Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bermula dari Musibah, Akhirnya Keterusan dan Berkembang

Status
Please reply by conversation.
Oke, kita lanjutkan ajalah ya langsung dengan Bi Santi biar ngga penasaran

Esoknya hari minggu, Mbak Shinta keluar kamar dengan wajah sayu.
Dia tak sadar apa yang terjadi tadi malam, Aku menonton film kartun saat itu, lalu Aku menoleh kepadanya.

“Kemarin aku koq bisa ada di kamar ya?”,tanyanya.
“Lha, kan Mbak sendiri yang masuk kamar”, kataku.
“Ahh…ndak inget”, katanya.

Lalu menjelang Siang, Mbak Shinta pergi ke Pasar untuk membeli bahan makanan untuk Makan Siang.
Jadilah aku di rumah berdua dengan Bi Santi di rumah menemaniku, Walau usianya sudah 33 tahun, tapi bibi-ku ini masih cantik banget, lalu muncullah ide burukku.
Aku kemarin bisa menghipnotis Mbak Shinta, apakah bisa juga kepada Bi Santi? Iseng lagi ah….

“Bi!”, panggilku
“Ya Fi”, katanya.

Bibiku ini sedang memakai Daster dan tubuhnya sintal banget. Payudaranya biasa saja sih, wajahnya juga ndak jelek-jelek amat. Hitam manis kalau boleh kunilai.

“Lagi ngapain?”, tanyaku.
“Lagi motong sayur buat makan siang aja nih”, kata Bi Santi. “Perlu apa Fi?”
“Coba duduk sini”, kataku.

“Aku sedang belajar hipnotis nih, boleh nggak jadi subjeknya?”, tanyaku.
“Emang bisa?”, tanyanya.
“Yaaa… namanya juga nyoba. Tenang aja deh ndak bakal aku apa-apain, lagian juga belum tentu berhasil”, kataku.
“Kamu ini ada-ada saja, udah ah”, katanya.
“Eeee…tunggu dulu, sebentar saja koq. Kalau tidak bisa ya udah”, kataku.

“Tapi cuman sebentar saja”
Bi Santi menghela nafas. Dia agak aneh juga, bahkan mungkin Dia mengira aku tak akan berhasil.

“Baiklah, pertama aku ingin dirimu rileks dulu”, kataku.

Bi Santi menghela nafas lagi. Dia mungkin mengira ini cuma permainan anak kecil yang harus Dia turuti.
Maklum sejak kecil Dia menjagaku hingga walau aku sudah mendapatkan Ibu Tiri.

“Bukan begitu Bi, yang rileks, santai gitu lho”, kataku.
“Iya, iya”, katanya.

Tak perlu kuceritakan lagi bagaimana langkah-langkah hipnotisku, Sebab caranya sama seperti apa yang aku lakukan kepada Mbak Shinta dan Bi Santi sudah dalam pengaruhku.
Berhasil juga ternyata kepada Bibiku ini.
Kini Bi Santi hanya menatap dengan tatapan kosong, Siap menerima perintahku, Aku mulai horni nih.

“Bi Santi, Bi Santi, Bi Santi”, kataku.
“Iya Fi”, jawabnya dengan tatapan kosong.
“Kamu patuh kepada perintahku? ”
“iya”, katanya sambil mengangguk.
“Apa pendapatmu tentang diriku?”, tanyaku.
“Lefi itu orangnya suka males, dan kelakuannya jelek, tapi gimanapun aku tetap sayang”, kata Bi Santi.
“Dulu waktu kecil sih lucu, setelah gede Lefi jadi nakal, suka keluyuran kemana-mana, padahal kalau baik Bi Santi pasti senang”.
“Ini jujur?”, tanyaku.
“Iya”, kata Bi Santi.

Aku koq jadi makin gemes dengan bibiku ini.

“Baiklah buka bajumu!”, kataku.

Bi Santi patuh saja kepadaku, Dia buka Dasternya.
Aku bisa lihat payudaranya yang besar, dan jelas lebih besar dari Mbak Shinta dan aku bisa melihat tonjolan bongkahan yang padat dari kedua bra-nya yang berukuran 36H.
Shit! Jadi konak diriku.
“Maksudku semua bajumu sampai tidak memakai apapun”, kataku kembali.

npI5hCF.png

Akhirnya Bi Santi pun melepas satu per satu bajunya. Sementara celanaku sudah sesak, aku pun terpaksa melepaskan semua bajuku sekalian.
Kini kami berdua telanjang, lalu Bi Santi duduk di sofa sambil menatap dengan tatapan kosong lagi.
Shit, beneran Payudaranya Gede! Putingnya berwarna coklat, tapi kulitnya mulus, aku melihat ke bawah, Wah Dia rajin cukur bulu bawah sana ternyata.

Aku mengamati seluruh tubuhnya, Bi Santi ini memang montok, aku lalu mendekat ke wajahnya dan kucium bibirnya.
Sedapnya, lalu setelah dilihat-lihat Dia tak hanya hitam manis, tapi juga bikin aku horni dan sekali lagi Payudara gedhenya.

“Bi Santi, kamu patuh padaku-kan?”, tanyaku.

Dia mengangguk.

“Aku ingin kau anggap aku ini suamimu, cintailah diriku dengan rasa cinta yang sangat dalam, melebihi apapun. Anggap rasa cintamu padaku saat ini seperti balon yang kecil. Lalu perlahan-lahan balon itu kau tiup, besar, makin besar, besar, besar jangan khawatir sebab balon itu tak akan bisa meletus tapi hanya bisa membesar dan mengecil. Dan tiuplah balon itu sampai sangat besar melebihi apapun”, kataku.

Bi Santi memejamkan mata dan sesaat kemuian Dia membuka matanya dan melihatku.

“Lefi…!”, panggilnya.
“Bi Santi”, kataku.

Dia langsung memelukku dan Payudaranya membuat penisku makin keras mengacung.
Dia menubrukku di sofa dan Wajah kami saling berhadapan.
Apa Dia tak sadar kalau tak berpakaian?

“Lefi, Bi Santi cinta ama Lefi, sangaaaat cinta”, katanya.

Aku lalu menciumnya, kami pun berpanggutan, aku lalu menghisap payudaranya yang gede itu.
Alamaaaakkk…nikmat banget, kuhisap kiri dan kanan, kukenyot dan kuremas, Kenyal sekali!

“Lefi….oucchh…he-eh, sini netek sama Bi Santi”, katanya.

Bi Santi kini merebahkan dirinya, Dia pasrah kuhisapi payudaranya.
Aku lalu ke bawah dan kuciumi perutnya, putingnya masih kumainkan, Dia menggelinjang.
Lama-lama aku pun ke bawah, makin kebawah dan kusapu itu vaginanya dengan lidahku.
Dia menggelinjang hebat, Kujilati tempat kewanitaan itu dan Rasanya asin, aku terus hisap dan kujilati hingga sangat basah.
Bi Santi pun tak kuasa lagi, Dia meremas-remas kepalaku lalu pahanya mengempitku sambil Dia bangkit.

“Awww….Fi….Bi Santi keluar niii”, katanya.
Aku lalu bangun dan punyaku sudah mengacung, ingin masuk saja sepertinya.

Aku lalu menciumi bibirnya lagi, kami berpanggutan lagi dan Lidah kami saling menghisap.
Aku siapkan rudalku, dan kutindih Bi Santi dan SLEBB, Penisku seperti disedot-sedot di vaginanya.
Masalahnya ini vagina koq ya sempit ya, bukannya Bi Santi sudah punya anak? Dan apa ini karena Dia tak pernah dipake?

“Enak Fi….terus…entotin bibimu ini!!”, katanya.

Aku tak berlama-lama, kugenjot itu vagina, sedangkan Bi Santi merintih-rintih keenakan, Dia meneriakkan namaku berkali-kali, aduh baru juga 10 menit nih goyang tapi rasanya sudah diujung,Enak banget, lalu aku pun keluar, Pejuku muncrat di dalam rahimnya. CROOOOTTT…..CROOOOTT…..CROOTTT…

“Aaaahhh….aww….awww….panas itunya”, katanya.

Kubenamkan lama di dalam sana, Bi Santi memelukku.

Aku perlahan-lahan cabut penisku yang masih tegang itu, Ngilu rasanya keluar di dalem, Tapi nikmat banget.
Aku arahkan penisku ke mulut Bi Santi, Dia jilati sisa-sisa sperma yang nempel di penisku, Dia lakukan itu seperti seorang pro.
Baiklah, sekarang aku puas dan setelah itu kusuruh Dia berpakaian dan melanjutkan pekerjaannya, tapi dengan satu catatan, Dia tak boleh menunjukkan cintanya kepadaku kecuali aku minta dan pengaruh hipnotisku jalan.

Malamnya, Mbak Shinta sedang di kamar, Ayah dan Pamanku belum juga balik, mungkin masih ada keperluan di Kota.

Saat cuma diriku saja yang ada di ruang tamu nonton TV, "Ah sialan, koq aku jadi horni ya? Memang sebenarnya kepingin sih kalau aku gituan sama Mbak Shinta, Baiklah kutunggu agak malaman aja." pikirku

Lama menunggu, akhirnya sudah jam 12 malam. Aku mengetuk pintu kamar Mbak Shinta.

“Mbak, masih bangun?”, tanyaku.
“Kenapa dik?”

Eh, Dia masih bangun.

“Boleh masuk?”, tanyaku.
“Iya”, katanya.

Aku pun masuk dan Mbak Shinta pakai tanktop dan juga celana pendek.
Sial, bikin aku berdebar-debar aja, aku lalu panggil Dia, “Shinta, Shinta, Shinta”

Dia yang sedang sibuk menulis, mungkin PR, langsung tegap duduknya.
Dia taruh pensilnya dan menatap ke depan dengan pandangan kosong.
Aku sudah ndak tahan lagi dan aku lalu melepaskan semua bajuku.
Kuhampiri Mbak Shinta, lalu kupeluk Dia dari belakang, kucium bau rambutnya, kumasukkan kedua tanganku ke dalam tanktopnya dari bawah.

Aku lalu raba Payudaranya, Aku lalu Melepaskan tanktop serta BHnya, kuangkat tangannya sedikit hingga tampak ketiaknya yang putih itu.
Aku tempelkan penisku yang sangat ngaceng itu ke punggungnya.

“Mbak, apakah Mbak cinta aku?”, tanyaku.
“Iya, sangat cinta”.

Aku melihat puting susunya yang mengacung ke atas, membuatku gemas untuk mencubitnya, maka jemari tanganku pun bergerilya meremas Payudaranya. Kupuntir-puntir putingnya, Mbak Shinta menarik nafas lalu Dia mengeluh..
“Nikmati saja Mbak, lepasin juga dong celananya”.

Mbak Shinta lalu berdiri dan menurunkan celana pendeknya, hingga tampaklah olehku CD-nya.

“CD-nya juga”, kataku.
Dia melepaskannya juga.

Sekarang kami berdua telanjang, Aku berdiri di hadapannya, lalu mengisap payudaranya.
Kujilati dan kuhisap, sambil kupeluk Mbak Shinta yang sudah terhipnotis itu.
Aku tarik Dia lalu kubaringkan Dia di tempat tidur, lalu kuciumi dua bukit kembar itu, sambil kugigit sekali-kali, perjalananku ke bawah, ke perut, lalu kulihat memeknya yang ditumbuhi sedikit bulu.
Aku membuka pahanya lebar-lebar, kubelai pahanya, dan kuciumi bibir vaginanya, lalu aku jilat klitorisnya, lidahku pun menari-nari di sana.
Harum sekali baunya, apakah Mbak Shinta selalu merawat ini?

Mbak Shinta menggelinjang, berkali-kali Dia mengeluh, diremasnya rambutku, dan aku terus-menerus melanjutkan aksiku, sambil kuremas Payudaranya.

“Dik, Mbak mau pipis dik, oooohh…aaaahhh….”, kata Mbak Shinta.

Benar, Dia mengejang hebat sambil mengempit kepalaku beberapa saat.
Aku menghentikan aksiku dan tampak cairan berhamburan keluar dari vaginanya, Tempat kewanitaannya sangat basah.
Aku lalu duduk dan bersiap memerawani Mbak Shinta, perlahan-lahan kugesek-gesek lembut ke bibir vaginanya.
Mbak Shinta menggelinjang dan rasanya sungguh nikmat.
Aku tak mau menyakiti Mbak Shinta, aku ingin berusaha lembut, aku lalu mendorong pinggulku, penisku perlahan masuk dan SLLEEEBB…ougghh….sempit banget, tapi agak lancar karena ada pelumas tadi, lalu aku dorong dan Mbak Shinta menjerit…

“AWWwww….sakit dik, aduuuhh…”, katanya.

Aku dorong selaput daranya hingga robeklah pelindung keperawanannya.
Aku tak bisa berhenti begitu saja, aku istirahatkan sejenak punyaku, lalu kudorong lagi perlahan.
Ketika Mbak Shinta kesakitan aku hentikan, begitu terus sampai mentok.
Nikmat sekali punyaku disedot-sedot, Aku tarik, lalu perlahan kudorong lagi. ouuuggghh….nikmat.

Aku tindih tubuh mbakku, aku peluk dan kuhisapi payudaranya, lalu kukulum Dia.
Kemudian kugoyang pinggulku maju mundur perlahan, lama-lama rasa sakit itu sudah hilang sepertinya, Mbak Shinta pun hanya bisa bilang ah dan uh saja.
Aku bisa lihat payudara Mbak Shinta naik turun dengan goyangan perlahan pun, woohhh, impianku selama ini akhirnya terkabul juga.

Clek,…clek…cleek…cleek…, suara becek gesekan vagina dan penisku terdengar di kesunyian malam ini.
Aku rasanya sudah ndak tahan nih, udah mentok di ujung.
Paling tidak aku tidak secepat tadi pagi dengan Bi Santi. Ouughh…nikmat banget udah…ndak tahan…..keluar di mana ya?

“Mbak, keluar nih”, kataku.
“Mbak sudah keluar dari tadi dik…ah…aah…ahh…”, kata Mbak Shinta.
Dia masih menatapku dengan pandangan kosongnya.
“Di dalem ya, AAAHhhhh….”, jeritku dan *Creeett…..crettt…..creeetttt…* sperma akhirnya keluar dan kubenamkan di dalam rahim mbakku, Aku tak mencabutnya hingga habis.

Aku pun lemas kupeluk Mbak Shinta, Tampak di vaginanya keluar sedikit cairan putih dan merah darah dari selaput daranya.
Aku lalu tiduran di sampingnya dan Dia memejamkan mata, mungkin kelelahan karena aksiku tadi.
Aduh gimana ya nanti klo hamil, aku bingung juga nih, lama aku berpikir tentang tindakanku ini.
Memang sih aku kepingin ngentot ama Mbak Shinta, tapi kalo Dia tahu aku menghipnotisnya…aduh…gimana nih.
Lalu aku langsung lari ke Kamar Ayah dan Ibu Tiriku, kuingat disana ada Pil KB, setelah aku check di Lemari Baju aku langsung menemukannya dan aku coba minumkan ke Mbak Shinta, anggap aja sebagai antisipasi.

Aku lalu melihat mbakku yang mendengkur halus, Dia ternyata sudah tertidur.
Melihat Payudaranya yang padat itu, aku jadi horni lagi, aku lalu miringkan tubuhnya, sehingga tampaklah bongkahan pantatnya.
Penisku mengeras lagi, dan aku tanpa pikir panjang langsung masukkan ke vaginanya dari belakang. SLEBB…aww…masih sempit juga.
Malam itu pun aku mengerjainya lagi sambil Dia tertidur.

Paginya Dia tak ingat lagi kejadian tentang tadi malam.
Pagi seperti biasa, tapi dirumah itu masih hanya ada Aku, Mbak Shinta dan Bi Santi.
Pagi itu sehabis sarapan, Mbak Shinta buru-buru mandi, sepertinya dia mau pergi, katanya sih mau ketemu temen lamanya di Desa ini.
Sedangkan Bi Santi tampak sedang membersihkan rumah, lalu Aku berdiri di depannya.

“Bi Santi, Bi Santi, Bi Santi”, kataku.

Seketika itu Dia menjatuhkan sapunya dan berkata, “Iya fi?”

Aku turunkan celanaku dan terlihatlah penisku.

“Isepin dong!”, kataku.

Dengan patuhnya Bi Santi berjongkok dan langsung melakukan Blowjob.
Ahh…nikmat banget, Dia mengulum penisku seperti permen, sambil tangan kirinya mengocoknya.
Punyaku yang tidur langsung tegang dan bereaksi, lalu Bi Santi yang sudah ahli ini, tak butuh waktu lama untuk bisa membuatku hampir klimaks.

“Sudah, sudah…buka bajumu!”, kataku.

Dia berdiri dan melepaskan bajunya satu demi satu, Aku lalu memeluk dan menciuminya, kuhisap payudaranya dengan lembut, lalu Dia kutuntun untuk bersandar di sofa.
Dia menungging, dan kumasukkan penisku ke tempatnya.
BLESS…aww..nikmat….aku pun bergoyang maju mundur.
Pantatnya yang semok itu membuatku sangat bergairah, lalu Aku meremas payudaranya, sambil kuhujamkan penisku dalam-dalam.

“aaahh…ahh…ahh…ahhh..oowwcc…ooucchh… aww. ..aahh…uh…uh…”, hanya itu yang keluar dari mulut Bi Santi.

Oww…sial, aku keluar.

“Bi Santi berlutut, ayo hadap sini!”, kataku.

Dia lalu berlutut dan menghadap ke diriku.

“Buka mulutnya”, kataku.

Dia membuka mulutnya, kukocok penisku yang mau keluar itu dan *Crooottt…..crott…..crooott…* tumpahlah sperma ke mulutnya itu.

“Bersihkan”, kataku.

Dia menjilati sperma yang ada di penisku.

“Jangan lupa telan ya”, kataku.

Bi Santi pun menjilatinya dengan rakus dan menghabiskan menu sperma hari ini dan setelah bersih, Dia kusuruh pakai baju lagi.

Begitulah hari-hari kami hingga Ayah dan Paman pulang dan kuperhatikan kondisi Ibu sudah mulai membaik tetapi belum sembuh total katanya, lalu setelah beberapa hari, kamipun berpisah dengan Paman dan Keluarganya. Semoga aku dapat bertemu mereka kembali dan sampai hari ini aku belum mendengar kabar bahwa Mbak Shinta ataupun Bi Santi Hamil, berarti Aman perbuatanku selama 2 hari itu.

Sedangkan dengan Ibu Tiriku, aku masih tetap melakukannya ketika ayahku sedang pergi keluar dan suasana rumah sepi, namun ketika kondisi ibuku sudah berangsur-angsur pulih dan bisa sedikit berkomunikasi meski agak kurang jelas dan membingungkan, aku tidak berani lagi mengerjainya karena takut kalau dia sadar akan perbuatanku.

Setelah itu aku sudah tidak pernah mengerjainya lagi sampai akhirnya ibuku sembuh total dan kembali kerja, seakan dia tidak sadar betul orang yang telah mengerjainya dan mungkin ia hanya memendamnya dalam hati atau ilusi.

Akupun juga tidak tahu dan hanya dia yang merasakannya, terkadang aku bernafsu kalau mengingat kejadian itu dan hanya kulampiaskan dengan beronani saja. :((

Selesai Sudah Semua Kisah "Incest" ini, selanjutnya adalah Cerita Lanjutannya sudah bukan Non-Incest: Ngga Incest, Ngga Apalah Ya?!
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd