alif99
Senpai Semprot
- Daftar
- 30 Jan 2023
- Post
- 809
- Like diterima
- 5.360
Deringan smartphone Devi pun berbunyi, panggilan dari Jordy. Devi hanya melihat lalu menaruh kembali smartphonenya. Devi benar-benar tidak ingin menjawab panggilan dari Jordy. Di teras atas, tempat favorit Devi untuk melepas lelah atau hanya nongkrong-nongkrong saja. Tiga kali ponsel Devi berbunyi namun tetap tidak Devi jawab.
“Hallo, kenapa Jod? Devi lagi ngga mau ngomong sama loe. Tolong kasih Devi waktu ya. Sehari atau dua hari, biar Devi yang menentukan. Thank you ya Jod.” Ucap Rey yang menjawab panggilan telepon tersebut membuat Devi terkejut.
“Kak. Kenapa di jawab teleponnya. Biarin aja.” Balas Devi.
“Loe sama Jordy harus ada kepastian. Buat gue, lebih baik kalian putus aja, masih banyak lelaki yang bisa jaga loe. Contohnya gue sebagai kakak loe.” Sambung Rey yang duduk di kursi malas.
“Ya memang, loe kan laki-laki Kak. Tapi kan loe kakak gue. Dari kecilkan gue mainnya sama loe. Kemana-mana sama loe.” Balas Devi.
“Soal tadi gue minta maaf, gue lupa kunci pintu. Abisan gue sange denger cerita loe. Loe di perawanin Jordy aja gue ngga tau dan udah 2 tahun pula, saat gue lagi Australia. Gue termasuk yang gagal jagain loe Vi. Walau gue bukan kakak biologis loe, tapi gue berupaya buat jagain loe.” Cerita Rey.
“Salah ngga sih Kak, apa yang gue lakuin tadi? Jujur, sejak gue kenal sama yang begituan, gue jadi berubah. Apalagi setelah kakak kuliah di Australia. Gue kesepian. Terbiasa ada loe disamping gue dan cuma loe kak yang bikin gue nyaman.” Sambung Devi.
“Gue juga bingung Vi. Kita tau, kita bukan sekandung. Gue anak bokap, loe anak nyokap. Tapi gue udah anggap loe seperti ade gue sendiri.” Balas Rey.
“Maaf ya Kak, gue terbiasa hidup sama kakak. Tiap hari sama loe dan gue selalu cerita sama loe. Hanya saja soal itu gue malu mau cerita soal begituan. Jangan-jangan loe juga udah ngga perjaka Kak?” tebak Devi.
“Hehe.. iya. Gue juga malu cerita soal itu sama loe.” Malu Rey ketika Devi juga menanyakan hal yang sama.
“Cerita ngga sama gue. Gue udah cerita sama loe ya.” Paksa Devi pada Rey untuk menceritakan kisahnya.
Kampus nan megah di Australia itu menjadi salah satu pilihan dari Papa Ricky, ayah dari Rey. Jalur undangan karena prestasi Rey bagus saat SMA, hingga akhirnya Rey memilih Kampus tersebut. Tidak hanya Rey, ada Adrian yang termasuk salah satu siswa yang mendapatkan jalur undangan untuk meneruskan ke jenjang kuliah. Hanya saja, walau 1 Sekolah Adrian dan Rey mulai akrab sejak di kampus tersebut.
“Padahal kita ngga akrab waktu SMA, bahkan kita ngga kenal.” Ucap Adrian.
“Namanya juga hidup Rey. Disini kita tetap menggali ilmu dan menggali pacar baru.” Balas Rey.
“Haha... bisa aja loe. Gue cabut duluan ya, ada kelas nih. Sampe nanti ya.” Pamit Adrian meninggalkan Rey di taman kampus menunggu kelas berikutnya sambil membuka smartphonenya.
“No Catty. I just borrow. Its so hard to find this book.” Ucap seorang mahasiswi yang duduk arah sebaliknya dengan Rey.
“This the old one. Mrs. Watson gave the task so difficult.” Balas temannya.
Rey pun sempat menoleh kearah 2 mahasiswi itu.
“Sorry, did we distrubing you here?” Tanya Catty melihat kearah Rey yang menoleh kearahnya.
“No, no, that's fine.” Balas Rey.
“I’m Catty, this Renata. And you?” kenal Catty yang langsung memberikan tangan kanan pada Rey untuk bersalaman.
“I'm Reynold from Faculty of Business and Law. You may call me Rey.” Sapa Rey yang lansgung menyalami Catty dan Renata.
“We are from Faculty of Art, Design and Architecture.” balas Renata.
Mereka pun mulai akrab satu sama lain. Rey mendapatkan teman baru walau beda jurusan.
Usai kampus, Rey berjalan menuju sebuah pertokoan. Ada beberapa yang ingin ia beli, sekalian beli bahan makanan untuk di kost.
Tak sengaja ia menyenggol seorang wanita saat akan mundur 2 langkah
“I’m Sorry.” Ucap Rey pada wanita itu yang langsung menoleh kearah Rey.
“Hai Rey. It’s ok. Buy something?” tanya Renata.
“Yes. I need something for the boarding house.” Jawab Rey
“Same like me. Where do you come from?” tanya Renata.
“I’m from Indonesia.” Balas Rey sekali lagi.
“Yaa.. gue pikir asli orang sini. Gue juga dari Indonesia.” Kejut Renata.
“Dari tadi kita ngoceh bahasa Inggris nyatanya masih ketemu orang Indonesia juga.” Sambung Rey.
Mereka pun menyelesaikan belanjanya dan segera menuju kasir dan bayar masing-masing. Lalu mereka meninggalkan pertokoan dan kembali berjalan menempuh lalu lalang masyarakat Australia.
“Loe kost di mana?” tanya Renata.
“Tidak jauh dari sini. Di belokan depan ada beberapa kost umum. Kalau loe?” balas Rey.
“Gue di seberang, hampir dekat dengan kampus. Satu kamar dengan Cattty.” Jawab Renata.
Akhirnya mereka pun berpisah di belokan kearah kost Rey. Tidak berapa lama, Rey kembali bertemu dengan Adrian yang tinggal berdekatan dengan Rey.
“Nyetok brow?” Sahut Adrian.
“Namanya juga anak kost, rajin nyetok biar makan ngga boros-boros amat hidup di negara orang selama 4 tahun. Bakal kangen gue sama ade gue dan rumah.” Ujar Rey.
“Ya samalah. Gue kangen enyak babe. Gue duluan ya. Sampe besok.” Pamit Adrian yang langsung berbelok menuju unit tempat dia tinggal.
Setiba di kamar, Rey langsung merapikan belanjaannya dan di masukan kedalam kulkas mini yang disediakan oleh pihak kost.
Rey pun langsung melihat smartphonenya, mencari status-status di media sosial.
“Ngapain loe?” tanya Rey
“Kakak.. gue kangen. Pulang dong kak. Sepi nih dirumah. Biasa ada loe juga jailin gue.” oceh Devi saat Rey menelepon adiknya.
“Masa gue baru beberapa hari disini, udah di suruh pulang. Ongkos mahal Vi. Baik-baik loe disana, telepon gue kalo ada apa-apa. Mama kemana?” tanya Rey.
“Mama pergi dari jam 3 tadi. Ngga bilang kemana. Makanya gue bete dirumah sendirian. Bu Yayu kan balik mudik. Loe kenapa harus kuliah di Australia sih. Aahh.. udah ngga sayang gue!.” Bawel Devi panjang lebar.
“Duh.. tambah bawel aja nih ade gue. Gue usahain telepon loe tiap hari ya dedek sayang.” Balas Rey.
Dengan wajah lelah dan mata Rey tak sanggup lagi menahan rasa kantuknya, Rey tertidur di kasurnya.
Terakhir diubah: