Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Belum ada Judul yang Pas (masuk gan, cerita perdana ane!!)

Updetan chapter 4 udah mateng nih..
tapi kayaknya di chapter ini agan, suhu, master sekalian pasti agak kecewa
sebelumnya mohon maaf, sebenarnya sengaja biar bisa rilex dulu..
=====

Chapter 4:
Nafsu yang Tertunda

Pagi yang cerah. Joko bangun dari tidur pulasnya di kamar pribadinya yang baru. Di gedung salon peninggalan Nyai Darsim itu Joko disediakan ruangan khusus yang rapih dan nyaman. Mungkin dia harus mulai membiasakan kamar dingin ber-AC bukan dingin karena dinding bilik bambu di kampung. Panas kota Jakarta, bukan panas terik matahari.
Dengan malas-malasan dia beranjak dari tempat tidurnya. Oh iya, dia ingat dua wanitanya. Dia kemudian turun ke lantai satu, di ruangan dapur didapati Sinta sedang menyiapkan sarapan.
“Pagi tuan Joko, sarapan sudah siap, tinggal beberapa menu yang hampir selesai.” Sapa Sinta sopan.
Wah wah, di saat perutnya yang lapar si Joko makin sumringah dimana di meja makan sudah tersedia berbagai makanan untuk sarapannya.
“Si Mira kemana ya?” Tanya Joko kepada Sinta.
“Tuan!” seru si Mira yang mesem-mesem melihat tuannya. dia muncul dari balik pintu kamarnya memakai kimono handuk putih.
“Mir, temenin saya mandi yah, saya gak bisa menggunakan peralatan mandinya.”
“Ooh ya udah, sekalian saya juga belum mandi koq!”

Mereka kemudian menuju kamar mandi di ruangan si Joko, dengan manjanya gadis itu bergelayut di lengan si Joko. Di dalam kamar mandi yang cukup luas, dibukanya satu persatu pakaian yang menempel di badan lelaki itu. Baru kali ini si Joko berada di kamar mandi dengan seorang wanita cantik. Apalagi sedari tadi gundukan di bagian dada wanita itu menyembul di belahan dasternya. Hal itu membuat Mira menemukan benda keras mengacung di bawah perut tuannya.
“Aah koq belum apa-apa sudah besar tuan.”
Si Mira dengan sigap mengelus batang keras itu. Sekali tarik tali pengikat kimono itu lepas dan rupanya dibalik kimono handuk itu, dia hanya mengenakan cd putih tipis. Ditariknya pinggang ramping itu, Mira menengadah dan memejamkan matanya.
“Mmmmwwcchh….mmmmmhhhhh……….mmhh.”
Suara ciuman bibir dua insan itu lembut, benda hangat menonjol milik wanita itu diremasnya lembut.
“Aahhss….tuaa..ann..!” si Mira mendesah.

Si Mira meraih sesuatu yang keras menusuk-nusuk perutnya, diremas dan kocoknya benda itu. Segera dia jongkok, dikecupnya ujung penis itu, peralahan dia jilat dan mencoba memasukan ke dalam mulutnya. Tak tahan dengan kuluman, kenyotan dan kocokan di batang kemaluannya, si Joko meraih pinggang Mira dan kembali berciuman.

“Tuaa..an, ada sesuatu yang ingin Mira tunjukan untuk tuan, saya sudah mempersiapkan dari semalam.”
“Apa itu Mir?”
Wanita itu segera membuka kimononya hingga sekarang yang tersisa hanya cd tipis menutupi gundukan vaginanya. Dibuka serta cd itu. Rupanya Mira ingin memperlihatkan vaginanya yang sudah dicukur habis bulu-bulunya. Tentu hal itu membuat si Joko tertegun.
“Duduklah Mira sayang, buka pahamu, aku suka melihat vagina bersihmu..”

“Emh..!” sambil duduk di bathub, Mira mendesah saat. Salah satu kakinya berpijak di atas bathub membuat Joko leluasa menikmati vagina gundulnya. Joko dengan rakus namun pelan memainkan, menjilat bagian dalam vagina yang makin licin berlendir namun wangi khas yang membuat dia makin bernafsu.

Kali ini, Joko memasukan kedua jarinya peralahan ke dalam vagina itu hangat.
“Emh…” Mira mendesah pelan sambil memejamkan mata menikmati sesuatu yang merangsek masuk ke dalam, menggesek dinding vaginanya.
Kocokkan dua jari itu makin cepat, membuat Mira merasakan sengatan nikmat di sekujur tubuhnya. Beberapa lama tubuh seksi itu bergetar dan Mira mencapai orgasmenya.

“Mira sayang, kita gak bisa melakukan yang lebih jauh, kamu ngerti kan? bisik Joko.
“Hah…hah….hmm…” Mira ngos-ngosan juga menikmati sisa-sisa orgasmenya
“Iya tuan, Mira ngerti koq, tapi suatu saat nanti Mira hanya ingin dipuaskan oleh tuan.”
“Syukurlah, aku ingat bahwa senjata ini tidak boleh digunakan sembarangan hehe.” Joko tersenyum sambil mencubit hidung wanita itu. Di kamar mandi itu, kembali Mira dengan sabar menjelaskan bagaimana keseharian hidup di Jakarta dengan segala peralatan yang baru dikenal tuannya itu.

Selesai mandi dan berpakaian, di ruang makan, Joko banyak bertanya tentang siapa Santi dan Mira ini. Dari cerita mereka, Sinta adalah seorang janda muda yang sudah mempunyai anak satu. Setelah Sinta bercerai 6 tahun yang lalu dengan suaminya karena tak tahan suaminya selingkuh, dia menitipkan anaknya kepada orang tuanya dan bekerja pada Nyai Darsim. Jadi Sinta lebih banyak waktu di Salon kecantikan itu. Pantas saja payudara Sinta waktu itu terlihat kendur, mungkin karena dia pernah punya anak. Di tempat itu, Sinta yang mengatur segala keperluan para pegawainya yang pernah bekerja di sana. Merawat tiap ruangan, memperhatikan kebersihan dan segala kebutuhan di tempatnya bekerja.

Sedangkan Mira, di usianya yang masih muda dan pintar bergaul. Dia masih menyelesaikan kuliahnya. Lewat kepandaiannya bergaul, berkomunikasi, dan memanfaatkan media informasi dia yang bertugas mengatur segala administrasi dan kelancaran operasional salonnya. Memang sebenarnya salon tersebut hanya sedikit menghasilkan pundi-pundi rupiah, namun berkat jasa pasang susuk Nyai Darsim yang terselubung salon mampu menghasilkan rupiah yang banyak. Mira baru bergabung di salon itu tiga tahun yang lalu degan ajakan Sinta, dari Sinta dia mendapatkan informasi termasuk tentang terwujudnya impian Mira untuk mendapatkan payudaranya yang kecil menjadi montok dan besar. Meski belum menikah, Mira pernah melakukan hubungan suami istri dengan teman SMAnya dulu. Sejak saat itu, dia belum mendapatkan kekasih. Dia minder dengan penampilan tubuhnya yang kurang sempurna.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. tamu yang sudah dijanjikan akhirnya datang. Setelah melalui penjelasan panjang lebar, akhirnya tamu itu bersedia dengan syarat-syarat yang ditentukan. Dia adalah seorang wanita kira-kira usia 37 tahun. Dari penampilannya, terlihat sebagai orang yang mapan dan berwibawa, mungkin dia seorang istri pejabat.
Setelah melalui proses pembersihan badan, pijat dan lain-lain oleh Sinta, di ruangan yang sedikit pencahayaan, sang pasien sudah ditutup di kedua matanya, hanya ditutupi sehelai handuk dia bersandar nyaman di semacam bangku yang disediakan. Sinta yang bertugas melayani, dengan telaten melumuri seluruh tubuh wanita itu dengan cream biasa dan wangi khas, perut dan tentu kedua payudara yang mulai mengendur itu juga dia lumuri.
“Nyonya tahan dan tenang yah, sekarang nyonya akan dilayani oleh orang yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk memberikan kesempurnaan buat nyonya.” Kata Sinta dengan sopan. “Saya jamin, nyonya akan nyaman dan tidak akan terjadi apa-apa.” Lanjut Sinta sambil membersihkan sisa-sisa cream dari permukaan dada wanita itu.

Si Joko masuk ke dalam ruangan itu. Dengan isyarat Sinta mempersilakan tuannya untuk memulai melakukan penyempurnaan dan pembentukan payudara pasiennya. Sejenak Joko perhatikan tubuh wanita anggun di depannya yang tergolek pasrah. Hal itu membuat dia terangsang juga, perlahan dia sentuh payudara kendur itu, dia remas dan elus dengan arah melingkar. Mendapat perlakuan itu, wanita itu meleguh dengan berusaha menahan dan tetap konsentrasi. Si Joko perlahan mendekatkan wajahnya diantara belahan dada wanita itu, kemudian dia jilat seluruh permukaan payudara itu. Ya menurut penjelasan kedua wanita anak buahnya, seperti itulah perawatan yang dilakukan agar payudara perempuan manapun bisa mendapatkan bentuk yang lebih indah. Padat, kenyal dan montok.

Sinta, dari tadi dia sudah mendapatkan mainan kesukaannya. Batang kontol Joko dengan rakusnya dia kulum, keluar masukkan mulutnya, sesekali dia kocok dan dia kecup dari ujung helm dan pangkal batang kontol tuannya. Tak lupa sesekali dia remas dan masukkan biji peler tuannya itu.
Joko yang mendapat serangan di batang kemaluannya, berusaha konsen sambil menikmati agar tangannya tetap meremas-remas dan memilin-milin payudara pasiennya. Dibutuhkan kerja ekstra agar Sinta mampu mengeluarkan sperma tuannya, Sinta bangkit yang juga sudah mulai tersangsang. Segera membuka seluruh pakaiannya, dengan berusaha menahan agar tidak bersuara mencurigakan pasiennya Sinta menjepit batang kontol Joko dengan kedua payudaranya. Diusapkannya cream agar batang kontol itu licin kemudian dia gesek dan jepit sekuat tenaga dengan kedua payudara montoknya.
Selang beberapa lama, dengan ritme yang makin cepat bergantian antara tangan, mulut dan payudara montok mengocok batang kontolnya, dari dalam dia rasakan desakan yang hebat lalu..cret….crett…crett! Segera dia tumpahkan air mani itu pada kedua payudara pasiennya. Sinta sigap membantu meratakan dan melumuri seluruh bagian payudara wanita tersebut. “Nyonya tunggu sebentar yah” ucap Sinta pelan dan berat.

Joko segera memangku Sinta yang bugil itu dan membawa ke kamar kecil di ruangan lainnya. Segera dia rebahkan Sinta di kasur itu, dia sambar kedua payudara Sinta yang sudah mengeras tanda rangsangan hebat sudah mendera seluruh saraf tubuhnya. Mereka lebih agresif seperti terburu-buru, Sinta yang didera nafsu asmaranya, memagut bibir Joko dengan beringas, lidahnya menelusuri sedalam mampu menjangkau mulut tuannya, Joko tak mau kalah rupanya ciuman dengan permainan lidah mampu membangkitkan kelelakiannya kembali. Joko kemudian membuka baju agar lebih leluasa menyerang dan menikmati tubuh Sinta. Puas menjilat dan mencucup payudara, Joko menyerang perut dengan cupangan-cupangan kecil.

“Aihhss…..ooohhh…tuaaann……..” desahan dan rintihan Sinta memenuhi ruangan itu.
Joko sampai di gundukan vagina Sinta yang sudah basah dan licin, di cium rakus vagina dan menusuk-nusuk dengan ujung lidahnya. Membuat Sinta menjerit dan meleguh.
“Oughhh….ampun tuaann….cepat puaskan Sinta…aaahh………”
“Maafkan aku Sinta, aku tidak bisa memberikan kepuasan seperti dalam mimpi itu, kamu tahu kan aku tidak bisa melakukannya dengan kamu, Mira atau siapa saja tanpa ijin Nyai.” Bisik Joko mencoba menjelaskan.
“Aah tuaan..Sinta tidak tahan…Sinta pengen……” Sinta memelas dengan mata sayu.
“Masuk lah tuan…..Sinta gak tahaaann…” Suara Sinta makin parau..

Joko kemudian memasukan dua jarinya pelan.
“Hmmmfffhh…..” Sinta memejamkan mata mendapat tusukan di vaginanya.
Joko dengan terampil mengobel-mengubek vagina hangat yang makin becek dan licin itu. Gerakan memutar kedua jari itu membuat Sinta kelojotan dan mengerang nikmat.
Didalam vagina itu di dinding atas, kedua ujung jarinya menemukan sesuatu yang dirasa seseperti permukaan lidah orang namun lebih licin. Ya itu adalah titik G-Spot Sinta, dengan gerakan cepat dia kocok menggesek bibir vagina yang memerah dan panas, menusuk titik G-spot sinta.

“Aaakhhh…hmmmgghhh…………….sshhhhhsss……….” Sinta makin meracau, matanya merem melek, dan sekejap otot tubuhnya berkontraksi. Pantatnya terangkat membuat vaginanya makin membusung, jarinya mencengkram kain sprei sekuat tenaga. Grrr…tubuh semok itu bergetar hebat, diikuti kedua pundak Sinta seolah menarik leher dan menggetarkan kepalanya. Seiring cairan panas yang keluar dari dalam vagina Sinta luber.

“Iiihhh….hhhhmmmggghhh………..”
Sinta terlihat ngos-ngosan menahan dera nikmat. Setelah lima tahun ini, Sinta baru mendapat kembali kenikmatan dan jauh lebih dahsyat lagi.
Joko memberi kesempatan untuk Sinta mengembalikan tenaganya, Sinta terkulai lemas, sesekali dia memejamkan mata menikmati sisa-sisa puncak orgasme yang membuatnya serasa terpelanting terbang.
Joko kemudian duduk dan menatap sayang pada Sinta. Dibelainya rambut wanita itu.
“Sin, maaf yah…”
“Tuan jangan minta maaf…” Sinta memotong ucapan tuannya.
“Sinta senang koq meski sebatas ini…” Sinta memeluk erat tubuh Joko sambil menangis. Dia bahagia bercampur rasa yang sangat ingin rasanya tubuh itu digumuli oleh lelaki itu, ingin rasanya vaginanya di sodok dengan batang penis lalu Sinta mencoba tenang.

Joko sadar dengan suasana baru ini, belum saatnya dia memikirkan perasaan atau rencana dengan siapapun wanita itu. Saat ini, dia masih harus fokus terhadap apa yang mesti ia kerjakan. Sinta juga Mira pun agaknya mengerti, dalam keadaan ini yang harus didahulukan adalah memajukan usahanya dan melaksanakan petuah Nyai Darsim.

Segera Sinta merapihkan diri dan menemui kembali pasiennya yang sejak tadi dia tinggalkan. Dia berharap setelah proses yang dilakukan tuannya tadi, wanita itu harus tertidur dan saat bangun nanti dia akan bahagia melihat serta mendapatkan bentuk payudara impiannya lebih padat, lebih berisi, lebih mempesona dan lebih sempurna.

Tidak sulit untuk Mira maupun Sinta meyakinkan calon pasiennya. Terutama pasien langganannya dulu yang sudah kenal dengan Sinta sebelumnya. Dimana mereka tahu bagaimana bentuk payudara Sinta yang kendur kini terbentuk dengan sempurna seperti yang diidamkan para wanita lainnya.

Setelah beberapa minggu, bulan, dan hampir satu tahun. Mendengar dari mulut ke mulut, tamu atau pasien yang datang ke salon Kecantikan itu makin bertambah. Diperlukan sedikitnya 3 kali proses pembentukan agar payudara dalam beragam bentuk, ukuran dan tingkat kendur menjadi lebih sempurna. Mereka mengatur semua jadwal agar pasiennya dapat terlayani dengan baik. Mengatur jadwal libur untuk Joko dan Nyai Darsim menyalurkan hasratnya di dalam mimpi seperti nyata tuannya si Joko.

Pegawai atau pekerja pada bagian perawatan bagian tubuh lainnya sudah mulai bertambah. Namun satu hal yang tidak bisa diganti yaitu proses pembentukan payudara para klien. Kadang Mira yang bertugas menyiapkan dan membimbing pasien, membantu tuannya untuk mengeluarkan spermanya dengan mengocok dan mengulum batang keras itu. Kadang mereka berdua bersama-sama, semuanya terencana dan terlaksana dengan baik.
Satu hal yang tidak bisa mereka penuhi adalah hasrat birahi untuk memuaskan nafsu di vaginanya yang rindu tusukkan batang penis tuannya. Begitu juga si Joko, kadang tidak tahan ingin menancapkan batang kerasnya di vagina Mira, ingin segera menggenjot si Santi yang berisik tiap vaginanya dia terobos.


Joko yang sekarang bukan si Joko yang dulu. Lama dia tinggal di Jakarta membuat penampilannya lebih keren, lebih tampan, lebih kaya dan lebih rapih. Dalam setahun terakhir ini, di Kampungnya Joko menjadi orang yang sukses dan kaya raya. Setelah mengatur jadwal dan segala sesuatunya, saat ini dia pulang ke Kampungnya. Masih ada harapan dari tekadnya untuk menemui Nisa wanita idamannya dulu meski sebenarnya dia ragu tentang perasaan sebenarnya terhadap Nisa.

Di rumahnya yang baru Joko disambut oleh teman-temanya juga tetangga lain. Menjelang larut malam, tiba-tiba dia kedatangan tamu yang tak lain adalah Ibu Kades, orang tua Nisa pujaan hatinya. Setelah basa-basi menanyakan kabar dan lain-lain, Bu Kades terlihat murung.
Joko berusaha menangkap apa yang terjadi dengan Bu Kades ini. Dari semua pembicaraan Joko mengetahui bahwa suaminya tidak lagi menjabat seagai Kepala Desa kira-kira beberapa bulan yang lalu. Sejak itu, suaminya menjadi berubah. Banyak orang yang menagih hutang kepada suaminya dan yang lebih menyakitkan lagi diam-diam pak Kades telah menikah lagi dengan wanita muda tetangga desa. Keadaan orang tua Nisa ini menjadi berubah drastis terutama dalam segi ekonomi.

Di mata Joko, bu Kades ini masih terlihat cantik di usianya yang sudah berkepala 4. Selain pintar merawat diri, pekerjaannya sebagai PNS di Sekolah Negeri di Desanya membuat dia pandai bersolek sehingga aura kecantikannya masih melekat.

Setelah bercerita dan menambah keakraban antara Joko dengan Bu Kades, tak lama bu Kades pamit pulang. Joko segera berdiri dan siap mengantarkan bu Kades ke pintu depan rumahnya. Sembari mengikuti langkah bu Kades, rupanya Joko menangkap pemandangan indah dari bulat padat pantat bu Kades.
‘Hmm kenapa juga wanita sesempurna ini dimadu..?’ umpat Joko dalam hatinya.
“Oia, ada satu hal lagi.” Bu Kades reflek berbalik badan. Tak sengaja malah Joko hampir menabraknya dan jarak mereka berdiri menjadi lebih dekat.
Sebenarnya kedatangan ibu ke nak Joko tak lain untuk meminta maaf atas kelakuan saya terutama kepada nak Joko.”
“Ah sudahlah bu, hal itu jangan diingat-ingat lagi. Saya sudah lupa malah.” timpal Joko.
Melihat Joko menatap dan memperhatikan tubuhnya, bu Kades menjadi salah tingkah. Tiba-tiba bu Kades memeluk badan Joko, dan dengan ganas menyerang memagut bibir si Joko. Mendapat serangan tiba-tiba itu, Joko dengan tenang meraih pinggang lalu memeluk Ibu Kades, membalas ciuman.

“Maafkan ibu nak Joko, ibu daritadi tidak tahan melihat nak Joko. Sejak Bapak menikah lagi dengan wanita mudanya, ibu tidak lagi disentuh. Ibu tidak tahan, ibu rindu kehangatan lelaki..”
Tangan bu Kades meraih sesuatu yang mengganjal di sekitar perutnya, rupanya itu sesuatu yang menyembul dari balik celana lelaki yang sedang berpagut bibir dan bermain lidah. Seolah mendapat sinyal, dia remas batang keras dibalik celana Joko.
Joko pun rupanya terbawa birahi, gaun terusan tipis itu dia buka sehingga sekali tarik dihadapannya bu Kades terlihat hanya memakai bra hitam dan cd hitam tipis. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih terawat.

Wanita ini memang pintar merawat diri, payudara yang besar dan empuk itu nampak seolah ingin tumpah dan meloncat dari topangan branya. Ibu Kades rupanya mengerti segera setelah ia membuka kancing baju si Joko, sekali tarik pengait belakang branya menyembullah dua gunung kembar nan empuk dan hangat itu. Bu Kades kembali memeluk dan berciuman dengan Joko.

Seakan sudah saling mengerti bu Kades kemudian merebahkan diri, telentang di karpet lantai rumah si Joko. Terlihat pemandangan indah seorang wanita yang masih menawan dengan pasrah, dua gunung kembar itu seolah bergerak pelan dan mengayun seiring bu Kades bernafas berat dan memburu. Diraih, diremasnya payudara bu Kades dengan lembut. Puting coklatnya dia cucup, kulum dan kecup-kecup mesra.

Pandangan si Joko tertegun melihat gundukan dibalik cd bu Kades yang lebih menonjol.
“Nak Joko, bukalah dan nikmatilah..” lirih bu Kades manja.
Sekali tarik, terbukalah gundukan dari dua paha yang mengapit itu. Ya! Itulah vagina sempurna milik bu Kades yang terlihat kembung dengan belahan indah di tengahnya. Vagina itu sudah becek dan licin, dia elus, usap dan pilin pelan.
“Aahh…terus nak Joko…enaaakhsss..”

Joko tersenyum kecil dan sedikit menunduk. Setelah menarik nafas.
“Ibu, saya minta maaf. Sebenarnya saya masih punya harapan kepada Nisa. Agaknya dengan saya menikahi Nisa saya bisa bantu keadaan Ibu.” Tutur Joko.
“Jadi, nak Joko tidak suka dengan tubuh ibu ini?” jawab bu Kades dengan nada sedih.
“Bukan begitu bu, jika saya melakukan ini lebih jauh dengan Ibu, maka saya tidak boleh menikah dengan Nisa. Ibu sendiri tahu, dari dulu saya ingin berpacaran dan menikah dengan Nisa.

Bu Kades bangkit dan duduk lalu menutupi sebagian badannya dengan pakaian tadi.
“Nak Joko dendam ya sama ibu karena dulu ibu tolak untuk ketemu Nisa?”
“Bukan, sama sekali bukan bu..” Joko berusaha meyakinkan.
“Seandainya saya tidak berniat terhadap Nisa, hal tadi sudah saya lakukan.”
“Jadi….nak Joko akan menyiksa Ibu? Nak Joko, ibu gak tahan, ingin kepuasan, ingin tubuh ini dijamah lelaki dan memberi kenikmatan…..” Air mata bu Kades terurai.
“Tapi, mungkin juga ini balasan yang mesti ibu terima. Ya sudah, maafin ibu juga ya nak Joko.” Mereka kemudian berpelukan, bu Kades berusaha mengerti posisinya sekaligus sadar bahwa dengan Joko menikahi Nisa, berharap semuanya dapat diperbaiki lagi. Setidaknya perasaan bersalah dulu mengusir Joko untuk menemui anaknya terobati.

.............

mungkin kurang hot ya, tenang saja di chapter selanjutnya saya usahakan lebih hot tentunya.
masih banyak teka-teki dalam cerita ini yang belum saya ungkap.

Mohon komen dari agan-agan biar tambah semanget ngetiknya, soalnya sempet hilang feel buat bikin endingnya agar dapet.
moga berkenan, terima kasih.
 
Keren ceritanya suhu....
Chapter slanjutnya apakah joko dpat menikahi nisa?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Keren ceritanya suhu....
Chapter slanjutnya apakah joko dpat menikahi nisa?

makasih gan, bocoran dikit...
nikah ma Nisa uda pasti tapi bisa gak Joko bercinta dg Nisa?

maaf agan-agan sekalian, biasa jum'at ampe minggu banyak PR pekerjaan. alurnya udah dirancang tinggal nunggu waktu senggang z.

dua chapter lagi tamat koq.

terima kasih sudah memberikan komentar.
 
Saran judul gan "Misteri Nyai Darsim". Alur cerita misteri juga perlu logis agar membacanya tidak ngganjal didada.Agar ceritanya lebih merangsang coba gambarkan permainan sex dgn tokoh mistery yg tdk bisa dilakukan manusia spt vaginanya bergetar atau menyedot seperti mulut atau bahkan bisa memeras penis. Usahakan alur ceritanya mengalir dan mudah dipahami. Selamat berkreasi.
 
Mangtaaaab!!! Inspiratif, kreatif dan membuai si pembaca...cocok neh jadi penulis novel...hehehehe..lanjud kan mas bro
 
Saran judul gan "Misteri Nyai Darsim". Alur cerita misteri juga perlu logis agar membacanya tidak ngganjal didada.Agar ceritanya lebih merangsang coba gambarkan permainan sex dgn tokoh mistery yg tdk bisa dilakukan manusia spt vaginanya bergetar atau menyedot seperti mulut atau bahkan bisa memeras penis. Usahakan alur ceritanya mengalir dan mudah dipahami. Selamat berkreasi.

Makasih suhu, masukannya sangat bermanfaat.
jujur sulit banget gambarkan permainan sex yang melo n menghanyutkan.
tapi maaf suhu gagal faham, kata suhu kan logis tapi juga tidak bisa dilakukan manusia hehe
trima kasih
 
Bimabet
Mayan, beres juga cahpter 5..
ada beberapa kendala. daripada keburu malas dan ngegantung kelar juga.
kali ini ane seolah flashback dan melihat kisah dari sisi si Nisa, biar nyambung dengan keadaan si Nisa yang diceritakan sebelumnya dan unsur kuat buat finishingnya.
===================

Chapter 5:
Nisa: Titik Terang

Nisa Ayunisari, adalah seorang gadis desa yang pintar sekaligus minder. Ia berhasil menamatkan pendidikan sarjananya di sebuah kota kecil. Setelah lulus sarjana, ia kembali ke desanya dan aktif di berbagai organisasi. Dengan berbekal orang tua sebagai Kepala Desa dan gelar sarjananya, Nisa menjadi seorang wanita yang disegani sehingga di usianya yang sudah lebih dari 35 tahun ini Nisa masih belum mendapatkan pasangan hidup. Penampilan Nisa cukup rapih dan anggun, wajahnya yang lonjong kurus sedikit menyembunyikan kecantikannya. Begitupun dengan berat badannya yang tidak lebih dari 35 Kg. Entah karena penampilannya itu atau karena segan tidak ada pemuda yang melamarnya atau karena Nisa menolaknya?

Adalah Rendi yang pernah menjadi kekasih Nisa saat dia sekolah di sebuah perguruan tinggi swasta di salah satu kota kecil. Disaat Nisa membutuhkan pelindung dari seorang lelaki saat berada di tempat kost, pacarnya hanya menjadi bisa melihat saat temannya merenggut kegadisannya. Dasar banci, ya si Rendi memang banci. Dari situ, Nisa menjadi stress, minder dan seolah takut terhadap laki-laki. Dari situ juga penampilan Nisa berubah menjadi kurus dan kurang menarik terutama di bagian lambang keindahan wanita, payudara. Seseorang yang dekat dengan dia dan pernah ingin menjalin hubungan adalah si Joko sang Penggali kubur di kampungnya. Karena sering merangkap membantu bongkar muat barang belanjaan si Joko dan Nisa menjadi dekat.

Setelah beberapa tahun berlalu, Ibunya si Nisa mengenalkan dan membujuk dia agar mau menerima Joko yang sudah sukses itu. Dengan segala keadaan, Nisa menikah dengan Joko.
Di malam pertama, mereka terkesan canggung. Nisa takut membuat kecewa Joko dengan dirinya yang tidak perawan. Joko merasa bingung bagaimana dapat memberikan nafkah batin terhadap wanita yang dia inginkan dulu. Ya, malam itu berlalu begitu saja.

Minggu pertama, Nisa sudah mendapatkan suaminya mencumbui dirinya. Dia merasa bahagia karena Joko tidak malu memainkan, meremas, dan menjilat payudaranya.

Bulan pertama, Nisa sangat bahagia karena sudah bisa mengoral kemaluan suaminya, sampai bermandikan sperma panas, pun demikian suaminya tidak canggung lagi berbugil dan bertelanjang memadu kasih. Berpagut ciuman mesra. Merasakan getaran, rangsangan dari jilatan dan kocokkan jari-jari Joko di vaginanya.

Setahun pertama, Nisa menjadi seorang wanita yang percaya diri. Lihatlah, setelah menikah dengan Joko badannya menjadi proporsional, dua gunung kembar nampak makin indah menghiasi dadanya yang dulu rata. Nisa menjadi seorang wanita yang menarik dan energik.

Satu hal yang menjadi tanya besar dan kecurigaan Nisa terhadap suaminya Joko, kenapa sampai saat ini suaminya belum pernah memasukan batang kerasnya ke dalam vaginanya?
Mungkinkah dia hanya melakukan dengan dua wanita yang menjadi anak buahnya?
Kenapa dia sering mendapati suaminya menghabiskan martabak dan buah pepaya sendirian? Kecurigaan-kecurigaan itulah yang membuat Nisa berusaha mencari jawaban. Hingga pada suatu saat.

“Nis, kemaren ada seorang wanita, kalo gak salah namnaya Martha yang ingin melakukan penelitian atau apalah aku kurang begitu mengerti. Besok temui dia dan kamu atur saja apa yang terbaik buat dia.”
“Baik mas, nanti aku atur semuanya.” Balas Nisa kepada suaminya.

Rupanya, Nisa kini mempunyai andil yang cukup besar memajukan perusahaan yang tidak terbatas pada salon kecantikan saja. Nisa sudah bisa meracik dan mengembangkan beberapa jenis kosmetik untuk para wanita. Sehingga selain salon, Nisa membantu tempat itu menjadi lebih maju.

Setelah wawancara dan ngobrol dengan tamunya yang memiliki maksud terhadap salon dan kosmetiknya, saat itu menjelang malam. Nisa yang dalam perjalanan pulang ke rumah dengan kendaraannya mendadak berputar karena ada sesuatu hal yang tertinggal di salon. Dia tahu kadang suaminya menginap di salon tersebut seperti malam ini.

Di dalam ruangan itu, nampak suaminya, satu orang perempuan yang berbaring di atas kasur dengan mata tertutup kain. Sepertinya sedang melakukan perawatan. Hal itu membuat Nisa penasaran, dengan sedikit usaha agar dalam posisi aman, Nisa bisa melihat dari sudut pandangnya apa yang terjadi di sana.

Nampak suaminya sedang meremas payudara wanita yang terbaring itu, payudara yang kecil. Sementara Mira memberikan semacam kream dan gel di bagian dada wanita itu, Santi malah membuka seluruh pakaian suaminya. Dengan lembut dan senyum-senyum genit tubuh suaminya itu dibelai dan diciumnya. Tak lama mereka berpagutan dalam ciuman yang menggairahkan. Mira yang selesai meratakan krim di tubuh wanita yang terbaring itu, kemudian membuka pakaiannya satu persatu. Dalam keadaan telanjang, dia membuka celana suaminya. Sekali buka, mengacung dari balik celana itu batang kontol yang panjang dan sombong. Dengan tanpa ragu, Mira mencium dan mengulum batang milik suaminya itu.

Ingin rasanya Nisa marah dan memaki mereka, namun melihat adegan yang makin panas itu malah membuat dirinya terhanyut dan panas ditambah rasa penasaran yang sangat menghentikan niatnya. Melihat batang penis suaminya dikulum dan dikocok wanita dia tidak terima dan sekaligus tidak tahan birahi dari dalam dirinya membuat dia menikmati pemandangan itu.

Santi menggantikan posisi Mira yang mengulum kemaluan Joko, dia kemudian menungging berpijak pada meja kasur pasiennya. Joko mengerti apa yang diinginkan wanita itu, tanpa melepaskan satu tangannya meremas teratur pasiennya, tanpa melepas batang kontolnya dari mulut Santi, ditusuknya lobang sempit vagina gundul itu perlahan dengan dua jarinya. Hangat dan basah. Mira melipat kedua bibirnya ke dalam menahan nikmat sementara matanya terpejam. Makin terpejam seiring tuannya mengocok vagina Mira perlahan dan makin cepat. Dia cengkram pegangan di kasur sekuat tenaga, serrr… cairan hangat keluar dari vagina itu. Mira mengejang, berbalik memeluk, dan berciuman dengan Joko.

Santi seolah mengerti apa yang diperintah Joko, segera ia mengangkat salah satu kakinya ke sisi kasur itu. Joko tersenyum, dia sibakkan bulu-bulu halus di permukaan vagina Santi yang sudah basah itu. Perlahan dia tusuk mainkan klitoris memek Santi dengan ujung jempol Joko. Hal itu membuat Santi menggigit ujung jari-jarinya, ingin dia berteriak dan memekin saking nikmatnya namun tidak bisa karena ada orang lain di kasur itu. Sesaat, Joko telah mengocok dan mengobel isi vagina becek Santi. Itu membuat Santi makin menggeliat menahan nikmat yang makin kuat. Matanya terpejam kuat seiring kepalanya yang terhentak tidak karuan menahan rasa itu hingga. Serrr….serrr…. cairan khas kewanitaan itu mengalir deras dari bibir sempit Santi. Tubuhnya bergetar, otot perutnya mengeras… “Emmmhh…” Sinta berusaha menahan suaranya agar tidak keluar.

Di sudut yang lain, Nisa yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa meremas sendiri payudara yang tak kalan montoknya. Malah dia juga memilin permukaan cd nya yang sudah basah. Dimatanya, kedua wanita itu kemudian bergantian mengocok penis perkasa suaminya dengan rakusnya. Dia lihat tubuh suaminya bergetar seiring wajahnya yang mendongak tanda ingin mengeluarkan sperma yang sudah diujung kontol panjang dan besar itu. Crett..crett..5 tembakan sperma segera suaminya arahkan ke dada perempuan yang terbaring itu.

Deg…!! Ya, ada yang aneh. Meski beradegan mesum, namun suaminya tidak memasukan batang penis itu ke kemaluan wanita-wanita itu. Hanya sebatas itu…

Nisa bergegas keluar dan menuju mobilnya sebelum kepergok mereka. Sepanjang jalan, dia memikirkan kejadian tadi. Keanehan itu. Sekaligus dia juga masih merasakan gairah dari pemandangan menggairahkan tadi. Pikirannya kacau dengan tanda tanya. Di hampir larut malam sepanjang jalan, dia melihat ada banyak pedagang jalanan. Ya martabak dan pepaya, apa lagi itu? Meski dulu dia yang menyukai martabak tapi kini suaminya sering dia jumpai seolah menghabiskan martabak dan buah pepaya sendirian.

Nisa sedikit terkejut, pedagang martabak yang dia temui di ujung jalan ramai adalah mantan pacarnya dulu. Rendi.
“Malam tuan, nyonya,…silakan martabaknya masih hangat..” sapa pedagang itu.
Deg..!! lelaki itu kaget dan seketika wajahnya memerah saat melihat seseorang yang ada di dalam mobil adalah wanita yang dia kenal.

“Hai Ren…masih ingat?” sapa Nisa kepada laki-laki yang ternyata adalah pacarnya dulu.
“I…iya…Nisa kan?”
“Yup, sukurlah kalo kamu masih ingat.” Nisa mencoba tersenyum.
“Nis, aku minta maaf..”
“Ah sudahlah Ren, jangan bahas itu. Sampai jam berapa neh jualan martabak?”
“Bentar lagi selesai koq Nis.”
“Mmmm..kalo begitu kamu ikut aku, mau gak?”
“Ada apa Nis?”
“Ah sudahlah, cepet kamu naik!”

Rupanya Nisa membawa mantan pacar bancinya itu ke salah satu hotel. Dia juga menyuruh Rendi menjemput temannya yang memperkosanya waktu dulu.

Sampai di kamar hotel. Rendi dan temannya Herman, malu-malu juga di depan Nisa.
“Hey hey hey..kalian kenapa diam?” Tegus Nisa memecah kebisuan mereka.
“Nis, saya gak ngerti ada apa?” Rendi sangat sopan.
“Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan, duduklah di kasur itu!”
Mereka menurut.
“Aku tahu, kamu Rendi. Hanya memanfaatkan materi aku saja kan? Kamu tidak benar-benar mencintai aku hanya karena penampilanku dulu yang kurus kering kan?”
“Ti..tidak Nis, maafkan aku..”
“Ah sudahlah aku bilang jangan minta maaf, dan sekarang lihatlah, angkat wajah kalian!”
Nisa agak membentak.
Jleb! Jantung kedua pemuda itu seakan berhenti berdetak. Di depannya berdiri seorang wanita cantik yang dia kenal dulu, bahkan lebih cantik ditambah body mulus dan dua gunung kembar yang bergoyang, bergetar pelan menambah seksi wanita itu.

“Nah, inilah aku sekarang Ren..”
“Sekarang kenapa kalian diam saja bangsat!” Nisa menggeram dan mendekati kedua lelaki itu.
“Ini kan yang kalian inginkan?”
Nisa meraih tangan masing-masing laki-laki itu dan menempelkan di payudaranya. Nisa yang dari tadi terangsang melihat pergumulan suami dan dua anak buahnya rupanya sengaja membawa mereka karena tak tahan ingin terpuaskan nafsunya.

Mendapat lampu hijau, Rendi dan Herman segera memanfaakan keadaan. Mereka dengan rakus melahap dan meremas payudara montok itu. Mendapat dua serangan di area sensitifnya, Nisa hanya mengerang…
“Ouhhssstt…terus remashhh….”
“Yaa…terushhh rendhhh...kha..muu…suka kan?”
Rendi tidak menjawab begitupun Herman temannya, dia hanya tambah rakus mencucup masing-masing ujung payudara kenyal itu.

Herman rupanya lebih beringas, selain sudah telanjang kini tangannya sudah mengelus dan mengusap vagina becek Nisa. Nisa makin memanas, dia bantu buka pakaian Rendi. Dalam sekejap mereka sudah sama-sama bertelanjang. Dengan bertumpu dengan lututnya, Nisa menarik dua batang penis itu ke dalam mulutnya. Dikulum nya ujung helm dua kontol itu bergantian. Rendi dan Herman hanya bisa menahan nikmat dari kocokkan dan sedotan mulut Nisa di ujung kontolnya.

Rendi tak tahan dengan perlakuan mantan pacarnya itu, dari pangkal batang penisnya terasa ada yang mendesak seiring rasa nikmat menandakan dia akan mengeluarkan spermanya.
Cret..cret! Rendi menembakkan spermanya di mulut Nisa. Nisa tak kalah diam, disedotnya ujung helm penis itu membuat Rendi menggigit ujung lidahnya karena ngilu.
“Ayo Rendi, kamu jangan kalah! Ini baru permulaan! Dasar kamu Rendi, kamu banci! Kamu brengsek!” Nisa mengumpat kemudian mengulum bibir pemuda yang bau bekas rokok itu.
Nisa tak peduli, nafsunya semakin mendesak dia, vaginanya gatal ingin segera disodok oleh batang penis.

Nisa mendorong tubuh Herman ke kasur empuk itu, segera ia menindih laki-laki itu.
“Herman anjing! Remas ini! Brengsek! Jangan diam saja!” Nisa meracau.
Dalam posisi di atas, Nisa mengarahkan ujung kemaluan Herman ke lobang sempit vaginyanya yang telah basa itu.
“Emmhpphh..”
“Ahhh….sshh……..”
Nisa mendesah saat dia mendorong ke bawah vagina yang menjepit batang kontol Herman. Rupanya batang kontol itu begitu mudah memasuki lubang sempit vagina Nisa yang sudah basah berlendir.

“Ougghhhss….shhhhs…emmhh…emh…emh….emh…”
Suara erangan Nisa terputus-putus seiring hentakan pantatnya mendorong keluar masuk batang kontol Herman di Vaginanya.
Melihat temannya mendapat serangan, Rendi kembali terangsang. Di raih payudara montok itu dan kemudian meremasnya. Memilin dan mencucup ujung puting susu kenyal dan padat itu.
Nisa dengan sigap meraih batang penis Rendi kemudian mengulumnya. Melihat Nisa sibuk mengulum batang penis temannya, dia angkat pinggulnya dan dia sodok vagina itu dari bawah. Nisa mengerang, meremas sendiri payudaranya yang seolah memantul-mantul karena sodokan Herman dari bawah.

Dalam jepitan dan gesekan vagina sempit itu, Herman merasakan desakan tanda ia akan keluar. Crot..crott..crot! cairan panas itu menembak dalam vagina Nisa yang kemudian berkedut dan berkontraksi mencengkram lembut batang penis Herman.
“Aaah..sssshh….ah..ah…” Herman meleguh.
“Ooouughhss….nikmaaaa…aat…”
Nisa menarik wajah Rendi dan membenamkannya di vagina yang basah kuyup, sperma dan cairan wanitanya becampur jadi satu. Herma terpaksa mengenyot dan mencucup vagina basah itu, meski jijik dengan bau sperma namun aroma kewanitaan Nisa membuat dia mau menjilat dan menelat cairan itu.

“A..aahh Rendii…?”
“Jilat terus brengsek!” Nisa masih mengeluarkan kata-kata kotornya kepada Rendi.
“Setubuhi aku Rendi anjing, Rendi Banci…!” “Ce..paatt…!”
Nisa segera bangkit dan menunggin, membuka bibir vagina merahnya agar segera disodok Rendi.
Bles! Sesaat kontol itu sudah tertanam sempurna di vagina hangat itu.
Plok plok plok !
Paha beradu pantat bulat dan mulus.
“Emh..emhh…” Nisa memekik seiring tusukan batang venis menggesek bibir vaginanya.

Tak lama berselang.
Cret..cret…!! Rendi menembakkan spermanya yang kedua di dalam vagina Nisa.

Rendi terkulai, Nisa segera menghampiri Herman yang penisnya sudah mulai berdiri lagi, dia kulum penis itu dengan rakus, dikocoknya. Rupanya Herman belum siap, bukan nikmat yang ia dapat melainkan rasa ngilu-ngilu nikmat di penisnya. Nisa tidak peduli, disedotnya terus batang kontol itu bagai anak menikmati lolipop.
“Ahhh…eegghhh…”
Cret…cret…. Cairan itu kembali keluar hanya lebih sedikit.

Malam itu, Nisa tersenyum puas mengerjai dan menikmati dua pemuda itu. Diserang terus menerus terutama dengan kuluman meski penisnya dalam keadaan lemas hanya membuat mereka ngilu. Mereka terpaksa menurut karena malu dulu telah berbuat memalukan terhadap Nisa.
“Aku harap kalian menikmatinya, tapi aku tidak!”
“Kontol kalian kalah ukuran, kalah panjang, dan kalah perkasa! Dasar kalian brengsek!” umpat Nisa kepada Rendi dan Herman yang terkulai lemas.


Nisa meninggalkan mereka di kamar hotel itu, Nisa juga meninggalkan beberapa lembar uang untuk mereka. Ya, dia sangat menikmatinya. Menikmati wajah lemas dan malu kedua lelaki brengsek yang dulu memperkosanya. Menikmati wajah ngilu karena kemaluannya dia kulum terus.
…………
Malam itu, suaminya membawa martabak dan buah pepaya. Joko berpesan seperti biasa malam itu dia tidur terpisah. Nisa sudah merencanakan sesuatu. Dia ingin malam itu bercinta dengan suaminya, dia ingin vaginanya disodok batang penis itu.
Sudah lewat 2 jam, dia yakin suaminya sudah tidur. Segera dia menyelinap dengan kunci ganda yang sudah disiapkan. Sedikit pencahayaan. Seakan tidak percaya, dia melihat suaminya telentang tertidur pulas sedangkan namun sesuatu dibawah perut suaminya tertutup selimut jelas mengembung.

“Anak muda, cepat bangun! Nyai kurang waspada tadi, ada seseorang yang menggaggu!”
“Kenapa Nyai? Aku tidak paham!”
Joko yang sedang membantu memaju-mundurkan pantat wanita yang sedang mendudukinya dalam keadaan sama-sama telanjang bulat.
“Aahhss…hh….nikmat permainan ini membuat nyai tidak sadar, istri kamu sudah ada di depan kamu?”
“Apa nyi?”
“Ya cepat bangun! Atau kekuatan kamu akan hilang. Nyai tidak bisa mengembalikannya.”
Meski Nyai Darsim panik, namun dia tidak melepaskan jepitan vaginanya di batang penis si Joko.

“Agghh….sss….” “Nyi, ini beda….nikmaaa..aaaattt……”
Rupanya si Joko merasakan ada sesuatu yang juga menjepit batang penisnya dalam jepitan vaginya wanita bahenol yang tak lain adalah Nyai Darsim.
“Ahh….nyii…ini…ni…emmmhhhsss….”
Si Joko makin tak tahan seolah batang penisnya dijepit oleh vagina berlapis. Atau seolah ada dua vagina menjepit bergantian.

“Aoougghhs…emh..emh..!!”
si Nyai mengangkat wajahnya ke atas, tubuhnya bergetar, rupanya ia mencapai orgasmenya. Joko sigap meremas payudara indah itu, lagi-lagi dia seolah memegang payudara berlapis, hangat dan keras-kenyalnya lebih enak. Dari pangkal batang penisnya terasa ada sesuatu yang mendesak nikmat tanda ia akan keluar. Dia cengkram pinggul wanita itu, dan “Hmpp…emh…emh….”
Cret…cret..cret… 5 kali tembakan peju si Joko di dalam vagina si Nyai, juga vagina istrinya di alam sadarnya.
Nyai Darsim ambruk, dan kemudian membelai wajah si Joko.
“Anak muda, maafkan Nyai, setelah ini nyai tidak bisa membantu kamu lagi. Kekuatan kamu tidak bisa Nyai kembalikan.”
“Ke…kenapa nyi?” si Joko nampak bingung.

“Di luar mimpi ini, istri kamu memanfaatkan keadaan ini. Nyai tadi tidak bisa menahan yang kamu berikan anak muda. Ya, istri kamu tadi bersama nyai bercinta dengan kamu, kamu menyetubuhi dia.”
“Nyai cukup bersukur dan bisa beristirahat dengan tenang, keinginan Nyai sudah tercapai. Terima kasih anak muda.”

“Tapi Nyi, apa ada cara lain? Cara agar aku bisa mendapatkan kekuatan itu kembali nyi?”
“Tidak ada, kecuali dengan darahku…!”

========================
Setelah ini tamat gan, moga dapat feel dan waktu agar endingnya OK.

makasih sudah baca
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd