Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku Dididik menjadi Budak Seks

Status
Please reply by conversation.
gue juga pengen dididik jadi budak sex kaya gitu apalagi gue mahasiswa, pengen jadi budak di kampus
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 5

“Baiklah, aku tidak akan melawan.”

Aku harap dengan mengatakan itu, mereka akan melepaskanku dan aku bisa kabur. Tapi…

“Borgol dulu nih, Peng.” Perintah si pendek pada si tinggi sambil memberikan borgol yang baru dia ambil dari kasur.

“Buat apa? Kan dia tidak akan melawan.”

“Bodoh kau. Bisa aja dia nipu. Lagipula lebih menggairahkan kalo diborgol. Dan sepertinya lonte ini juga suka.”

Aku hanya menggigit bibirku mencoba menahan tangis setelah usaha terakhirku gagal. Aku mencoba menggeliat lagi, tapi tak berguna, kekuatanku sama sekali tak bisa dibandingkan.

Setelah si tinggi selesai memborgolku, si pendek menyuruhnya bertukar posisi. “Sini Peng! Gua dulu aja yang pegang tangannya. Lu bobol dulu dia biar dia ngerasain enak dulu.”

Si tinggi menurutinya dan berpindah ke bagian bawahku bergantian dengan si normal. Dia melebarkan kakiku dan selangkanganku terbuka lebar di hadapannya. Dia pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan senjata pamungkasnya.

Besar sekali. Ternyata tinggi badan juga mempengaruhi anu nya.

“Pliss jangan plisss.” Aku memelas tidak ingin benda itu memasuki tubuhku, apalagi diperawani dengan benda sebesar itu. “Plisss aku mohon.”

“Ahh! Berisik lu!” Plak! Si pendek menamparku kencang. “Jek, biasa. Bikin diem.”

Si normal yang dari tadi hanya berdiri di samping setelah posisinya diambil si Tinggi pun ikut turun persis di sebelah kepalaku. Dan perlahan wajahnya mendekat dan bibir kita saling bersentuhan.

Aku menutup mataku rapat-rapat bersiap untuk yang terburuk, tetapi yang kudapatkan hanyalah ciuman lembut. Bibir kita bersentuhan, bibirnya menjepit bibir atasku lalu dicabut kemudian menyedot bibir bawahku.

“Emmm… Bos. Ini dia masih perawan.”

Si normal yang terkaget langsung menarik bibirnya dan mengalihkan pandangannya ke si Tinggi. Ah, padahal aku sangat menikmati ciumannya.

“Seriusan lu?” tanya si Pendek. Si pendek langsung melepas tanganku dan pergi ke bawahku, sedangkan si Tinggi melepaskan kakiku untuk membiarkan si pendek mengambil alih. Kesempatan!

Aku langsung berguling, dan membangunkan diri dengan kaki dan tanganku yang terborgol. Aku langsung melompat ke kasur, berlari, dan melompat lagi ke lantai untuk memutari mereka. Aku langsung berlari ke arah pintu dan begitu aku memegang gagang pintu, aku hanya diam terhenti.

Apakah aku akan keluar dan telanjang sambil diborgol di tempat umum.

“Hahaha. Mau kemana lu lonte! Ambil Peng!”

Si tinggi itu langsung menghampiriku dan menangkapku dengan mudah karena tidak ada perlawanan sama sekali.

“Tempelin dinding Peng.”

“Baik Bos.”

Si Tinggi itu langsung menyenderkanku di dinding, dan menempelkan tanganku yang terborgol di atas dan dia hanya diam menahan tanganku dari samping karena dia tak ingin menghalangi karpet merah menuju keperawananku yang tentu saja diambil oleh si pendek.

Si pendek mengeluarkan anunya, yang juga aku cukup terkejut. Bukan karena besar, tapi apakah memang anu pria sekecil itu? bahkan tidak sampai setengah dari punya Rendy.

“Peng turunin ga nyampe.” Aku tertawa dalam hati mendengar itu.

Karena dia lebih pendek dariku, posisi badanku diturunkan hingga lututku harus menekuk hampir 90 derajat. Si pendek pun mulai menggosokkannya di harta paling berhargaku.

“Plisss apapun tapi jangan perawanku.” pintaku.

Plak! “Diam kau lonte! Kalo nemu harta karun tuh harus diambil.” Dia menoleh ke belakang dan memanggil si normal yang dari tadi hanya melihat dari jauh. “Oi, Jek! Jangan diem aja! Sini bantu diemin.”

Si normal itu pun berjalan ke sebelahku dan sedikit menjongkokkan dirinya untuk menyesuaikan posisiku yang sedikit pendek. Wajahnya menghampiriku dan tanpa sadar aku juga memajukan wajahku. Kami bercumbu berdua.

Aku mulai merasakan gesek-gesekan di kemaluanku. Aku merasakan geli, tetapi aku tidak bisa menikmatinya karena kesakitan akan kehilangan perawan terus membayangiku.

Aku pun mulai merasakan anunya mulai mendorong ke mulut kemaluanku. Aku sedikit meringis, dan si normal langsung memegang lembut wajahku seperti berkata, “Tidak usah pedulikan itu.”

Benda itu terus didorong ke dalam hingga sedikit tertahan, dan di situlah aku baru sadar, kalau sakit yang sebenarnya baru akan dimulai dari sana. Anu nya berusaha keras menembus pertahanan terakhirku. Semakin didorong, rasanya anu nya itu semakin berubah menjadi sebuah pisau.

“Uuuugghhhhh. Rapet banget anjingggg!!”

Tanpa sengaja aku menggigit bibir si normal menahan rasa sakit. Rasanya benar seperti kakiku ditarik lebar-lebar hingga tubuhku robek. Benar-benar sakit.

Aku menatap matanya. Ada rasa iba dan peduli di sana. Kalau saja dia yang mengambil perawanku, mungkin aku tidak akan semenyesal itu. Aku melirik ke arah si pendek yang sekarang sudah mulai memaju mundurkan peliharaan menyedihkannya. Tatapannya beringas, permainannya kasar. Menganggapku seperti mainan yang akan dibuang jika hanya ada lecet sedikit.

Kini aku jadi teringat. Sekarang ini, orang yang mencium dan menggunakan lubangku adalah orang yang berbeda. Ini bukan yang pertama kalinya bagiku, tapi ini pertama kalinya aku benar-benar melihat, merasakan, dan sadar akan hal itu. Aku sudah benar-benar kotor dipakai bersamaan seperti ini. Dan entah kenapa pikiran itu membuatku sedikit terangsang dan kurasa sekarang cairanku sudah sedikit keluar.

Dinding-dinding kemaluanku masih terasa sakit di setiap hentakan si pendek itu, tapi kini rasa-rasa geli sudah mulai terasa meskipun tidak benar-benar bisa aku nikmati.

“Minggir Jek!”

Si normal langsung menarik wajahnya menjauh dariku. Wajahnya menunjukkan ekspresi minta maaf karena dia melihat wajahku yang mulai ketakutan.

Dengan kasar si pendek itu langsung melumat bibirku. Tidak hanya cumbuannya yang kasar, bibirnya juga sangat tajam seperti ada duri di sana. Selain itu, bau mulutnya juga sangat tidak enak seperti ada bangkai di sana.

“Mmmmffff!!!”

Aku berusaha menarik wajahku darinya, tetapi bibirnya selalu mengikuti kemanapun kepalaku bergerak. Dan akhirnya aku pasrah menerima cumbuan kasarnya.

Tapi aku kembali memberontak lagi ketika lidahnya berusaha masuk ke dalam mulutku. Tidak mungkin aku membiarkan bangkai di dalam mulutnya berpindah ke mulutku.

Tiba-tiba saja dia menarik mulutnya dan Plakk!!! Dia menampar pipi kiriku. “Heh! Lonte harus tau diri!!”

Aku hanya terdiam. Plakkk!! DIa menampar pipi kiriku lagi. Aku masih terdiam. Plak!!! Kini dia menampar pipi kananku. Plak!! Plak!! Dia menampar pipi kanan dan kiri ku bergantian. Setelah beberapa tamparan, akhirnya dia memberi tahu “kesalahanku”.

“Mana permintaan maaf ya woi lonte!! Ga sopan banget lu jadi lonte.”

“Maaf.”

Plakk!! Tamparannya kini lebih kencang. “Ga kedengeran woy!!”

“Maaf.” ucap ku lebih kencang.

Plak! Plakk!! Aku ditampar bolak-balik. “Minta maaf sama siapa lu? Minta maaf yang bener!”

“A-aku tidak tahu nama kamu.”

Plakk!! “Heh! Lonte gaperlu tau nama bossnya!”

Teringat dengan si tinggi yang memanggilnya boss, aku meminta maaf lagi. “Maafkan saya boss.”

Mendengar itu dia langsung tersenyum sambil mengelus-elus pipiku yang sudah merah padam. “Nah, gitu dong. Jadi lonte harus sopan.” Tapi tiba-tiba dia menamparku lagi.

Plakk! “Sekarang buka mulut lu!”

Dengan ragu, perlahan-lahan aku membuka mulutku. Plakk!! “Yang lebar ******!!”

Aku langsung membuka mulutku dengan sangat lebar hingga aku merasa mulutku ingin sobek. Tiba-tiba saja dia meludah ke arah mulutku dan ludah itu langsung mendarat di pangkal lidahku.

“Hey! Lonte! Berani-beraninya lu ngambil ludah gua. Sini balikin!” Tangan si pendek itu tiba-tiba saja menghampiri mulutku dan memasukkannya ke dalam mulutku.

Aku langsung tersedak dan mual, tapi melihat tatapan si pendek yang menjadi tajam melihatku ingin muntah, seberusaha mungkin aku langsung mencoba menahannya.

Mungkin karena tangannya yang kecil, seluruh tangannya bisa cukup masuk ke dalam mulutku, meskipun aku merasa rahangku akan lepas.

Tangannya menjelajah setiap sudut mulutku. Seperti dia memang benar-benar mencari sesuatu di sana. Dan setiap dia menyentuh pangkal tenggorokanku entah kenapa aku merasakan geli keenakan meskipun itu membuatku bertambah mual. Dan entah kenapa aku langsung terangsang begitu dia memegang lidahku dan “mencari” di bawah ludahku.

“Susah juga nyarinya.” Dia mengeluarkan tangannya lalu mengelap tangannya yang basah di mukaku seperti aku hanyalah sebuah dinding toilet untuk mengelap tangannya yang basah.

“Berarti harus pake lidah gua nih. Sini buka mulut lu!” Tanpa perlawanan aku langsung membuka mulutku lagi dan lidahnya memasuki mulutku dan kita mulai berciuman. Ciumannya sangat kasar. Meski begitu, aku hanya pasrah menerimanya seperti aku hanya lah sex toy mulut untuk latihan.

Bibirnya yang kasar, permainan lidahnya yang hanya begitu-begitu saja, dan bau mulutnya yang kini benar-benar sangat tercium karena bau itu sudah menjadi bau mulutku juga. Aku hanya bisa pasrah dan berusaha menikmatinya, dan entah kenapa aku bisa menikmatinya.

Sampai akhirnya dia puas mengacak-acak mulutku, akhirnya dia beranjak dari sana dan mulai turun melalui pipi, lembah leherku, dan menanjak hingga akhirnya sampai di puncak yang kini benar-benar sudah keras karena kenikmatan yang mulai kurasakan.

“Ahhhh!!!”

Si pendek terkekeh-kekeh masih sambil menggigit lembut putingku. “Lontenya ternyata suka menyusui. Sini Peng bantu juga.”

Aku mendesah tidak hanya karena si pendek ini menyentuh area sensitif ku, tetapi juga karena aku sudah mulai merasakan kenikmatan di bagian bawahku. dinding-dinding miss V ku dari tadi terus menegang di setiap hentakannya. Dan di setiap gerakannya aku benar-benar merasakan kenikmatan luar biasa seperti bentuk anu laki-laki itu benar-benar dibuat untuk membuat wanita manapun jatuh.

“Baik Boss.”

Si tinggi itu pun langsung menghampiri putingku satu lagi dan mulai mengenyotnya seperti seorang bayi.

“Ahhhh!!” Aku mendesah lagi karena aku tidak pernah merasakan kedua putingku dikenyot sekaligus. Ada rasa yang berbeda dari ketika hanya satu.

Aku melihat ke arah dua kepala yang sedang menikmati tubuhku itu. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan ini ketika aku memiliki anak kembar. Aku jadi berpikir, berapa banyak perempuan di luar sana yang tidak pernah merasakan ini hanya karena tidak pernah melakukannya dengan 2 laki-laki atau tidak pernah memiliki anak kembar.

Dengan sangat bernafsu aku menatap si normal. Kalau tidak salah dia dipanggil Jek. Aku memanyunkan bibirku seperti memberitahu padanya kalau aku ingin dicium. Dia pun mendekati wajahku dan mulai menciumku.

Aku cukup terkejut ketika seperti memindahkan suatu benda dari mulutnya ke mulutku ketika kita berciuman. Tapi setelah aku merasakan rasanya, itu adalah sebuah permen mint stroberi yang sepertinya untuk membantu menghilangkan bau mulutku. Dia memang sangat baik.

Ciumannya sangat lembut. Meskipun ada sesuatu yang berbeda dengan ciuman yang kasar tadi, tetapi kurasa tetap saja aku lebih memilih ciuman lembut seperti ini.

Ciuman yang hebat, kenyotan di kedua putingku, dan kenikmatan dari miss V ku yang baru saja kehilangan keperawanannya. Rasanya aku seperti di surga.

“Mmmffff!” desahku meski sambil mencium Jek.
Ini adalah rasa yang tidak pernah aku rasakan. Kenikmatan yang hanya bisa didapatkan ketika melakukannya bersama 3 laki-laki. Dan terlebih lagi, aku sama sekali tidak mengenal mereka. Aku bertemu dengan mereka baru beberapa menit yang lalu dan kini mereka semua sedang melahapku.

Aku merasakan hentakan di miss V ku semakin cepat. Dan aku merasakan kenikmatan semakin cepat itu, tetapi tiba-tiba saja, aku merasakan sebuah cairan hangat dan lengket di dalam sana.

Jantungku sempat berhenti beberapa saat. Aku membelalakan mataku. Keringat dingin langsung mengalir dari dahiku. Darah di dalam tubuhku tiba-tiba saja terasa dingin.

TBD

----------------------------

Sorry yak agak telat soalnya nulis adegan esek-esek agak susah karena harus nunggu horny dulu wkwk.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd