Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
ayo update lagi suhu...
Jangan lupa cerita rayhan sama kak aya nya....
 
Up selanjutnya tentang masa lalu Rayhan, tpi hanya sedikit yg di buka.
Biar rada nyambung kenapa Rayhan seperti ini dan seperti itu.
Begitu juga dengan Aya.

Di tunggu aja Updatenya.
Terimakasih atas responnya.:ampun:



siap suhuuu..... dinantikan kelanjutan ceritanya....

:semangat::ampun::Peace:
 
Setibanya di rumah Ria, gadis berkerudung putih itu mencecar beberapa pertanyaan kepada Rayhan, ia menanyakan perihal tentang perubahan Asyifa sahabatnya, yang sebelumnya sangat baik terhadap Rayhan, tapi mendadak hubungan mereka kembali kaku.

Rayhan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur Ria, sembari memandangi langit-langit kamar Ria.

"Jawab dong Ray!" Paksa Ria.

Rayhan menghela nafas perlahan. "Tadi pas lagi beli pakaian dalam, kami melihat Ustadza Aisya sedang bersama Ustadz Reza." Ujar Rayhan.

"Ooo... Terus?" Cecar Ria tampak tak begitu terkejut mendengar kedekatan kedua gurunya itu.

"Asyifa mau ngelabrak mereka, tapi aku melarangnya." Rayhan menegakkan punggungnya. "Bukannya apa-apa, hanya saja aku tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain." Jelas Rayhan.

Ria menghela nafas pelan. "Jadi kamu menghalangi dan Asyifa jadi sangat marah kepada kamu?" Tembak Ria, sembari meremas jemarinya.

"Iya, begitulah ceritanya."

"Ray... Kamu tau kenapa Asyifa bisa seperti itu?" Tanya Ria, kali ini nada suaranya terdengar begitu lembut.

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau."

Ria kembali menghela nafas. "Kedua orang tua Asyifa bercerai, karena Ibunya berselingkuh dengan pria lain, dan... Dia yang pertama kali melihat perselingkuhan Ibu kandungnya." Jelas Ria, mengingat cerita kelam sahabatnya membuatnya turut bersedih.

"Hhmm..." Gumam Rayhan.

"Dia trauma Ray! Aku harap kamu mau mengerti dengan kondisi Asyifa, kenapa ia bisa sangat emosional ketika melihat Ustadza Aisya." Ria menepuk lembut pindah Rayhan seraya memandang Rayhan.

"Aku mengerti..." Jawab Rayhan sembari tersenyum.

Kemudian Ria memegang wajah Rayhan, dan dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Rayhan, lalu sedetik kemudian bibir mereka menyatu, saling melumat dan membelit.

Rayhan menarik tubuh Ria naik keatas tubuhnya, sembari berciuman ia mulai menanggalkan pakaian yang di kenakan Ria hingga gadis cantik itu hanya mengenakan pakaian dalam berserta jilbab putih yang seirama dengan warna pakaian dalamnya.

"Aahkkk... Ray!" Lenguhan Ria ketika Rayhan meremas payudaranya.

Kemudian ciuman Rayhan turun menuju pundak telanjang Ria, dan terus mendekati leher jenjang sang gadis. Ia mengecup mesrah lehernya, membuat tubuh sang gadis menggelinjang geli.

Sembari merangsang leher Ria, Rayahan melepas pengait bra yang ada di punggungnya, dan membuang jauh bra yang di kenakan Ria.

"Hisap tetekku Ray, Aahkk..." Lenguhan Ria.

Secara bergantian Rayhan menghisap payudara Ria layaknya seperti anak bayi yang sedang menyusu kepada Ibunya. Sesekali ia menggigit gemas puting Ria, menyentuhnya dengan ujung lidahnya.

Dengan perlahan Rayhan memutar tubuh Ria, hingga gadis cantik itu kini beerada di bawah tubuhnya.

Ciuman Rayhan turun menuju perut Ria, dan terus turun seiring dengan kedua tangan Rayhan yang menarik kedua tepi celana dalam Ria. Gadis cantik itu mengangkat sedikit pantatnya untuk mempermudah Rayhan menelanjangi dirinya.

Setelah celana dalamnya terlepas, Ria membuka kedua kakinya selebar mungkin, sembari membelai rambut ikal Rayhan.

"Oughkk... Ray! Hisap lebih keras." Mohon Ria.

Sluuuppsss... Sluuuppsss.... Sluuuppsss....

Rayhan menyeruput lendir kewanitaan Ria, berikut dengan clitorisnya yang semakin membesar. Lalu jemarinya membelai bibir vagina Ria, dan dengan perlahan ia menusukan jarinya kedalam vagina Ria.

Dia menggerakkan jemarinya keluar masuk, sesekali ia melakukan gerakan memutar, sementara lidahnya bermain dengan clitoris Ria.

"Ray... Aku dapat!" Lenguh Ria, pantatnya terangkat sedikit seiring dengan orgasmenya, lalu sedetik kemudian pinggulnya kembali terhempas keatas tempat tidur.

Rayhan segera menanggalkan celananya, lalu dia kembali menindih tubuh Ria dan mengarahkan penisnya ke sela-sela lobang vagina Ria. "Bless..." Dengan satu hentakan Rayhan menghujami kontolnya kedalam memek Ria yang meresponnya dengan menghisap kontolnya.

"Eehmm...." Erang Rayhan nikmat.

Ria melingkarkan tangannya di leher Rayhan. "Aahkk... Aahkkk... Sodok lebih cepat Ray, Aahkk... Terus Ray, Aahkk... Aaahkk..." Desah Ria, sembari menyambut setiap sodokan penis Rayhan.

Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...

Sembari menyodok memek Ria, kedua tangan Rayhan meremas payudara Ria yang tampak terguncang, lalu dia mendekatkan bibirnya ke bibir Ria, dan melumatnya dengan perlahan.

Mereka berciuman sembari bersenggama, layaknya sepasang suami istri yang sah.

"Ray... Aahkk... Aku mau keluar." Rintih Ria.

Rayhan memandangi wajah cantik Ria, ia membelai sayang kepala Ria yang tertutup jilbab yang terlihat sedikit berantakan. "Aku juga, mau keluarin di mana?" Tanya Rayhan lembut.

"Terserah kamu aja Ray, Eehmm... Aahkk... Aku dapat Ray!" Ria mencengkram erat lengan Rayhan, seiring dengan ledakan orgasmenya.

Setelah beberapa detik kemudian Rayhan mencabut penisnya, lalu dia mengarahkan penisnya kearah wajah imut Ria. "Oohkk..." Lenguh Rayhan seiring dengan semburan spermanya yang mengenai wajah cantik Ria dan sebagian lagi terkena jilbabnya.

Tubuh Rayhan roboh ke samping tubuh Ria, mereka saling pandang dan tersenyum manis. "Terimakasih ya." Ujar Ria, ia menggenggam tangan Rayhan.

"Tadi itu sangat nikmat." Rayhan menyeka sperma yang menempel di bibir Ria.

"Jahat kamu Ray!" Lirih Ria.

Rayhan tersenyum lembut. "Tapi kamu sukakan?" Goda Rayhan, sembari memandangi wajah cantik santri yang ada di hadapannya.

"Iya, karena kamu yang mengajarkannya." Bisik Ria.

Mereka berdua terkekeh pelan, dan tawa mereka memudar ketika terdengar suara ketukan dari luar kamar Ria. Membuat Rayhan buru-buru mengenakan pakaian wanitanya, begitu juga dengan Ria. Gadis cantik itu buru-buru memakai pakaiannya.

Dengan satu tarikan nafas, Ria membuka pintu kamarnya dan tampak Ustadza Erlina yang mengenakan mukena sutra berwarna putih.

"Tadi Umi dengar kamu berteriak! Ada apa sayang?" Tanya Erlina, ia tampak khawatir.

Mampus...! Pikir Rayhan.

"Anu Mi... Tadi... Itu... Ada kecoak, iya ada kecoak Mi, benarkan Ray?" Tanya Ria meminta dukungan Rayhan yang hanya menganggukkan kepalanya.

Erlina merenyitkan keningnya. "Ray?" Ulang Erlina bingung.

"Hmmm... Maksudnya Hani Umi." Jawab Ria cepat.

"Nama lengkap saya Raya Hani Ustadza." Timpal Ray cepat, sebelum Ustadza Erlina semakin mencurigai keberadaannya, bisa gawat kalau sampai Erlina tau siapa dirinya sebenarnya.

"Ya sudah... Umi mau sembahyang dulu! Kalian sudah sembahyang belum?" Tanya Erlina.

"Sudah kok Mi, tadi kami sembahyang di kamar." Jawab Ria berbohong.

Ustadza Erlina tersenyum mendengarnya, lalu dia segera meninggalkan kamar putrinya.

Selepas kepergian Erlina, Ria kembali duduk di tepian tempat tidurnya, ia menarik nafas lega selepas kepergian Ustadza Erlina. Bisa gawat kalau Ibunya tau apa yang baru saja di lakukannya bersama Rayhan.

"Sudah pintar bohong kamu ya!" Bisik Rayhan.

Ria segera melancarkan cubitannya. "Ih... Nyebelin kamu, orang lagi panik juga." Protes Ria, dia memanyunkan bibirnya sehingga terlihat lucu.

"Eh... Ngomong-ngomong, kok tadi aku lihat kamu ngeliatin Umi gitu banget!" Ujar Ria sembari memicingkan matanya.

Rayhan tampak salah tingkah. "Gitu gimana?" Tanya Rayhan sembari menggaruk kepalanya.

"Kamu suka ya sama Umi!" Tembak Ria. "Hayo ngaku... Umi aku cantikkan!" Ujar Ria, Rayhan tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Ustadza Erlina, yang memang di matanya sangat cantik.

"Cantik... Cantik banget malah!" Puji Rayhan.

"Mau ngentotin Umi?" Pancing Ria.

Rayhan menganggukkan kepalanya. "Kalau boleh." Jawab Rayhan sembari merangkul Ria kedalam pelukannya.

"Huh... Dasar mesum." Dia mencubit pinggang Rayhan.

Yang di balas Rayhan dengan memanggut bibir Ria dengan liar, membuat Ria kegelagapan menerima serangan Rayhan di bibirnya.

Kemudian Rayhan kembali menanggalkan kancing kemejanya, dan di balik kemeja itu Ria tak lagi mengenakan pelindung payudaranya, sehingga Rayhan dengan leluasa meremas payudara Ria, bermain dengan payudaranya.

"Aahkkk... Aaahkk... Rayhan! Aaahkk..." Erang Ria.

Intensitas cumbuan Rayhan semakin meningkat, pemuda itu menarik lepas rok yang di kenakan Ria, dan lagi-lagi tidak ada pelindung yang menutupi bagian sensitifnya.

Dengan lembut Rayhan membelai bibir kemaluan Ria. "Boleh gak?" Tanya Rayhan, sembari membelai bibir memek Ria yang telah basah.

"Aahkk... Boleh apa? Uhkk... Enak!" Racau Ria.

"Aku boleh gak ngentotin Ibu kamu?" Tanya Rayhan, sembari mendorong jarinya masuk kedalam memek Ria yang telah basah, lalu ia mengocok memek Ria hingga tubuh Ria menggelinjang nikmat.

Cloookkss.... Cloooookkss.... Cloooookkss.... Cloooookkss.... Cloooookkss...

Dengan gerakan cepat Rayhan mengocok memek Ria, hingga tak butuh waktu lama bagi Ria untuk segera mencapai klimaksnya. Tubuhnya menegang hebat seiring dengan semburan cairan cintanya yang keluar sangat deras hingga membasahi seprei tempat tidurnya.

"Aku dapet Ray!" Pekik Ria, pinggulnya tersentak-sentak.

Seeeeeeeeeerrrr.....

Rayhan mencabut jarinya dari dalam memek Ria, lalu memperlihatkan jarinya yang telah basah oleh lendir kewanitaan Ria.

"Aahkk... Enak banget Ray! Ayo Ray, tuntaskan sekarang." Pinta Ria. Dia mengambil posisi menungging di hadapan Rayhan, sembari membuka kedua kakinya, hingga lobang memeknya terlihat mengintip. "Puaskan aku dulu Ray, baru kamu boleh ngentotin Umi." Ujar Ria, sembari meremas payudaranya sendiri.

Rayhan tersenyum senang mendengarnya, lalu dia mengarahkan kontolnya ke lobang memek Ria, dengan satu dorongan, kontolnya melesat masuk kedalam lobang memek Ria.

"Oughkk Ray..." Erang Ria.

Mata Rayhan merem melek sembari memaju mundurkan pinggulnya menusuk memek Ria. "Aahkk... Nikmat sekali memekmu Ria! Aahkk... Aahkk.." Desah Rayhan, ia semakin cepat mengocok memek Ria.

Sembari menyodok memek Ria, Rayhan berulang kali menamlar-nampar pantat Ria. Entah kenapa ia merasa ada sensasi berbeda ketika menampar pantat seorang perempuan.

Sementara Ria sendiri tampak sangat menikmatinya, ia tidak keberatan sama sekali dengan tamparan yang di lakukan Rayhan di pantatnya.

Setelah beberapa menit kemudian, Rayhan berganti posisi, dia memiringkan tubuh Ria, kemudian ia kembali menyodok memek Ria dengan batang kemaluannya, yang keluar masuk dengan cepat, membuat lendir kemaluan Ria tampak semakin banyak.

"Ria aku mau keluar!" Rintih Rayhan.

Ria mendekap erat tangan Rayhan yang tengah memeluk perutnya. "Aku juga Ray, Aahkk... Aku dapat!" Pekik Ria, tubuhnya tampak melejang-lejang.

Beberapa detik kemudian, Rayhanpun menyusul, ia menarik penisnya, lalu menumpahkan spermanya diatas pantat Ria. "Croooootss... Croooootss... Croooootss..." Cukup banyak sperma yang ia keluarkan, walaupun sebelumnya ia sudah orgasme.

"Nikmat sekali sayang!" Tubuh Rayhan terasa lemas.

Dia tersenyum manis memandang Rayhan. "Baru sama aku, gimana kalau nanti sama Umi? Yakin kamu bakalan kuat?" Ujar Ria meragukan kejantanan Rayhan.

"Lagi yuk Ria!" Ajak Ray.

Sang gadis tersenyum manja. "Aku gak bisa nolak Ray." Jawab Ria lembut.

"Hahahaha...."

"Dasar gila."

#####

Sementara itu di tempat yang berbeda tampak seorang wanita terlihat sangat gelisah setelah kepulangan murid kesayangannya Aziza. Berulang kali ia melihat kearah jam dinding rumahnya, tetapi tidak ada tanda-tanda kalau seseorang yang di tunggu akan segera datang,

Dia kembali ke kamarnya yang berukuran minimalis, sembari duduk di tepian tempat tidurnya ia membuka sebuah lemari kecil dan mengambil sebuah album foto lawas.

Ia tersenyum kecil sembari membolak-balik setiap lembar foto yang ada di album.

Dia membelai foto seorang gadis berusia 15 tahun yang tengah memeluk seorang anak kecil berusia 8 tahun yang tengah menangis, membuatnya kembali ke masa lalu, beberapa tahun silam ketika ia masih tinggal di kampung durian.

Bocah kecil itu menangis sejadi-jadinya ketika melihat dirinya yang terluka karena jatuh. Bahkan anak laki-laki itu memaksakan dirinya untuk mengobati luka kecil yang ada di lututnya.

"Kakak sakit gak?" Tanya Ray kecil, sembari mengusap ingusnya.

Aya tersenyum manis sembari mengucek rambut Ray kecil. "Gak kok... Kakak gak sakit." Ujar Aya kala itu, ia ingin tertawa melihat pahlawan kecilnya yang sedang sesegukan.

Dulu kamu paling gak bisa jauh dari Kakak, di tinggal sebentar saja langsung nangis, tapi sekarang kamu tumbuh menjadi anak remaja, yang sudah tidak lagi membutuhkan Kakakmu.

"Aku mau ikut Kak Aya Bu, Kakak... Jangan tinggalin aku, aku mau ikut." Histeris Rayhan kecil ketika ia melihat orang yang selalu menemaninya bermain tengah melambaikan tangannya di dalam mobil.

"Ray... Kak Aya cuman sebentar perginya, nanti juga pulang." Ujar sang Ibu menenangkan putra kecilnya.

"Ibu gak bohong kan?" Tanya Ray kecil.

Sang Ibu menggelengkan kepalanya. "Benar Nak, nanti juga pulang." Jawab sang Ibu.

"Kak nanti kalau pulang temani Ray main ya." Pekik Rayhan dengan suara yang terdengar lantang.

"Iya Dek! Tunggu kakak pulang." Teriak Aya dari dalam mobil yang perlahan mulai meninggalkan sang Ray kecil yang berulang kali menghapus air matanya.

Ternyata tanpa di ketahui Ray kecil, kalau perpisahannya dengan Kak Aya adalah hari terakhir ia bermain dengan tetangganya itu.

Kamu kemana si Ray, kok belum pulang juga, jangan buat Kakak khawatir. Gumam Aya, entah kenapa ia sangat merindukan Adik iparnya.

Aya kembali membuka lembar demi lembar potongan kenangan yang ada foto tersebut. Hingga akhirnya sayup-sayup ia mendengar suara ketukan di pintu rumahnya. Buru-buru Aya kembali menyembunyikan album fotonya dan bergegas membukakan pintu rumahnya.

Baru saja Aya ingin menyemprot orang yang ada di depannya, tiba-tiba bibirnya mendadak kaku saat tau siapa yang datang.

"Kamu kenapa sayang?" Tegur pria tersebut. "Bukan nya jawab salam, malah masang muka jutek kayak gitu." Ujarnya sembari melangkah masuk kedalam rumah, lalu ia duduk di sofa.

"Mas kok udah pulang?" Pertanyaan konyol itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Tio merenyitkan dahinya. "Bukannya Mas sudah bilang kalau Mas pulang hari ini." Ujar Tio, ia merasa aneh dengan sikap Istrinya yang tidak seperti biasanya. "Kamu tidak suka Mas pulang?" Lanjutnya.

"Bukan begitu Mas." Aya mendekati suaminya dan duduk di samping Suaminya. "Tentu aku sangat senang sekali Mas ada di rumah." Ujar Aya, seraya tersenyum sangat manis sekali, membuat hati siapapun yang melihatnya akan luluh.

"Bisa aja kamu Dek!"

Aya mengamit tangan Suaminya. "Aku buatkan kamu kopi ya Mas." Ujar Aya.

"Nanti aja sayang, Mas kangen sama kamu." Tio membelai wajah cantik Istrinya, kalau sudah seperti ini Aya tau betul apa yang di inginkan Suaminya.

Dia memeluk tubuh Suaminya lalu dengan perlahan ia mengecup mesra bibir Suaminya, mereka berciuman selama beberapa detik, lalu kemudian Tio menanggalkan pakaian Istrinya, satu persatu hingga Aya telanjang bulat.

Lalu dia membaringkan tubuh Aya diatas sofa, sembari membuka kedua kaki Aya hingga selangkangannya yang kemerah-merahan tersaji di hadapan Suaminya yang sudah sangat merindukan jepitan vagina Istrinya yang seperti sedotan vacuum.

Dengan perlahan Tio menindih tubuh Istrinya, lalu dia mendorong masuk penisnya kedalam lobang surgawi milik Istrinya. "Oughkk... Jangan kasar-kasar Mas." Pinta Aya, karena memang kemaluannya belum siap.

Seakan tidak memperdulikan permintaan Istrinya, Tio yang sudah keburu nafsu tanpa ampun menyodok liang senggama Istrinya, hingga membuat Aya merintih menahan perih di liang senggamanya, ia merasa dinding vaginanya lecet.

Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...

"Sayang aku keluar." Pekik Tio.

Lalu Aya merasakan beberapa semburan hangat meluber masuk kedalam vaginanya.

Tepat dengan di tariknya penis Tio dari dalam vagina Aya, tiba-tiba Rayhan masuk kedalam rumah mereka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Rayhan sempat terpaku melihat pemandangan yang ada di hadapannya saat ini, begitu juga dengan Aya, ia merasa sangat malu sekali di lihat oleh Adik iparnya dalam keadaan memalukan.

Berbeda dengan Tio, ia terlihat santai sembari membersihkan penisnya setelah mengaduk-aduk vagina Istirnya, lalu ia pergi meninggalkan Aya menuju kamarnya.

"Maaf Kak!" Hanya itu yang keluar dari bibir Rayhan.

Sementara Aya yang masih telanjang bulat tanpa kebingungan, ia ingin mengenakan pakaiannya, tetapi pakaiannya berserakan entah kemana. Beruntung Rayhan mengerti kebingungan Kakak iparnya, sehingga ia mengambilkannya sembari memalingkan wajahnya.

Aya bergegas memakai kembali pakaiannya, sementara Rayhan pergi kembali ke kamarnya. Entah kenapa dada Rayhan bergejolak, ia merasa sangat marah.

####

Oh Tuhan... Ada apa denganku, kenapa rasanya sakit sekali melihat mereka berdua. Rayhan membolak-balik tubuhnya, ia merasa sangat tidak tenang, ada perasaan aneh yang membuatnya sulit untuk memejamkan matanya, padahal saat ini jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul satu dini hari.

Bayangan-bayangan Kakak Iparnya bersama saudara kandungnya tadi sore masih membekas di ingatannya. Jeritan Kakak iparnya, terasa begitu menusuk hatinya.

Rayhan membalik tubuhnya, ia mencoba menghubungi Ria, tetapi sayang telponnya tidak di angkat, mungkin Ria saat ini telah tertidur pulas. Hmm... Seandainya saja tidak ada Tio saudaranya di rumah, mungkin Rayhan saat ini sedang tidur bersama Ria atau Ustadza Andini.

Dia mengubah posisi tidurnya, matanya menerawang memandangi langit-langit kamarnya yang terlihat gelap, karena memang ia telah mematikan lampu kamarnya. Hanya sinar bulan yang menerangi sedikit kamarnya.

Perasaan ini bukan kali pertama di rasakan Rayhan, ia teringat ketika pertama kali melihat Saudaranya Tio bersanding dengan Kak Aya, saat itu perasaannya hancur berkeping-keping, ingin rasanya ia mengamuk, tetapi ia tak punya daya untuk menolak takdirnya.

"Astaghfirullah." Rayhan beristighfar pelan.

Ray yang tumbuh menjadi anak remaja berlari cepat memasuki rumahnya, tanpa memperdulikan kakinya yang kotor setelah bermain bola di tengah hujan deras, lalu sembari berteriak memanggil Ibunya, ia mencari di berbagai penjuru rumahnya, hingga akhirnya ia mendapatkan sang Ibu yang tengah memasak di dapur.

Lasmi Ibu Rayhan, hanya merenyitkan dahinya ketika melihat putranya yang bergegas menemui dirinya. "Ada apa toh Ray?" Tanya Lasmi, sembari membolak-balik ayam gorengnya.

"Bu.. Bu... Kata Ratu, Kak Aya hari ini pulang ya? Bareng Mas Tio?" Cecar Rayhan.

Lasmi tersenyum kecil. "Iya... Mas Tiomu yang mengajak Aya pulang." Ujar Lasmi, ia tau betul kalau Rayhan memang sangat dekat dengan Aya.

"Serius Bu?"

"Bentar lagi juga Mas mu nyampe, sana mandi dulu, anak Ibu kok kucel banget." Omel Lasmi, yang di omeli malah memasang wajah tak berdosa.

"Aku mandi dulu ya Bu!" Girang Rayhan, tidak seperti biasanya.

Hari itu Rayhan remaja sangat bahagia sekali, setelah sekian tahun tidak bertemu dengan Aya. Ia berencana ingin mengajak Kak Aya jalan-jalan besok, sembari bercerita panjang lebar, menumpahkan segala keluh kesahnya selama Aya meninggalkan dirinya.

Rayhan kembali menghela nafas pelan, sembari tersenyum kecil setiap mengingat potongan demi potongan kenangan nya bersama Kak Aya. Saat itu, sungguh ia tak menyangkah, kalau pertemuannya kembali dengan Aya, adalah akhir dari mimpinya.

Kedatangan Aya bersama Tio bukanlah untuk liburan, ataupun bertemu dengannya, melainkan meminta restu kepada keluarganya untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang selanjutnya.

Malam itu Rayhan menangis sepanjang malam, ia sangat marah dan kecewa, tetapi saat itu tidak ada yang tau kesedihan Rayhan.

Hingga akhirnya keluarga Rayhan secara resmi melamar Aya untuk saudaranya, dan tanpa bisa di hindari, Rayhan harus menerima kenyataan kalau Kak Aya yang ia cintainya kini telah resmi menjadi Istri sah Saudara kandungnya. Semenjak saat itu Rayhan berubah drastis, ia menjadi sosok pemuda yang suka mempermainkan wanita, hingga akhirnya suatu hari Ibu Lasmi memergoki Rayhan yang tengah bercinta dengan seorang wanita yang telah bersuami.

Tentu saja Ibu Lasmi sangat marah melihat kelakuan Anaknya, karena sudah tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan, Bu Lasmi meminta pendapat dengan Aya, mengingat kedekatan Aya dengan Rayhan sewaktu mereka kecil dulu.

Dan akhirnya Aya memutuskan membujuk Rayhan untuk sekolah di pesantren dan berharap Adik kecil yang ia kenal sewaktu kecil dulu, kembali menjadi Rayhan yang ia kenal, Rayhan yang baik dan penurut.

Dan benar saja, walaupun Rayhan menyimpan kekecewaan terhadap Aya, tapi pada akhirnya ia tidak mampu menolak ajakan Kakak Iparnya, dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, walaupun pada akhirnya Rayhan tetap kalah oleh jiwa mudanya.

######
 
Thx updatenya Om

Mulai terungkap masa lalu Rayhan deh.
Pantesan bisa ngimbangin bahkan ngalahin Andini, sebelum masuk pesantren udah jago ngentot ternyata.
 
Nunggu Ray nyodok ka Aya .. kasihan di gantung mulu sama tio .. hahaha
 
huih2 bisa2 ntra rayhan akan 3 some nih ama ria dan ustazah erlina...

hm... kapan yah reyhan akan melakukan dgn aya....
 
Bimabet
woooo, nice story, thank you ya suhuu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd