Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku Dididik menjadi Budak Seks

Status
Please reply by conversation.
PART 3

“Ren?”

“Ya?”

“Ini bukain dong.”

“Oh iya sebentar.”

Aku mendengar pintu kamar mandi terbuka. Mungkin Rendy sudah kebelet ke mara mandi. Tapi anehnya, setelah itu aku mendengar pintu kamar terbuka. Jantungku langsung berhenti sesaat.

“Ren! Ada orang masuk!” Aku langsung berteriak minta tolong pada Rendy. Pliss kedengeran ke dalam kamar mandi. Gila aja kalau ada orang masuk posisi aku lagi telanjang bulat, diikat, dan ditutup matanya seperti ini. Tapi… entah kenapa ada suatu perasaan aneh yang aku rasakan.

“Oh gapapa. Aku yang buka.”

“Ah, gila. Bikin panik aja.”

Setelah terdengar suara pintu tertutup, Rendy menghampiriku dan membuka penutup mataku. Lalu dia membuka borgol di tanganku dan menggunting tali yang mengikat kakiku.

“Aku mau keluar dulu ketemu temen.”

Aku hanya mengangguk mengiyakan tanpa menanya lebih jauh.

“Kuncinya aku bawa, ya!” ucapnya sebelum akhirnya pergi meninggalkanku sendiri di kamar.

Jujur saja. Bisa dibilang aku ini tidak begitu mengenal Rendy meskipun sudah lebih dari 1 tahun kita berpacaran. Banyak hal yang tidak aku ketahui tentangnya. Bukan karena aku Rendy selalu menghindar ketika aku bertanya. Dia selalu menjawab semua pertanyaanku. Hanya aku saja yang jarang mempertanyakan Rendy karena bagiku Rendy itu misterius dan aku suka lelaki yang misterius. Kalau aku sudah mengetahui semuanya, Rendy tidak akan misterius lagi.

Aku mendudukkan badanku dan melihat ke arah selangkanganku. Perlahan aku sedikit menggesek-gesekkan jariku ke miss V dan dan lubang pantatku. Rasa nikmat itu masih ada. Sepertinya aku ingin 1 ronde dulu sebelum mandi, pikirku, tetapi rasa itu tiba-tiba saja hilang begitu aku menyadari ada cairan sperma yang sangat banyak di sprei persis di depanku.

Apakah Rendy tadi sempat keluar terlebih dahulu sebelum pindah ke mulutku? Sangat jarang sekali Rendy bisa masih begitu tegang setelah keluar, setidaknya tidak mungkin setegang ketika aku mengoralnya tadi.

Aku langsung mengambil beberapa tisu di meja sebelah kasur dan mengelap sperma di kasur tersebut. Setidaknya butuh 10 lembar lebih karena cairan itu benar-benar sangat banyak.

Setelah membersihkannya hingga cukup kering, aku membuang tisu-tisu ke tempat sampah dan menyadari sesuatu lagi. Ada cairan sperma di lantai tidak jauh dari tempat sampah. Entah kenapa setelah aku melihat itu, aku jadi memiliki perasaan buruk dan untuk memastikan, aku mengambil sedikit sperma itu dengan tanganku lalu memasukkannya ke mulutku. Rasanya sama persis seperti sperma Rendy.

Apa yang terjadi? Ini tidak masuk akal. Apakah Rendy juga keluar di sini tadi?

“Arrgghh. Aneh banget. Pusing mikirnya.”

Tanpa ingin pusing memikirkannya, aku langsung saja melepas kerudung yang masih aku kenakan dan memasuki kamar mandi untuk segera mandi.

Secara singkat, kamar mandinya sangat mewah. Dan ya memang salah satu yang aku nantikan ketika ke hotel ini selain Rendy adalah kamar mandinya. Sangat jarang bisa mendapatkan pengalaman mandi seperti ini.

Setelah selesai mandi dan menutupi diriku dengan handuk, aku baru menyadari sedari tadi ada suara bergetar. Aku mencoba mengikuti suara bergetar itu dan menemukan sebuah handphone di pinggir wastafel. Handphone itu terus bergetar menerima notif dari aplikasi chat.

Aku mengambil hp itu dan langsung tau kalau itu bukan hp Rendy. Mungkin hp yang menginap di sini sebelumnya ketinggalan? Entahlah.

Aku pun mengembalikan hp itu ke tempat semula dan mulai mengeringkan rambut dengan hair dryer. Tapi, hp itu terus bergetar karena banyak sekali notif dan itu membuatku penasaran. Aku pun menyalakan hp itu dan melihat notifikasi-notifikasi yang masuk.

Arman: Gimana bro si Puput? Mantep?
Gennady: Mantep banget bro, kelas atas.
Riko: Anjrit, Klo Gennady sampe ngomong gitu berarti mantep banget.
Gennady: Tadi blowjobnya mantep banget, udh bisa deepthroat.
Arman: Wah, anjir kelas atas itu.
Riko: Bayar berapa tuh Gen?
Arman: Gennady mah dikasih gratis sama Rendy
Gennady: Gatau, coba tanya Roni. Dia bayar.
Riko: Wah, mantap. Thanks bro.
Gennady: Tapi dia perawan bro, kayaknya Rendy belom lepas harga perawannya juga.
Arman: Yah, gabisa patungan buat 2 lobang dong. Mesti gantian.
Riko: Bisa two in one hole bro hahaha.
Arman: Anjir gesekkan dong nnti gua ama lu.
Gennady: Oh iya tadi masih main blind roleplay. Kyknya ceweknya blom tau.
Riko: Wah makin seru dong. Jadi makin engas nih gua.
Gennady: Tapi jujur aja yang mantap tuh cakepnya sih. Seksi kerudungan, dalemannya udah kyk berlian lagi.
Riko: Wah, asu. Pantesan Rendy ngambil dia. Mana keliatan klo pake baju
Arman: Emang cenayang Rendy.

Jantungku terasa mau berhenti. Kakiku sangat lemas hingga aku ambruk ke lantai. Aku menggigit kedua bibir ku mencoba menahan tangisanku. Itu pasti bukan Rendy yang mereka bicarakan. Itu pasti juga bukan Puput aku yang dibicarakan.

Jelas-jelas tadi aku melakukannya dengan Rendy. Dengan Rendy yang entah kenapa anunya membesar. Rendy yang suaranya menggema. Rendy yang entah bagaimana bisa teleport langsung ke mulutku. Rendy yang tiba-tiba saja bisa langsung kembali tegak begitu keluar. Rendy yang… Rendy yang… Sniff

Meskipun dengan semua kemungkinan yang masuk akal itu, air mataku tetap mengalir dari mataku membanjiri pipiku. Rendy tidak mungkin seperti itu. Mereka semua bohong.

Brrrttt! Brrrtt!

Hp itu bergetar lagi.

(PM) Riko: Ron! Lu bayar berapa ke Rendy?
(PM) Andi: Bro, Puput berapa duit?
(PM) Arman: Eh lobang puput enak?

Entah apa yang aku pikirkan, aku menyentuh layar hp itu dan mulai mengetik menjawab mereka.

G. A. Spasi. A. D. A. Spasi. H. A. R. G. G. G. G.

Aku mencoba menekan G berulang kali tetapi selalu tidak bisa. Mungkin karena air mataku yang sudah mulai jatuh membasahi layar hp tersebut.

Aku memang tak berharga.

Brrtt! Brrrtt!

Gennady: Oh iya, besok katanya Rendy ngadain pesta, gatau bayar atau nggak.
Gennady: Besok maksudnya mulai tengah malam ini. Coba aja dateng dulu. Siapa tau gratis.

Ya. Aku memang tidak ada harganya.

Dengan sangat lemas aku mencoba berdiri. Entah betapa bodohnya aku masih mencoba berdiri di situasi seperti ini. Apakah aku akan bisa hidup normal setelah ini?

Dengan sangat lesu aku berjalan keluar dari kamar mandi, lalu memandangi kamar mewah ini. Apakah selama ini Rendy tidak mencintaiku? Apakah selama setahun ini Rendy bersikap seperti itu hanya untuk saat-saat ini? Rasanya tidak mungkin. Rendy masih mencintaiku bukan?

Aku melihat ke arah cermin di seberang ruangan yang menunjukkan wanita cantik dengan rambut hitam sepunggung yang hanya dibaluti handuk putih yang hanya menutupi sebagian auratnya tidak seperti pakaian-pakaian yang selama ini ia kenakan untuk menutupinya dari tatapan-tatapan pria di luar sana.

Sungguh bodoh aku menganggap diriku tidak cantik. Ya aku ternyata memang cantik, dambaan pria. Tapi… aku baru menyadarinya setelah semua ini. Setelah aku dipakai oleh 3 orang yang hanya aku kenal namanya. Apakah hanya tiga? entahlah. Mungkin tadi ada banyak orang yang menonton atau bahkan bergantian menikmati tubuhku. Siapa yang tau apa yang terjadi saat mataku tertutup?

Setidaknya aku masih perawan.

Pikiran itu tiba-tiba saja muncul di benakku dan membuatku menyadari sesuatu. Aku tidak sekotor itu. Ya, aku adalah wanita sholehah yg masih menjaga keperawanannya, dan apabila semua pria yang mengetahui kejadian ini tidak ada, aku sepenuhnya masih suci.

Aku masih bisa kabur dari sini! Aku langsung menuju tas Rendy dan mengobok-obok tasnya, biasanya Rendy selalu membawakan baju gantiku. Setelah ketemu aku langsung mengeluarkannya dan menaruhnya di kasur.

Selanjutnya aku mencari uang di tas itu agar bisa memesan kendaraan bahkan pesawat sekalipun, tetapi tiba-tiba saja suara pintu kamar terbuka bergema ke seluruh ruangan. Sial, Rendy sudah kembali.

Aku hanya membeku. Apa yang harus aku lakukan? Aku harus segera kabur sebelum pesta malam ini. Tunggu dulu! Rendy belum tahu kalau aku tahu soal malam ini. Jadi, aku masih bisa berpura-pura tidak tahu dan kabur nanti. Aku harus bertingkah seperti biasa.

“Lama banget sih, Ren—” Mataku langsung membelalak begitu mendapati yang berada di hadapanku bukanlah Rendy, melainkan 3 orang pria yang tingginya seperti tangga yang mengenakan seragam yang sama.

“Lho? Bukannya tadi dia diiket?” ucap pria paling pendek di antara mereka yang bahkan lebih pendek dariku.

“Kan tadi udah dibilang pasti dilepasin dulu sama cowoknya sebelum pergi,” ucap pria yang tingginya sama dengan Rendy.

“Hmmm.” Pria tinggi yang membuatku harus mendongak tinggi hanya bergumam. Dia pasti lebih tinggi dari pintu…

Aku langsung melompat ke belakang dan menutupi badanku yang padahal masih tertutup handuk. “Si-siapa kalian!? Kalian temennya Rendy?”


“Ohhh, Rendy pasti nama yang ganteng itu,” ucap si pendek kepada teman-temannya yang hanya diam mengangguk.

Dari jawaban itu, aku simpulkan mereka bukanlah teman Rendy, “Ba-bagaimana kalian bisa masuk sini?”

Si kecil itu tertawa terkekeh-kekeh, sedangkan yang lainnya hanya diam. Dia menarik baju bagian dada kirinya, seperti menunjukkan tulisan yang ada di sana.

“Ma-maksudnya?”

“Kita kerja di sini bodoh!” bentaknya padaku. “Ayo langsung ekse aja nih cewek.”

Pria normal dan pria tinggi itu langsung berjalan mendekat ke arahku. Aku mencoba kabur, tetapi si normal itu langsung melompat dan menangkap ku hingga terjatuh. Dengan sigap si tinggi langsung memegang kedua pergelangan tanganku dan si normal melepaskan badanku, tetapi dengan sigap langsung menahan kakiku yang meronta-ronta.

Aku ditelentangkan di lantai. Aku masih mencoba meronta-ronta, tapi tenagaku tidak cukup melepaskan kaki atau tangan dari si normal dan si tinggi.

“Hehehe.” Si pendek yang dari tadi hanya menonton tertawa terkekeh-kekeh dan berjalan mendekati kami. “Tenang saja, kami tidak akan membunuhmu. Kami hanya ingin kamu memuaskan kami seperti kamu memuaskan mereka. Hahaha.”

“Apa maksudmu mereka!?” teriakku.

“Benar kan aku bilang, dia tidak tahu kalau dia di gangbang. Aku yang menang taruhan,” ucap si normal

Si pendek mendecakkan lidahnya kencang. “Yaelah cuman seribu doang.”

Aku langsung membelalakkan mataku. Seribu!? Hanya seribu!? Mereka taruhan kalau aku di gangbang atau tidak hanya dengan seribu rupiah!?

“Hehehe. Kalau gitu kita kasih tau aja. Nih, lihat.”

Si pendek itu menunjukkan layar hp nya di depan mataku dan di situ terputar sebuah video. Video hitam putih rekaman cctv dimana aku yang sedang berkerudung terikat di kasur dan berteriak-teriak kenikmatan karena 2 orang, yang aku kenal adalah kakak tingkatku di kampus sedang menyodok-nyodok dan melumat tubuhku secara bersamaan. Sedangkan di situ, Rendy hanya terdiam menonton pacarnya di pinggir ruangan.

“Lihat? Kelihatannya kau sangat menikmatinya. Jadi, sekarang kamu hanya perlu menikmatinya juga bersama kami. Sama-sama nikmat kan enak.”

Ternyata benar. Tubuhku sudah dinikmati oleh orang lain. Tubuhku sudah kotor dijual oleh pacarku sendiri. Buat apa aku berkerudung kalau nyatanya aku sebinal ini menikmati orang lain menikmati tubuhku. Aku sudah kotor. Jadi, hanya satu arah kemana aku pergi.

“Baiklah, aku tidak akan melawan.”

TBC
 
Ceritain awal mula bool puput dijebol dong hu, manteb nih masih perawan tapi boolnya udah jebol
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ceritanya bagus om semoga ga macet dan sedikit saran bahasanya kurang fullgar sih jd ngerasa tanggung om
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd