Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA ANAK SMA MENIKAHI BU DOSEN

Status
Please reply by conversation.
Bagian Tujuh Belas


Kembali ke Salon Wulan



“Jangan pakai itu Cik, itu masih bersih…” kata Ardi. Tapi terlambat. Cici sudah mengelap mukanya dengan kaos Ardi. Sialan pikir Ardi, alamat cucian numpuk nih, padahal baju bersihnya juga tinggal dikit.

“Nyet! Jangan cerita ke siapa-siapa ya” katanya dengan muka cemberut.

Ardi mengangguk.

“Gak usah cerita ke mami juga”

“Iyaalah..”

Cici nampak masih sibuk membersihkan pejuh yang menempel hingga rambutnya. Ardi membantunya mengusap beberapa yang menempel di rambut dan baju Cici.



“Anterin pulang!” kata Cici sambil berdiri.

Ardi cuma diam. Udah beberapa hari dia tidak ke salon, dan sudah lama juga tidak ketemu tante Wulan. Apa kata tante nanti kalau dia sama Cici barengan ke sana? Ardi ragu-ragu.

“Hujan Cik..”

“Wuih, dasar. Gak tanggung jawab banget. Udah ngecrotin mukaku, gak mau nganter lagi!” kata Cici sambil melempar Ardi pakai kaos yang barusan untuk mengelap mukanya. Ardi nyengir. Tapi dia mengangguk.

“Ayo cepetan! Lagian mami nyuruh kamu ke salon!”

Ardi melongo. Dia lalu berdiri dan memakai celananya. Cici sempat melirik batang yang mulai melemas itu. Masih terlihat besar menggantung di selangkangan remaja kurus itu.

“Iyaa, bentar Cik, aku mandi bentar..”

“Cepetaaan..” kata Cici sambil duduk memainkan hapenya.



Buru-buru Ardi membersihkan badannya.



Mereka berdua menerobos gerimis yang mulai reda. Sore sudah menjelang.

Ardi di depan mengendarai Scoopy Cici. Di belakangnya Cici memeluk tubuh kurus itu. Gundukan mungil Cici menempel lembut di punggung Ardi. Ardi menikmati empuknya susu itu sambil senyum-senyum dalam hati.



“Kamu dah gak marah sama mamimu, Cik?” tanya Ardi di jalan.

“Apaa?” suara Cici berusaha membelah keriuhan jalanan sore hari.

“Kamuu gak marah lagi sama tante?”

“Gaaak. Udah gak ada masalah. Pokoknya mami pengen kamu ke sana. Mau kasih gajimu juga” kata Cici setengah berteriak.

Menjelang sampai rumah Cici, Cici mengendurkan pelukannya, dan membonceng dengan cara biasa.

Begitu sampai, Cici langsung masuk ke rumah, dan menyuruh Ardi untuk segera ke salon.

Dengan ragu Ardi masuk ke salon. Mas Bimbo langsung menyapanya dengan ribut.

“Iniii diaaaa! kemana ajaaa cah baguss?” godanya.

Di salon seperti biasa, ada beberapa pelanggan dan para karyawan.

“Ada urusan kak..”, jawab Ardi sekenanya.

“Mamii.. Ini Ardinya dah datang”



Ardi melihat ke meja kasir. Di sanalah perempuan montok dan cantik itu duduk. Mata mereka sempat saling bertatapan. Tapi Ardi tidak bisa menebak ekspresi apa yang ada dalam tatapan tante Wulan. Dengan biasa, tante melambai menyuruhnya mendekat.

“Sini Di”

Seperti biasa, tante berdandan dengan sangat anggun. Baju bermotifnya yang ketat menampilkan lekuk tubuh montoknya yang menggiurkan. Lengan pendeknya mempertontonkan kulit putih yang serasi dengan baju warna kemerahannya. Di pinggangnya, terselempang semacam sabuk logam berwarna perak. Bawahannya dia memakai celana jins ketat dengan pantat aduhai. Wajahnya bermakeup elegan, dengan pipi kemerahan dan lipstick merah membara. Alisnya dibentuk dengan gaya yang sangat fashionable. Rambut kemerahannya terurai hingga pundaknya.



Ardi mendekat tanpa suara. Tante nampak mengambil sesuatu dari meja kasir. Mata Ardi tanpa sengaja tertuju pada belahan dada montok tante.

“Nih gajimu kemarin” kata tante Wulan sambil mengangsurkan sebuah amplop.

“Mmmakasih mam..”

“Sana bantuin Bimbo” suruhnya kemudian.

“Iiyyya.. mam”

Lalu Ardi mulai bekerja kembali membantu para kapster mengemasi barang-barang, dan menyapu potongan rambut di lantai.



“Bim, aku pergi dulu ya”

“Siap mam”

“Ardi, kamu dah makan?”

“Bbbelum mam..”

“Nanti makan aja di rumah. Ohya, kamu nanti jangan pulang dulu. Tungguin mama bentar”

“Iyaaa mam..”



Sehabis salon tutup, Ardi ke rumah Cici. Rumah nampak sepi. Dia masuk dari pintu samping yang terhubung dengan salon.



Ke mana Cici?



Dari lantai atas, terlihat Cici menuruni tangga. Cici nampak sudah berdandan rapi dengan cantiknya. Gadis itu selalu memukau Ardi.

“Nyet, tuh makanan di meja makan. Mami belum pulang ya?”

“Kayaknya belum Cik”

“Kamu makan dulu aja, tungguin mami. Aku mau ke rumah Sekar”

“Iyaa Cik..”

“Gak usah melotot gituuu..”

“Kamu cantik sih..”

“Gombal.. Pintu depan gak usah dikunci. Tapi kamu jangan pergi dulu sampai mami pulang. Oke yaa..” kata Cici sambil keluar pintu. Kaki jenjangnya nampak indah dibalut celana jins pendek.



Ardi segera menyerbu meja makan. Lumayan. Ada opor ayam kesukaannya. Dengan ganas disantapnya makanan gratis di meja itu.


hqdefault.jpg


(bersambung)
 
Bagian Tujuh Belas


Kembali ke Salon Wulan



“Jangan pakai itu Cik, itu masih bersih…” kata Ardi. Tapi terlambat. Cici sudah mengelap mukanya dengan kaos Ardi. Sialan pikir Ardi, alamat cucian numpuk nih, padahal baju bersihnya juga tinggal dikit.

“Nyet! Jangan cerita ke siapa-siapa ya” katanya dengan muka cemberut.

Ardi mengangguk.

“Gak usah cerita ke mami juga”

“Iyaalah..”

Cici nampak masih sibuk membersihkan pejuh yang menempel hingga rambutnya. Ardi membantunya mengusap beberapa yang menempel di rambut dan baju Cici.



“Anterin pulang!” kata Cici sambil berdiri.

Ardi cuma diam. Udah beberapa hari dia tidak ke salon, dan sudah lama juga tidak ketemu tante Wulan. Apa kata tante nanti kalau dia sama Cici barengan ke sana? Ardi ragu-ragu.

“Hujan Cik..”

“Wuih, dasar. Gak tanggung jawab banget. Udah ngecrotin mukaku, gak mau nganter lagi!” kata Cici sambil melempar Ardi pakai kaos yang barusan untuk mengelap mukanya. Ardi nyengir. Tapi dia mengangguk.

“Ayo cepetan! Lagian mami nyuruh kamu ke salon!”

Ardi melongo. Dia lalu berdiri dan memakai celananya. Cici sempat melirik batang yang mulai melemas itu. Masih terlihat besar menggantung di selangkangan remaja kurus itu.

“Iyaa, bentar Cik, aku mandi bentar..”

“Cepetaaan..” kata Cici sambil duduk memainkan hapenya.



Buru-buru Ardi membersihkan badannya.



Mereka berdua menerobos gerimis yang mulai reda. Sore sudah menjelang.

Ardi di depan mengendarai Scoopy Cici. Di belakangnya Cici memeluk tubuh kurus itu. Gundukan mungil Cici menempel lembut di punggung Ardi. Ardi menikmati empuknya susu itu sambil senyum-senyum dalam hati.



“Kamu dah gak marah sama mamimu, Cik?” tanya Ardi di jalan.

“Apaa?” suara Cici berusaha membelah keriuhan jalanan sore hari.

“Kamuu gak marah lagi sama tante?”

“Gaaak. Udah gak ada masalah. Pokoknya mami pengen kamu ke sana. Mau kasih gajimu juga” kata Cici setengah berteriak.

Menjelang sampai rumah Cici, Cici mengendurkan pelukannya, dan membonceng dengan cara biasa.

Begitu sampai, Cici langsung masuk ke rumah, dan menyuruh Ardi untuk segera ke salon.

Dengan ragu Ardi masuk ke salon. Mas Bimbo langsung menyapanya dengan ribut.

“Iniii diaaaa! kemana ajaaa cah baguss?” godanya.

Di salon seperti biasa, ada beberapa pelanggan dan para karyawan.

“Ada urusan kak..”, jawab Ardi sekenanya.

“Mamii.. Ini Ardinya dah datang”



Ardi melihat ke meja kasir. Di sanalah perempuan montok dan cantik itu duduk. Mata mereka sempat saling bertatapan. Tapi Ardi tidak bisa menebak ekspresi apa yang ada dalam tatapan tante Wulan. Dengan biasa, tante melambai menyuruhnya mendekat.

“Sini Di”

Seperti biasa, tante berdandan dengan sangat anggun. Baju bermotifnya yang ketat menampilkan lekuk tubuh montoknya yang menggiurkan. Lengan pendeknya mempertontonkan kulit putih yang serasi dengan baju warna kemerahannya. Di pinggangnya, terselempang semacam sabuk logam berwarna perak. Bawahannya dia memakai celana jins ketat dengan pantat aduhai. Wajahnya bermakeup elegan, dengan pipi kemerahan dan lipstick merah membara. Alisnya dibentuk dengan gaya yang sangat fashionable. Rambut kemerahannya terurai hingga pundaknya.



Ardi mendekat tanpa suara. Tante nampak mengambil sesuatu dari meja kasir. Mata Ardi tanpa sengaja tertuju pada belahan dada montok tante.

“Nih gajimu kemarin” kata tante Wulan sambil mengangsurkan sebuah amplop.

“Mmmakasih mam..”

“Sana bantuin Bimbo” suruhnya kemudian.

“Iiyyya.. mam”

Lalu Ardi mulai bekerja kembali membantu para kapster mengemasi barang-barang, dan menyapu potongan rambut di lantai.



“Bim, aku pergi dulu ya”

“Siap mam”

“Ardi, kamu dah makan?”

“Bbbelum mam..”

“Nanti makan aja di rumah. Ohya, kamu nanti jangan pulang dulu. Tungguin mama bentar”

“Iyaaa mam..”



Sehabis salon tutup, Ardi ke rumah Cici. Rumah nampak sepi. Dia masuk dari pintu samping yang terhubung dengan salon.



Ke mana Cici?



Dari lantai atas, terlihat Cici menuruni tangga. Cici nampak sudah berdandan rapi dengan cantiknya. Gadis itu selalu memukau Ardi.

“Nyet, tuh makanan di meja makan. Mami belum pulang ya?”

“Kayaknya belum Cik”

“Kamu makan dulu aja, tungguin mami. Aku mau ke rumah Sekar”

“Iyaa Cik..”

“Gak usah melotot gituuu..”

“Kamu cantik sih..”

“Gombal.. Pintu depan gak usah dikunci. Tapi kamu jangan pergi dulu sampai mami pulang. Oke yaa..” kata Cici sambil keluar pintu. Kaki jenjangnya nampak indah dibalut celana jins pendek.



Ardi segera menyerbu meja makan. Lumayan. Ada opor ayam kesukaannya. Dengan ganas disantapnya makanan gratis di meja itu.


hqdefault.jpg


(bersambung)
:pantat::pantat::pantat::konak::mantap::mantap::mantap:
 
Akan seperti apa hubungan Ardi dan Cici ke depannya ya?
Ardi gak boleh pulang mo dikasih ena-ena sama Tante Wulan keknya ;)
 
Bimabet
Wah ada update ny, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd