Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
ray nya jangan di dandanin cewe terus huu wkwkwk
 
Tiga hari sudah Tio tinggal di rumah, dan selama itu perasaan Rayhan sangat kacau. Ia marah, cemburu dan sakit hati melihat kedekatan Saudaranya dengan Aya. Terkadang ia berpikir kenapa ia merasa cemburu? Mengingat kedua orang tersebut adalah orang yang sangat ia sayangi.

Tetapi semakin ia berusaha bersikap menerima kenyataan, maka semakin sakit yang dia rasakan. Ingin rasanya ia pergi meninggalkan rumah suadaranya, agar bisa menghilang dari hadapan Kakak Iparnya.

Seperti biasanya Rayhan tidak mampu memejamkan matanya, semenjak kedatangan Saudaranya ia selalu merasa gelisah. Bayangan-bayangan Tio menyetubuhi Kakak iparnya, membuatnya menjadi tidak tenang, rasanya ia tidak rela tubuh Kakak iparnya di jamah oleh saudara kandungnya sendiri.

Rayhan membuang bantal yang saat ini ia dekap, lalu beranjak keluar dari dalam kamarnya.

Setibanya di dapur ia kembali melihat adegan tak senonoh yang di lakukan oleh Kakak Iparnya bersama saudaranya. Ia melihat Aya tengah menungging, sementara dari belakang Tio menyodok memeknya.

"Aahkk... Nikmat sekali sayang!" Racau Tio.

Aya menggigit bibirnya menahan perih selangkangannya ketika Tio melakukannya dengan sangat kasar. "Ohkk... Aahkk... Aahkk... Pelan-pelan Mas, sakiiiit... Aaahkk... Aaahkk..." Aya meringis menahan sakit.

"Diam..." Plak.... Tio menampar pantat Aya. "Nikmati saja lonte." Ujar Tio sangat kasar.

Rayhan yang melihat dari balik dinding pemisah antara dapur dan ruang tamu rumahnya tampak geram, ia marah melihat saudaranya memperlakukan Aya dengan sangat kasar. Tetapi ia tak memiliki hak ikut campur dengan urusan mereka.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanya mengeram marah, tanpa bisa berbuat apa-apa, walaupun dia tau kalau Kakak iparnya sangat tersiksa.

Lalu Tio memutar tubuh Aya, dia menggendongnya dan mendudukkannya keatas tempat biasa Aya memasak, percis di dekat kompor gasnya, di sana Tio mengangkangkan kaki Aya, lalu kembali dia menyodok kasar memek Aya.

Plaaak... Plaaak... Plaaak...

Dengan kasar Tio menampar payudara Aya, hingga membekas merah.

"Sakit Mas... Auww..."

"Bangsat." Umpat Tio.

Plaaak... Plaaak... Plaaak...

Semakin lama Tio semakin kasar menyodok memek Aya, hingga akhirnya dia mengerang panjang seiring dengan ledakan orgasmenya. Dia menyemburkan lahar panasnya kedalam memek Aya.

"Oughkk..." Erang Tio.

Pantatnya bergetar hebat seiring dengan orgasmenya yang hebat.

Setelah puas menyetubuhi Istrinya, ia pergi meninggalkan Aya begitu saja, sembari memungut pakaiannya. Rayhan sempat bersembunyi ketika Tio melewati dirinya. Setelah saudaranya pergi Rayhan kembali menampakan dirinya, ia melihat Kakak Iparnya menangis pelan, membuat hatinya merasa di iris.

"Kenapa Kak? Kenapa... Kakak bisa pergi kalau mau, tapi kenapa kakak bertahan?" Tak terasa air mata Rayhan jatuh membasahi pipinya, melihat keadaan Kakak iparnya yang sangat memprihatinkan.

Dia melihat payudara Aya yang memerah, di sudut bibirnya tampak sedikit bercak darah, lalu perutnya dan pahanya tampak membiru memar.

Rayhan menundukkan wajahnya, ia mengepal sekuat tenaga telapak tangannya. "Kupikir Kakak akan bahagia, tapi kenyataannya malah seperti ini." Rayhan menggigit bibirnya hingga berdarah, menahan amarah di dadanya.

Sementara itu Aya mulai mampu mengontrol emosinya, ia mengambil tisu untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di kulitnya.

Pada saat itulah Aya tanpa sengaja melihat Rayhan, awalnya ia kaget dan hendak menegur Rayhan. Tetapi melihat Rayhan menangis, membuatnya sadar kalau memang Adik iparnya tak bisa melihatnya tersakiti, dengan kata lain, Rayhan melihat apa yang baru saja terjadi.

"Ray!" Lirih Aya pelan.

Rayhan mengangkat wajahnya melihat Aya yang tengah tersenyum, sebuah senyuman yang selalu di perlihatkan Aya ketika ia sedang berbohong kepada Rayhan, seakan ia baik-baik saja.

Tanpa berkata sepatapun, Rayhan berjalan mendekati Aya, ia memungut pakaian Aya yang terlihat sobek di mana-mana, membuatnya kian marah.

Lalu ia mendekati Kakak iparnya, seakan tidak perduli kalau saat ini Kakak Iparnya dalam keadaan telanjang bulat di hadapannya. Begitu juga dengan Aya, wanita cantik itu tak berusaha melindungi ketelanjangannya di hadapan Adik iparnya.

Dan anehnya Rayhan sama sekali tidak terangsang, yang ada di hatinya hanyalah kemarahan yang membuatnya kian membenci saudaranya.

"Kakak gak apa-apa Ray?" Bisik Aya lembut.

Rayhan menyerahkan pakaian Kakak iparnya. "Sampai kapan Kak?" Ujar Rayhan dengan bibir gemetar.

"Ray..." Lirih Aya.

Rayhan tidak ingin mendengar alasan apapun dari Kakak iparnya, ia segera berbalik dan meninggalkan Aya yang hanya dapat diam membisu di tempatnya. Sementara Ayapun tak menghalangi Rayhan, karena ia tau kalau Adik iparnya saat ini sedang marah.

#####

Di tempat berbeda, tampak seorang Ustad sedang duduk di sebuah kursi, ia memandangi seorang gadis cantik yang tengah berdiri sembari bergoyang erotis. Dengan perlahan gadis cantik itu mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu, ia melakukannya dengan sangat perlahan.

Sssttt...
Reza menghisap rokoknya, lalu menghembuskan dengan perlahan asap rokoknya.

Perlahan gadis bernama lengkap Clara Sinta, mulai mendekati sang Ustad, dia memutar tubuhnya, lalu dengan sedikit membungkuk, ia menggoyangkan pantatnya, membuat Reza dengan gemas menampar pantatnya, hingga sang gadis tersentak.

Reza menarik turun celana dalam Clara, lalu dia mulai menciumi pipi pantat Clara yang mulus. "Muaack.. wangi sekali pantatmu lonte!" Racau Reza senang.

Dia membuka bibir kemaluan Clara yang telah basah, lalu dia menyelipkan rokoknya diantara bibir kemaluan Clara, dengan gerakan menghisap, memek Clara seakan sedang merokok, lalu tak lama kemudian tampak asap rokok mengebul keluar dari dalam memek Clara, membuat Ustadz Reza sangat senang.

Dia mencabut rokoknya, dan mematikan rokoknya. Lalu dia mendekap tubuh Clara di dalam pelukannya. "Aaaww... Hmmmpss..." Clara terpekik manja, sembari menyambut kuluman bibir Ustad Reza.

Mereka berciuman dengan sangat rakus, sementara tangan Ustad Reza bergerilya diatas payudara Clara yang terbungkus bikini.

Dengan satu tarikan Ustad Reza melepas penutup payudaranya. "Ustad tidak pernah bosan untuk menjamahnya." Ujar Reza, dia mendekatkan bibirnya dan mulai menghisap payudara Clara.

"Aahkkk... Enak Ustadz, Aaahkk... Aahkk..." Rintih Clara.

Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Secara bergantian Reza menghisap payudara Clara, sembari menarik lepas celana dalam Clara hingga meninggalkan pinggulnya.

Tanpa di minta Clara mengarahkan batang kemaluan Ustadz nya kedalam farajnya.

"Oughkk..." Lenguh Clara, dia mulai menaikkan pinggulnya.

"Terus Nak... Aaahkk... Nikmat sekali, Eehmmpps... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Reza keenakan, merasakan jepitan memek Clara.

Tidak butuh waktu lama kedua insan berlainan status itu mengerang nikmat, menandakan saat ini kedua telah mencapai puncak birahi mereka. Tubuh Clara menggelegar nikmat, dan pantatnya tampak tersentak-sentak nikmat.

Begitu juga dengan Reza, dia mendekap erat tubuh Clara seiring dengan tembakan spermanya kedalam rahim Clara, yang tak lain adalah muridnya sendiri.

Croooootss... Croooootss... Croooootss....

Tubuh Clara melemas di dalam pelukan Ustadz Reza, kemudian sang Ustad mengambil sebuah suntikan, dan dengan perlahan ia menyuntikan sebuah cairan berwarna kuning gelap ke lengan Clara.

"Terimakasih Ustad!" Lirih Clara.

Mata sayu itu perlahan terpejam, menikmati cairan haram tersebut di dalam tubuhnya.

Setelah beberapa menit kemudian, Reza menggendong Clara dan membawa Clara masuk kedalam kamarnya. Sementara itu di dalam kamar, tampak seorang pria sudah menunggu jatahnya.

"Ustad!" Lirih Clara bingung.

Reza tersenyum simpul. "Layani pria itu dengan baik, jangan melawan." Ujar Reza.

"Terimakasih Ustad!" Ujar pria tersebut menyambut tubuh Clara.

"Sama-sama Bos, jangan lupa bayarannya." Ujar Reza.

"Gampang, nanti saya kasih bonus."

"Hahahaha... Silakan di nikmati hidangannya Bos, maaf agak berantakan." Ujar Reza, lalu dia menutup pintu kamarnya.

"Ustad, tolooong." Lirih Clara.

Ia memandang kosong kearah pintu kamar Ustad Reza yang perlahan tertutup rapat.

######

Tok... Tok... Tok...

Andini mengerjapkan matanya, lalu dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya. "Rayhan?" Lirih Andini, ia merasa heran dengan kehadiran Adik ipar dari Ustadza Aya.

"Boleh saya masuk Ustadza?" Tanya Rayhan.

"Oh ya, sialakan." Ujar Andini.

Ia mempersilahkan Rayhan masuk kedalam kamarnya, lalu pemuda itu melepaskan pakaian luarnya, dan duduk bersandar diatas tempat tidur Ustadza Andini. Sementara Ustadza Andini mengambilkannya segera air mineral untuk muridnya itu.

"Kamu kenapa Ray?" Tanya Andini, sembari menyerahkan gelas tersebut.

"Terimakasih Ustadza." Rayhan segera meminumnya, menghilangkan dahaganya. "Gak apa-apa kok Ustadza, cuman mau menyendiri aja." Jawab Rayhan.

"Kamu lagi ada masalah?"

"Sedikit."

Andini menghela nafas pelan. "Ya sudah, kalau kamu udah baikan cerita sama Ustadza, siapa tau Ustadza bisa sedikit memberi masukan untuk kamu." Ujar Andini, dia mengusap lembut pundak Rayhan.

"Kenapa aku cemburu?" Celetuk Rayhan.

"Maksudnya?" Andini menatap dalam mata Rayhan. "Hmmm... Ustadza mengerti! Kamu cemburu sama Ustadza Ayakan? Kakak ipar kamu?" Tanya Andini, Rayhan mengangguk pelan.

"Saya tau, saya salah." Ujar Rayhan nyaris tak terdengar.

Andini tersenyum manis. "Cemburu itu tidak salah kok Ray, yang salah itu kalau kamu hanya diam tanpa melakukan apapun." Ujar Andini, ia meraih tangan Rayhan dan menggenggamnya dengan erat, Rayhan dapat merasakan kehangatan telapak tangan tangan Ustadza Andini.

"Maksudnya?"

"Kamu sukakan sama Kakakmu?" Tanya Andini.

Rayhan menganggukkan kepalanya. "Sudah dari dulu Ustadza, saya sangat mencintai Kak Aya, hanya saja saya sadar diri siapa diri saya." Ujar Rayhan.

"Kalau kamu suka, seharusnya kamu perjuangkan, bukan hanya diam dan mengalah." Jelas Andini.

"Sudah terlambat Ustadza, Kak Aya sudah menikah dengan saudara saya, tidak mungkin saya merebut Aya dari Mas Tio! Saya tidak gila." Ujar Rayhan, ia merasa tidak mungkin merebut Istri dari saudara, walaupun ia mau, tetapi ia tidak akan bisa merebut hati Kakak iparnya.

Andini menghela nafas perlahan. "Menikah itu status bukan cinta." Bantah Andini.

"Maksud Ustadza?"

"Cinta itu pengorbanan dan berkorban, perjuangan dan berjuang, tanpa berharap apapun, termasuk status. Kalau kamu mencintai Kakak iparmu, seharusnya kamu berjuang membahagiakannya, berkorban untuknya." Ujar Andini kepada Rayhan.

"Apa aku masih punya hak untuk tetap mencintai Kak Aya." Lirih Rayhan.

"Tentu saja, setiap manusia di lahirkan memiliki hak untuk mencintai dan di cintai." Ujar Andini. "Seperti Ustadza, yang mencintaimu." Kali ini nada Andini terdengar sangat pelan, tetapi Rayhan sempat mendengarnya.

"Ustadza..."

"Tenang... Walaupun Ustadza mencintaimu, bukan berarti Ustadza menginginkan kamu menjadi Suami Ustadza. Bukankah Ustadza sudah bilang, cinta itu perjuangan dan pengorbanan, bukan status." Ustadza Andini tersenyum manis, lalu dia menanggalkan pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalamnya. "Kalau dengan tubuh ini bisa membuat orang yang saya cintai bahagia, Ustadza rela membiarkan tubuh ini di jamah olehnya." Bisik Andini lembut, membuat jantung Rayhan berdetak cepat.

"Maafkan aku Ustadza." Ujar Rayhan lemah, lalu dia berdiri dan membelai anak rambut Ustadza Andini. "Tapi terimakasih atas pengorbanannya." Rayhan memanggut bibir Ustadza Andini.

Rayhan menghisap lembut bibir Ustadza Andini, lalu lidahnya masuk kedalam mulut Ustadza Andini, dan membelit lidah Ustadza Andini.

Tangan Rayhan menggapai payudara Ustadza Andini dan mulai meremas payudara Ustadza nya itu, membuat tubuh Ustadza Andini merinding di buatnya, dan nafasnya pun mulai terasa berat, ia menikmati setiap sentuhan Rayhan diatas payudaranya.

Sembari berciuman Andini melepas kaos yang di kenakan Rayhan, ia membelai dada bidang Rayhan. Dengan sedikit menunduk ia mulai menciumi dada Rayhan, lidahnya bermain dengan puting Rayhan.

Perlahan ia berlutut di hadapan muridnya, lalu dia mulai membuka celana jeans yang di kenakan Rayhan, berikut dengan celana dalamnya, hingga tampak kontol Rayhan yang berukuran besar di hadapannya, jemari lentiknya dengan lihai mengocok kontol Rayhan.

"Oohk... Nikmat sekali Ustadza!" Desah Rayhan.

Andini tersenyum senang mendengarnya. "Ustadza boleh menghisap kontol kamu Ray?" Pinta Andini, ia sudah tidak sabar merasakan kontol Rayhan di dalam mulutnya.

"Lakukan Ustadza!" Pinta Rayhan.

Bibir merah Ustadza terbuka, ia memasukan benda besar itu kedalam mulutnya. Lalu dia mulai menghisap kontol Rayhan, sementara Rayhan menjamah payudaranya, meremasnya dengan lembut.

Tak butuh waktu lama, Rayhan melenguh nikmat. "Ustadza aku keluar." Rintih Rayhan, ia menyemburkan spermanya kedalam mulut Andini, dan tanpa merasa jijik Andini menelan sperma Rayhan hingga tidak terpisah setetespun di dalam mulutnya.

Rayhan menarik lengan Ustadza Andini, lalu dia menggendong Andini dan mendudukkannya diatas meja rias Ustadza Andini. Kemudian Rayhan berlutut di hadapan memek Ustadza Andini.

"Indah sekali." Gumam Rayhan.

Andini membuka bibir kemaluannya. "Jilatin memek Ustadza Ray! Ayo Ray..." Pinta Andini tidak sabar.

Rayhan mulai menjilati memek Ustadza Andini, lidahnya menari-nari di bibir kemaluan Ustadza Andini, membuat sang wanita alim menggelinjang nikmat, merasakan geli di bibir kemaluannya.

Tangan Andini menggapai kepala bagian belakang Rayhan, ia melenguh nikmat merasakan sapuan lidah Andini di bibir kemaluannya.

"Aaaaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Rintih Andini.

Rayhan menghisap clitorisnya, membuat lendir kewanitaan Ustadza Andini kian basah. "Oughkk... Nikmat sekali Ray! Aaahkk... Ustadza sampe Ray..." Erang Andini, pantatnya tampak gemetar, dan tersentak-sentak ketika ia menyemburkan cairan cintanya.

Rayhan segera berdiri, masih dengan posisi yang sama Rayhan mengarahkan penisnya ke lobang surgawi Ustadza Andini. "Eengkk..." Rayhan sedikit mengeram ketika memasukan kontolnya kedalam memek Andini, hingga seluruh batangnya amblas kedalam memek Ustadza Andini.

"Aaahkk..." Lenguh Andini nikmat, ketika Rayhan mulai memompa memeknya.

Dengan ritme perlahan Rayhan memompa vagina Ustadza Andini, sembari meremasi payudara Ustadza Andini yang tampak terguncang.

Kontolnya keluar masuk dengan perlahan, dan menghentak membuat tubuh bugil Andini tersentak, merasakan dorongan kuat kontol Rayhan di dalam memeknya, membuatnya telonjak-lonjak. "Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss..." Mata Andini terlihat merem melek keenakan.

"Ray... Kakak mau keluar!" Erang Andini.

Dia mencengkram erat lengan Rayhan, wajahnya menatap sayu kearah Rayhan. Creeetsss... Creeetsss... Creeetsss..., Tanpa bisa di tahan, cairan Andini menyembur sangat deras sekali.

"Aku belum Ustadza.!" Ujar Rayhan.

Andini tersenyum. "Main di tempat tidur aja ya Ray!" Pinta Andini, Rayhan segera menggendong tubuh Andini dan membaringkannya diatas tempat tidurnya.

Lalu kembali Rayhan menyetubuhi Andini dengan posisi konvensional, tetapi kali ini ia menyodok memek Andini dengan cepat, membuat tempat tidur sang Ustadza berdenyit-denyit, setiap kali Rayhan mendorong kontolnya masuk kedalam memek Andini.

Hingga akhirnya mereka berdua secara bersamaan mencapai puncaknya. Rayhan menyirami rahim Ustadza Andini dengan spermanya. "Croooootss... Croooootss... Croooootss..." Tubuh Rayhan menegang beberapa saat lalu terhempas menimpa tubuh Andini.

"Terimakasih Ustadza." Bisik Rayhan sembari menjatuhkan tubuhnya kesamping.

"Sama-sama sayang." Andini tersenyum, sembari membelai penis Rayhan yang menciut setelah menumpahkan amunisinya di dalam rahim Andini.

Andini menggenggamnya lalu dengan perlahan ia mengocok penis Rayhan. "Uhkkk..." Rayhan mendesah pelan, birahinya kembali pulih karena terus-terusan di rangsang oleh Andini.

"Tegak ni, mau lanjut?" Tanya Andini.

Rayhan menghela nafas, harus ia akui Ustadza Andini memang sangat pandai memancing birahinya.

Dia segera meminta Andini untuk menungging, kemudian ia membuka pipi pantat Ustadza Andini, hingga tampak lobang anusnya yang menggoda. Rayhan membelai lobang sempit itu.

"Ustadza... Apa boleh di sini?" Tanya Rayhan.

Ustadza Andini menggigit bibirnya. "Tapi pelan-pelan ya?" Katanya, ia ragu untuk melakukannya karena Andini tau rasanya pasti menyakitkan.

"Iya Ustadza." Ujar Rayhan.

Rayhan meludahi telapak tangannya lalu membasuh penisnya dengan air ludahnya, kemudian ia juga meludahi lobang anus Andini.

Setelah merasa cukup basah, Rayhan menempelkan kepala penisnya, dan mulai mendorongnya masuk kedalam anus Ustadza Andini, tetapi ternyata tidak muda, ia berulang kali tampak kesulitan menjebol lobang anus Ustadza Andini.

"Ray... Aahkk... Sakit!"

"Tahan ya Ustadza!" Bisik Rayhan.

Rayhan kembali mendorong penisnya, dan tampak kepala penisnya mulai memasuki lobang anus Ustadza Andini, tetapi baru saja sedikit yang masuk, tiba-tiba pintu kamar Ustadza Andini di gedor sangat keras.

Duk... Duk... Duk...

"Ustadza.... Ustadza..." Panggil seseorang dari luar.

Rayhan dan Andini saling pandang. "Sial..." Sesal Rayhan, dia segera beringsuk bangkit dan mengenakan pakaiannya, begitu juga dengan Ustadza Andini.

"Ada apa, sebentar." Jawab Ustadza Andini.

######

Dor... Dor... Dor...

"Assalamualaikum, Ustad!"

Kreak...

Pintu itu terbuka, dan tampak seorang pria berwajah rupawan dan sedikit rambut di bawah dagunya. "Ada apa Nak?" Tanya Sang Ustad.

"Maaf Ustad, itu... Itu..." Sang santriwati tampak panik.

"Kamu tenang dulu, bicara pelan-pelan, biar Ustad mengerti." Ujar Ardi kepada muridnya.

"Pemerkosaan... Intan di perkosa." Histeris sang Santri.

"Apa... Di mana?" Wajah Ustad Ardi ikut menegang.

"Asrama Ustad... Di asrama."

"Ayo kita kesana." Ajak Ardi panik.

"Abi... Aziza ikut!" Tiba-tiba dari belakang Aziza menghampiri Bapaknya.

"Jangan, kamu di rumah saja, ini berbahaya."

"Bukan begitu Abi, Intan sahabat Aziza, dia pasti sangat trauma." Ujar Aziza meyakinkan orang tuanya.

"Ya sudah, tapi kamu jangan ikut mengejar." Ujar Ardi memperingati Putrinya. Lalu pandangannya beralih ke Istrinya yang juga terlihat panik. "Umi jaga rumah sama Bapak ya." Pinta Ardi.

"Iya Bi." Jawab cepat Nurul.

Sejujurnya Nurul ingin sekali ikut bersama Suami dan anaknya, ia merasa sangat prihatin dengan keadaan salah satu muridnya. Tetapi sebagai seorang Istri Soleha ia harus mematuhi perintah Suaminya, yang memintanya untuk menjaga rumahnya.

Setelah kepergian Suaminya, Nurul segera menutup pintu rumahnya, tak lupa ia mengunci pintu rumahnya untuk berjaga-jaga kalau nanti si pemerkosa berlari kerumahnya.

Setelah pintu rumahnya terkunci, Nurul segera berbalik hendak kekamarnya. Tetapi niatnya terhenti ketika melihat sosok Bapak mertuanya yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya dalam keadaan telanjang bulat, mata Nurul turun kebawah, memandangi kontol Pak Bejo yang telah memanjang dan terlihat sangat keras.

Tubuh Nurul terasa lemas, pemandangan yang ada di hadapannya membuatnya sadar kalau dirinyapun saat ini dalam bahaya. Ternyata di dalam rumah, tidak lebih aman di bandingkan di dalam rumahnya sendiri.

"Malam ini kamu milikku Nak!" Ujar Pak Bejo.

Nurul menggelengkan kepalanya, tetapi ia diam membisu ketika mertuanya dengan perlahan mendekati dirinya. Lalu dia membelai lembut pipi menantunya, dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya, mendaratkan ciuman di pipi menantunya.

Tubuh Nurul menegang, ia merasakan sensasi yang biasa ia rasakan ketika Mertuanya mulai menyentuh tubuhnya, sensasi yang tidak ia dapatkan dari Suaminya.

Tangan kanan Pak Bejo turun menuju pantat Nurul, ia meremasnya dengan perlahan.

Nurul menggigit bibirnya, entah kenapa ia kian terbiasanya dengan remasan kasar yang di lakukan Mertuanya diatas bongkahan pantatnya.

"Jangan..." Tolak Nurul ketika Pak Bejo hendak mencium bibirnya. Tetapi Pak Bejo tidak menyerah, dia terus berusaha memanggut bibit Menantunya. "Hmmppss..." Tanpa bisa di cegah, bibir Pak Bejo melumat rakus bibir Nurul yang indah.

Selama satu menit Pak Bejo mencium bibirnya, lalu dia membawa Nurul ketengah, dan mendudukan Nurul diatas sofa. Kembali Nurul merontah ketika Pak Bejo memeluknya.

"Jangan Pak... Jangan! Istighfar Pak." Melas Nurul.

Tangan Pak Bejo meraih payudaranya, dan meremasnya dengan perlahan. "Kenyal sekali tetekmu Nak! Semoga saja Ardi pulangnya lama." Ujar Pak Bejo sembari cekikikan.

"Tolooong... Aahkk..." Elak Nurul.

Satu persatu kancing piyama Nurul di lepas, dan tampak di balik piyama tidurnya Nurul sudah tidak lagi mengenakan bra untuk menutupi payudaranya, sehingga Pak Bejo leluasa menjamah payudaranya, menghukum dan menghisap payudara Nurul.

Sembari bermain dengan payudara Nurul, tangan Pak Bejo menyusup masuk kedalam celana piyama Nurul, dan ternyata di bawah sana memek Nurul sudah sangat basah.

"Sepertinya kamu menikmatinya Nak!" Bisik Pak Bejo girang.

Nurul memalingkan wajahnya, ia merasa sangat malu di hadapan Mertuanya. "Cukup Pak! Saya mohon... Ini dosa Pak." Melas Nurul.

Tetapi Pak Bejo tidak menghiraukan nya, karena ia tau kalau menantunya kini sudah sangat terangsang. Dengan perlahan Pak Bejo menarik celana piyama Nurul, berikut dengan celana dalamnya dengan mudah, tanpa ada perlawanan dari Nurul.

Kemudian Pak Bejo membuka kedua kaki Nurul, dan membenamkan wajahnya di selangkangan Nurul. Nurul menggigit bibirnya, merasakan sapuan lidah Pak Bejo di bibir memeknya. "Sruuuppss... Sruuuppss... Sruuuppss..." Suara jilatan Pak Bejo terdengar cukup nyaring.

Tubuh Nurul menggelinjang nikmat. "Aahkk... Aahkk..." Desah Nurul, ia tak tahan dengan jilatan Pak Bejo di bibir memeknya.

Nurul mendekap kepala Pak Bejo, hingga wajah Pak Bejo terbenam semakin dalam di dalam selangkangannya yang semakin basah. Tidak butuh waktu lama bagi Pak Bejo mengantarkan Nurul ke puncak kenikmatan surgawinya, tampak cairan memek Nurul menyembur keluar, menerpa wajah Pak Bejo.

Nurul memandang Pak Bejo dengan tatapan sayu, wajah cantiknya kian terlihat menawan tatkalah bermandikan keringat yang membasahi wajahnya.

Masih dalam keadaan lemas, Pak Bejo menarik tubuh Nurul, membuat Nurul kembali meronta, meminta untuk di lepaskan. Tetapi apa daya, ketika tubuhnya malah mengkhianati dirinya, sehingga dengan muda Pak Bejo memposisikan tubuh Nurul menungging diatas Sofa, sementara payudaranya menempel di sofa.

Kedua tangan Nurul berusaha mengais-ngais, menepis tangan Pak Bejo yang sedang memegangi pinggulnya, sementara kontolnya tengah menggesek bibir kemaluannya yang telah basah.

"Jangan... Jangan... Jangan..." Pinta Nurul.

Dia memandang wajah Pak Bejo yang tampak mengeras ketika kepala kontolnya mulai membela bibir kemaluan Nurul. "Oughkk..." Erang Pak Bejo nikmat, merasakan jepitan memek menantunya.

"Aaahkk... Pak!" Rintih Nurul.

Dia memejamkan matanya, menikmati batang kemaluan Pak Bejo yang keras di dalam memeknya.

Tanpa sadar dinding memeknya malah menyedot kontol Pak Bejo, membuat Pak Bejo merasa kalau kontolnya seperti di peras di dalam memek menantunya, ia sungguh tidak menyangkah kalau memek menantunya terasa sangat sempit dan nikmat.

"Yeah... Aahkk... Enak Nak, terus sedot kontol Bapak Nak." Desah Pak Bejo, menikmati sedotan memek Nurul terhadap kontolnya.

Lalu dengan perlahan Pak Bejo mulai menarik kontolnya, lalu mendorongnya kembali hingga kepala kontolnya terasa menyundul-nyundul rahimnya, membuat Nurul menggelinjang nikmat.

Kedua tangan Nurul terkepal, tatkalah Pak Bejo memompa memeknya semakin cepat. "Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...." Terdengar suara benturan yang terdengar erotis, antara pantat semok Nurul dengan kedua paha Pak Bejo.

"Aaahkk.... Aaahkk... Aahkkk..." Desah Nurul.

Wanita Soleha yang selama ini di kenal dengan sangat alim dan memegang teguh akan kesetiaannya terhadap Suaminya, kini tengah menikmati perzinahan yang sebelumnya tidak ia inginkan. Nurul sendiri tidak begitu mengerti kenapa ia menikmatinya.

Pak Bejo meraih payudara Nurul dan meremasnya, membuat Nurul kian terangsang, dan akhirnya Nurul tak mampu lagi menahan gelombang orgasmenya. "Creeetsss... Creeetsss... Creeetsss..." Pantat bahenol Nurul tersentak-sentak menyambut badai orgasmenya yang luar biasa nikmat.

"Oughkk..." Kepala Nurul sampai mendongak keatas.

Ploppps...

Pak Bejo mencabut kontolnya, dan tampak semburan cairan bening yang membasahi batang kemaluannya dan sebagian diatas perutnya yang membuncit.

"Gimana Nduk? Enakkan?" Goda Pak Bejo.

Nurul tak mampu menyembunyikan ekspresi wajahnya yang tampak begitu puas. "Sudah ya Pak, jangan lagi..." Mohon Nurul.

"Tapi Bapak belum keluar." Ujar Pak Bejo.

Nurul mengambil inisiatif untuk mengoral kontol Pak Bejo, ia berlutut di lantai, sementara Pak Bejo duduk diatas sofa ruang tamunya. Lalu Nurul menyingkap jilbab lebarnya, hingga payudara yang besar terlihat menantang. Kemudian ia menjepit kemaluan Pak Bejo dengan payudaranya.

Sembari menggerakan maju mundur kontol Pak Bejo dengan payudaranya, Nurul juga tidak segan menghisap kepala kontol Pak Bejo, yang tak lain adalah mertuanya sendiri, Ayah dari suaminya.

Setelah hampir dua menit Nurul mengoral kontol Pak Bejo, hingga akhirnya Pak Bejo menembakan spermanya kearah wajah Nurul. "Croooootss... Croooootss... Croooootss..." Dengan jumblah yang cukup banyak, Pak Bejo mengotori wajah dan jilbab Nurul dengan spermanya.

#####

Suasana di luar rumah Ustadz Ardi tampak semakin mencekam. Pengejaran di lakukan di berbagai penjuru, seluruh Ustad dan keamanan pesantren di kerahkan, bahkan beberapa santri putri ikut melakukan pengejaran dengan cara berkelompok.

Rayhan juga tidak ketinggalan, ia ikut melakukan pengejaran terhadap si pelaku, hanya saja ia melakukannya sendirian, ia terpisah dari yang lainnya.

"Berhenti anjing!" Bentak Rayhan.

Pria berpakaian wanita itu sempat melihat Rayhan, lalu ia berputar menuju semak belukar yang ada di bagian belakang pesantren.

Ternyata di balik semak-semak itu, ada dataran kosong yang cukup luas, di kelilingi oleh ilalang yang ukurannya setinggi tubuh pria dewasa, sehingga sulit untuk melihat keberadaan mereka berdua. Pria tersebut berhenti, lalu berputar menghadap Rayhan.

"Kita bertemu lagi bocah." Ujar pria tersebut.

Rayhan tersenyum sinis, ia tau apa yang di inginkan lawannya saat ini. "Mari kita coba lagi." Ujar Rayhan, sembari memasang kuda-kudanya.

"Hahahaha..."

Pria tersebut langsung menyerang Rayhan, ia menerjang Rayhan, tetapi Rayhan berhasil menghindar. Kemudian Rayhan melepaskan pukulan kearah perut Mang Soleh, tetapi berhasil di tepis.

Mereka kembali ke posisi semula, sembari mengamati pergerakan lawan mereka masing-masing.

"Hebat..." Gumam Soleh.

"Jangan senang dulu, ini belum seberapa." Ujar Rayhan.

"Baiklah, kita lihat sejauh mana kamu bisa mengalahkan saya." Soleh kini terlihat lebih serius, ia memasang kuda-kudanya.

Kini giliran Rayhan yang menyerang lebih dulu, ia menggunakan lututnya untuk menerjang perut Soleh, tetapi Soleh dengan tangkas menangkisnya dengan kedua tangannya dan pada saat bersamaan kepalan tinju Rayhan mendarat ke wajah Soleh sehingga membuat si penjaga kantin terjerembab kesamping.

Belum selesai, Rayhan melakukan gerakan memutar hingga kakinya menghajar telak wajah Soleh, hingga pria setengah paru baya itu memuntahkan darahnya.

"Hoek..." Soleh menyeka darah yang keluar dari bibirnya.

Soleh langsung membalas dengan menerjang perut Rayhan, tetapi Rayhan dengan tangkas menangkisnya, tetapi walaupun berhasil di tangkis, tetap saja lengan Rayhan bergetar.

Lalu tiba-tiba Soleh mengubah arah tendangannya keatas, dan lagi Rayhan berhasil menghindarinya, dengan mendorong tubuhnya ke belakang, sehingga tendangan Soleh hanya menerpa angin. Melihat pertahanan Soleh terbuka, Rayhan segera menendang kaki Soleh, hingga keseimbangan Soleh menjadi goyah.

Saat Soleh jatuh, Rayhan hendak menginjak perut Soleh, tetapi pria tersebut berhasil menghindar.

"Wow..." Soleh menggelengkan kepalanya.

"Menyerahlah." Suruh Rayhan.

Soleh tersenyum sinis, membuat Rayhan yang marah langsung melepaskan tendangan ke udara, tetapi kali ini Soleh tidak menghindar, ia menerima tendangan Rayhan dengan lengannya, lalu dengan gerakan cepat Soleh melakukan tendangan memutar sehingga Rayhan tidak sempat untuk menghindar.

Tubuh Rayhan terputar satu kali di udara, sebelum akhirnya ia terhempas di tanah. Kemudian di susul dengan tendangan yang tepat mengenai perut Rayhan, hingga tubuh Rayhan terdorong sejauh satu meter.

Tidak puas, Soleh terus melancarkan tendangannya seluruh penjuru tubuh Rayhan, hingga Rayhan meringkuk kesakitan, ia tidak bisa keluar dari serangan si penjaga kantin yang memang tidak memberi kesempatan untuk Rayhan menghindar.

"Auwwg..." Rayhan memegangi perutnya.

Soleh mencabut belati di pinggangnya. "Maaf bocah, sepertinya riwayatmu akan tamat di sini." Soleh mendekati Rayhan, sementara Rayhan yang kesakitan tak bisa berbuat apa-apa.

Tubuhnya yang penuh luka memar tak bisa berbuat apa-apa, walaupun hanya untuk menghindar dari Soleh.

Soleh menduduki perut Rayhan, sembari mencekik leher Rayhan, sementara tangannya sudah ia angkat tinggi bersiap menusukan belatinya dada Rayhan.

Sial... Ternyata umurku hanya sampai di sini. Gumam Rayhan, ia memejamkan matanya bersiap menyambut kematiannya.

Sejenak bayangan masa lalunya bersama Kakak Iparnya, membuat Rayhan sedikit tersenyum. "Maaf Kak, aku tidak bisa lagi melindungimu." Gumam Rayhan, ia sangat menyesal karena harus mati di sini.

"Selamat tinggal bocah."

######

Mohon penilaiannya untuk cerita kali ini, agar kedepannya cerita ini kian menarik.
Terimakasih...
 
aduh jangan mati dulu si rey. tanggung belum anal ustazah andini. salahnya sih. harusnya andini di-anal sejak dini
 
Thx updatenya om

Beneran Rayhan bakal mati?
Masih belum menikmati Aya lho Ray....
 
Seujung kuku lagi serangan soleh akan mengenai tubuh reyhan dan menamatkan riwayat sang pejantan... tiba tiba ada suara gaungan layaknya seribu tawon mengamuk disertai selarik sinar putih perak yg memaparkan hawa yg sangat panas menerjang ke arah belati di tangan soleh sang pemerkosa..

Trang...
Aakkhh..

Belati patah dua dan mencelat mental di ikuti tubuh soleh yg juga mental sejarak 3 tombak dengan kondisi tangan hangus gosong dan membengkak..


Hahaha..
Tibatiba wiro sableng nongol...

Update yg mantab Agan...
Ceritanya makin keren...
 
Bimabet
Seujung kuku lagi serangan soleh akan mengenai tubuh reyhan dan menamatkan riwayat sang pejantan... tiba tiba ada suara gaungan layaknya seribu tawon mengamuk disertai selarik sinar putih perak yg memaparkan hawa yg sangat panas menerjang ke arah belati di tangan soleh sang pemerkosa..

Trang...
Aakkhh..

Belati patah dua dan mencelat mental di ikuti tubuh soleh yg juga mental sejarak 3 tombak dengan kondisi tangan hangus gosong dan membengkak..


Hahaha..
Tibatiba wiro sableng nongol...

Update yg mantab Agan...
Ceritanya makin keren...
Mantap nih khayalannya.
Tp ane yakin rayhan bakal selamat,dia kan tokoh utamanya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd