Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Rani Permata Aurelia adalah nama panjang dari Rani. Aurelia itu adalah gabungan dari nama orang tuanya. Ayah dan Ibu Rani adalah guru di sekolah kami. Ayahnya Pak Aur, nama aslinya itu Burhan. Entah kenapa bisa jadi Aur. Pak Aur adalah guru Matematika, tapi beliau hanya mengajar di kelas IPA, kelas XI dan Kelas XII, serta kelas SI untuk kelas X. Sementara Ibu Rani, Buk Lia, mengajar Geografi, beliau mengajar untuk kelas XI dan kelas XII termasuk juga mengajar di kelasku.
Rani sebenarnya tidak terlalu cantik. Biasa saja. Kalau dia berpasangan dengan aku, mungkin wajah kami masih cocok. Sama-sama biasa saja. Kalau di bandingkan dengan Fany, jauh lebih cantikan Fany. Lah kenapa aku mikirin Fany terus yaa. Yasuhlah, ini sekarang aku di kamar Rani mau ngapain? ini yang perlu aku pikirkan. Apa Rani akan mengajakku untuk melakukan hal enak-enak? atau sampai ngentot. Kalau sampai ngentot aku yakin nggak mungkin. Masa iya dia ngasih perawannya ke aku. Tapi apa Rani masih perawan yaa. Aku yakin dia masih perawan, karena yang aku tau Rani ini bukanlah anak yang neko-neko. Dia memang tidak se alim Fitri, tapi Rani juga tetap anak baik-baik, agak pemalu dan pendiam. Makanya aku bilang bahwa Rani ini masih 11-13 dengan aku. Dan 13 nya itu aku. Aku kadang-kadang masih bisa berisik di kelas, sementara Rani sangat jarang. Dia suka ngumpul dengan teman-temannya tapi cuma mengekor saja. Jarang aku lihat Rani bicara lantang.
"Tadi ada orang yang lihat kamu ke sini nggak?" tanya Rani.
"kayaknya nggak ada, aku perhatikan tadi nggak ada orang" Kataku sambil mengingat-ingat lagi.
"owwh yaudah, aman kan?" tannyanya lagi.
"aman" kataku mengangkat tangan seperti orang mau tos. Lalu Rani memegang tanganku.
"Mau lanjutin yang tadi nggak?" tanya Rani pelan. Kayaknya dia juga malu. Mukanya sudah memerah.
"ehh iya mau" kataku mengharap.
tik tik tik tik... nggak ada satupun yang mulai beraksi di antara kami. Aku mulai khwatir Rani akan berubah pikiran. Aku beranikan saja untuk memegang kepala Rani yang sudah tidak lagi berjilabab. Rambutnya lurus sampai bahu. Kelihatan rapi, mungkin tadi dia sempat menyisir rambutnya.
Rani menunduk tapi tidak menolak sentuhanku. Lalu tiba-tiba Rani nyeletuk.
"eh kamu bisa jaga rahasia kan?" tanyanya melihat lurus ke mataku.
"iya bisa" kataku tidak sabar. Saat Rani bilang "kamu bisa jaga rahasia kan?", itu berati Rani hanya ingin memastikan saja bahwa aku akan bisa menjaga rahasia. Tapi Rani sebetulnya sudah siap untuk aku apa-apain. Iya kan? aku yakin pertanyaannya itu memiliki arti seperti yang aku pikirkan ini.
"yaudah" kata Rani.
"Aahh betulkah ini? aku coba saja" batinku. Lalu aku tarik Rani dan aku peluk. Rani diam saja di pelukanku. Aku melihat lehernya Rani, aah sangat mulus. "cuup" aku kecup tapi bibirku tidak aku angkat lagi. Aku menunggu reaksi dari Rani. Rani diam saja, sementara nafasnya sudah mulai tidak teratur. Lalu aku cium basah lehernya dan tetap tidak mengangkatnya lagi. Karena Rani tidak bereaksi apa-apa, yasudah aku cium habis saja lehernya, aku jilat sampai basah leher kanannya. Ketika nafsu sudah naik, aku merasa semua tubuh Rani ini sangat indah. Bagian-bagian tubuh paling jorok justru menjadi bagian paling aku suka. Aku gigit telinga Rani, aku jilat daun telinganya, lehernya aku jilat dan aku gigit. Bahunya yang masih tertutup juga aku gigit, gigit-gigit sayang. Lalu tulang di bawah lehernya itu juga membuatku gemas dan aku jilat dan aku gigit juga. Kemudian aku membaui tubuhnya, mengendus endus. Sampai ke ketiak Rani. Aku suka bau ketiaknya. Aku cium-cium dan aku endus di sana. Aku merasakan tangan Rani memelukku. "Aah" leguhku. Seperti di kasih semangat, aku semakin gemas.
Tanganku turun ke pantatnya Rani, Ahh enak sekali, kenyal-kenyal. Pantat Rani ini miriplah seperti pantatnya Fany, karena bentuk tubuh mereka sama-sama langsing. Hanya saja Fany lebih tinggi daripada Rani. Tapi pantat Rani lebih kenyal dan lebih lembut, sementara pantat Fany itu lebih kencang, lebih melawan. Tapi nggak bisa dibandingkan, karena dua-duanya sama-sama enak. Aku remas-remas dan aku usel-usel pantatnya Rani sampai ke bagian dalam pahanya, nyerempet ke memeknya.
"aahhh , ahh terus Dan aaah" leguh Rani. Ahh brengsek, aku cabulin begini dia malah minta terus.
Aku remas semakin kuat pantatnya, sampai-sampai aku mengngakatnya karena gemas. Aku goyang pantatku seperti orang bersetubuh. "cup cup cup" Rani mencium leherku. Seperti menantangku untuk berbuat lebih. Aah Rani ini ternyata sangat nakal.
"Aku buka resleting celanaku, aku masukkan di antara pahanya. Aku goyang cepat-cepat seperti orang ngentot. Aku goyang terus cukup lama, sementara tangan dan wajahku tidak ada yang menggur. Wajahku mencium susunya yang sudah terbuka. Entah Rani yang membukanya atau wajahku yang membuat buah bajunya lepas. Aku nggak peduli. Kemudian rani Rani mengangkat cup BHnya, seperti menantangku untuk lebih liar lagi. Aku langsung menjilat dan mengisap-hisap susunya . Putingnya aku hisap bergantian. Tanganku meremas-remas pantatnya dan sesekali mengelus punggungnya. Sementara tubuh kami masih bergoyang, aku semakin giat mengocok gundukan memeknya dibalik rok sekolahnya yang longgar.
"aaahh ahhhj ahh terus Adan, terus" aku teruskan saja posisi itu sampai Rani teriak "aaaahk" lalu dia melemah luglai. Sama seperti Fany sebelumnya. Meskipun dulu aku belum tau itu namanya orgasme, tapi aku sudah tau, kalau cewek meluglai seperti itu berarti dia sudah muncrat seperti saat aku muncrat. Lalu melepaskan pelukannya.
"di kasur aj" kata Rani mengajak.
Sampai di kasur Rani mendudukkanku. Lalu dia berlutut di depanku. Mata Rani nanar saat melihat mataku setelah melihat batangku. Rani mencium batangku, mulai dari kepalanya sampai pangkal. Dia lepaskan celanaku yang masih menggantung. Aah nyaman sekali setelah telanjang bagian bawah. Fany mengocok dan terus mencium batangngku. "aaah" aku merasa permukaan basah mengenai batangku. Ternyata Rani sudah mengeluarkan lidahnya. Rani tampaknya sangat gemas, dia menocok batangku dengan cepat sekaligus menjilat dan mengulun kepala batangku.
"aaag gede banget ini" kata Rani bergumam sendiri.
Dulu waktu SMP kelas 1, aku di panggil "bapak" sama teman-temanku. Itu awalnya, saat kami mandi di sungai, kami mandi bertelanjang ria agar pakaian kami tetap kering. Salah satu seniorku waktu itu nyetuk. "kamu bawa barang bapakmu yaa, gede banget anjrit. Makanya jangan sering ngocok" Katanya mengingatkan. Bagiku, aku menganggap itu memang sebuah peringatan, karena dulu aku nggak suka memiliki barang yang besar. Sama seperti anak-anak cewe, jangan sering-sering main loncat tali, nanti susunya bisa gede. Sehingga anak-anak cewek yang punya susu sudah besar meskipun masih SD tidak mau lagi main lompat tali. Mereka takut susunya bertambah besar. Aku juga begitu, aku nggak mau lagi ngocok karena takut batangku bertambah besar.
Aku pikir memang sudah dari sananya besar. Dari sebelum sunatpun batangku kalau ereksi sudah cukup besar. Yasudah terima saja. Dan baru SMA aku tau ternyata cewek itu suka yang besar. Entahlah. Tapi sepertinya Fany dan Rani menyukai batangku.
Rani terus saja mengocok menjilat, mengulum kepala kontolku. Aku terengah-engah, tapi aku tidak puas. Aku pegang kepala, Rani, dan saat dia mengulum kepala kontolku, aku sentak agar masuk ke dalam mulutnya.
"uuuhh uuuhh" Rani bergumam menepuk-nepuk pahaku. Aku mau berhenti, tapi rasa enak ini sungguh nanggung. Aku kocok saja mulut Rani dengan kontolku cepat-cepat. "aaah" perih aku rasa saat Rani mencubit pahaku dengan keras.
"jangan begitu, aku nggak bisa nafas" kata Rani cemberut. Aku berpikir mungkin dia marah. Lalu apa ini akan selesai?. Ternayata tidak, Rani memegang kepalaku, lalu mencium bibirku dengan rasa yang aneh. Aku merasa Rani menciumku dengan perasaanya. Membuat hatiku terasa hangat. Lalu Rani menuntunku untuk membaringkannya.
"cup cup" terusinlah Adan sayang. ,"cup" sekali lagi dia mengecup bibirku.
Aku terpancing lagi. Kali ini aku membuka bajunya Rani. Membuka roknya, sehingga tertinggal BH dan CD saja. CDnya banjir. Tapi itu justru membuatku gemas. Aku cium CD nya tempat basah itu. Aku hisap seperti orang ke hausan. "aaaah ahhh ahh uuh" Rani sepertinya sudah naik lagi. Aku gencarkan jilatanku. Semakin gemas, aku singkap CD putihnya ke samping. Aaaah memek, ini memek Rani, gumamku. Ludahku terasa asin. Gemas, ngilu,malu melihat memek tersaji di depanku ini. Aku cium aku jilat semau-mauku. Lalu aku turunkan CD Rani sehingga tidak ada apa-apa lagi yang menutupi memeknya Rani. "Aahh enak sekali indah sekali" Kataku bergumam. Memek basah itu membuat sauasana di kamar ini terasa romantis. Bukan hanya soal nafsu, tapi juga hatiku terasa hangat.
Tidak sabar aku kangkangkan kaki Rani sengangkang-ngangkangnya. Saat aku sangat dekat dengan memeknya Rani, Dug dug dug.. aku degdegan melihat ternyata lubangnya Rani sudah ada sobekan. Rani ternyata sudah tidak perawan. Lalu aku melihat ke arah Rani, dia hanya tersenyum malu.
Sudah gila dunia ini. Rani yang aku anggap cewek baik-baik dan pendiam sudah pernah ngentot. Sementara Fany yang jelas-jelas sydah punya pacar dan banyak disukai orang malah masih perawan. Aah yasudahlah, mungkin ini saatnya aku untuk melepas perjaka. Aku arahkan batangku ke lubang itu dengan gemetar. Sebentar lagi aku akan merasakan yang namanya ngentot. Dan ini sudah pasti akan terjadi. Rani yang sudah tidak perawan tidak memiliki alasan untuk menolakku.
Aku gesekkan kontolku ke memek Rani, aku colok lubang basahnya itu lalu aku gesek ke atas memeknya biar makin basah. Lalu Rani tiba-tiba ngomong.
"Masukinlah sekarang aku nggak tahan" katanya merayu.
Segera aku colok lubangnya dengan kontolku. Aaaah sempit anget. Kepala kontolku masuk sampai ke lehernya. Saat aku mau menekan lagi, Rani menahan perutku. "diam duluu sakit" lalu Rani ngomong lagi. "tekan lagi pelan tapi" kata Rani memberi instruksi.
"iya", kataku tidak sabar. Air liurku terasa banyak di dalam mulutku.
"kreet kreeet" suara gagang pintu kamar Rani berputar.
"tok tok Ran, kamu sakit naak" suara Buk Lia.
"aaah" seketika saja aku menjadi sangat cemas. Mukaku menjadi hangat. Secepat kilat aku kembali memasang pakaianku.
"iya Bund, perutku sakit" kata Rani menyahut ibunya.
"ouwh, yaudah buka pintunya dulu nak, biar Bunda obati" Sahut Ibu Rani. Lalu Rani menarikku ke arah pintu tempat aku masuk tadi. Rani menyuruhku untuk keluar. Akhirnya aku berhasil keluar dari rumahnya Rani.
"astaghfurullah astaghfullah" Aku mengurut-urut dadaku. Berkali-kali aku mohon ampun. Untung saja bisa keluar. Kalau sampai Ibunya tau bakal hancur semuanya. Emakku pasti akan sangat kecewa. Terbayang wajah emakku kecapek an setelah menderes karet. Sudah capek, ditambah lagi kecewa karena anak sulungnya berbuat cabul. Aku menyesalinya. "Aku nggak akan lagi mengulangi seperti tadi. Kapok aku." Gumamku bejanji pada diriku sendiri.
Lalu aku kembali lagi ke sekolah dengan keadaan kentang. Tapi bodo amat. Aku tak akan mengulanginya lagi.

******
"kangeeen, nanti ketemu yaa pulang sekolah"
"nanti jemput aku di tempat Umi"
Aku lihat ada dua sms dari Fany. Aahh aku juga rindu Fany. Setelah hal yang terjadi tadi pagi di rumah Rani, aku jadi semakin merindukannya. Entah kenapa, aku merasa jika dengan Fany nggak apa-apa. Tapi kalau dengan Rani itu dosa. Aku merasa seperti ada ikatan dengan Fany.
Akhirnya aku bertemu dengan Fany di depan rumah Uminya. Umi Fany adalah adik dari neneknya Fany. Fany lalu memelukku dan aku balas dengan memeluknya mesra. Aku sangat merindukannya.
"drrrruut druut druuut" aku mendengar suara motor mendekati kami. Lalu Fany melepaskan pelukannya dan agak mendorongku.
"anjiiir mati aku, kenapa bisa sial begini" Aku lihat Edy dengan motor Tigernya mendekat ke arah aku dan Fany. Aku lihat mukanya memerah, antara ingin menangis dan ingin marah.
Setelah sampai di dekat kami. Fany langsung menghampiri Edy. "yaank, aku bisa jelasin, kamu jangan salah paham dulu" kata Fani. Sepertinya Fany sangat khwatir bahwa Edy akan salah betul tentang hubungannya dengan aku. Fany memegang tangan Edy tapi Edy mengibaskan tangan Fany. Aku hanya diam saja. Aku juga gemetar, karena aku memang bersalah di sini. Aku berpikir keras, apa yang harus aku lakukan sekarang. Tapi aku tidak bisa memikirkan apapun, karena sudah takut.
Aku lihat ke Fany, sepertinya Fany menyurubku untuk cepat-cepat pergi. Lalu aku hidupkan motorku, secepatnya aku putar dan kabur."
"heh anjing" kata Edy saat aku sudah menarik gas motorku.
"plaaak" Edy sempat menampar kepala belakangku saat melewatinya. Tapi aku tidak merasa sakit. Di hajarpun sekarang mungkin aku tetap tidak akan merasa sakit. Karena aku sadar bahwa aku memang layak untuk di hajar. "Maaf Edy maaf Fany." kataku bergumam sendiri. Tapi masa iya di hajar nggak berasa sakit, yaa sakit jugalah. Cuman mungkin akan merasa sedikit lega setelah di hajar.
Aku berpikir apa kabur kayak gini lebih baik daripada aku dihajar Edy? Apa nggak pengecut sekali aku begini. Kemudian aku menghentikan motorku. Aku menimbang-nimbang, apa aku harus kembali ke sana lalu minta maaf atau enggak. Tapi tadi Fany sendiri yang memintaku pergi. Duh gimana yaa. Aku jambak rambutku. Mungkin dengan menjambak rambut, otakku akan tersuggesti memikirkan cara terbaik untuk masalah ini. Yasudalah, sekarang lebih baik biarkan Fany menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena ini adalah pilihannya saat menyuruhku pergi tadi. Jika nanti ada apa-apa barulah aku akan turun tangan. Yaa begitu sajaa. Lalu aku menarik lagi gas motorku untuk pulang
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd