu akan kemana, tukang parkir pun pasti akan minta 10x lipat.

Karena itulah setiap Rendy mengajakku keluar, aku benar-benar harus berusaha sangat ekstra untuk terlihat cantik, atau setidaknya tidak terlihat seperti gembel. Dan karena berpacaran dengan Rendy juga aku jadi tahu, make up mahal(tentu saja dibelikan oleh Rendy) saja tidak cukup untuk menjadi cantik, skill juga sangat diperlukan.
Setelah mendapatkan chat dari Rendy kalau dia sudah di depan, aku langsung bergegas keluar dan masuk ke mobil Rendy.

“Ciee, baju baru.” Ejek Rendy begitu aku masuk mobil.
“Apa sih, kan kamu yang beliin, masa ga aku pake. Gimana? Cantik ga?”
“Cium dulu kalo mau dibilang cantik.”
“Ihh apa sih, Ren. Muji aja perlu dicium dulu.”
“Mau ga?”
Aku hanya diam dan melihat ke arah kaca mobil berpura-pura kesal, tetapi tiba-tiba saja tangan Rendy meraih daguku lalu menggiring wajahku ke arah wajahnya yang entah sejak kapan sudah berada di sampingku. Lalu dengan sangat lembut dia melumat bibirku yang sudah susah payah aku rias tadi. Dan tentu saja, bukan Rendy kalau tidak melumat lidahku juga.

Setelah hampir beberapa menit kita bercumbu, akhirnya Rendy membebaskan bibirku dan kembali duduk di kursinya dan mulai menjalankan mobilnya.
Dia tidak memujiku seperti janjinya. Tapi itu tidak penting. Nafasku terengah-engah masih ingin melanjutkan ciuman tadi, atau setidaknya hal lain. Aku melirik ke arah Rendy untuk melihat apakah dia masih ingin melanjutkan, tapi yang aku lihat hanyalah Rendy yang fokus ke jalanan. Apa dia tidak ada nafsu sedikit pun setelah tadi?

Kalian pasti bertanya-tanya, apakah aku sudah melakukan itu dengan Rendy? Jawabannya iya, tapi juga tidak.

Saat di Jakarta, aku benar-benar dijaga oleh orang tuaku. Tidak boleh pulang malam, kemana-mana diantar, selalu ditanya pergi dengan siapa, dan kalau aku jalan dengan teman-temanku yang jumlah ceweknya lebih sedikit dari cowoknya, mereka akan melarangku. Ditambah lagi, aku tidak bisa berbohong karena entah bagaimana orang tuaku bisa tahu yang sebenarnya entah dari orang tua temanku atau mungkin mereka punya jin.

Jadi, begitu aku berkuliah di Bandung, aku benar-benar terbebas dari penjara. Aku memilih Bandung bukan kebetulan, aku sengaja memilihnya karena tidak ada kenalan orang tuaku yang tinggal di Bandung.

Lalu aku bertemu Rendy dan berpacaran dengannya. Kalau bukan di Bandung, aku yakin aku tidak akan berpacaran dengan siapapun. Sudah sangat beruntung kalau bisa jalan beramai-ramai dengan temanku saja. Dan yang paling penting, orang tuaku mengizinkan aku karena aku berkuliah di jurusan biologi yang mana jumlah cowoknya sangat sedikit dibanding ceweknya.

Karena haus akan kebebasan itu, di saat itulah aku berani mengiyakan ajakan Rendy untuk melakukan itu. Tapi ada satu syarat, aku masih ingin tetap perawan. Jadi kami tidak benar-benar melakukan itu karena kami menggunakan lubang lain.

Karena aku masih sangat nafsu, aku meraih tangan Rendy di setir dan menaruhnya di pahaku. Rendy hanya melirik sebentar ke arahku tanpa ekspresi sedikitpun. Seperti dia tidak terangsang sedikitpun. Mungkin hanya perlu sedikit dorongan.

Aku pun mulai menggerakkan tangannya di pahaku yang masih ditutupi rok panjang modis yang dibelikan olehnya. Sembari aku menikmatinya tangan besarnya yang mengelus-elus aku, terkadang aku gerakkan tangannya agar menyentuh miss V ku.

Setelah beberapa lama, akhirnya aku mulai menggerakkan tangannya untuk menggesek-gesek miss V ku. Rasanya sangatlah berbeda antara di gesek dengan pakaian dan tanpa pakaian. Ada rasa geli lebih ketika masih menggunakan pakaian. Aku terus menggesekkan tangannya di sana hingga aku mulai menggigit bibir bawahku. Semakin lama aku mulai mendesah kecil.

Aku sedikit mengintip ke arah Rendy tapi dia tidak memiliki reaksi apapun. Sepertinya aku akan tetap menikmatinya sendiri.
“Mmmfff.”
“Ahhh.”
“Ahh. Ahhh.”
“Mmmff.”
Aku terus menggesekkan tangannya hingga aku merasa sebentar lagi akan mencapai klimaks, “Mmmffff.” Dan ketika aku benar-benar berada di ujung klimaks, tinggal satu gesekan lagi saja, tetapi tiba-tiba Rendy menarik kasar tangannya dariku dan seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali di tetap fokus ke jalanan kini dengan 2 tangan di setir mobil.

Aku hanya diam terbengong di sana. Entah apa yang aku rasakan. Atau mungkin aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan. Nafsu? Nafsuku tiba-tiba saja hilang meski tadi sudah diujung tanduk. Sedih? Aku rasa tidak. Marah? Memangnya siapa aku asal main menggunakan tangannya. Seharusnya dia yang marah. Tapi wajahnya hanya datar saja. Rendy yang marah tidak seperti itu.

Ya, dan akhirnya rasa marah lah yang berhasil menguasai diriku. Aku akan membalas dendam membuat Rendy mengalami apa yang aku rasakan. Aku langsung meringkuk ke arah kursinya dan meraih resleting celananya dengan tanganku dan mengeluarkan naga perkasa yang tertidur di sana.

Aku cukup kaget melihat anu Rendy yang benar-benar masih tertidur seperti tidak ada rangsangan sama sekali dari tadi. Tapi aku tidak ambil pusing, walaupun seharusnya kalau dipikir-pikir lagi itu adalah sebuah tanda. Aku mulai menjulurkan lidahku dan menyapa selamat pagi pada si kecil Rendy, tetapi tiba-tiba saja aku merasa seperti mobilnya mulai memelan dan bergeser ke pinggir jalanan.

Aku menarik tubuhku dari Rendy untuk melihat ke sekitar mobil. “Udah sampai?”
“Belom.”

Kita hanya berhenti di pinggir jalan. Rendy langsung menggerakan badannya dan meraih sesuatu di jok belakang. Aku ikut menengok dan baru menyadari ada tas gym besar di jok belakang.

Rendy mengeluarkan sesuatu dari sana. Warnanya perak mengkilap. Rendy mengambil barang itu lalu memasangkannya di tanganku dan seperti orang bodoh aku hanya diam melihatnya memasang itu.

Setelah selesai memasangnya, Rendy kembali menyetir dan melanjutkan perjalanan.

Seperti orang bodoh, aku baru sadar setelah beberapa detik. “Kok aku diborgol?”
“Biar diem.”
“Isshh. Apaan sih, Ren.”

Aku langsung merasa benar-benar kesal dan hanya menatap keluar jendela selama perjalanan. Sampai akhirnya kita sampai di suatu tempat yang tidak aku duga. Sebuah hotel bintang lima. Dasar jaim. Pasti daritadi nahan-nahan.

Begitu sampai, di depan lobby, Rendy keluar dari mobil, memberikan kuncinya pada petugas valet, mengambil tas di jok belakang, dan membukakan pintu untukku.
“Ini ga dilepas dulu, Ren?”
“Udah gausah.” Dia langsung menarikku keluar dan merangkul bahuku sambil berjalan ke dalam hotel. Setelah berbagai urusan di resepsionis, kita langsung berjalan ke kamar.
Kamarnya sungguh mewah. Meskipun sudah beberapa kali ke sini, aku masih tetap merasa kagum setiap kali datang ke sini. Ini per malamnya pasti seharga kosku sebulan(kosku cukup mahal lho).

Rendy langsung menaruh tas itu di lantai dan mengobok-obok tas itu sedangkan aku langsung duduk di pinggir kasur.
“Ren, ini bukain borgolnya.”
“Iya ini lagi dicariin kuncinya.”
Setelah beberapa lama, Rendy akhirnya menemukan kuncinya lalu membukakan borgolnya.
“Aku mau mandi duluan.” Ucap Rendy.

Padahal kan berangkat pasti mandi dulu, ngapain mandi lagi? pikirku, tetapi aku hanya mengangguk mengiyakan.
Sebelum ke kamar mandi, Rendy menghampiri tasnya terlebih dahulu lalu mengambil beberapa baju.

“Haus ga? Nih minum.” Rendy melempar botol yang baru saja dia ambil dari tasnya dari dalam tasnya. Aku dengan sedikit agak kikuk menangkapnya dengan baik. Rendy pun masuk ke dalam kamar mandi.

Aku memperhatikan botol minum yang diberikan Rendy. Hanya sebuah botol minuman plastik dengan logo merknya. Aku tidak mengenal merknya, tapi aku yakin ini pasti air putih mahal, tapi anehnya warna airnya sedikit keruh. Sepertinya air putih mahal memang agak keruh seperti ini, pikirku dan meminumnya dengan santai.

Sudah beberapa menit Rendy masuk kamar mandi, tetapi aku tidak mendengar suara percikan air dari sana. Rendy ngapain sih? Ohh jangan-jangan dia lagi ritual hihihi. Ga tahan sama yang di mobil tadi. Jaim banget Rendy.

Berpikiran iseng, aku menempelkan telingaku di pintu kamar mandi mencoba menguping imajinasinya. Pasti dia bayangin aku hihihi.
“Gua udah sampe.”
“Ohh iya ajak aja si Roni.”
“Gapapa udah, bebas nanti.”
Kayaknya Rendy lagi telponan sama temennya.
“Iya beneran bebas pake.”
Bebas pake?
“Aman… Udah sini aja dulu. Besok kita pesta.”
Kayaknya besok Rendy mau ngumpul sama temen-temen SMA-nya dari luar kota? Tapi ada kak Roni. Kalo ga salah kak Roni beda sekolah sama Rendy. Atau ini Roni yang lain? Ah ya udah lah ga usah dipikirin. Aku ga bakal ngelarang juga.

Aku kembali duduk di pinggir kasur dan meminum kembali minuman yang diberikan Rendy tadi. Padahal rasanya ga beda sama Aq*a beda bentuk botol aja, tapi harganya bisa jadi tinggi.
“Duh, tiba-tiba ngantuk.”
Rendy lama banget sih. Kalo telponan kan ga mesti di kamar mandi. Kayak aku gak boleh tau aja. Duh, kok tiba-tiba agak pusing ya. Kebanyakan belajar buat ujian minggu depan nih. Yaudahlah tidur dulu aja.

Aku berbaring di kasur dengan mata yang terasa berat. Belom bersihin make-up lagi, kan. Yaudahlah nanti juga dibangunin Rendy. Rasanya agak ga enak tidur masih pake kerudung. Ah, tapi pake AC kok gak bakal kegerahan.

Lama kelamaan penglihatanku semakin menggelap dan akhirnya tertidur.

“Anjing cakep bener cewek lu ternyata, Ren. Seksi juga dibalik jilbabnya.”
“Dah gua bilang kan. Lu kagak ada yang percaya dulu.”
“Kalo tau dari dulu ini mah gua yang ambil.”
“Ini lu mau jadiin kayak Dewi, Ren?”
“Gatau dah. Belom kepikiran ke sana.”
“Kapan pake nih, Ren?”
“Roni gak ada sabar-sabarnya.”
Plak!
“Aduh sakit, Gen.”
“Sini bayar dulu duitnya.”
Rendy? Kayak suara Rendy. Gelap banget di sini. Ahh, ini mah cuman mimpi. Ga mungkin Rendy kayak gitu. Lagipula, badanku ga seseksi itu.

Apa yang tidak didengar Puput: “Eh, Cinderella udah mau bangun tuh.”

To Be Continued
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd