Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Big Slice of My Heart

“Hi Cha..” aku call marissa diperjalanan menuju kota hujan setelah meeting yang menghebohkan tadi di kantor

“Hi ell... xixixixi kaangggeeennnn....”

“sama sayang...”

Sejak senin aku memang agak jarang telepon marissa karena otakku dipenuhi hal-hal terkait pekerjaan.

“Kamu ke sini gk malam ini?”

“OTW honey....”

“Assyiiikkkk...”

“Kamu nanti dimana?”

“DI hotel sayang..”

“ssiiippp, c u there ya..”

“Miss u a lot el..”

“Miss u too cha..”

“nanti langsung ke kamar yang biasa ya el”

“ssippp”

Aku mengetuk pintu dan marissa udah siap dengan lingerie hitam menerawang berbahan tile atau jaring-jaring halus. Sejenak aku memandangnya dari atas sampai bawah. Lingerie itu lebih banyak memperlihatkan ketelanjangan marissa daripada menutupinya, puting kecoklatannya tampak sedikit menyembul, lalu bagian bawahnya jembut marissa tampak nakal keluar keluar gak beraturan dari balik G Sringnya.

Aku minta marissa berbalik, codetnya tampak tersamar, pantatnya terekspos bebas karena Gsting sama sekali gk menutupi bagian pantat sexy ini.
Aku mendekat dan membaui seluruh tubuhnya, gk ada bau parfum, hanya wangi cewek habis mandi.

“Sexy gk sayang?”

“banget banget banget hehehehe”

“Coba balik.. gila pantat mu ini loh...” aku lalu berlutut berfokus gumpalan daging yang berbentuk bulat sempurna ini tempat alas duduk marissa. Asli nih pantat, masih terbayang olehku kala aku dan roni memandangi pantatnya di urang meeting dan saat ini apa yang kupandangi waktu itu ada dihadapanku skin to skin dengan bibirku. Kuciumi pantat sexy ini sembari tanganku meremas-remas belahan pantat sebelahnya. Rasanya kenyal dan padat, berwarna terang dihiasi gurat agak gelap di area tumpuan duduknya.

“Sexy banget sih cha...”

“Kamu suka el?”

“Boleh aku gigit?”

“kamu apain aja boleh koq...”

Setelah puas dengan pantatnya, aku kembali berdiri dan Marissa membantuku melepaskan seluruh pakaianku dan menggantungnya di hanger dalam lemari. Kemaluanku sudah tegak pada ukuran maksimalnya
Gantian marissa yang berlutut di depanku, dengan aku berdiri bersandar pada meja. Tangan lembutnya meraba area seputar pahaku dan kemudian dengan perlahan memijit lembut kontolku.

“el, udah keras banget sayang..”

“trus mau diapain?”

Tanpa menjawab, marissa dengan sigap memasukkan kepala kontolku pada mulutnya sambil tetap memijat batang kemaluanku. Kalau soal yang satu ini Gladys jauh lebih berpengalaman dan jago dalam melakukannya, tapi se amatir-amatirnya cewek nyepong, tetap enak aja sih..

Slllurrrpppp.. clop clop clop clop marissa mulai mengocok kontolku dengan mulutnya. Menimbulkan sensasi yang dahsyat.

“udah sayang...” kataku mengajaknya ke tempat tidur.

“kamu boboan aja ya el, aku mau nikmatin kamu sebanyak mungkin aku sanggup”

Aku rebahan dan marissa mulai nungging dengan mebelakangiku, dengan gerakan sexxy kontolku dibelai-belai sekali lagi lalu diarahkan pada lubang kenikmatan basah miliknya. Pelan, pelaaann banget tanpa terburu-buru marissa menekan pantatnya kemudian di tarik lagi lalu ditekan lagi, satu gerakan yang seharusnya bisa dilakukan dengan sekali tekan, olehnya diperlambat seolah mau merasakan sekecil apapun rangsangan yang dirasakan atas tergeseknya kulit kelaminku dengan sensor kenikmatan di dalam vaginanya.

SShhh... elll....
Sesak banget di dalem sayang....

Desahnya saat semuanya sempurna tertanam. Lagi, dengan gerakan super pelan di angkatnya pantat sexy itu dan ditekannya lagi, berulang-ulang selalu dengan gerakan halus. Gk ada bunyi cclop-clop seperti layaknya orang bersenggama, tapi rasanya seolah seluruh bagian kontolku mulai dari kepada sampai dengan pangkal batangnya digenggam erat dengan tekanan kuat tapi licin. Aku membiarkan saja dirinya menikmati batang legamku, kali ini dia mau berkuasa atas ritmenya sendiri.

Malam itu ntah mengapa, marissa bersemangat sekali. Kami sampai melakukannya empat kali dan baru berakhir ketika jam menunjukkan jam 3 pagi. Lemas dan capek, aku segera tertidur lelap.

Pagi ini aku terbangun karena merasa menyentuh sesuatu yang basah di tanganku. Seperti biasa Marissa udah gk ada, sebuah note menempel di cermin seperti biasa, kali ini wananya merah. Aku memutuskan segera mandi dulu dan memakai pakaian yang sudah disiapkan marissa dalam plastik laundry.

Aku membaca pesan marissa, bukan berisi nanti sarapan bareng seperti biasa tapi sebuah pesan yang isinya romantis banget, pasti gara-gara subuh tadi ,ntah berapa kali marissa orgasme hehehehe.

Since the first day I met you,
that’s first glance in your eyes.
The first time you told me that you loved me,
my life was changed forever.
Your love make me who I am today,
your presence in my life inspires me to be better everyday.
I Love you with all my sense

Icha :)

Aku tersenyum, Love u too cha...

Saat sarapan aku gk melihat marissa, jadi aku sarapan cepat aja kemudian melesat ke meeting room untuk prepare di kelas.

“Pagi Bro” sapaku pada roni

“Pagi boss” sapa roni balik kepadaku

“tinggal empat kelas lagi ya bro..”

“iya nih.. dapet banyak kita disini ya hahahaha”

“Iya ron, duit dapet cewek dapet hahahaha”

“klo gw bukan cewek lagi, calon bini.. eh mana marissa?”

“gak tau, semalem nginep bareng gw trus tadi sarapan gk ada, kayaknya lagi sibuk”

“Pagi Bapak-bapak..”

“Pagi...”

“Pak kenalin saya Rahman, saya yang gantiin bu marissa di sini”

“lho dia kenapa? Sakit?”

“Katanya sih resign pak, saya juga kurang tahu, saya baru 2 hari di sini”

“Oh ya?” kataku dan roni hampir bersamaan

“betul Pak, trus saya ada pesan buat Pak Andre”

“Iya saya andre..”

“kamar yang biasa Pak Andre Pakai udah di booking dan dibayar bu marissa sampai selesai event ini ya Pak”

“Oh.. okey makasih ya pak rahman” kataku lagi

Pelatihan ini berjalan seperti biasa, dan roni mulai menambah sessi yang dibawakannya menjadi empat sessi. Akhirnya jam 10 malam selesai juga orang terakhir yang konsul denganku. Dengan langkah lunglai aku kembali ke kamar marissa pasti udah ada di sana dan aku mau menanyakan alasannya resign. Ternyata marissa gk ada, aku telepon marissa, gk ada nada sambung. Aku WA, cuma ada centang satu. Aku tunggu tapi ternyata marissa gk pernah muncul, sedangkan aku terlalu penat untuk mencari ke rumahnya malam ini, secara semalam kami bertempur sampai stok peju seminggu habis dan hari ini go-show lalu konsul sampai malam.

Sepi..

Kosong...

Biasanya ada marissa dengan celotehannya, kali ini aku bagaikan terbekap kesendirian dan kesunyian. Biasanya ada marissa dengan hidangan hangatnya, kali ini meja itu kosong.

Aku membaca lagi pesan marissa, hhhhssssss..... ternyata itu adalah farewell note.

Hhhhmmm... aku ingat bantal basah yang membangunkanku aku lihat lagi, langsung aku check dan ternyata sudah diganti sarung bantalnya oleh room service.

Entah apa yang kupikirkan selanjutnya tapi aku tertidur kecapekan dalam sepi dan sendiri.
Jam enam pagi aku terbangun, langsung mandi dan merapikan seluruh pakaianku, kemudian sarapan dan langsung checkout. Aku langsung melesatkan ML350 yang bertenaga sangat besar ini ke rumah marissa. Gk seperti biasa, kali ini pagarnya dikunci. Dengan satu lompatan, aku melewati pagar itu dan masuk ke rumah. Semua letak furniture masih sama seperti terakhir kali aku kemari, tapi banyak sekali debu sampai meninggalkan jejak sepatuku di lantainya, artinya rumah ini sudah beberapa saat tidak dibersihkan.

Aku keluar lagi dan bertanya pada pedagang rokok yang ada di ujung jalan,

“Punten mang...”

“Mangga..”

“Mang, tau sama yang punya rumah gede warna hijau pupus di sana?”

“tau kang, itu teh punya bu marissa, aya naon kang?”

“nggak, saya lagi cari rumah daerah sini, dijual gk ya?”

“wah saya mah kurang tau, tapi emang udah agak lama saya nggak liat bu marissa, biasanya kan ada aja yang dibeli kemari.”

“Berapa lama mang?”

“aduhh.. saya gk perhatiin atuh.. tapi klo dua apa tiga minggu sih ada kali”

“hhhhmmmm...”

“Masuk aja atuh kang kalau mau liat2. Pagernya gk pernah dikunci”

“tapi ini tadi dikuci mang”

“masak sih, dari jaman bapaknya pagernya ketutup doang, gk pernah dikunci atuh kang, katanya biar kalau ada warga yang mau minta tolong, bisa ketok2 pintunya”

“iya tapi ini dikunci tadi mang”

“wah saya kurang paham dah kalau begitu kang”

“Ya udah makasih, ada rokok?”

Setelah membayar informasi dengan membeli sebungkus rokok dan gk ambil kembaliannya, aku kembali ke mobil. Aku menarik nafas berat. Gila sepanjang sejarah, ini kali ketiga aku ditinggal cewek yang aku sayangi, pertama dulu Tiara, lalu janis dan sekarang marissa. Aku gk tau harus cari informasi kemana, marissa gak punya teman dekat.

“Punten mang..”

“Eh.. akang lagi, ada apa lagi kang?”

“Mang tau pak asep?”

“Pak asep mantan kadus?”

“Wah saya mah gk tau mantan kadus apa bukan dia (aku jelaskan ciri-cirinya)”

“iya itu mantan kadus yang nikah sama bu Marissa”

“nah iya... tahu rumahnya?”

“ini kang, akang jalan kaki aja, rumahnya gak masuk mobil. Jadi dari rumah bu marissa akang terus aja sekitar .. satu... dua... empat rumah trus ada gang kecil ke kiri. Ikutin aja gangnya sampe akang ketemu rumah warna putih yang depannya ada lapangan bulutangkis. Nah itu rumahnya Pak Asep.”

“makasih Mang. Hhhmm mang, rokoknya pak asep naon?”

“Ini kang..”

“ada stok berapa?”

“ini masih se selop lebih”

“ya udah saya ambil semuanya”

“Wah makasih kang..”

“sama sama mang”

Berbekal informasi dari tukang rokok, aku mencoba peruntunganku. Tinggal Pak Asep harapanku. Dan aku mulai menyusuri jalan setapak sesuai gambaran tadi. Cukup jauh sampai membuatku berkeringat. Akhirnya setelah bertemu beberapa rumah warna putih, aku menemukan juga rumah putih dengan lapangan bulutangkis.

“Punteeennn..”

Gak ada respon

“Punteeen, pak asep aya?”

Next Page 133

eh tunggu pak andre, saya kayaknya tahu kemana bu marissa pergi
Yess... Ada treatment alias konflik
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd