Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA C I N T A [LKTCP 2020]

Bimabet
Terimakasih atas semua dukungan om dan tante.. :ampun:
Semoga coretan cerita CINTA ini bisa menambah kemeriahan pagelaran akbar LKCTP 2020.
dan semoga menjadi penyemangat untuk melanjutkan coretan cerita MATAHARI.
Salam hormat dan salam persaudaraan.:beer:
Skefo tuk Suhu Kisanak, Bahwa berbulan-bulan saya Hanya menjadi pembaca di forum ini (khususnya "Petualangan Suradi" karya Suhu Sumandono dan "Jalak" karya Suhu Killer Tomato), Akhirnya kubu'crot'kan tekadku tuk mendaftar jadi member setelah 'menghajar' PMCDC dan MATAHARI 1, tuk itu mohonlah Kisanak meluangkan waktunya Untuk melanjutkan cerita Angger, dkk... Salam Kentaaaal.

Untuk cerita CINTA ini, Saya Hanya berharap kepada Para Juri agar Dapat menyeleksi dgn baik dan benar cerita mana yg akan menjadi pemenang nantinya (Bila saya yg tentukan sdh ketahuan Juaranya, Hihihi), Salam Semangaaaaat tuk Para Juri.
 
"Jiancuk bajingan....!!! awal bacanya kesel karena terlalu banyak kata umpatan..kemudian mulai terhibur dengan balutan candaan, lalu sedikit bernostalgia dgn masa2 nembak gebetan pake telpon umum, semakin kesini makin terlarut dengan ungkapan2 yg penuh makna tersirat dan semakin terasa nuansa roman2nya..tak terasa sampailah di titik antiklimaksnya yg untungnya berakhir dgn happy ending walau masih tersisa sedikit misteri kematian Lia dan Angel serta kembali ke cinta pertamanya.

NB: Sex Storynya malah ane skip
TSnya Jiannccukkk tenan!!! :semangat::beer::Peace:
 
Mudah2 cerita ini dapat membuka tabir dari PMCC mengenai Lia, aldo & sandi, juga menjelaskan asal muasal cerita matahati
Semoga cerita ini bisa sebesar PMCC & Matahari
Thanks HU
 
Wah......kok angel....!? Jadi ngeri gini kehilangannya......
Alamat ngamuk ini sandi dan aldo.....
Semoga juara lah....TOP tulisannya....ada penasaran....ada senang ....ada sedihnya juga.....semangat om.....
 
Kehidupan cintaku yang ruwet inipun, berlanjut ketika aku mengikuti Kuliah Lapangan di ibukota propinsi. Aku, Lia, Sandi, Yuda, Surya dan Mas Alan, satu kelompok dalam kuliah lapangan ini. Dan yang menjadi dosen pembimbingku adalah Bu Jenny Kusuma, seorang dosen yang sangat cantik tapi juga judes. Tapi kejudesannya, dapat ditaklukan oleh seorang sahabatku si bajingan lendir. Siapa lagi kalau bukan Sandi Purnama Irawan. Bajingann.

Pada malam itu.. aku, Sandi, Yuda, Surya, Mas Alan dan dua sahabatku lainnya yang menyusul dari kota pendidikan, Ilham dan Satria, berpesta minuman dan ditemani wanita - wanita di salah satu lokalisasi terbesar negeri ini. Setelah berpesta minuman, kami lanjutkan berpesta dengan para wanita didalam kamar – kamar yang ada dilokalisasi itu.

Setelah selesai berpesta, kami semua balik untuk beristirahat di hotel dolly tempat kami menginap. Dan pada saat kami balik kehotel, terjadi keributan antara Sandi yang menjadi ketua kelompok kuliah lapangan, dengan Bu Jenny yang menjadi dosen pebimbing.

Aku, Mas Alan, Yuda dan Surya, disuruh naik kekamar masing – masing, sedangkan Sandi tetap di Lobby untuk menyelesaikan masalahnya dengan Bu Jenny. Sebenarnya sih bukan masalah pribadi Sandi, tapi itu masalah kami semua.

Bu Jenny marah dengan kami dan mengancam tidak meluluskan kuliah lapangan kami, karena kami semua mabuk dan pergi kelokalisasi. Sebenarnya aku ingin bertahan di lobby dan membantu menyelesaikan masalah ini dengan Bu Jenny, tapi Sandi memaksa kami kekamar karena dia merasa ini tanggung jawabnya sebagai ketua kelompok. Bajingaann..

Ketika aku sudah sampai dikamar dan aku merebahkan diriku dikasur..

TOK.. TOK.. TOK..

Kamarku diketuk dan aku langsung bangun dari tempat tidurku lalu membuka pintu kamarku. Dan betapa terkejutnya aku ketika tau yang berdiri didepan pintu kamarku. Adalia Adriana Agatha.

Bajingaann.. ngapain dia malam – malam begini datang kekamarku..? dia butuh belaian kasih sayangku kah.? Assuu..

Kami pun diam beberapa saat sambil saling pandang. Dan kalian tau apa yang diucapkannya setelah itu.?

“mana Sandi.?” Tanya Lia dengan tatapan yang tajam kearahku.

Cuukkk’i.. kenapa juga dia nanya Sandi.? Kenapa gak tanya kabarku dulu gitu.? Ya memang sih aku berdua dikamar ini bersama Sandi, tapi gak gini juga kali caranya. Cemburu aku.. cemburu..

“mana aku tau..” ucapku yang masih terasa pusing karena efek minuman dilokalisasi tadi.

“kalian habis pesta minuman ya.?” tanya Lia dan aku langsung mengerutkan kedua alisku.

“emang kenapa.?” Tanyaku dengan cueknya.

“kok sikapmu begini sih do.? Kamu kenapa.?” Tanya Lia yang tiba – tiba marah kepadaku.

“kok kamu marah sih ya’.? kalau tujuanmu kesini cari Sandi, dia gak ada. Besok aja kamu kesini lagi, sekarang balik kekamarmu sana.” Ucapku lalu membalikan tubuhku dan menutup pintu kamarku dengan lumayan keras..

BRAKKKK..

Cuukkk.. kok aku kasar banget sama Lia.? Emang dia salah apa sama aku, kok aku sekasar ini sama dia.? Apa gara – gara dia menanyakan Sandi.? Bangsat. Itu bukan alasan yang tepat untuk aku marah cuukk.. apa karena aku mabuk.? Engga juga, aku gak pernah rese kalau mabuk.

Terus karena apa.? Karena cintaku belum padam untuknya dan dia masih pacaran sama Bowo.? Gendeng (gila) kok bisa begini ya aku.? Asuuu.

Aku harus kekamarnya dan aku harus minta maaf sama Lia, malam ini juga. Efek mabuk pun langsung hilang dikepalaku dan aku langsung membuka pintu kamarku.

Dan ketika aku membuka pintu kamarku, Lia masih berdiri sambil menunduk ditempatnya tadi. Pundaknya terlihat bergetar dan terdengar isakan tangis yang memilukan hati..

Jiancuukkk.. jahat banget sih aku jadi laki – laki.. bajingaannn..

Dan dengan kurang ajarnya, aku langsung memeluk tubuh Lia ini dengan eratnya..

“maaf ya.. maafin aku.” Ucapku dengan suara yang bergetar sambil memeluk tubuh wanita yang kucintai ini..

“hiks.. hiks.. hiks..” Lia hanya menangis dan tidak membalas pelukanku ini.

Asuuu.. ini makin membuat aku merasa bersalah cuukkk.. bajingaannn..

“maafin aku ya’.. maafin aku.. hanya orang bodoh, yang bisa membuat wanita yang dicintainya menangis ya’.. maafin aku..” ucapku dengan paniknya dan aku tidak sadar, dengan kejujuranku tentang perasaanku ini kepadanya.

Dan aku merasa, tangis Lia tiba – tiba berhenti. Dadanya yang menempel didadaku pun, tidak terasa bergetar lagi. Hanya tersisa isakan tangis pelan saja yang terdengar.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan aku langsung meraih kedua pipi Lia yang lembut itu, lalu mengangkatnya sampai menatap kearah wajahku.

“aku sayang kamu ya’. aku cinta kamu. Maafin aku yang bodoh ini ya.” ucapku dengan tatapan sayu kearah mata Lia yang sembab itu.

“kamu jahat do.. kamu jahat..” ucap Lia dan perlahan kembali air matanya menetes.

“jangan kamu teteskan air matamu ini ya’.. jangan.. itu sama aja kamu membunuhku perlahan. Kalau kamu ingin marah, silahkan ya’. kalau kamu ingin memukulku, silahkan. Aku akan menerima semuanya. Tapi aku mohon jangan kamu teteskan air matamu ini.” Ucapku sambil membersihkan air matanya yang mengalir dari mata indahnya itu.

Tiba – tiba Lia mendorongku masuk kedalam kamarku dan langsung menutupnya dengan menggunakan tumitnya, lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia langsung melumat bibirku sambil memegang kedua pipiku.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Dan aku langsung membalasnya dengan menghisap bibir bawahnya perlahan. Tubuh kami semakin merapat dan aku menyandarkan tubuh Lia di pintu kamar hotel ini.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lalu kami melepaskan ciuman ini dan kami saling memandang sejenak.

“ke.. kenapa kamu lakuin ini ya’.?” ucapku bertanya kepada Lia.

“apa kamu harus menunggu pengaruh alkohol menguasai pikiranmu, baru kamu berani mengungkapkan isi hatimu.?” Ucap Lia dengan suara yang bergetar dan linangan air mata yang mengalir dipipinya.

Dan ketika aku akan menjawab ucapannya, Lia langsung memajukan lagi bibirnya dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Kembali Lia melumat bibirku, setelah itu dilepaskannya lagi..

“kenapa kamu sejahat ini sama aku do.? Kenapa.? Kalau kamu mencintai aku, kenapa kamu gak mengucapkan dari dulu.? Kenapa kamu menyiksa batinmu sendiri.?” Ucap Lia sambil mengelus kedua pipiku. Lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia melumat bibirku lagi lalu melepaskannya..

“aku sayang kamu do.. aku sayang kamu.. hiksss.. hiksss..” ucap Lia lagi lalu disusul dengan tangisnya yang semakin deras..

Bajingaannn.. kok bisa seperti ini sih..? kenapa..? aku yang terlalu bodoh, aku yang gak peka, atau aku yang terlalu pengecut untuk bersaing mendapatkan cinta Lia, padahal dia mencintai aku juga..

Jiancuukkk.. Air mataku pun perlahan menetes mendengar ucapan Lia ini. Aku tidak sanggup mengucapkan apa – apa lagi, karena aku seperti orang bodoh saja didalam situasi seperti ini. Bangsaattt..

“bukan hubunganku dengan Kak Bowo yang membuatku bersedih do, tapi kamu yang membuat hati ini menjerit.”

“Aku ga mencintai Kak Bowo do, gak sedikitpun. Tapi kamu taukan kenapa aku tetap menjadi kekasihnya.? Hikss.. hikss..” ucap Lia lalu menangis lagi.

“aku pernah bilang sama kamu, kalau aku berada dipersimpangan jalan cinta yang membuat aku bingung memilihnya kan.? Itu bukan untuk Kak Bowo dan Purnama, tapi untuk kamu dan Purnama. Kamu paham gak sih.?”

“dan ketika aku sudah menjatuhkan pilihanku ke Purnama, dia malah menjatuhkan pilihannya kehati yang lain.”

“Memang itu kesalahanku do, itu kesalahanku. Aku yang terlalu banyak pertimbangan, karena terlalu banyak cinta yang bermain dilingkaran ini.”

“Aku sakit do.. aku sakit.. hikss.. hikss..” ucap Lia yang terdengar makin menyedihkan itu.

Aku lalu memeluknya dan aku mengelus rambut indahnya itu, perlahan Lia membalas pelukan ini sambil mengelus punggungku dengan lembutnya.

Gilaaa.. ini situasi yang sangat membangsatkan sekali cuukk.. terus sekarang aku harus bagaimana.? Lia sudah menjadi kekasih Bowo dan pasti akan menikahinya. Bangsat.. dan yang lebih bangsatnya lagi, hati Lia sudah ditambatkan ke Sandi.

Lah terus aku diposisinya mana..? diposisi kiper gitu.? Yang kerjanya cuman menjaga hati ini supaya gak kebobolan terus, dan aku meratapi setiap kekalahan dalam pertandingan cintaku. Begitu maksudnya.? Bajingan laknat..

Jiancuukkk.. ngenes men nasibku cuukkk.. (sedih banget nasibku)

Dan sekarang, aku hanya bisa memeluk wanita yang aku cintai ini, tanpa tau bagaimana kelanjutan ‘hubungan’ yang membangsatkan ini.

Mungkin orang mengatakan aku ini laki – laki bodoh, karena aku masih mempertahankan cintaku dengan segala kejadian yang aku alami ini.

Bangsat. Tau apa mereka tentang cinta.? Cintaku ini dari hati cuukk, bukan dari selangkangan. Kalau dari selangkangan, pasti mudah mencari wanita pengganti Lia. Apalagi aquarium itu masih buka, tinggal bawa uang selesai perkara. Assuuu.. Jadi jangan mengajari aku tentang cinta lagi atau mengomentari tentang cintaku ini, kalau enggak kupejuhi wajah orang yang suka berbicara rendah tentang cinta. jiancuukkk..

Tapi kenapa aku gak memperjuangkan cintaku ke Tari seperti Lia ya.? assudahlah.

“do..” ucap Lia pelan dipelukanku ini.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan memegang kedua pipi Lia lagi, sampai dia menatap wajahku dan tetap memelukku.

“aku mau memperjuangkan cintaku ya’.” ucapku dengan tatapan yang sangat dalam sekali kematanya.

Lia langsung melepaskan pelukannya, sambil menggelengkan kepalanya sampai pegangan tanganku dipipinya terlepas..

“kamu laki – laki baik do.. dan laki – laki baik seperti kamu, harus mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari seorang wanita baik juga. Dan itu bukan dari aku. Maaf.. hikss.. hikss..” ucap Lia lalu membalikkan tubuhnya dan membuka pintu kamarku lalu menutupnya dengan keras..

BRAKKKKK..

Bangsaatt.. sakit banget cuukk.. sakit banget mendengar ucapan Lia itu.. aku ini bukan laki – laki baik seperti yang dipikirkan Lia, aku itu bajingaann.. tapi kenapa Lia menolakku dengan ucapan yang seperti itu.? apa dia memang dia sudah benar – benar memantapkan hubungannya dengan Bowo.? Hubungan yang tanpa dilandasi oleh cinta itu.? kejam sekali permainan perasaan ini cuukkk.. kejam banget..

Dan ketika Lia menutup pintu kamar hotel tadi dengan keras, aku merasa dia seperti menutup pintu hatinya untukku cuukkk..

Hiufftttt.. huuuuu..

Dan hari – hari berikutnya, aku bersikap biasa dengan Lia dan dia juga bersikap biasa ketika kami berdua berkumpul bersama – teman – teman. Kami berdua menutup lembar cerita kami ini, tanpa ada yang tau.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, akhirnya Lia lulus lebih dulu dari pada aku, Sandi, Yuda dan Surya.

Kepergian Lia terus terang meningalkan luka yang terdalam dihati ini. Karena aku tau, setelah ini dia pasti akan segera menikahi Bowo.

Dan benar saja. Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar yang membuat langit terasa runtuh dan menimpa kepalaku. Lia bertunangan dengan Bowo.

Tidak ada kabar yang lebih menyakitkan, dibandingkan mendengar kabar seseorang yang kita cintai itu, bertunangan dengan laki – laki lain dan segera akan menikah.

Perih sih, perih banget. Tapi masa iya aku akan terus menyesali hal ini.? Semua kejadian ini kan bukan salahku. assuuu..

Okelah kalau begitu. Biarlah rasa sakit yang kualami saat ini, akan aku jadikan sebagai pelajaran hidup, supaya aku kuat dan tegar mengadapi patah hati selanjutnya.. hehe.. Masih banyak wanita diluar sana yang akan masuk dan keluar didalam kehidupanku. Tapi aku yakin, pasti ada satu wanita yang akan menetap dan akan menemani aku disisa hidupku nanti.

Sekarang cukup, cukup untuk kesedihan ini. Aku akan mengikhlaskan Lia berbahagia dengan orang lain. Perjalanan masih terlalu panjang yang harus aku tempuh dan tidak mungkin aku berhenti ditengah jalan. Kalau aku berhenti ditengah jalan, bisa mati ditabrak bus patas aku cuukkk..

Dan dikelulusan berikutnya, giliran Sandi yang pergi meninggalkan aku, Yuda dan Surya. Bajingaann..

Aku terlalu santai menikmati kehidupan ini, sampai kuliahku terbengkalai seperti ini. Assuu..

Tapi bagaimana aku akan menyelesaikan semua tanggungan perkuliahanku ya.? Aku masih belum ada semangat untuk menyelesaikannya cuukkk. Selain itu aku juga bingung, aku harus memulai dari mana dulu supaya aku bisa lulus dari kampus teknik kita tercinta ini. Masih ada tanggungan mata kuliah, tugas dan praktikumku yang belum selesai. Jiancuukkk..

Ada aja ya masalah dikehidupanku ini. Kemarin masalah percintaan, sekarang masalah perkuliahan. Tapi itulah kehidupan. Kalau gak mau punya permasalahan, ya ga usah hidup.. hehe..

Dan disuatu hari, ada sebuah telpon dari pulau seberang. Bukan dari Lia tapi dari sepupunya, Mba Amel.

Cuukk’i.. ada kabar apa ini.? Kok tiba – tiba Mba Amel telpon aku.?

“hallo mba..” ucapku menjawab telpon Mba Amel

“hallo do.. gimana kabarmu..?” tanya Mba Amel

“seperti biasa keseharian mahasiswa lama Mba, nongkrong sambil ngopi.. hehehe..” ucapku lalu tertawa yang agak kupaksakan.

“ooo..” ucap Mba Amel lalu seperti berat untuk melanjutkan ucapannya.

“ada apa Mba. Tumben banget Mba telpon saya.” Tanyaku.

“ini masalah Lia do.” Ucap Mba Amel lalu terdengar seperti sedang menarik nafasnya dalam – dalam.

“Lia.? Emangnya ada apa dengannya Mba.?” Ucapku yang langsung terkejut, ketika Mba Amel menyebut nama Lia.

“kamu harus memutuskan pertunangan Lia dengan Bowo.” Ucap Mba Amel dan aku semakin terkejut mendengarnya.

Jiancuukk.. maksudnya apa coba.? Kenapa Mba Amel tiba – tiba menelpon aku, terus berkata seperti ini.? Gak ada angin dan gak ada hujan, aku disuruh memutuskan pertunangan Lia dan Bowo, emang aku siapanya.? aku walinya Lia gitu.? terus kenapa juga aku harus melakukan itu.? asuuu..

“Mba Amel ini kenapa sih.? kok tiba – tiba ngomong seperti ini sama saya.? Emang ada apa dengan mereka berdua.? Bukannya mereka berdua baik – baik aja.?”

“gak ada yang baik – baik aja, semua itu cuman sandirawa. Bowo itu laki – laki jahat do, jahat banget. Kamu tega wanita yang kamu cintai itu hidup dengan laki – laki jahat seperti Bowo.?” Ucap Mba Amel yang sekarang terdengar emosi.

Bajingaann.. emang ada apasih ini.? Kok Mba Amel sampai seperti ini.? Emang sejahat apa Bowo itu.? Apa dia main gila dibelakang Lia.? jiancuukk..

“loh bukannya keluarga Bowo sudah membantu keluarga Lia ya.? kok sekarang dibilang jahat sih.?” tanyaku yang bingung dengan permasalahan ini.

“bukan keluarga Bowo yang membantu Lia do, tapi keluarga Sandi yang membantu keluarga Lia selama ini.?”

“tunggu dulu Mba, kok aku bingung ya.? gimana cara keluarga Sandi membantu keluarga Lia dan gimana ceritanya malah Bowo yang seperti dewa penyelamat.?” Tanyaku yang semakin bingung.

“do.. Ayahnya Sandi kontraktor besar dikota ini dan beliau saingan terberat keluarga Bowo. Beberapa tahun ini Ayahnya Sandi tidak mengambil satupun proyek dikota ini, dan Beliau menyerahkan semua proyeknya kepada kantor yang dikelola Ibunya Lia, tanpa sepengetuan Ibunya Lia. ”

“loh kok bisa begitu.? Emang Sandi mau dijodohkan dengan Lia.? Kan Sandi mau tunangan sama Ayu Mba.?” Tanyaku lagi.

“bukan seperti itu do.? Aku juga gak tau apa tujuan Ayah Irawan (Ayahnya Sandi) menyerahkan proyeknya ke kantor Ibunya Lia. Yang jelas semua sudah diatur dikantor pemerintahan, supaya kantor Ibunya Lia yang menang.”

“Oke. Oke.. kalau masalah itu nanti aja kita cari tau. tapi intinya, kalau beberapa tahun ini Om Irawan menyerahkan proyeknya kepada Ibunya Lia, seharusnya kan kantornya gak merugi..?” tanyaku.

“disitulah masalahnya do. Sebelum Om Irawan membantu Ibunya Lia, Ayahnya Bowo terlebih dahulu membantu semua proyek yang dikerjakan Ibunya Lia, dan akhirnya mereka bekerja sama. Dan setelah Om Irawan memberikan proyeknya, mereka tetap bekerja sama.”

“mereka banyak sekali mengambil keuntungan dan membuat laporan seolah proyeknya merugi, dan kamu tau siapa yang bertanggung jawab.? Kantor Ibunya Lia.. karena semua proyek ini memakai nama kantor Ibunya Lia. Sampai disini kamu paham do.?” ucap Mba Amel.


“cuukkk.. bangsat sekali ternyata keluarga Bowo ini. Mereka yang membuat rugi, tapi mereka juga yang datang membantu seolah mereka itu adalah pahlawan pembela kaum yang lemah. Jiancuukk banget itu mba..” ucapku yang terpancing emosi.

“itulah kenapa aku memintamu untuk datang kesini dan memutuskan hubungan pertunangan ini.” Ucap Mba Amel.

“tapi kenapa harus aku mba.? Kenapa bukan Sandi yang sudah ada disana.?” tanyaku.

“karena kalau sampai Purnama yang menyelesaikan, pertunangannya bisa batal dengan Ayu dan banyak hati yang tersakiti.”

“tapi kalau kamu yang menyelesaikan, Lia akan kembali menemukan cintanya dan kamupun menemukan cintamu.” Ucap Mba Amel.


“tapi mba..”

“semua keputusan ada ditanganmu do. Kamu mau membiarkan Lia jatuh pada orang yang salah dan kamu juga pasti akan menderita, atau kamu berjuang demi kebahagianmu dan kebahagiaan Lia. Itu saja..” ucap Mba Amel yang langsung membuatku terdiam.

“maaf kalau aku mengganggu waktumu.” Ucap Mba Amel lagi lalu menutup Hpnya.


Jiancuukk.. kok bisa seperti ini sih.? disaat aku sudah belajar melupakan cintaku ke Lia, aku malah dihadapkan keputusan yang sulit seperti ini.

Apakah aku harus kesana.? Tapi kan Lia menolakku waktu itu. Kalau kali ini dia menolakku lagi gimana.? beneran aku sudah siap kalau terluka lagi.? Terus kalau aku berdiam diri, Lia pasti akan menderita disamping Bowo. Bajingaann.

Oke. Oke. Aku akan pergi kepulau seberang, aku gak mau Lia menghabiskan hidupnya dengan laki – laki yang tidak cintainya, apalagi laki – laki itu sejahat Bowo. Aku gak perduli nantinya Lia akan menerimaku lagi atau tidak, Aku melakukan ini dengan ikhlas dan demi cintaku kepada Lia. Akupun tidak akan memberitahukan kedatanganku kepulau seberang kepada Sandi, aku takut dia akan menggila. Biarkan dia berkonsentrasi dengan acara lamarannya kepada Ayu.

Dan berbekal alamat yang diberikan Mba Amel, akupun berangkat kepulau seberang seorang diri. Ini adalah kepergianku pertama kali keluar pulau ini dan aku tidak pernah pergi sejauh ini. Aku juga tidak mengenal seluk beluk pulau seberang sama sekali. Hanya perasaan cinta didalam hatiku yang menuntunku sampai dipulau yang sangat asing bagiku ini.

Dan ketika aku sudah sampai dibandara pulau seberang, aku lalu keluar pintu kedatangan dan berjalan ke arah taksi bandara ini terparkir. Dan ketika aku melewati cafe bandara,

“mau kemana kamu do.?” Tanya seseorang dan aku langsung melihat kearah suara tersebut.

Dan betapa terkejutnya aku, ternyata orang yang menegurku itu adalah Om Irawan, Ayahnya Sandi.

“Om Irawan. Kenapa Om ada disini.?” Tanyaku

“ditanya kok malah balik tanya.” Ucap Om Irawan lalu berdiri dan berjalan mendekati aku.

“anu om..” ucapku yang bingung harus menjawab apa.

“ayo ikut aku.” Ucap Om Irawan lalu berjalan melewati aku.

Ha.? Aku mau dibawa kemana.? Kerumahnya gitu.? Waduh, entar kalau Sandi tau gimana.? bisa marah dia sama aku, karena aku tidak memberitahukan kedatanganku.

“tapi om.” Ucapku terpotong karena Om Irawan langsung menoleh kearahku.

“i.. i.. iya om..” ucapku terbata karena tatapan Om Irawan ini sangat menakutkan sekali.

Om Irawan lalu melangkah lagi dan aku mengikutinya dari belakang, tanpa banyak bersuara lagi. Kami berjalan kearah parkiran mobil, setelah itu kami berdua naik mobil Om Irawan dan meninggalkan bandara.

Ah.. gila juga Ayahnya Sandi ini. Beliau tau darimana kalau aku datang kesini.? Apa Mba Amel yang cerita.? Karena yang tau kedatanganku kesini Cuma Mba Amel, Lia pun tidak tau tentang kedatanganku kesini. Tapi masa iya Mba Amel cerita sih.?

Dan satu yang menjadi pertanyaanku didalam otakku. Kenapa Om Irawan membantu keluarga Lia.? Dan kenapa setelah membantu memberikan proyek, Om Irawan membiarkan kantor Ibunya Lia dikuasai oleh keluarga Bowo.? Gak mungkin seorang Om Irawan tidak mengetahui kalau kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara bekerja sama dengan Kantor Ayahnya Bowo.

Om Irawan ini seorang kontraktor besar dan mempunyai jaringan dimana – mana, dan Beliau juga seorang yang sangat disegani dipulau seberang. Jadi pasti Beliau tau tentang semua kebusukan keluarga Bowo, aku yakin itu. tapi kenapa dibiarkan.? Ada apa ini.?

“aku membantu keluarga Lia, karena Ayahnya Lia itu yang membantuku, waktu aku pertama kali merantau kepulau seberang ini do.” Ucap Om Irawan bercerita, tanpa aku bertanya. Dan beliau bercerita sambil focus pada menyetirnya.

Gilaa. kok bisa tau yang ada didalam pikiranku ya.?

“tapi setelah membantu, kenapa Om membiarkan Ibunya Lia bekerja sama dengan Ayahnya Bowo.? Kenapa Om membiarkan kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara kelakuan Ayahnya Bowo.?” Tanyaku.

“maksudmu Pak Gunawan.?” Tanya Om Irawan.

“Pak Gunawan.?” Tanyaku balik

“Pak Gunawan itu Ayahnya Bowo.” Jawab Om Irawan.

“oohh.. terus gimana Om.?” Tanyaku lagi

“terus apanya.? Maksudmu aku membiarkan kantor Ibunya Lia merugi.?” Ucap Om Irawan lalu aku mengangguk.

“kalau semua aku bantu, untuk apa kamu datang kemari.” Jawab Om Irawan dengan cueknya..

Jiancuukk.. enak sekali jawaban Om Irawan ini. Ternyata Ayah dan Anak sama – sama slengean. Bajingaann.

“Om, saya serius loh.” Ucapku sambil melihat kearah Om Irawan.

“emang aku kelihatan bercanda ya do.?” Ucap Om Irawan sambil melihat kearahku sebentar lalu melihat kearah depan lagi.

“ada sesuatu hal yang perlu kita lakukan dan ada juga sesuatu hal yang harus dikerjakan orang lain. Bukannya karena kita tidak perduli atau membiarkannya. Karena kehidupan ini bukan kita yang mengatur.” Ucap Om Irawan dan aku langsung terdiam tidak bertanya lagi.

Mobil kami pun terus melaju dan Om Irawan langsung membelokkan mobilnya kearah perumahan yang elit, lalu beberapa saat kemudian mobil kami berhenti disalah satu rumah yang sangat mewah.

Cuukkk.. ini rumah siapa ya.? rumah Om Irawankah.?

“aku hanya mengantarkanmu sampai sini. Setelah itu, giliranmu yang berjuang.” Ucap Om Irawan.

“maksudnya Om.?” Tanyaku.

“itu rumah Lia.” Ucap Om Irawan.

“I.. i.. iya om.” Ucapku.

“Hidup itu berjuang nak. Bahkan orang yang kalah pun, pasti sempat berjuang. Dan sekarang kembali lagi kekita. Apakah perjuangan kita itu selesai setelah kalah, atau justru itu menjadi titik balik kita untuk meraih kemenangan.”

“Dan satu lagi. Jangan dikira setelah meraih kemenangan, orang gak akan berjuang lagi. Karena kemenangan tanpa berjuang untuk mempertahankan, kalahnya lebih sakit daripada kalah ketika akan merebutnya.” ucap Om Irawan sambil melihat kearahku lalu menepuk pundakku pelan.

Gila.. dalam banget sih ucapan Om Irawan ini. Beliau tau aja kalau aku lagi kebingungan dengan perasaanku saat ini. Luar biasa banget Ayahnya Sandi ini.

“kejarlah cintamu.” Ucap Om Irawan lalu tersenyum.

“terimakasih Om.” Ucapku sambil mengangguk.

“terus kamu nunggu apa.? Gak turun.?” Ucap Om Irawan sambil melotot.

“i.. i.. iya Om..” ucapku sambil membuka pintu mobil lalu aku keluar dengan cepatnya.

“oh iya Om..” ucapku terpotong sambil melihat kearah Om Irawan.

“pergilah sana, aku gak akan cerita ke Sandi tentang kedatanganmu ini.” Ucap Om Irawan.

Cuukk’i.. Om Irawan ini tau aja apa yang mau aku omongin. Gendeng (Gila)

“terimakasih sekali lagi Om.” Ucapku lalu menutup pintu mobil, setelah itu mobil Om Irawan meninggalkan aku didepan rumah Lia.

Hiuuuffttt.. huuuu..

Aku lalu menarik nafasku dalam – dalam dan mengelurkannya perlahan, setelah itu aku melangkah kearah rumah Lia.

TENG.. TONG..

Aku memencet bel yang ada didekat pintu. Lalu beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan dihadapanku, seorang wanita yang sangat kucintai berdiri dengan wajah yang sangat terkejut sekali.

"Aldo..” ucap Lia dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca.

“hai.” Ucapku lalu tersenyum.

“ka.. kamu ngapain kesini.?” Tanya Lia terbata.

“mau mengambil cintaku yang sudah lama pergi non.” Ucapku dengan santainya.

“gak lucu do.. gak lucu..” ucap Lia sambil menggelengkan kepalanya dan deraian air matanya, lalu menutup mulutnya dengan tangan kiri.

Bajingaann.. itu dijari manisnya, cincin tunangan ya.? walaupun aku tau dia sudah bertunangan, tapi tetap saja hatiku seperti terasa disayat – sayat. Perih banget. jiancuukk..

“emang aku kelihatan lagi melucu ya.?” ucapku dengan suara yang bergetar.

“do.” Ucap Lia dan tanpa banyak bicara, aku langsung memeluknya dengan erat.

“do..” ucap Lia lagi dipelukanku tanpa membalas pelukanku ini.

“aku gak perduli non.. aku gak perduli.. walaupun kamu telah bertunangan, aku akan tetap memperjuangkan cintaku ini.” Ucapku sambil mengelus punggung Lia.

“tapi do.” Ucap Lia terpotong karena aku langsung melepaskan pelukanku.

Aku langsung memegang kedua pipinya, sambil menatap matanya yang telah dipenuhi air mata.

“banyak bicara kamu non..” ucapku, lalu..

CUUPPP..

Tanpa permisi, aku langsung mengecup lembut bibir Lia yang tipis itu sebentar, lalu aku aku tatap kedua matanya lagi.

“aku cinta kamu Adalia Adriana Agatha, aku cinta kamu..” ucapku lalu..

CUUPPP..

Aku kecup lagi bibirnya lalu aku tatap lagi matanya.

“aku gak bisa do.. aku gak bisa.. aku bukan wanita yang baik dan aku bukan wanita yang sempurna buatmu.. hiks.. hikss..” ucap Lia lalu menangis.

“kamu kira aku laki – laki baik.? Kamu kira aku laki - laki sempurna.?” Ucapku sambil tetap memegang kedua pipinya.

“cinta itu bukan hanya tentang baik dan sempurna, tapi cinta itu juga tentang menerima. Menerima bagaimanapun kondisi orang yang kita cintai dengan ikhlas. Dan ketika kita sudah melakukan itu, kebaikan dan kesempurnaan akan datang dengan sendirinya lalu mengiringi langkah kita.” Ucapku, dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia langsung merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat lembut. akupun langsung mendekap tubuh orang kucintai ini dengan erat, sambil membalas kulumannya. Lia memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri, dengan air mata yang terus mengalir.

Cuukkk.. ciuman ini seolah menjadi jawaban semua penantian panjangku dan segala kesakitan yang aku alami selama ini.. ciuman ini seolah penyiram dahaku yang berkepanjangan dan ciuman ini seolah memberikan aku semangat baru.

Walaupun Lia tidak mengatakan kalau dia menerima cintaku, ciuman ini telah mengatakannya semua. Tapi apa aku akan puas setelah ini.? Ngga, karena aku belum menang dalam pertempuran kali ini.

Kalau semula tujuanku hanya ingin memutuskan hubungan pertunangan Lia dengan sibangsat itu, sekarang aku memiliki tujuan lain lagi. Aku ingin memberi pelajaran kehidupan kepada satu orang yang telah menyakiti Lia dan keluarganya. Aku ingin membuat rata hidungnya dan aku akan mengirimnya keneraka yang paling dalam. Dan dia adalah sibangsat Bowo.

“ooooo.. datang juga si anjing ini kesini..” ucap sesorang yang mengejutkan aku dan Lia, sampai ciuman kami terlepas lalu melihat kearah orang tersebut. Dia adalah manusia incaranku, sibangsat Bowo.

“kamu datang kepulau ini, sama aja kamu menggali kuburmu sendiri, anjing..” ucap Bowo dan dibelakangnya, empat orang temannya berdiri sambil membawa senjata tajam.

Emosiku pun perlahan naik kekepala dan kedua tanganku langsung terkepal..

“kamu mau apa kak.?” Ucap Lia lalu berdiri melangkah kedepanku dan menghalangi langkahku ketika aku akan mendekati Bowo.

“kamu memang kurang ajar ya.. kamu itu tunanganku dan kamu malah berciuman sama sianjing ini.. bangsaatt..” ucap Bowo dengan emosinya.

“kalau kemarin kamu memang tunanganku kak, tapi sekarang..” ucap Lia sambil meraih cincinnya dijari manis tangan kirinya dengan tangan kanan, lalu melepaskannya dan melemparkannya kearah Bowo

Wuutttt.. tappp.. klinting.. klinting.. klinting.. klinting..

Cincin itu mengenai tepat wajah Bowo, lalu jatuh kelantai..

“ANJINGGG..” teriak Bowo dengan emosinya.

“PERGI KAMU WO.. PERGI.. cukup sudah kamu menyakiti aku dan keluargaku, sekarang kamu pergi dari sini..” ucap Lia yang tidak kalah emosinya..

“kamu memang lonte yang gak tau diuntung, setelah kami menyelamatkan keluargamu, begini balasannya.?” ucap Bowo dan emosiku langsung memuncak..

Aku lalu menggeser tubuh Lia, tapi Lia langsung menahan tubuhku dengan punggungnya..

“KUBUNUH KALIAN BERDUA DISINI. KUBUNUH..” ucap Bowo sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kemeja yang dikenakannnya dan itu sebuah pisau..

Bowo lalu melangkah mendekati aku bersama keempat temannya, dan itu bertepatan dengan mobil Om Irawan datang berhenti didepan rumah Lia.

Kami semua melihat kearah mobil itu dan Om Irawan keluar dengan santainya, lalu menatap kearah Bowo dan teman – temannya.

Mereka berlima langsung memucat dan ketakutan sekali, ketika Om Irawan menatap mereka dengan santai tapi sangat tajam dan mengerikan.

“saya gak akan menyuruh kalian pergi, tapi kalau kalian tetap disini.. hehehe..” ucap Om Irawan lalu tersenyum dengan wajah yang.. uuhhhh.. gilaa.. mengerikan banget.

Mereka berlima langsung mundur perlahan, dengan wajah yang sangat ketakutan.. lalu setelah itu mereka bergegas meninggalkan rumah Lia ini tanpa ada suara sama sekali.

Gilaa.. mengerikan sekali Om Irawan ini. baru berbicara seperti itu saja, Bowo dan teman – temannya sudah sangat ketakutan. Gendeng (Gila)..

“Ayah Irawan..” ucap Lia lalu menghambur kearah Om Irawan dan memeluknya dengan erat.

Om Irawan pun langsung menyambutnya dengan pelukan yang hangat dan tatapannya berubah, menjadi tatapan yang penuh dengan cinta.

“halo sayang.” Ucap Om Irawan sambil mengelus rambut Lia dengan sangat lembut. beliau seperti sedang memeluk putrinya sendiri..

“hikss.. hikss..” Lia pun langsung menangis sesenggukan dipelukan Om Irawan.

“hei.. ada arjunanya disini kok nangis begini sih.?” ucap Om Irawan sambil melirik kearahku dan aku langsung menunduk malu.

Cuukkk.. bukannya arjuna itu sudah miliknya Sandi.? Kenapa sekarang disematkan keaku juga.?

“hikss.. hikss.. apasih Ayah ini.” ucap Lia dengan suara yang manja.

Om Irawan melepaskan pelukannya dan langsung memegang kedua pipi Lia, sampai mereka saling menatap.

“wanita yang hebat itu boleh meneteskan air matanya, tapi jangan banyak – banyak.. karena air mata seorang wanita yang hebat itu, bisa membangkatan amarah dari arjunanya. Dan kalau arjunanya itu sampai mengangkat busur gandiwanya, dunia ini akan berguncang dengan hebatnya.” Ucap Om Irawan dan itu langsung membuat Lia tersenyum lalu menunduk malu..

“hey arjuna. Sekarang waktunya aku mengantarkanmu kembali kekerajaanmu dan selesaikan lah dulu tugasmu disana, setelah itu kembali kemari dan jemput permaisuri Drupadimu ini.” ucap Om Irawan sambil merangkul Lia yang menunduk malu.

“tapi om..” ucapku terpotong.

“betul yah.. Lia gak mau kalau dia belum menyelesaikan semua tanggungan kuliahnya.” Ucap Lia sambil menatap kearah Om Irawan lalu melihat kearahku..

Cuukk’i.. oke.. oke.. aku akan menyelesaikan urusan kuliahku, lalu aku akan kemari dan aku akan menjemput kembali cintaku. Tapi sebelum aku melanjutkan hubunganku dengan Lia ketingkat selanjutnya, aku akan membantai Bowo dulu. Ingat itu. Ini adalah janji seorang Aldo. Aldo Septian Hadi.

“iya om, Aldo balik kepulau sana. Tapi bisa gak Aldo pamit ke Ibunya Lia dulu.” Ucapku sambil menoleh kearah rumah Lia.

“Ibunya gak ada, ibunya ke ibukota propinsi. Sekarang kamu masuk kemobil.?” Ucap Om Irawan..

“hihihihi..” dan Lia hanya tertawa saja..

Akupun mendekat kearah Lia dan Om Irawan.

“aku balik dulu ya ya’” pamitku ke Lia yang masih dirangkul Om Irawan..

Lia langsung mengangguk dan meraih tangan kananku, lalu mengecup punggung tanganku dengan lembutnya..

CUUPPPP..

Uhhhhh.. gilaaa… lembut banget kecupannya cuukkk.. berasa sudah jadi suaminya aja aku.. assuuu.. ini kalau gak ada Om Irawan, sudah kulumat bibir Lia ini.. bajingaannn..

Lalu dengan diiringi senyum dan tatapan cinta dari Lia, aku diantar Om Irawan kebandara lagi dan kembali kepulau ini..

Aku lalu menyelesaikan semua perkuliahanku dengan semangat dan dukungan dari pujaan hatiku. Lia selalu memberikan aku semangat dan selalu memberikan aku perhatian yang sangat luar biasa. Cinta dan sayangnya dari seberang lautan sana, sangat luar biasa terasa sampai dihatiku ini.

Dan setelah wisuda, aku kembali kepulau seberang untuk membantu semua urusan kantor Ibu Lia. Sebenarnya aku malu dengan keadaan itu, aku itu pengennya membuat perusahaan sendiri dan memulainya dari nol. Tapi ketika aku tau semua permasalahan yang ada didalam kantor Ibunya Lia, aku menunda dulu rencanaku itu.

Aku dan Sandi lalu bekerja sama untuk memperbaiki semua masalah administrasi dikantor Ibu Lia, yang sekarang telah dipegang Lia sepenuhnya. Dan dibantu teman – temannya Sandi, kami menemukan semua kejanggalan – kejanggalan yang telah membuat kantor ini merugi. Dan semua mengerucut pada satu nama, Pak Gunawan, Ayah Bowo. Bajingannn.

Dendamku ke Bowo pun semakin menjadi. Dan ketika kami semua menyusun rencana untuk membuat kantor Pak Gunawan hancur, kabar duka menyelimuti kami semua. Ayah Irawan meninggal karena sakit kanker hati. Dan belum usai kabar duka itu kami nikmati, kabar menyakitkan selanjutnya pun datang. Pertunangan Sandi dan Ayu bubar, Lalu Ayu menikah dengan laki – laki lain. Gilaa.. sahabatku itu hancur lebur perasaannya.

Kondisi kami yang seperti ini, justru dimanfaatkan oleh Pak Gunawan. Ketika Sandi dipulau sana, kantor Sandi diserang dan dua sahabatnya pun menjadi korban kebrutalan anak buah Pak Gunawan.

Sandi langsung datang kepulau seberang dan malam itu juga kami melakukan balas dendam. Para jendral perang pondok merahpun, datang juga untuk membantu kami. Mas Pandu, Mas Rendi, Satria, dan dua sahabatku lainnya, Surya dan Yuda ikut dalam serangan itu.

Kami semua melakukan balas dendam dan menghancurkan kelompok Pak Gunawan. Dan lawanku pada malam itu adalah Bowo. Aku menghajarnya dengan sangat brutal dan aku luapkan semua emosiku pada malam itu. Hidungnya aku hantam berkali - kali sampai patah dan tidak berbentuk. Aku patahkan kedua tangannya dan kedua kakinya, lalu aku tutup dengan mematahkan lehernya..

Pertempuran itu salah satu pertempuran yang terhebat yang pernah aku ikuti. Dan pesta penutupan kali itu di tutup dengan kehadiran Pak Tito, lalu..

BOOMMM.. BOOMMM.. BOOMMM..

Markas mereka diledakan, bersama dengan Bowo dan Pak Gunawan didalamnya. Gendeng (Gila).

Beberapa bulan kemudian, Sandi telah menemukan pengganti Ayu.. dia adalah Mba Mery sepupu Mas Rendi. Setelah mereka berdua menikah, akupun melamar Lia dan kami menikah dipulau seberang.

Kami hidup berbahagia dan penuh dengan kasih sayang, apalagi dengan hadirnya buah hati kami tercinta. Putri semata wayang kami.




Anggelia Putri Aldo
Angelia Putri Aldo. Dan setelah Angelia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik, putri kami itu pergi kekota pendidikaan untuk melanjutkan kuliahnya.

Dan pada suatu malam ketika aku ada dirumah dipulau seberang..

“yang..” ucapku sambil merangkul pundak istriku.

Kami berdua sedang duduk diruang tengah sambil menonton televise.

“apa.” Jawab Lia yang menyandarkan kepalanya dipundakku.

“kita buat adeknya Angel yuukk..” ucapku sambil menurunkan rangkulanku dipundak istriku ini, ke arah pinggulnya.

“apa sih kamu yang.. usia kita sudah gak muda lagi loh. lagian apa Angel setuju punya adek.?” Ucap Lia sambil mengangkat wajahnya dan menatapku.

“emang kamu gak kesepian kalau aku tinggal kekantor.?” Tanyaku sambil mendekatkan wajahku kearah wajah Lia.

“iihhh.. kamu ini ada - ada aja loh..” ucap Lia sambil mendorong pelan pipiku, lalu aku memajukan wajahku lagi.. dan.

CUUPPP..

Aku mengecup bibir Lia pelan, dan kami berduapun duduk berhadapan.

“kita tinggal dirumah sebesar ini berdua aja loh yang..” ucapku sambil membelai pipi Lia lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia lagi, lalu memandang wajah istriku yang telah mendampingi aku belasan tahun ini.. wajahnya makin terlihat cantik aja, walaupun usianya sudah kepala empat.

“kamu pengen bangetkah yang.?” ucap Lia sambil membelai wajahku.

“hehehe..” dan aku hanya tersenyum saja lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku lumat bibirnya dengan sangat lembut, sambil memasukkan sedikit lidahku kedalam mulut Lia, lalu menyapu gigi bagian atasnya dan dilanjut dengan bibir atas bagian dalamnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia lalu melingkarkan kedua tangannya dileherku sambil mengemut lidahku, dan aku langsung mendorong tubuh istriku sampai tertidur disofa panjang ini..

Ciuman kami semakin dalam dan perlahan tanganku kedada Lia yang masih tertutup kaosnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Sambil berciuman, aku meremas pelan buah dadanya dengan sangat lembut. lalu..

MUAAACCHHHHHH..

Ciuman kami terlepas dan kami saling memandang.

“eeehhhmmmm.. yang..” ucap Lia lalu tersenyum dengan manisnya dan aku langsung menghentikan remasanku.

“hem..” ucapku sambil menempelkan hidungku kehidungnya.

“aku sayang kamu.” Ucap Lia lalu.

CUUPPP..

Bibirnya mengecup bibirku.

“aku juga..” ucapku lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat bibir Lia yang sudah basah itu, sambil melanjutkan remasanku didadanya..

“hemmm.. hemmmm.. hemmmm..” desah Lia disela lumatan bibir kami dan kedua tanganku langsung menyelinap masuk kedalam kaosnya, lalu meraba perut istriku yang sedikit berlemak tapi masih seksi ini..

Setelah itu aku memegang ujung kaosnya dan mengangkatnya keatas. Aku menghentikan kuluman bibirku sejenak, untuk melepaskan kaos Lia dan dilanjut dengan melepas kaosku lalu melumat lagi bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“hemmm.. hemm… hemmm..” aku mengangkat punggung istriku sampai terduduk, dan aku menyandarkan tubuhku di kursi sofa dengan tetap saling melumat..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia duduk mengangkangi aku dan aku langsung meraba punggungnya, sambil mencari pengait branya, lalu..

Klik.

Aku buka pengaitnya branya dan tali branya langsung menjuntai kebawah. Aku meloloskan satu persatu tali branya dari pundak Lia sampai terlepas, lalu Lia merangkul leherku lagi.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku menggapai buah dada istriku yang sudah tidak kain yang menutupnya ini, dengan sangat lembut. buah dada yang masih lumayan kencang ini, terasa sangat kenyal sekali dikedua tanganku..

“heemmmmm..” Lia lalu melepaskan kulumannya dan menatapku.

“sayang gak bosan ya meremas ini..” ucap Lia sambil melirik buah dadanya yang ada ditelapak tanganku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan, lalu memajukan bibirku dan melumat putting sebelah kanannya..

“ahhhhh..” desah Lia sambil menjambak rambutku pelan.

Aku lumat kedua puttingnya bergantian sambil terus meremasnya.

“ahhhhhh..” desah Lia yang sangat terdengar merdu.

Lalu aku kecup buah dadanya bagian atas, leher bagian samping, telinga, lalu aku melumat bibirnya lagi..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia melepaskan kulumanku lalu turun dari pangkuanku dan langsung jongkok dihadapanku.

“sayang beneran nih mau buat adek buat Angel.?” Ucap Lia dengan tatapan yang menggoda, sambil memegang kancing celanaku.

“sayang gak mau kah.?” Tanyaku sambil memegang tangannya.

Lia hanya tersenyum lalu menepis tanganku dan membuka kancing celanaku. Diturunkannya resleting celanaku sambil terus menatapku dengan tatapan yang.. assuudalah..

Setelah resleting terturun, Lia menurunkan celanaku beserta CDnya secara bersama – sama.. aku lalu mengangkat pinggulku dan mengangkat kedua kakiku bergantian sampai celanaku terlepas..

“tambah besar aja ya yang.” ucap Lia sambil memegang batangku dengan tangan kanannya dan batang sudah berdiri dengan sangat tegak sekali.

“masasih yang.?” tanyaku. Lalu..

CUUPPP..

Lia mengecup ujung kepala batangku, lalu menjilatnya perlahan..

“uhhhhhh.. gilaaaa.. jilatanmu itu memang luar biasa yang..” ucapku dan kembali Lia menjilat kepala batang sambil menatap mataku..

Sluurrpppp..

“uuhhhhh..” ucapku mendesah sambil memegang kepala samping Lia.

Lia lalu menegakkan tubuhnya sambil menggenggam batangku, setelah itu menjilat puttingku sebelah kiri..

“aahhhhhh..” desahku sambil menggelinjang, dengan sentuhan lidah Lia diputting dan kocokan lembut dibatangku..

Sluurrpppp..

Lalu berganti Putting kananku yang dijilatnya..

Wawwww.. luar biasa banget sensasinya.. bajingannn..

Lalu Lia menurunkan lagi tubuhnya dan jongkok dihadapanku..

Bibir Lia menempel dikepala batangku, lalu memasukan kedalam mulutnya, sampai sebatas kepala batangku dan menghisapnya sampai pipinya kempot kedalam..

Jiancuukkk.. nikmat banget cuukk.. walaupun Lia sering melakukan ini kepadaku, tapi aku selalu merinding ketika Lia melakukannya lagi. Kepala batangku seperti dihisap dan dijepit dimulut mungil Lia itu.

“aahhhhhh..” desahku sambil memundurkan sedikit pinggulku.

Lalu sambil menghisap kepala batangku, Lia memegang batangku bagian bawah dan mengocoknya pelan..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

“ahhhhh.. ahhhh..” desahku sambil memegang rambut bagian belakang Lia, seperti gerakan menguncir rambut.

Lia lalu memasukkan lagi sampai separuh batangku didalam mulutnya, sambil terus mengocok batangku..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku menikmati kuluman Lia sambil memejamkan kedua mataku..

Lia memaju mundurkan kepalanya, sambil terus mengulum batangku, sedangkan tangan kanannya mengocok batangku bagian bawah dan tangan kirinya meremas kedua bijiku pelan..

“ahhhh..” desahku lagi..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Bunyi kuluman Lia yang sedang memaju mundurkan kepalanya di bawah sana..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku yang tidak kuat dengan sensasi nikmatnya kuluman Lia ini, langsung memegang kedua pipinya dan melumat bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Tapi Lia langsung melepaskan kulumanku dan menatapku lagi.

“kenapa yang.? mau keluar ya..? hihihi..” goda Lia lalu tertawa, yang membuat nafsuku semakin menguasai kepalaku..

“awas ya..” ucapku lalu aku menariknya dan mendorongnya pelan, sampai Lia tertidur kursi sofa dan aku langsung mengangkanginya.

“hihihiihi..” Liapun hanya tertawa saja sambil menutupi kedua buah dadanya..

Aku lalu memegang kancing celananya dan menarik turun resletingnya, setelah itu aku melepaskan celananya yang panjang selutut itu berserta Cdnya..

“yang.. yang.. kamu mau balas dendam..?” ucap Lia sambil menutupi mekinya yang selalu dicucurnya bersih.

Aku tidak menjawabnya, Aku kemudian mendorong kedua kaki Lia keatas sampai tertekuk dan mengangkang dihadapanku.. lalu aku buka pahanya sedikit lebar dan aku singkirkan tangannya yang menutup mekinya itu.

“yang.. yang..” ucap Lia dengan manjanya, ketika aku menatap belahan mekinya yang telah basah, dan menatapnya sambil tersenyum dengan penuh nafsu.

“sekarang giliranku.” Ucapku sambil membuka belahan meki Lia dengan kedua jempolku, lalu..

Sluurrpppp..

“yaaanggg..” rengek Lia dengan sangat manjanya dan kembali aku menjilat belahan dalam meki Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

“aahhhhh..” desah Lia sambil meliuk – liukan pinggangnya..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Meki Lia perlahan mengeluarkan cairan dan aku terus menjilat meki Lia itu, sambil sesekali menatap kearahnya. Lia mendongakkan kepalanya keatas dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Aku lalu memasukkan jari tengahku sedikit kedalam meki Lia dan Lia langsung melihat kearahku.

“ampun yang.. ampan..” ucap Lia sambil mencoba menepis tanganku..

“pembalasan lebih kejam yang.. hehehe..” ucapku lalu aku menjilat daging mungil ditengah meki Lia, sambil mengocokan jari tengahku agak cepat..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhh..” Lia semakin menggelinjang..

Ini memang kelemahan Lia.. kalau sudah seperti ini posisinya, dia pasti akan kelojotan dan pasti akan cepat keluar..

“aahhhh.. ahhh.. ahhhh..” desah Lia lalu menjambak rambut bagian atasku..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Aku makin bersemangat menjilat daging mungil itu, sambil terus mengocok mekinya menggunakan jari tengahku..

“ampun yang.. ampuuuuuuunn.. ahhhhh.. ahhhhh..” racau Lia yang makin gak karuan..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Meki Lia benar – benar basah dan aku merasa dinding mekinya berkedut, seperti akan mengeluarkan sesuatu yang sangat dasyat dari dalam sana..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aku mau keluar yang.. aku mau keluar.. ahhhhh..” teriak Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“yaaaanggggg..” ucap Lia panjang sambil mengejangkan tubuhnya.. lalu..

Sreeet..sreett.. sreettt..

Cairannya keluar dengan derasnya dari meki Lia, dan aku langsung mencabut tanganku dan memundurkan wajahku..

Sreeet..sreett.. sreettt..

“aaahhhhhhh..” desah Lia dengan wajah kemerahan dan kepala yang menggeleng kekanan dan kekiri..

“hu.. hu.. hu.. hu..” desah Lia cepat dan memburu..

Lia memejamkan matanya lalu meluruskan kedua kakinya kearahku..

Aku lalu menggodanya dengan menyentuh mekinya yang basah itu..

“jangan pegang – pegang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu melotot kepadaku..

“huuu.. jahat..” ucapku sambil memundurkan tubuhku..

“kamu itu yang jahat.. huu.. huu.. huuu..” ucap Lia sambil mengatur nafasnya..

“yahhh.. dah ga kuat ya yang..” ejekku ke Lia..

“awas ya.. huuuuuuu….” Ucap Lia lalu menarik nafasnya dan mengeluarkannya..

Lalu setelah nafasnya tenang, Lia langsung bangun dari tidurnya dan mendorongku sampai tersandar dikursi sofa..

Lalu dia duduk dan mengangkangi aku, dengan kedua lututnya berada disamping pahaku dan bertumpu diatas sofa..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Aku menyambutnya dengan mendekap tubuh Lia dan mengimbangi lumatannya yang sangat luar biasa itu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“aku masukin ya yang.?” ucapku sambil melepaskan kulumanku dan memegang batangku.

“ga usah..” jawab Lia sambil melirikku dengan penuh nafsunya.

“jahat..” ucapku sambil menggesekkan batangku ditengah meki Lia.

“ssstthhhh.. uhhhhh..” desah Lia sambil memejamkan kedua matanya, ketika kepala batangku sudah mulai masuk kedalam mekinya. Dan sekarang aku memeluk tubuh Lia lagi, lalu merapatkannya kearahku..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat lagi bibir Lia sambil menekan batangku masuk kedalam meki Lia..

“heemmmmmm..” desah Lia disela lumatan bibirku..

Perlahan batangku mulai masuk kedalam meki Lia yang masih agak sempit dan basah itu..

“heemmmm..” desah Lia lagi lalu mengemut bibir bawahku..

Dan setelah batangku masuk semua, aku membiarkan sejenak batangku didalam sana, dan menikmati sensasi dijepit dinding meki Lia.

“heemmmm..” giliran aku yang mendesah..

Lalu perlahan Lia mulai memaju mundurkan pinggulnya..

“aaaahhhhh..” gilaaaa.. enak banget cuukkkk..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Bunyi batangku yang bergesak dengan dinding meki Lia..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Lalu setelah itu Lia menghentikan gerakannya dan melepaskan lumatannya sambil menatap mataku..

Perlahan dinding meki Lia seperti menghisap batangku lebih dalam lagi, lalu menjepitnya dengan jurus andalannya..

“yang.. yang.. ahhhhhhh..” ucapku lalu mendesah kenikmatan..

“kenapa yang..? uhhhhhh..” ucap Lia sambil mengedutkan dinding mekinya dan membuat sensasi yang sangat menjacukkan sekali.. bajingaannn..

“ampun yang.. ampunn.. bisa keluar duluan aku.. uhhhhh..” ucapku ketika Lia mengedutkan mekinya terus..

Batangku seperti diremas didalam sana dan di jepit dinding meki Lia..

“uuhhhhhh..” desah Lia dan makin membuatkubernafsu.

Aku lalu memegang bokong Lia dan mengangkatnya, lalu aku memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“ahhhhh..” kedutan Lia berakhir lalu dia merangkulku dengan posisi setengah jongkok.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi selangkanganku ketika bertemu dengan bokong Lia.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..”desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu..” ucap Lia dengan nafas yang kembali cepat..

“entar yang entar.. coba aku jongkok ya..?” ucap Lia dan aku menghentikan gerakanku..

“emang masih kuatkah.?” Tanyaku..

“jangan meremehkan aku ya..” ucap Lia lalu mengangkat kedua lututnya dari sofa dan sekarang kedua telapak kakinya yang bertumpu pada sofa..

Lalu Lia jongkok lagi dan memasukkan batangku kedalam mekinya..

Blesss…

“aahhhhhh..” Lia mendesah lalu merangkul leherku..

“huu.. hu.. hu…” lalu Lia mulai menaikan pinggulnya dan menurun kan pinggulnya pelan..

“kalau gak kuat jangan dipaksain yang..” ucapku..

“berisik..” ucap Lia sambil terus menaikkan dan menurunkan pinggulnya..

Cuukkk.. Sensasinya sih enak banget, tapi stamina istriku ini kan gak sekuat dulu lagi. Akupun langsung memegang bokongnya, dan membantunya menaikan lalu menurunkan pinggulnya..

“aahhhh..” aku mendesah sambil memegang bokong Lia…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi batangku yang keluar masuk dimeki Lia..

“aahhh.. ahhh.. ahhh.. ahhh..” Lia mendesah sambil terus menaik turunkan pinggulnya..

“aahhhhhhhh..” sahutku mendesah kenikmatan..

“hu.. hu.. hu.. hu..” Lia menghentikan gerakannya dengan posisi batangku didalam mekinya.

“sudah yang.. sudah..” ucapku sambil memegang bokongnya lalu aku menegakkan tubuhku..

“uuhhhhhh..” desah panjang Lia..

Aku lalu memutar tubuhku kekanan dan menidurkan Lia disofa lagi, lalu aku mengangkangi Lia dan kembali aku menggenjotnya..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu.. hu…” desah Lia dengan nafas yang kembali cepat..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku menggoyang dengan tempo yang makin lama makin cepat.. kedua tanganku meraih kedua buah dada Lia dan meremasnya dengan lembut..

“aaahhhh..” desah Lia sambil menoleh kekanan dan kekiri..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhhh..” Lia terus mendesah dan aku langsung mencium bibirnya

CUUPPP..

Goyanganku pun semakin kuat dan aku menggoyang sambil meremas kedua buah dada Lia bersamaan..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aaahhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desah Lia dengan wajah yang memerah..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku terus menggoyang kan pinggulku, lalu aku menundukan tubuhku dan menggenggam buah dada Lia lalu melumat putting Lia..

“aahhhh.. ahhhh..” Lia mendesah dengan kuatnya..

“aahhh.. aku mau keluar yang..” ucapku sambil menggoyangkan pinggulku dengan cepat dan aku mengangkat wajahku kearah wajah Lia..

CUUPPPP.. CUUPPP.. MUUAACCHHHHH…

Aku melumat bibir Lia sambil memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hemmm.. hemmmm.. hemmm..” desah kami didalam lumatan kami..

“aku juga mau keluar yang..” ucap Lia sambil melepaskan ciumannya..

“iya yang.. barengan..” ucapku sambil memepercepat goyanganku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhhhh..” desahku ketika air maniku sudah mau keluar dari ujung kepala batangku..

“aahhhhhhhh..” dan Lia mendesah panjang..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Lalu aku menekan batang sampai kedalam meki Lia, dan meki Lia berkedut dengan kencangnya, lalu..

Sreeet.. sreett.. sreettt.. sreeet..

Cairan dari meki Lia keluar dan gak lama kemudian..

Croottttt… croottttt… croottttt… croottttt…

Aku juga memuntahkan air maniku kedalam meki Lia..

“aaahhhhh..” desahku sambil menekan kedalam batangku..

“aaahhhhh,..” dan Lia mengejang kenikmatan…

Tubuh kami sama – sama mengejang dan kami berdua merasakan gelombang kenikmatan yang begitu hebatnya..

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

Nafas kami berdua memburu dan saling bersahut sahutan..

“gilaaa.. masih kuat juga ya kamu yang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu bernafas dengan cepat..

“kamu juga masih kuat loh yang.. hu.. hu.. hu..” ucapku sambil menahan tubuhku dengan kedua tanganku yang berada disebelah kepala Lia..

“huuuu.. huuuu.. huuuu..” Lia mengatur nafasnya..

“aku cabut ya yang..” ucapku ketika batangku sudah mulai mengecil didalam sana.

Liapun mnenganggukan kepala dan aku langsung mencabut batangku..

Plop..

Lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia dengan lembut, setelah itu aku bersandar di kursi sofa. Sementara Lia masih tertidur disofa.

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Hpku berdering didekat meja televise. Aku lalu berdiri dan berjalan gontai untuk melihat Hpku. Dan setelah memegang Hpku, terlihat nama Mas Bendu di layar Hpku. Loh tumben Mas Bendu telpon, biasanya cuman kirim pesan singkat aja. Ada apa ya?

“halo Mas..” ucapku menjawab panggilan telpon Mas Bendu, sambil melihat kearah Lia yang perlahan bangun dari sofa.

“do..” ucap Mas Bendu yang langsung terhenti dan seperti berat untuk melanjutkan perkataannya..

Tiba – tiba jantungku terasa berhenti berdetak, nafasku berat dan lidahku tercekat. Lalu ketakutan yang sangat luar biasa, menguasai diriku. Perlahan keringat dinginpun keluar dari keningku dan kedua tanganku bergetar.

Ada apa ini..? kenapa aku seperti ini..? belum pernah aku merasakan apa yang kurasakan saat ini, seumur hidupku. Bangsat. Apa ada suatu kejadian yang menimpa keluargaku dipulau sana..? tapi kejadian apa..? kenapa aku jadi seperti ini..?

“yang.. kenapa yang..?” tanya Lia yang melihat perubahan diekspresi wajahku, lalu berjalan mendekati aku dan tubuh kami berdua masih sama – sama telanjang..

“ke.. ke.. kenapa Mas..? a.. a.. ada apa..?” tanyaku dengan terbata dan ketakutan yang sangat luar biasa. Aku juga tidak menghiraukan pertanyaan Lia barusan..

“A.. A.. Angel do.. hikss.. hikss..” ucap Mas Bendu lalu diakhiri dengan isakan tangis..

Jiancuuuk.. ada dengan putri kesayanganku itu..? kenapa..?

“kenapa Angel Mas..? kenapa putriku itu..?” ucapku dan emosiku mulai merambat naik kekepala.

“ada apa dengan Angel mas..? ada apa..?” ucap Lia yang panic sambil memegang pundakku..

“A.. A.. Angel..” jawab Mas Bendu yang masih tidak bisa melanjutkan ucapannya..

“KENAPA MAS..? KENAPAAA..?” teriakku dengan emosinya dan tetesan air mata yang jatuh dipipiku.



“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..” panggil seorang suster yang mengejutkanku dari lamunan.

Aku lalu melihat kearah suster itu dengan nafas yang memberat dan keringat yang membasahi seluruh tubuhku.

“y.. y.. ya.. sus..” ucapku terbata sambil membersihkan air mata ku yang mengalir.

“kondisi istri anda sedang melemah. Kami harus melakukan operasi cesar secepatnya.” Ucap Suster dan itu langsung membuatku panic gak karuan.

“ja.. jadi gimana sus..?” tanyaku.

“kami harus melakukan operasi cesar dengan persetujuan anda.” Ucap suster itu.

“oke.. oke.. oke.. saya setuju.. yang penting lakukan yang terbaik untuk istriku dan bayi kembar kami..” ucapku dengan paniknya.

“baik pak, tapi ada berkas yang harus ditandatangi didalam.. silahkan Bapak tanda tangani dulu dan kami akan mempersiapkan operasinya.” Ucap suster itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan aku..

Jiancuukkk.. aku sudah menyarankan ini dengan istriku dari jauh – jauh hari, tapi dia ngotot untuk melahirkan secara normal. Terus bagaimana kalau seandainya ada apa – apa dengan dia.? Diakan sudah dari tadi didalam sana, apa operasi itu bisa menyelamatkan semua.?

Aku lalu bergegas dan mengurus semua administrasi yang diperlukan, agar operasi segera dilaksanakan. dan setelah semua selesai, aku lalu menuju ruang operasi dan menunggunya dikursi luar ruangan.

Perasaan takut yang sangat luar biasa, langsung menghantam pikiranku. Bajingaann.. apa istri dan anakku akan selamat.? Apa istriku akan kuat ketika perutnya nanti dibedah.? Apa dia tidak akan merasa kesakitan.? Ahh.. bodoh sekali aku, nanti kan istriku dibius dan tidak merasakan apa – apa. Lagipula dokter yang akan mengoperasinya ini kan sangat berpengalaman..? jiancuukkk..

Akupun langsung menyandarkan kepalaku didinding dan perlahan mataku terpejam..

Lalu tiba – tiba, aku merasa ada tangan halus yang mengelus pundak kananku.

“pah..” tersengar suara seorang wanita dan itu adalah suara Angelku, dia putri kesayanganku.

Aku lalu menoleh kearah samping kananku dan benar saja, Angelku tersenyum dengan manisnya kepadaku.

“A.. A.. Angel..” ucapku dengan deraian air mata..

“ihh.. Papah kok gini sih..? kan Angel jadi sedih..” ucap Angel sambil membersihkan kedua mataku dari air mata.

“Papah kangen kamu nak.. Papah kangen..” ucapku dan aku langsung memeluk putri tercintaku ini.

“iya Pah.. Angel juga kangen, makanya Angel datang kesini..” ucap Angel sambil mengelus punggungku.

“apa Angel mau mengajak Papah kesana.?” Tanyaku sambil melepaskan pelukanku dan memegang pipi putriku yang terasa sangat dingin ini.

“enggak.. kan belum waktunya.” Ucap Angel sambil membelai wajahku.

“kenapa nak.? Kenapa.?” Tanyaku dan tetesan air mataku mulai mengalir lagi.

“karena Papah harus menjaga adeknya Angel dulu disini.” Ucap Angel lalu tersenyum lagi.

“nak..” ucapku.

“jangan bersedih dan jangan panic ya pah, semua kan baik – baik saja.” ucap Angel.

“jaga baik – baik adenya Angel ya Pah..” ucap Angel lagi dan aku hanya bisa meneteskan air mataku didepan putri tersayangku ini.

Lalu perlahan pundak kiriku pun ada yang meremas dengan sangat lembut. Aku lalu menoleh kearah kiriku dan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Angelku, tersenyum kepadaku.

“sabar ya sayang, semua akan baik - baik saja.. kamu adalah laki – lakiku yang hebat dan kuat..” ucap wanita disebelah kiriku ini lalu dia mengelus rambutku dengan penuh cinta.

“sayang tau. Segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita itu, tidak ada yang kebetulan. Semua telah tuliskan olehNya dan kita hanya tinggal melakukannya saja. Percaya atau tidak, segala apapun itu pasti ada campur tanganNya, walaupun melalui mahluk ciptaanNya.” Ucap wanita ini lagi lalu dia tersenyum kepadaku.

“kalian berdua adalah penyemangat hidupku dan kalian adalah sumber kebahagiaanku.. tapi sekarang kalian telah pergi meninggalkan aku, jadi bagaimana aku akan baik – baik saja dengan semua ini.?” ucapku sambil memegang tangan kiri Angel dengan tangan kananku dan tangan kanan Lia dengan tangan kiriku.

Ya.. wanita disebelah kananku adalah Lia.
Adalia Adriana Agatha, istriku tercinta..

“yang.. disinikan sudah ada Mba Tari. Dia wanita yang hebat dan dia sangat mencintai sayang.” Ucap Lia lalu membelai wajahku dengan tangan kirinya.

“kenapa Sang Pencipta harus memberikan ujian yang teramat sangat berat kepadaku, dan tidak henti – hentinya yang..” ucapku sambil menatap mata Lia..

“jangan pernah berprasangka buruk kepada Sang Pencipta yang. Ingat, sayang dulu pernah berprasangka buruk tentang Mba Tari yang mengkhianati sayang. Ternyata sayang salah sangka kan.? Laki – laki yang memberi bunga itu ternyata sahabat Mba Tari, dan dia memberikan bunga itu hanya untuk menghibur Mba Tari yang sedih, karena akan berpisah dengan sayang. Iya kan.?”

“untungnya Sang Pencipta telah membuat scenario terhebat dan dia menemukan sayang lagi dengan Mba Tari. Semua terbuka dengan jalannya dan sayang bisa kembali pada cinta pertama sayang.”

“aku bersyukur Mba Tari mengajari sayang, tentang cinta dan kasih sayang. Dan aku menjadi wanita yang sangat sempurna, ketika sayang memberikan semua kesetiaan dan cinta sayang kepadaku dan Angel.”

“sekarang waktunya sayang kembali kecinta pertama sayang, dan memberikan semua cinta sayang kepada Mba Tari dan anak – anak sayang kelak.”

“kami disini sudah tenang dan kami disini sudah dipenuhi cintanya sayang.” Ucap Lia sambil melepaskan pegangan tanganku, lalu berjalan kesebelah Angel dan Angel juga melepaskan pegangan tanganku, lalu berdiri disamping Lia.

“aku pamit ya sayang.” Ucap Lia

“pamit ya pah..” sambung Angel.

“tidak bisakah kalian lebih lama lagi disini.?” Ucapku dengan deraian air mata.

“engga.. kami telah memiliki kebahagian tersendiri dan sayang juga harus memiliki kebahagiaan sendiri.” Ucap Lia.

“kita pasti akan bertemu lagi pah.. dan kita semua pasti akan berkumpul bersama, termasuk dengan adek – adek Angel juga.” Ucap Angel.

Mereka berdua tersenyum lalu membalikan tubuh mereka, dan berjalan kesebuah lorong yang bercahaya sangat terang sekali.




“LIAAAA.. ANGEELLLL..” ucapku sambil membuka kedua mataku dan menegakkan dudukku. Pikiranku tegang dan keringat membasahi seluruh tubuhku..

“kedukaan yang pernah kualami selama ini, tidak ada apa – apanya dibanding kan dengan apa yang kamu alami.” Ucap seseorang yang duduk disebelahku.

Aku lalu menoleh kearah orang tersebut dan dia adalah Sandi Purnama Irawan, sahabat karibku.

“kamu adalah manusia yang tersabar, terkuat dan terhebat, yang pernah aku temui. Kalau seandainya aku diposisimu, entah apa yang aku lakukan. Mungkin aku akan menggila sejadi – jadinya.” Ucap Sandi sambil menatap lurus kedepan.

“Hiuffttttt.. huuuuu.. entahlah San, aku juga bingung dengan diriku sendiri. Kadang kala aku bisa tenang menghadapi suatu permasalahan, dan ada kalanya aku bingung dengan apa yang akan aku lakukan, setelah mendapat masalah.”

“aku tidak sesabar, sekuat dan sehebat yang kamu pikirkan. Buktinya istriku didalam sana saja, aku tidak sanggup mendampinginya. Padahal dulu ketika Angel Lahir, aku selalu mendampingi Lia ketika didalam ruang persalinan dan aku yang langsung mengendong putri tercintaku itu. tapi aku sekarang terlalu pengecut San. Aku terlalu pengecut. Hikss.. hikss..” ucapku lalu menunduk dan menangis.

“aku paham do.. aku paham.. setelah semua yang kamu alami selama ini, aku paham ketakutanmu seperti apa.” Ucap Snadi lalu mengurut pundakku pelan.

“aku takut san.. aku takut.. hiksss.. hiksss..” ucapku sambil mendekap diriku sendiri.

“aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, darah memenuhi wajah cantik Angelku yang telah meninggal.. dan ditangan ini pula, Lia menghembuskan nafas terakhirnya.. darah segar dua orang yang kucintai itupun, masih tercium olehku sampai saat ini san.. sampai saat ini.. hikss.. hikss..” ucapku.

“kedua wanita yang sangat kucintai itu, telah meninggalkan aku dengan luka dalam yang tidak bisa diobati oleh siapapun juga.. hikss.. hikss.. hikss..” ucapku lagi dan tubuhku menggigil dengan hebatnya

Sandi lalu merapatkan kearahku dan seperti biasa, ketika aku dalam keadaan seperti ini, tangan Sandi langsung mengelus punggungku pelan.. aura mistispun langsung aku rasakan dengan hebatnya, dan aku langsung menoleh kearah wajah Sandi. Bola matanya menghitam dan memerah. Bukan emosi Sandi yang menggila yang aku rasakan, tapi sebuah ketenangan yang langsung membuat alam bawah sadarku, seperti dikendalikan oleh tatapan mistisnya itu.. gilaaa..

“kalau kamu gak sesabar, sekuat dan sehebat sekarang, mungkin kamu gak akan duduk disini do. Jadi tenangkan pikiranmu, semua akan baik – baik saja..” ucap Sandi dengan tatapan matanya yang sangat dalam sekali itu.

“Hiuffttttt.. huuuuu..” aku menarik nafasku dalam - dalam lagi, lalu mengeluarkannya perlahan..

“Pak Aldo.. bayi kembar anda lahir dengan sehat dan selamat..” ucap seorang suster yang berdiri didepan ruang operasi..

Aku terdiam dan tidak sanggup berucap apapun. Aku terdiam sambil terus menatap wajah sang suster yang ada dihadapanku ini.

“Pak Aldo..” ucap sang suster..

“Pak..” kembali sang suster memanggilku.

Air matakupun langsung menetes seketika. Entah ini karena mengingat Angel dan Lia, atau karena kabar bahagia yang baru disampaikan suter ini.

“Pak Aldo..”

“eh.. iya sus..” ucapku lalu aku membersihkan air mataku yang mengalir.

“jangan tegang lagi Pak.. Bapak ga mau lihat putra putrinya dulu kah..? supaya bisa menenangkan ketegangan Bapak dari tadi.” Ucap sang suster lalu tersenyum.

“oh iya sus.. tapi bagaimana keadaan istriku sus..?” tanyaku sambil berdiri dan kembali aku membersihkan sisa - sisa air mataku.

“Bu Tari sehat Pak.. beliau cari Bapak dari tadi didalam..” ucap sang suster.

“oh iya sus.. terimakasih..” ucapku, lalu sang suster membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju ruang operasi.

“masuklah do.. kamu akan menemukan arti kedamaian yang sebenarnya didalam sana..” ucap Sandi sambil menepuk pundakku pelan.

Aku lalu menoleh kearah Sandi, dan tatapan matanya sudah menghitam dan memutih seperti biasa. Dia mengangguk pelan lalu tersenyum.

Aku lalu berdiri dan dengan langkah yang bergetar, aku pun masuk kedalam ruang operasi.

Dan ketika aku sudah didalam kamar operasi, aku disambut oleh senyum manis istriku, lalu deraian air matanya tumpah seketika..

“Ayah.. hiks.. hiks..” ucap Istriku dengan wajah yang masih terlihat memucat dan terbaring diranjang operasi. Kedua tangannya pun langsung diarahkan kepadaku dan dia butuh pelukanku saat ini.

Kembali aku tidak bisa berucap apapun. Aku langsung mendatangi istriku dan dengan perlahan, aku membungkukan tubuhku lalu memeluk pelan istriku tercinta ini.

“hiks.. hiks.. anak kita lahir yah.. anak kita sudah lahir hiks.. hiks..” ucap istriku dengan tangis haru dan bahagianya.

“hikss.. hikss.. hupss..” istriku menangis lagi, lalu dia seperti menahan sakit sambil memelukku dengan erat.

“sabar Bunda.. sabar.. tenangkan dirimu.. bekas operasimu pasti akan sakit kalau kamu menangis terus..” ucapku menenangkan Tari sambil mengelus punggungnya dengan lembut dan suaraku yang bergetar..

“hiks.. hikss..” tangisnya pun perlahan mulai mereda.

“oeee.. oeee… oeeee..” terdengar suara tangis bayi didalam incubator.

Aku lalu melihat kearah wajah istriku dan istriku mengangguk pelan.

Akupun langsung berjalan kearah incubator dan melihat dua bayi mungil kami didalamnya.

Hiuuffttt.. huuuuu.. bener kata Sandi. Inilah kedamaian yang sebenarnya. Ketika kita melihat wajah polos anak kita yang baru lahir, kita akan menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Aku pernah merasakan ini sebelumnya, ketika Angel Lahir.

Gilaa.. Aku kira kedamaian itu tidak akan datang lagi. Ternyata Sang Pencipta masih menyayangi aku dan memberikan aku kesempatan untuk berbahagia lagi. Bahagia itu bernama Adelio dan Adelia.



#cuukkk.. cinta, bahagia, duka dan sengsara, berjarak sangat dekat sekali kawan. Jadi nikmatilah secukupnya, karena Sang Pembuat Hidup, bisa membolak balikan semuanya, dalam satu kejapan mata.
Wahhhh gilaa sih gilaaaaa. Di setiap tulisanya kisanak ini itu lohhh adaaaaa aja yg bikin gatel biji hehehehe sukses ommmmm
 
Kehidupan cintaku yang ruwet inipun, berlanjut ketika aku mengikuti Kuliah Lapangan di ibukota propinsi. Aku, Lia, Sandi, Yuda, Surya dan Mas Alan, satu kelompok dalam kuliah lapangan ini. Dan yang menjadi dosen pembimbingku adalah Bu Jenny Kusuma, seorang dosen yang sangat cantik tapi juga judes. Tapi kejudesannya, dapat ditaklukan oleh seorang sahabatku si bajingan lendir. Siapa lagi kalau bukan Sandi Purnama Irawan. Bajingann.

Pada malam itu.. aku, Sandi, Yuda, Surya, Mas Alan dan dua sahabatku lainnya yang menyusul dari kota pendidikan, Ilham dan Satria, berpesta minuman dan ditemani wanita - wanita di salah satu lokalisasi terbesar negeri ini. Setelah berpesta minuman, kami lanjutkan berpesta dengan para wanita didalam kamar – kamar yang ada dilokalisasi itu.

Setelah selesai berpesta, kami semua balik untuk beristirahat di hotel dolly tempat kami menginap. Dan pada saat kami balik kehotel, terjadi keributan antara Sandi yang menjadi ketua kelompok kuliah lapangan, dengan Bu Jenny yang menjadi dosen pebimbing.

Aku, Mas Alan, Yuda dan Surya, disuruh naik kekamar masing – masing, sedangkan Sandi tetap di Lobby untuk menyelesaikan masalahnya dengan Bu Jenny. Sebenarnya sih bukan masalah pribadi Sandi, tapi itu masalah kami semua.

Bu Jenny marah dengan kami dan mengancam tidak meluluskan kuliah lapangan kami, karena kami semua mabuk dan pergi kelokalisasi. Sebenarnya aku ingin bertahan di lobby dan membantu menyelesaikan masalah ini dengan Bu Jenny, tapi Sandi memaksa kami kekamar karena dia merasa ini tanggung jawabnya sebagai ketua kelompok. Bajingaann..

Ketika aku sudah sampai dikamar dan aku merebahkan diriku dikasur..

TOK.. TOK.. TOK..

Kamarku diketuk dan aku langsung bangun dari tempat tidurku lalu membuka pintu kamarku. Dan betapa terkejutnya aku ketika tau yang berdiri didepan pintu kamarku. Adalia Adriana Agatha.

Bajingaann.. ngapain dia malam – malam begini datang kekamarku..? dia butuh belaian kasih sayangku kah.? Assuu..

Kami pun diam beberapa saat sambil saling pandang. Dan kalian tau apa yang diucapkannya setelah itu.?

“mana Sandi.?” Tanya Lia dengan tatapan yang tajam kearahku.

Cuukkk’i.. kenapa juga dia nanya Sandi.? Kenapa gak tanya kabarku dulu gitu.? Ya memang sih aku berdua dikamar ini bersama Sandi, tapi gak gini juga kali caranya. Cemburu aku.. cemburu..

“mana aku tau..” ucapku yang masih terasa pusing karena efek minuman dilokalisasi tadi.

“kalian habis pesta minuman ya.?” tanya Lia dan aku langsung mengerutkan kedua alisku.

“emang kenapa.?” Tanyaku dengan cueknya.

“kok sikapmu begini sih do.? Kamu kenapa.?” Tanya Lia yang tiba – tiba marah kepadaku.

“kok kamu marah sih ya’.? kalau tujuanmu kesini cari Sandi, dia gak ada. Besok aja kamu kesini lagi, sekarang balik kekamarmu sana.” Ucapku lalu membalikan tubuhku dan menutup pintu kamarku dengan lumayan keras..

BRAKKKK..

Cuukkk.. kok aku kasar banget sama Lia.? Emang dia salah apa sama aku, kok aku sekasar ini sama dia.? Apa gara – gara dia menanyakan Sandi.? Bangsat. Itu bukan alasan yang tepat untuk aku marah cuukk.. apa karena aku mabuk.? Engga juga, aku gak pernah rese kalau mabuk.

Terus karena apa.? Karena cintaku belum padam untuknya dan dia masih pacaran sama Bowo.? Gendeng (gila) kok bisa begini ya aku.? Asuuu.

Aku harus kekamarnya dan aku harus minta maaf sama Lia, malam ini juga. Efek mabuk pun langsung hilang dikepalaku dan aku langsung membuka pintu kamarku.

Dan ketika aku membuka pintu kamarku, Lia masih berdiri sambil menunduk ditempatnya tadi. Pundaknya terlihat bergetar dan terdengar isakan tangis yang memilukan hati..

Jiancuukkk.. jahat banget sih aku jadi laki – laki.. bajingaannn..

Dan dengan kurang ajarnya, aku langsung memeluk tubuh Lia ini dengan eratnya..

“maaf ya.. maafin aku.” Ucapku dengan suara yang bergetar sambil memeluk tubuh wanita yang kucintai ini..

“hiks.. hiks.. hiks..” Lia hanya menangis dan tidak membalas pelukanku ini.

Asuuu.. ini makin membuat aku merasa bersalah cuukkk.. bajingaannn..

“maafin aku ya’.. maafin aku.. hanya orang bodoh, yang bisa membuat wanita yang dicintainya menangis ya’.. maafin aku..” ucapku dengan paniknya dan aku tidak sadar, dengan kejujuranku tentang perasaanku ini kepadanya.

Dan aku merasa, tangis Lia tiba – tiba berhenti. Dadanya yang menempel didadaku pun, tidak terasa bergetar lagi. Hanya tersisa isakan tangis pelan saja yang terdengar.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan aku langsung meraih kedua pipi Lia yang lembut itu, lalu mengangkatnya sampai menatap kearah wajahku.

“aku sayang kamu ya’. aku cinta kamu. Maafin aku yang bodoh ini ya.” ucapku dengan tatapan sayu kearah mata Lia yang sembab itu.

“kamu jahat do.. kamu jahat..” ucap Lia dan perlahan kembali air matanya menetes.

“jangan kamu teteskan air matamu ini ya’.. jangan.. itu sama aja kamu membunuhku perlahan. Kalau kamu ingin marah, silahkan ya’. kalau kamu ingin memukulku, silahkan. Aku akan menerima semuanya. Tapi aku mohon jangan kamu teteskan air matamu ini.” Ucapku sambil membersihkan air matanya yang mengalir dari mata indahnya itu.

Tiba – tiba Lia mendorongku masuk kedalam kamarku dan langsung menutupnya dengan menggunakan tumitnya, lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia langsung melumat bibirku sambil memegang kedua pipiku.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Dan aku langsung membalasnya dengan menghisap bibir bawahnya perlahan. Tubuh kami semakin merapat dan aku menyandarkan tubuh Lia di pintu kamar hotel ini.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lalu kami melepaskan ciuman ini dan kami saling memandang sejenak.

“ke.. kenapa kamu lakuin ini ya’.?” ucapku bertanya kepada Lia.

“apa kamu harus menunggu pengaruh alkohol menguasai pikiranmu, baru kamu berani mengungkapkan isi hatimu.?” Ucap Lia dengan suara yang bergetar dan linangan air mata yang mengalir dipipinya.

Dan ketika aku akan menjawab ucapannya, Lia langsung memajukan lagi bibirnya dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Kembali Lia melumat bibirku, setelah itu dilepaskannya lagi..

“kenapa kamu sejahat ini sama aku do.? Kenapa.? Kalau kamu mencintai aku, kenapa kamu gak mengucapkan dari dulu.? Kenapa kamu menyiksa batinmu sendiri.?” Ucap Lia sambil mengelus kedua pipiku. Lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia melumat bibirku lagi lalu melepaskannya..

“aku sayang kamu do.. aku sayang kamu.. hiksss.. hiksss..” ucap Lia lagi lalu disusul dengan tangisnya yang semakin deras..

Bajingaannn.. kok bisa seperti ini sih..? kenapa..? aku yang terlalu bodoh, aku yang gak peka, atau aku yang terlalu pengecut untuk bersaing mendapatkan cinta Lia, padahal dia mencintai aku juga..

Jiancuukkk.. Air mataku pun perlahan menetes mendengar ucapan Lia ini. Aku tidak sanggup mengucapkan apa – apa lagi, karena aku seperti orang bodoh saja didalam situasi seperti ini. Bangsaattt..

“bukan hubunganku dengan Kak Bowo yang membuatku bersedih do, tapi kamu yang membuat hati ini menjerit.”

“Aku ga mencintai Kak Bowo do, gak sedikitpun. Tapi kamu taukan kenapa aku tetap menjadi kekasihnya.? Hikss.. hikss..” ucap Lia lalu menangis lagi.

“aku pernah bilang sama kamu, kalau aku berada dipersimpangan jalan cinta yang membuat aku bingung memilihnya kan.? Itu bukan untuk Kak Bowo dan Purnama, tapi untuk kamu dan Purnama. Kamu paham gak sih.?”

“dan ketika aku sudah menjatuhkan pilihanku ke Purnama, dia malah menjatuhkan pilihannya kehati yang lain.”

“Memang itu kesalahanku do, itu kesalahanku. Aku yang terlalu banyak pertimbangan, karena terlalu banyak cinta yang bermain dilingkaran ini.”

“Aku sakit do.. aku sakit.. hikss.. hikss..” ucap Lia yang terdengar makin menyedihkan itu.

Aku lalu memeluknya dan aku mengelus rambut indahnya itu, perlahan Lia membalas pelukan ini sambil mengelus punggungku dengan lembutnya.

Gilaaa.. ini situasi yang sangat membangsatkan sekali cuukk.. terus sekarang aku harus bagaimana.? Lia sudah menjadi kekasih Bowo dan pasti akan menikahinya. Bangsat.. dan yang lebih bangsatnya lagi, hati Lia sudah ditambatkan ke Sandi.

Lah terus aku diposisinya mana..? diposisi kiper gitu.? Yang kerjanya cuman menjaga hati ini supaya gak kebobolan terus, dan aku meratapi setiap kekalahan dalam pertandingan cintaku. Begitu maksudnya.? Bajingan laknat..

Jiancuukkk.. ngenes men nasibku cuukkk.. (sedih banget nasibku)

Dan sekarang, aku hanya bisa memeluk wanita yang aku cintai ini, tanpa tau bagaimana kelanjutan ‘hubungan’ yang membangsatkan ini.

Mungkin orang mengatakan aku ini laki – laki bodoh, karena aku masih mempertahankan cintaku dengan segala kejadian yang aku alami ini.

Bangsat. Tau apa mereka tentang cinta.? Cintaku ini dari hati cuukk, bukan dari selangkangan. Kalau dari selangkangan, pasti mudah mencari wanita pengganti Lia. Apalagi aquarium itu masih buka, tinggal bawa uang selesai perkara. Assuuu.. Jadi jangan mengajari aku tentang cinta lagi atau mengomentari tentang cintaku ini, kalau enggak kupejuhi wajah orang yang suka berbicara rendah tentang cinta. jiancuukkk..

Tapi kenapa aku gak memperjuangkan cintaku ke Tari seperti Lia ya.? assudahlah.

“do..” ucap Lia pelan dipelukanku ini.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan memegang kedua pipi Lia lagi, sampai dia menatap wajahku dan tetap memelukku.

“aku mau memperjuangkan cintaku ya’.” ucapku dengan tatapan yang sangat dalam sekali kematanya.

Lia langsung melepaskan pelukannya, sambil menggelengkan kepalanya sampai pegangan tanganku dipipinya terlepas..

“kamu laki – laki baik do.. dan laki – laki baik seperti kamu, harus mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari seorang wanita baik juga. Dan itu bukan dari aku. Maaf.. hikss.. hikss..” ucap Lia lalu membalikkan tubuhnya dan membuka pintu kamarku lalu menutupnya dengan keras..

BRAKKKKK..

Bangsaatt.. sakit banget cuukk.. sakit banget mendengar ucapan Lia itu.. aku ini bukan laki – laki baik seperti yang dipikirkan Lia, aku itu bajingaann.. tapi kenapa Lia menolakku dengan ucapan yang seperti itu.? apa dia memang dia sudah benar – benar memantapkan hubungannya dengan Bowo.? Hubungan yang tanpa dilandasi oleh cinta itu.? kejam sekali permainan perasaan ini cuukkk.. kejam banget..

Dan ketika Lia menutup pintu kamar hotel tadi dengan keras, aku merasa dia seperti menutup pintu hatinya untukku cuukkk..

Hiufftttt.. huuuuu..

Dan hari – hari berikutnya, aku bersikap biasa dengan Lia dan dia juga bersikap biasa ketika kami berdua berkumpul bersama – teman – teman. Kami berdua menutup lembar cerita kami ini, tanpa ada yang tau.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, akhirnya Lia lulus lebih dulu dari pada aku, Sandi, Yuda dan Surya.

Kepergian Lia terus terang meningalkan luka yang terdalam dihati ini. Karena aku tau, setelah ini dia pasti akan segera menikahi Bowo.

Dan benar saja. Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar yang membuat langit terasa runtuh dan menimpa kepalaku. Lia bertunangan dengan Bowo.

Tidak ada kabar yang lebih menyakitkan, dibandingkan mendengar kabar seseorang yang kita cintai itu, bertunangan dengan laki – laki lain dan segera akan menikah.

Perih sih, perih banget. Tapi masa iya aku akan terus menyesali hal ini.? Semua kejadian ini kan bukan salahku. assuuu..

Okelah kalau begitu. Biarlah rasa sakit yang kualami saat ini, akan aku jadikan sebagai pelajaran hidup, supaya aku kuat dan tegar mengadapi patah hati selanjutnya.. hehe.. Masih banyak wanita diluar sana yang akan masuk dan keluar didalam kehidupanku. Tapi aku yakin, pasti ada satu wanita yang akan menetap dan akan menemani aku disisa hidupku nanti.

Sekarang cukup, cukup untuk kesedihan ini. Aku akan mengikhlaskan Lia berbahagia dengan orang lain. Perjalanan masih terlalu panjang yang harus aku tempuh dan tidak mungkin aku berhenti ditengah jalan. Kalau aku berhenti ditengah jalan, bisa mati ditabrak bus patas aku cuukkk..

Dan dikelulusan berikutnya, giliran Sandi yang pergi meninggalkan aku, Yuda dan Surya. Bajingaann..

Aku terlalu santai menikmati kehidupan ini, sampai kuliahku terbengkalai seperti ini. Assuu..

Tapi bagaimana aku akan menyelesaikan semua tanggungan perkuliahanku ya.? Aku masih belum ada semangat untuk menyelesaikannya cuukkk. Selain itu aku juga bingung, aku harus memulai dari mana dulu supaya aku bisa lulus dari kampus teknik kita tercinta ini. Masih ada tanggungan mata kuliah, tugas dan praktikumku yang belum selesai. Jiancuukkk..

Ada aja ya masalah dikehidupanku ini. Kemarin masalah percintaan, sekarang masalah perkuliahan. Tapi itulah kehidupan. Kalau gak mau punya permasalahan, ya ga usah hidup.. hehe..

Dan disuatu hari, ada sebuah telpon dari pulau seberang. Bukan dari Lia tapi dari sepupunya, Mba Amel.

Cuukk’i.. ada kabar apa ini.? Kok tiba – tiba Mba Amel telpon aku.?

“hallo mba..” ucapku menjawab telpon Mba Amel

“hallo do.. gimana kabarmu..?” tanya Mba Amel

“seperti biasa keseharian mahasiswa lama Mba, nongkrong sambil ngopi.. hehehe..” ucapku lalu tertawa yang agak kupaksakan.

“ooo..” ucap Mba Amel lalu seperti berat untuk melanjutkan ucapannya.

“ada apa Mba. Tumben banget Mba telpon saya.” Tanyaku.

“ini masalah Lia do.” Ucap Mba Amel lalu terdengar seperti sedang menarik nafasnya dalam – dalam.

“Lia.? Emangnya ada apa dengannya Mba.?” Ucapku yang langsung terkejut, ketika Mba Amel menyebut nama Lia.

“kamu harus memutuskan pertunangan Lia dengan Bowo.” Ucap Mba Amel dan aku semakin terkejut mendengarnya.

Jiancuukk.. maksudnya apa coba.? Kenapa Mba Amel tiba – tiba menelpon aku, terus berkata seperti ini.? Gak ada angin dan gak ada hujan, aku disuruh memutuskan pertunangan Lia dan Bowo, emang aku siapanya.? aku walinya Lia gitu.? terus kenapa juga aku harus melakukan itu.? asuuu..

“Mba Amel ini kenapa sih.? kok tiba – tiba ngomong seperti ini sama saya.? Emang ada apa dengan mereka berdua.? Bukannya mereka berdua baik – baik aja.?”

“gak ada yang baik – baik aja, semua itu cuman sandirawa. Bowo itu laki – laki jahat do, jahat banget. Kamu tega wanita yang kamu cintai itu hidup dengan laki – laki jahat seperti Bowo.?” Ucap Mba Amel yang sekarang terdengar emosi.

Bajingaann.. emang ada apasih ini.? Kok Mba Amel sampai seperti ini.? Emang sejahat apa Bowo itu.? Apa dia main gila dibelakang Lia.? jiancuukk..

“loh bukannya keluarga Bowo sudah membantu keluarga Lia ya.? kok sekarang dibilang jahat sih.?” tanyaku yang bingung dengan permasalahan ini.

“bukan keluarga Bowo yang membantu Lia do, tapi keluarga Sandi yang membantu keluarga Lia selama ini.?”

“tunggu dulu Mba, kok aku bingung ya.? gimana cara keluarga Sandi membantu keluarga Lia dan gimana ceritanya malah Bowo yang seperti dewa penyelamat.?” Tanyaku yang semakin bingung.

“do.. Ayahnya Sandi kontraktor besar dikota ini dan beliau saingan terberat keluarga Bowo. Beberapa tahun ini Ayahnya Sandi tidak mengambil satupun proyek dikota ini, dan Beliau menyerahkan semua proyeknya kepada kantor yang dikelola Ibunya Lia, tanpa sepengetuan Ibunya Lia. ”

“loh kok bisa begitu.? Emang Sandi mau dijodohkan dengan Lia.? Kan Sandi mau tunangan sama Ayu Mba.?” Tanyaku lagi.

“bukan seperti itu do.? Aku juga gak tau apa tujuan Ayah Irawan (Ayahnya Sandi) menyerahkan proyeknya ke kantor Ibunya Lia. Yang jelas semua sudah diatur dikantor pemerintahan, supaya kantor Ibunya Lia yang menang.”

“Oke. Oke.. kalau masalah itu nanti aja kita cari tau. tapi intinya, kalau beberapa tahun ini Om Irawan menyerahkan proyeknya kepada Ibunya Lia, seharusnya kan kantornya gak merugi..?” tanyaku.

“disitulah masalahnya do. Sebelum Om Irawan membantu Ibunya Lia, Ayahnya Bowo terlebih dahulu membantu semua proyek yang dikerjakan Ibunya Lia, dan akhirnya mereka bekerja sama. Dan setelah Om Irawan memberikan proyeknya, mereka tetap bekerja sama.”

“mereka banyak sekali mengambil keuntungan dan membuat laporan seolah proyeknya merugi, dan kamu tau siapa yang bertanggung jawab.? Kantor Ibunya Lia.. karena semua proyek ini memakai nama kantor Ibunya Lia. Sampai disini kamu paham do.?” ucap Mba Amel.


“cuukkk.. bangsat sekali ternyata keluarga Bowo ini. Mereka yang membuat rugi, tapi mereka juga yang datang membantu seolah mereka itu adalah pahlawan pembela kaum yang lemah. Jiancuukk banget itu mba..” ucapku yang terpancing emosi.

“itulah kenapa aku memintamu untuk datang kesini dan memutuskan hubungan pertunangan ini.” Ucap Mba Amel.

“tapi kenapa harus aku mba.? Kenapa bukan Sandi yang sudah ada disana.?” tanyaku.

“karena kalau sampai Purnama yang menyelesaikan, pertunangannya bisa batal dengan Ayu dan banyak hati yang tersakiti.”

“tapi kalau kamu yang menyelesaikan, Lia akan kembali menemukan cintanya dan kamupun menemukan cintamu.” Ucap Mba Amel.


“tapi mba..”

“semua keputusan ada ditanganmu do. Kamu mau membiarkan Lia jatuh pada orang yang salah dan kamu juga pasti akan menderita, atau kamu berjuang demi kebahagianmu dan kebahagiaan Lia. Itu saja..” ucap Mba Amel yang langsung membuatku terdiam.

“maaf kalau aku mengganggu waktumu.” Ucap Mba Amel lagi lalu menutup Hpnya.


Jiancuukk.. kok bisa seperti ini sih.? disaat aku sudah belajar melupakan cintaku ke Lia, aku malah dihadapkan keputusan yang sulit seperti ini.

Apakah aku harus kesana.? Tapi kan Lia menolakku waktu itu. Kalau kali ini dia menolakku lagi gimana.? beneran aku sudah siap kalau terluka lagi.? Terus kalau aku berdiam diri, Lia pasti akan menderita disamping Bowo. Bajingaann.

Oke. Oke. Aku akan pergi kepulau seberang, aku gak mau Lia menghabiskan hidupnya dengan laki – laki yang tidak cintainya, apalagi laki – laki itu sejahat Bowo. Aku gak perduli nantinya Lia akan menerimaku lagi atau tidak, Aku melakukan ini dengan ikhlas dan demi cintaku kepada Lia. Akupun tidak akan memberitahukan kedatanganku kepulau seberang kepada Sandi, aku takut dia akan menggila. Biarkan dia berkonsentrasi dengan acara lamarannya kepada Ayu.

Dan berbekal alamat yang diberikan Mba Amel, akupun berangkat kepulau seberang seorang diri. Ini adalah kepergianku pertama kali keluar pulau ini dan aku tidak pernah pergi sejauh ini. Aku juga tidak mengenal seluk beluk pulau seberang sama sekali. Hanya perasaan cinta didalam hatiku yang menuntunku sampai dipulau yang sangat asing bagiku ini.

Dan ketika aku sudah sampai dibandara pulau seberang, aku lalu keluar pintu kedatangan dan berjalan ke arah taksi bandara ini terparkir. Dan ketika aku melewati cafe bandara,

“mau kemana kamu do.?” Tanya seseorang dan aku langsung melihat kearah suara tersebut.

Dan betapa terkejutnya aku, ternyata orang yang menegurku itu adalah Om Irawan, Ayahnya Sandi.

“Om Irawan. Kenapa Om ada disini.?” Tanyaku

“ditanya kok malah balik tanya.” Ucap Om Irawan lalu berdiri dan berjalan mendekati aku.

“anu om..” ucapku yang bingung harus menjawab apa.

“ayo ikut aku.” Ucap Om Irawan lalu berjalan melewati aku.

Ha.? Aku mau dibawa kemana.? Kerumahnya gitu.? Waduh, entar kalau Sandi tau gimana.? bisa marah dia sama aku, karena aku tidak memberitahukan kedatanganku.

“tapi om.” Ucapku terpotong karena Om Irawan langsung menoleh kearahku.

“i.. i.. iya om..” ucapku terbata karena tatapan Om Irawan ini sangat menakutkan sekali.

Om Irawan lalu melangkah lagi dan aku mengikutinya dari belakang, tanpa banyak bersuara lagi. Kami berjalan kearah parkiran mobil, setelah itu kami berdua naik mobil Om Irawan dan meninggalkan bandara.

Ah.. gila juga Ayahnya Sandi ini. Beliau tau darimana kalau aku datang kesini.? Apa Mba Amel yang cerita.? Karena yang tau kedatanganku kesini Cuma Mba Amel, Lia pun tidak tau tentang kedatanganku kesini. Tapi masa iya Mba Amel cerita sih.?

Dan satu yang menjadi pertanyaanku didalam otakku. Kenapa Om Irawan membantu keluarga Lia.? Dan kenapa setelah membantu memberikan proyek, Om Irawan membiarkan kantor Ibunya Lia dikuasai oleh keluarga Bowo.? Gak mungkin seorang Om Irawan tidak mengetahui kalau kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara bekerja sama dengan Kantor Ayahnya Bowo.

Om Irawan ini seorang kontraktor besar dan mempunyai jaringan dimana – mana, dan Beliau juga seorang yang sangat disegani dipulau seberang. Jadi pasti Beliau tau tentang semua kebusukan keluarga Bowo, aku yakin itu. tapi kenapa dibiarkan.? Ada apa ini.?

“aku membantu keluarga Lia, karena Ayahnya Lia itu yang membantuku, waktu aku pertama kali merantau kepulau seberang ini do.” Ucap Om Irawan bercerita, tanpa aku bertanya. Dan beliau bercerita sambil focus pada menyetirnya.

Gilaa. kok bisa tau yang ada didalam pikiranku ya.?

“tapi setelah membantu, kenapa Om membiarkan Ibunya Lia bekerja sama dengan Ayahnya Bowo.? Kenapa Om membiarkan kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara kelakuan Ayahnya Bowo.?” Tanyaku.

“maksudmu Pak Gunawan.?” Tanya Om Irawan.

“Pak Gunawan.?” Tanyaku balik

“Pak Gunawan itu Ayahnya Bowo.” Jawab Om Irawan.

“oohh.. terus gimana Om.?” Tanyaku lagi

“terus apanya.? Maksudmu aku membiarkan kantor Ibunya Lia merugi.?” Ucap Om Irawan lalu aku mengangguk.

“kalau semua aku bantu, untuk apa kamu datang kemari.” Jawab Om Irawan dengan cueknya..

Jiancuukk.. enak sekali jawaban Om Irawan ini. Ternyata Ayah dan Anak sama – sama slengean. Bajingaann.

“Om, saya serius loh.” Ucapku sambil melihat kearah Om Irawan.

“emang aku kelihatan bercanda ya do.?” Ucap Om Irawan sambil melihat kearahku sebentar lalu melihat kearah depan lagi.

“ada sesuatu hal yang perlu kita lakukan dan ada juga sesuatu hal yang harus dikerjakan orang lain. Bukannya karena kita tidak perduli atau membiarkannya. Karena kehidupan ini bukan kita yang mengatur.” Ucap Om Irawan dan aku langsung terdiam tidak bertanya lagi.

Mobil kami pun terus melaju dan Om Irawan langsung membelokkan mobilnya kearah perumahan yang elit, lalu beberapa saat kemudian mobil kami berhenti disalah satu rumah yang sangat mewah.

Cuukkk.. ini rumah siapa ya.? rumah Om Irawankah.?

“aku hanya mengantarkanmu sampai sini. Setelah itu, giliranmu yang berjuang.” Ucap Om Irawan.

“maksudnya Om.?” Tanyaku.

“itu rumah Lia.” Ucap Om Irawan.

“I.. i.. iya om.” Ucapku.

“Hidup itu berjuang nak. Bahkan orang yang kalah pun, pasti sempat berjuang. Dan sekarang kembali lagi kekita. Apakah perjuangan kita itu selesai setelah kalah, atau justru itu menjadi titik balik kita untuk meraih kemenangan.”

“Dan satu lagi. Jangan dikira setelah meraih kemenangan, orang gak akan berjuang lagi. Karena kemenangan tanpa berjuang untuk mempertahankan, kalahnya lebih sakit daripada kalah ketika akan merebutnya.” ucap Om Irawan sambil melihat kearahku lalu menepuk pundakku pelan.

Gila.. dalam banget sih ucapan Om Irawan ini. Beliau tau aja kalau aku lagi kebingungan dengan perasaanku saat ini. Luar biasa banget Ayahnya Sandi ini.

“kejarlah cintamu.” Ucap Om Irawan lalu tersenyum.

“terimakasih Om.” Ucapku sambil mengangguk.

“terus kamu nunggu apa.? Gak turun.?” Ucap Om Irawan sambil melotot.

“i.. i.. iya Om..” ucapku sambil membuka pintu mobil lalu aku keluar dengan cepatnya.

“oh iya Om..” ucapku terpotong sambil melihat kearah Om Irawan.

“pergilah sana, aku gak akan cerita ke Sandi tentang kedatanganmu ini.” Ucap Om Irawan.

Cuukk’i.. Om Irawan ini tau aja apa yang mau aku omongin. Gendeng (Gila)

“terimakasih sekali lagi Om.” Ucapku lalu menutup pintu mobil, setelah itu mobil Om Irawan meninggalkan aku didepan rumah Lia.

Hiuuuffttt.. huuuu..

Aku lalu menarik nafasku dalam – dalam dan mengelurkannya perlahan, setelah itu aku melangkah kearah rumah Lia.

TENG.. TONG..

Aku memencet bel yang ada didekat pintu. Lalu beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan dihadapanku, seorang wanita yang sangat kucintai berdiri dengan wajah yang sangat terkejut sekali.

"Aldo..” ucap Lia dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca.

“hai.” Ucapku lalu tersenyum.

“ka.. kamu ngapain kesini.?” Tanya Lia terbata.

“mau mengambil cintaku yang sudah lama pergi non.” Ucapku dengan santainya.

“gak lucu do.. gak lucu..” ucap Lia sambil menggelengkan kepalanya dan deraian air matanya, lalu menutup mulutnya dengan tangan kiri.

Bajingaann.. itu dijari manisnya, cincin tunangan ya.? walaupun aku tau dia sudah bertunangan, tapi tetap saja hatiku seperti terasa disayat – sayat. Perih banget. jiancuukk..

“emang aku kelihatan lagi melucu ya.?” ucapku dengan suara yang bergetar.

“do.” Ucap Lia dan tanpa banyak bicara, aku langsung memeluknya dengan erat.

“do..” ucap Lia lagi dipelukanku tanpa membalas pelukanku ini.

“aku gak perduli non.. aku gak perduli.. walaupun kamu telah bertunangan, aku akan tetap memperjuangkan cintaku ini.” Ucapku sambil mengelus punggung Lia.

“tapi do.” Ucap Lia terpotong karena aku langsung melepaskan pelukanku.

Aku langsung memegang kedua pipinya, sambil menatap matanya yang telah dipenuhi air mata.

“banyak bicara kamu non..” ucapku, lalu..

CUUPPP..

Tanpa permisi, aku langsung mengecup lembut bibir Lia yang tipis itu sebentar, lalu aku aku tatap kedua matanya lagi.

“aku cinta kamu Adalia Adriana Agatha, aku cinta kamu..” ucapku lalu..

CUUPPP..

Aku kecup lagi bibirnya lalu aku tatap lagi matanya.

“aku gak bisa do.. aku gak bisa.. aku bukan wanita yang baik dan aku bukan wanita yang sempurna buatmu.. hiks.. hikss..” ucap Lia lalu menangis.

“kamu kira aku laki – laki baik.? Kamu kira aku laki - laki sempurna.?” Ucapku sambil tetap memegang kedua pipinya.

“cinta itu bukan hanya tentang baik dan sempurna, tapi cinta itu juga tentang menerima. Menerima bagaimanapun kondisi orang yang kita cintai dengan ikhlas. Dan ketika kita sudah melakukan itu, kebaikan dan kesempurnaan akan datang dengan sendirinya lalu mengiringi langkah kita.” Ucapku, dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia langsung merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat lembut. akupun langsung mendekap tubuh orang kucintai ini dengan erat, sambil membalas kulumannya. Lia memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri, dengan air mata yang terus mengalir.

Cuukkk.. ciuman ini seolah menjadi jawaban semua penantian panjangku dan segala kesakitan yang aku alami selama ini.. ciuman ini seolah penyiram dahaku yang berkepanjangan dan ciuman ini seolah memberikan aku semangat baru.

Walaupun Lia tidak mengatakan kalau dia menerima cintaku, ciuman ini telah mengatakannya semua. Tapi apa aku akan puas setelah ini.? Ngga, karena aku belum menang dalam pertempuran kali ini.

Kalau semula tujuanku hanya ingin memutuskan hubungan pertunangan Lia dengan sibangsat itu, sekarang aku memiliki tujuan lain lagi. Aku ingin memberi pelajaran kehidupan kepada satu orang yang telah menyakiti Lia dan keluarganya. Aku ingin membuat rata hidungnya dan aku akan mengirimnya keneraka yang paling dalam. Dan dia adalah sibangsat Bowo.

“ooooo.. datang juga si anjing ini kesini..” ucap sesorang yang mengejutkan aku dan Lia, sampai ciuman kami terlepas lalu melihat kearah orang tersebut. Dia adalah manusia incaranku, sibangsat Bowo.

“kamu datang kepulau ini, sama aja kamu menggali kuburmu sendiri, anjing..” ucap Bowo dan dibelakangnya, empat orang temannya berdiri sambil membawa senjata tajam.

Emosiku pun perlahan naik kekepala dan kedua tanganku langsung terkepal..

“kamu mau apa kak.?” Ucap Lia lalu berdiri melangkah kedepanku dan menghalangi langkahku ketika aku akan mendekati Bowo.

“kamu memang kurang ajar ya.. kamu itu tunanganku dan kamu malah berciuman sama sianjing ini.. bangsaatt..” ucap Bowo dengan emosinya.

“kalau kemarin kamu memang tunanganku kak, tapi sekarang..” ucap Lia sambil meraih cincinnya dijari manis tangan kirinya dengan tangan kanan, lalu melepaskannya dan melemparkannya kearah Bowo

Wuutttt.. tappp.. klinting.. klinting.. klinting.. klinting..

Cincin itu mengenai tepat wajah Bowo, lalu jatuh kelantai..

“ANJINGGG..” teriak Bowo dengan emosinya.

“PERGI KAMU WO.. PERGI.. cukup sudah kamu menyakiti aku dan keluargaku, sekarang kamu pergi dari sini..” ucap Lia yang tidak kalah emosinya..

“kamu memang lonte yang gak tau diuntung, setelah kami menyelamatkan keluargamu, begini balasannya.?” ucap Bowo dan emosiku langsung memuncak..

Aku lalu menggeser tubuh Lia, tapi Lia langsung menahan tubuhku dengan punggungnya..

“KUBUNUH KALIAN BERDUA DISINI. KUBUNUH..” ucap Bowo sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kemeja yang dikenakannnya dan itu sebuah pisau..

Bowo lalu melangkah mendekati aku bersama keempat temannya, dan itu bertepatan dengan mobil Om Irawan datang berhenti didepan rumah Lia.

Kami semua melihat kearah mobil itu dan Om Irawan keluar dengan santainya, lalu menatap kearah Bowo dan teman – temannya.

Mereka berlima langsung memucat dan ketakutan sekali, ketika Om Irawan menatap mereka dengan santai tapi sangat tajam dan mengerikan.

“saya gak akan menyuruh kalian pergi, tapi kalau kalian tetap disini.. hehehe..” ucap Om Irawan lalu tersenyum dengan wajah yang.. uuhhhh.. gilaa.. mengerikan banget.

Mereka berlima langsung mundur perlahan, dengan wajah yang sangat ketakutan.. lalu setelah itu mereka bergegas meninggalkan rumah Lia ini tanpa ada suara sama sekali.

Gilaa.. mengerikan sekali Om Irawan ini. baru berbicara seperti itu saja, Bowo dan teman – temannya sudah sangat ketakutan. Gendeng (Gila)..

“Ayah Irawan..” ucap Lia lalu menghambur kearah Om Irawan dan memeluknya dengan erat.

Om Irawan pun langsung menyambutnya dengan pelukan yang hangat dan tatapannya berubah, menjadi tatapan yang penuh dengan cinta.

“halo sayang.” Ucap Om Irawan sambil mengelus rambut Lia dengan sangat lembut. beliau seperti sedang memeluk putrinya sendiri..

“hikss.. hikss..” Lia pun langsung menangis sesenggukan dipelukan Om Irawan.

“hei.. ada arjunanya disini kok nangis begini sih.?” ucap Om Irawan sambil melirik kearahku dan aku langsung menunduk malu.

Cuukkk.. bukannya arjuna itu sudah miliknya Sandi.? Kenapa sekarang disematkan keaku juga.?

“hikss.. hikss.. apasih Ayah ini.” ucap Lia dengan suara yang manja.

Om Irawan melepaskan pelukannya dan langsung memegang kedua pipi Lia, sampai mereka saling menatap.

“wanita yang hebat itu boleh meneteskan air matanya, tapi jangan banyak – banyak.. karena air mata seorang wanita yang hebat itu, bisa membangkatan amarah dari arjunanya. Dan kalau arjunanya itu sampai mengangkat busur gandiwanya, dunia ini akan berguncang dengan hebatnya.” Ucap Om Irawan dan itu langsung membuat Lia tersenyum lalu menunduk malu..

“hey arjuna. Sekarang waktunya aku mengantarkanmu kembali kekerajaanmu dan selesaikan lah dulu tugasmu disana, setelah itu kembali kemari dan jemput permaisuri Drupadimu ini.” ucap Om Irawan sambil merangkul Lia yang menunduk malu.

“tapi om..” ucapku terpotong.

“betul yah.. Lia gak mau kalau dia belum menyelesaikan semua tanggungan kuliahnya.” Ucap Lia sambil menatap kearah Om Irawan lalu melihat kearahku..

Cuukk’i.. oke.. oke.. aku akan menyelesaikan urusan kuliahku, lalu aku akan kemari dan aku akan menjemput kembali cintaku. Tapi sebelum aku melanjutkan hubunganku dengan Lia ketingkat selanjutnya, aku akan membantai Bowo dulu. Ingat itu. Ini adalah janji seorang Aldo. Aldo Septian Hadi.

“iya om, Aldo balik kepulau sana. Tapi bisa gak Aldo pamit ke Ibunya Lia dulu.” Ucapku sambil menoleh kearah rumah Lia.

“Ibunya gak ada, ibunya ke ibukota propinsi. Sekarang kamu masuk kemobil.?” Ucap Om Irawan..

“hihihihi..” dan Lia hanya tertawa saja..

Akupun mendekat kearah Lia dan Om Irawan.

“aku balik dulu ya ya’” pamitku ke Lia yang masih dirangkul Om Irawan..

Lia langsung mengangguk dan meraih tangan kananku, lalu mengecup punggung tanganku dengan lembutnya..

CUUPPPP..

Uhhhhh.. gilaaa… lembut banget kecupannya cuukkk.. berasa sudah jadi suaminya aja aku.. assuuu.. ini kalau gak ada Om Irawan, sudah kulumat bibir Lia ini.. bajingaannn..

Lalu dengan diiringi senyum dan tatapan cinta dari Lia, aku diantar Om Irawan kebandara lagi dan kembali kepulau ini..

Aku lalu menyelesaikan semua perkuliahanku dengan semangat dan dukungan dari pujaan hatiku. Lia selalu memberikan aku semangat dan selalu memberikan aku perhatian yang sangat luar biasa. Cinta dan sayangnya dari seberang lautan sana, sangat luar biasa terasa sampai dihatiku ini.

Dan setelah wisuda, aku kembali kepulau seberang untuk membantu semua urusan kantor Ibu Lia. Sebenarnya aku malu dengan keadaan itu, aku itu pengennya membuat perusahaan sendiri dan memulainya dari nol. Tapi ketika aku tau semua permasalahan yang ada didalam kantor Ibunya Lia, aku menunda dulu rencanaku itu.

Aku dan Sandi lalu bekerja sama untuk memperbaiki semua masalah administrasi dikantor Ibu Lia, yang sekarang telah dipegang Lia sepenuhnya. Dan dibantu teman – temannya Sandi, kami menemukan semua kejanggalan – kejanggalan yang telah membuat kantor ini merugi. Dan semua mengerucut pada satu nama, Pak Gunawan, Ayah Bowo. Bajingannn.

Dendamku ke Bowo pun semakin menjadi. Dan ketika kami semua menyusun rencana untuk membuat kantor Pak Gunawan hancur, kabar duka menyelimuti kami semua. Ayah Irawan meninggal karena sakit kanker hati. Dan belum usai kabar duka itu kami nikmati, kabar menyakitkan selanjutnya pun datang. Pertunangan Sandi dan Ayu bubar, Lalu Ayu menikah dengan laki – laki lain. Gilaa.. sahabatku itu hancur lebur perasaannya.

Kondisi kami yang seperti ini, justru dimanfaatkan oleh Pak Gunawan. Ketika Sandi dipulau sana, kantor Sandi diserang dan dua sahabatnya pun menjadi korban kebrutalan anak buah Pak Gunawan.

Sandi langsung datang kepulau seberang dan malam itu juga kami melakukan balas dendam. Para jendral perang pondok merahpun, datang juga untuk membantu kami. Mas Pandu, Mas Rendi, Satria, dan dua sahabatku lainnya, Surya dan Yuda ikut dalam serangan itu.

Kami semua melakukan balas dendam dan menghancurkan kelompok Pak Gunawan. Dan lawanku pada malam itu adalah Bowo. Aku menghajarnya dengan sangat brutal dan aku luapkan semua emosiku pada malam itu. Hidungnya aku hantam berkali - kali sampai patah dan tidak berbentuk. Aku patahkan kedua tangannya dan kedua kakinya, lalu aku tutup dengan mematahkan lehernya..

Pertempuran itu salah satu pertempuran yang terhebat yang pernah aku ikuti. Dan pesta penutupan kali itu di tutup dengan kehadiran Pak Tito, lalu..

BOOMMM.. BOOMMM.. BOOMMM..

Markas mereka diledakan, bersama dengan Bowo dan Pak Gunawan didalamnya. Gendeng (Gila).

Beberapa bulan kemudian, Sandi telah menemukan pengganti Ayu.. dia adalah Mba Mery sepupu Mas Rendi. Setelah mereka berdua menikah, akupun melamar Lia dan kami menikah dipulau seberang.

Kami hidup berbahagia dan penuh dengan kasih sayang, apalagi dengan hadirnya buah hati kami tercinta. Putri semata wayang kami.




Anggelia Putri Aldo
Angelia Putri Aldo. Dan setelah Angelia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik, putri kami itu pergi kekota pendidikaan untuk melanjutkan kuliahnya.

Dan pada suatu malam ketika aku ada dirumah dipulau seberang..

“yang..” ucapku sambil merangkul pundak istriku.

Kami berdua sedang duduk diruang tengah sambil menonton televise.

“apa.” Jawab Lia yang menyandarkan kepalanya dipundakku.

“kita buat adeknya Angel yuukk..” ucapku sambil menurunkan rangkulanku dipundak istriku ini, ke arah pinggulnya.

“apa sih kamu yang.. usia kita sudah gak muda lagi loh. lagian apa Angel setuju punya adek.?” Ucap Lia sambil mengangkat wajahnya dan menatapku.

“emang kamu gak kesepian kalau aku tinggal kekantor.?” Tanyaku sambil mendekatkan wajahku kearah wajah Lia.

“iihhh.. kamu ini ada - ada aja loh..” ucap Lia sambil mendorong pelan pipiku, lalu aku memajukan wajahku lagi.. dan.

CUUPPP..

Aku mengecup bibir Lia pelan, dan kami berduapun duduk berhadapan.

“kita tinggal dirumah sebesar ini berdua aja loh yang..” ucapku sambil membelai pipi Lia lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia lagi, lalu memandang wajah istriku yang telah mendampingi aku belasan tahun ini.. wajahnya makin terlihat cantik aja, walaupun usianya sudah kepala empat.

“kamu pengen bangetkah yang.?” ucap Lia sambil membelai wajahku.

“hehehe..” dan aku hanya tersenyum saja lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku lumat bibirnya dengan sangat lembut, sambil memasukkan sedikit lidahku kedalam mulut Lia, lalu menyapu gigi bagian atasnya dan dilanjut dengan bibir atas bagian dalamnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia lalu melingkarkan kedua tangannya dileherku sambil mengemut lidahku, dan aku langsung mendorong tubuh istriku sampai tertidur disofa panjang ini..

Ciuman kami semakin dalam dan perlahan tanganku kedada Lia yang masih tertutup kaosnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Sambil berciuman, aku meremas pelan buah dadanya dengan sangat lembut. lalu..

MUAAACCHHHHHH..

Ciuman kami terlepas dan kami saling memandang.

“eeehhhmmmm.. yang..” ucap Lia lalu tersenyum dengan manisnya dan aku langsung menghentikan remasanku.

“hem..” ucapku sambil menempelkan hidungku kehidungnya.

“aku sayang kamu.” Ucap Lia lalu.

CUUPPP..

Bibirnya mengecup bibirku.

“aku juga..” ucapku lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat bibir Lia yang sudah basah itu, sambil melanjutkan remasanku didadanya..

“hemmm.. hemmmm.. hemmmm..” desah Lia disela lumatan bibir kami dan kedua tanganku langsung menyelinap masuk kedalam kaosnya, lalu meraba perut istriku yang sedikit berlemak tapi masih seksi ini..

Setelah itu aku memegang ujung kaosnya dan mengangkatnya keatas. Aku menghentikan kuluman bibirku sejenak, untuk melepaskan kaos Lia dan dilanjut dengan melepas kaosku lalu melumat lagi bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“hemmm.. hemm… hemmm..” aku mengangkat punggung istriku sampai terduduk, dan aku menyandarkan tubuhku di kursi sofa dengan tetap saling melumat..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia duduk mengangkangi aku dan aku langsung meraba punggungnya, sambil mencari pengait branya, lalu..

Klik.

Aku buka pengaitnya branya dan tali branya langsung menjuntai kebawah. Aku meloloskan satu persatu tali branya dari pundak Lia sampai terlepas, lalu Lia merangkul leherku lagi.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku menggapai buah dada istriku yang sudah tidak kain yang menutupnya ini, dengan sangat lembut. buah dada yang masih lumayan kencang ini, terasa sangat kenyal sekali dikedua tanganku..

“heemmmmm..” Lia lalu melepaskan kulumannya dan menatapku.

“sayang gak bosan ya meremas ini..” ucap Lia sambil melirik buah dadanya yang ada ditelapak tanganku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan, lalu memajukan bibirku dan melumat putting sebelah kanannya..

“ahhhhh..” desah Lia sambil menjambak rambutku pelan.

Aku lumat kedua puttingnya bergantian sambil terus meremasnya.

“ahhhhhh..” desah Lia yang sangat terdengar merdu.

Lalu aku kecup buah dadanya bagian atas, leher bagian samping, telinga, lalu aku melumat bibirnya lagi..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia melepaskan kulumanku lalu turun dari pangkuanku dan langsung jongkok dihadapanku.

“sayang beneran nih mau buat adek buat Angel.?” Ucap Lia dengan tatapan yang menggoda, sambil memegang kancing celanaku.

“sayang gak mau kah.?” Tanyaku sambil memegang tangannya.

Lia hanya tersenyum lalu menepis tanganku dan membuka kancing celanaku. Diturunkannya resleting celanaku sambil terus menatapku dengan tatapan yang.. assuudalah..

Setelah resleting terturun, Lia menurunkan celanaku beserta CDnya secara bersama – sama.. aku lalu mengangkat pinggulku dan mengangkat kedua kakiku bergantian sampai celanaku terlepas..

“tambah besar aja ya yang.” ucap Lia sambil memegang batangku dengan tangan kanannya dan batang sudah berdiri dengan sangat tegak sekali.

“masasih yang.?” tanyaku. Lalu..

CUUPPP..

Lia mengecup ujung kepala batangku, lalu menjilatnya perlahan..

“uhhhhhh.. gilaaaa.. jilatanmu itu memang luar biasa yang..” ucapku dan kembali Lia menjilat kepala batang sambil menatap mataku..

Sluurrpppp..

“uuhhhhh..” ucapku mendesah sambil memegang kepala samping Lia.

Lia lalu menegakkan tubuhnya sambil menggenggam batangku, setelah itu menjilat puttingku sebelah kiri..

“aahhhhhh..” desahku sambil menggelinjang, dengan sentuhan lidah Lia diputting dan kocokan lembut dibatangku..

Sluurrpppp..

Lalu berganti Putting kananku yang dijilatnya..

Wawwww.. luar biasa banget sensasinya.. bajingannn..

Lalu Lia menurunkan lagi tubuhnya dan jongkok dihadapanku..

Bibir Lia menempel dikepala batangku, lalu memasukan kedalam mulutnya, sampai sebatas kepala batangku dan menghisapnya sampai pipinya kempot kedalam..

Jiancuukkk.. nikmat banget cuukk.. walaupun Lia sering melakukan ini kepadaku, tapi aku selalu merinding ketika Lia melakukannya lagi. Kepala batangku seperti dihisap dan dijepit dimulut mungil Lia itu.

“aahhhhhh..” desahku sambil memundurkan sedikit pinggulku.

Lalu sambil menghisap kepala batangku, Lia memegang batangku bagian bawah dan mengocoknya pelan..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

“ahhhhh.. ahhhh..” desahku sambil memegang rambut bagian belakang Lia, seperti gerakan menguncir rambut.

Lia lalu memasukkan lagi sampai separuh batangku didalam mulutnya, sambil terus mengocok batangku..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku menikmati kuluman Lia sambil memejamkan kedua mataku..

Lia memaju mundurkan kepalanya, sambil terus mengulum batangku, sedangkan tangan kanannya mengocok batangku bagian bawah dan tangan kirinya meremas kedua bijiku pelan..

“ahhhh..” desahku lagi..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Bunyi kuluman Lia yang sedang memaju mundurkan kepalanya di bawah sana..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku yang tidak kuat dengan sensasi nikmatnya kuluman Lia ini, langsung memegang kedua pipinya dan melumat bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Tapi Lia langsung melepaskan kulumanku dan menatapku lagi.

“kenapa yang.? mau keluar ya..? hihihi..” goda Lia lalu tertawa, yang membuat nafsuku semakin menguasai kepalaku..

“awas ya..” ucapku lalu aku menariknya dan mendorongnya pelan, sampai Lia tertidur kursi sofa dan aku langsung mengangkanginya.

“hihihiihi..” Liapun hanya tertawa saja sambil menutupi kedua buah dadanya..

Aku lalu memegang kancing celananya dan menarik turun resletingnya, setelah itu aku melepaskan celananya yang panjang selutut itu berserta Cdnya..

“yang.. yang.. kamu mau balas dendam..?” ucap Lia sambil menutupi mekinya yang selalu dicucurnya bersih.

Aku tidak menjawabnya, Aku kemudian mendorong kedua kaki Lia keatas sampai tertekuk dan mengangkang dihadapanku.. lalu aku buka pahanya sedikit lebar dan aku singkirkan tangannya yang menutup mekinya itu.

“yang.. yang..” ucap Lia dengan manjanya, ketika aku menatap belahan mekinya yang telah basah, dan menatapnya sambil tersenyum dengan penuh nafsu.

“sekarang giliranku.” Ucapku sambil membuka belahan meki Lia dengan kedua jempolku, lalu..

Sluurrpppp..

“yaaanggg..” rengek Lia dengan sangat manjanya dan kembali aku menjilat belahan dalam meki Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

“aahhhhh..” desah Lia sambil meliuk – liukan pinggangnya..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Meki Lia perlahan mengeluarkan cairan dan aku terus menjilat meki Lia itu, sambil sesekali menatap kearahnya. Lia mendongakkan kepalanya keatas dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Aku lalu memasukkan jari tengahku sedikit kedalam meki Lia dan Lia langsung melihat kearahku.

“ampun yang.. ampan..” ucap Lia sambil mencoba menepis tanganku..

“pembalasan lebih kejam yang.. hehehe..” ucapku lalu aku menjilat daging mungil ditengah meki Lia, sambil mengocokan jari tengahku agak cepat..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhh..” Lia semakin menggelinjang..

Ini memang kelemahan Lia.. kalau sudah seperti ini posisinya, dia pasti akan kelojotan dan pasti akan cepat keluar..

“aahhhh.. ahhh.. ahhhh..” desah Lia lalu menjambak rambut bagian atasku..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Aku makin bersemangat menjilat daging mungil itu, sambil terus mengocok mekinya menggunakan jari tengahku..

“ampun yang.. ampuuuuuuunn.. ahhhhh.. ahhhhh..” racau Lia yang makin gak karuan..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Meki Lia benar – benar basah dan aku merasa dinding mekinya berkedut, seperti akan mengeluarkan sesuatu yang sangat dasyat dari dalam sana..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aku mau keluar yang.. aku mau keluar.. ahhhhh..” teriak Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“yaaaanggggg..” ucap Lia panjang sambil mengejangkan tubuhnya.. lalu..

Sreeet..sreett.. sreettt..

Cairannya keluar dengan derasnya dari meki Lia, dan aku langsung mencabut tanganku dan memundurkan wajahku..

Sreeet..sreett.. sreettt..

“aaahhhhhhh..” desah Lia dengan wajah kemerahan dan kepala yang menggeleng kekanan dan kekiri..

“hu.. hu.. hu.. hu..” desah Lia cepat dan memburu..

Lia memejamkan matanya lalu meluruskan kedua kakinya kearahku..

Aku lalu menggodanya dengan menyentuh mekinya yang basah itu..

“jangan pegang – pegang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu melotot kepadaku..

“huuu.. jahat..” ucapku sambil memundurkan tubuhku..

“kamu itu yang jahat.. huu.. huu.. huuu..” ucap Lia sambil mengatur nafasnya..

“yahhh.. dah ga kuat ya yang..” ejekku ke Lia..

“awas ya.. huuuuuuu….” Ucap Lia lalu menarik nafasnya dan mengeluarkannya..

Lalu setelah nafasnya tenang, Lia langsung bangun dari tidurnya dan mendorongku sampai tersandar dikursi sofa..

Lalu dia duduk dan mengangkangi aku, dengan kedua lututnya berada disamping pahaku dan bertumpu diatas sofa..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Aku menyambutnya dengan mendekap tubuh Lia dan mengimbangi lumatannya yang sangat luar biasa itu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“aku masukin ya yang.?” ucapku sambil melepaskan kulumanku dan memegang batangku.

“ga usah..” jawab Lia sambil melirikku dengan penuh nafsunya.

“jahat..” ucapku sambil menggesekkan batangku ditengah meki Lia.

“ssstthhhh.. uhhhhh..” desah Lia sambil memejamkan kedua matanya, ketika kepala batangku sudah mulai masuk kedalam mekinya. Dan sekarang aku memeluk tubuh Lia lagi, lalu merapatkannya kearahku..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat lagi bibir Lia sambil menekan batangku masuk kedalam meki Lia..

“heemmmmmm..” desah Lia disela lumatan bibirku..

Perlahan batangku mulai masuk kedalam meki Lia yang masih agak sempit dan basah itu..

“heemmmm..” desah Lia lagi lalu mengemut bibir bawahku..

Dan setelah batangku masuk semua, aku membiarkan sejenak batangku didalam sana, dan menikmati sensasi dijepit dinding meki Lia.

“heemmmm..” giliran aku yang mendesah..

Lalu perlahan Lia mulai memaju mundurkan pinggulnya..

“aaaahhhhh..” gilaaaa.. enak banget cuukkkk..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Bunyi batangku yang bergesak dengan dinding meki Lia..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Lalu setelah itu Lia menghentikan gerakannya dan melepaskan lumatannya sambil menatap mataku..

Perlahan dinding meki Lia seperti menghisap batangku lebih dalam lagi, lalu menjepitnya dengan jurus andalannya..

“yang.. yang.. ahhhhhhh..” ucapku lalu mendesah kenikmatan..

“kenapa yang..? uhhhhhh..” ucap Lia sambil mengedutkan dinding mekinya dan membuat sensasi yang sangat menjacukkan sekali.. bajingaannn..

“ampun yang.. ampunn.. bisa keluar duluan aku.. uhhhhh..” ucapku ketika Lia mengedutkan mekinya terus..

Batangku seperti diremas didalam sana dan di jepit dinding meki Lia..

“uuhhhhhh..” desah Lia dan makin membuatkubernafsu.

Aku lalu memegang bokong Lia dan mengangkatnya, lalu aku memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“ahhhhh..” kedutan Lia berakhir lalu dia merangkulku dengan posisi setengah jongkok.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi selangkanganku ketika bertemu dengan bokong Lia.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..”desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu..” ucap Lia dengan nafas yang kembali cepat..

“entar yang entar.. coba aku jongkok ya..?” ucap Lia dan aku menghentikan gerakanku..

“emang masih kuatkah.?” Tanyaku..

“jangan meremehkan aku ya..” ucap Lia lalu mengangkat kedua lututnya dari sofa dan sekarang kedua telapak kakinya yang bertumpu pada sofa..

Lalu Lia jongkok lagi dan memasukkan batangku kedalam mekinya..

Blesss…

“aahhhhhh..” Lia mendesah lalu merangkul leherku..

“huu.. hu.. hu…” lalu Lia mulai menaikan pinggulnya dan menurun kan pinggulnya pelan..

“kalau gak kuat jangan dipaksain yang..” ucapku..

“berisik..” ucap Lia sambil terus menaikkan dan menurunkan pinggulnya..

Cuukkk.. Sensasinya sih enak banget, tapi stamina istriku ini kan gak sekuat dulu lagi. Akupun langsung memegang bokongnya, dan membantunya menaikan lalu menurunkan pinggulnya..

“aahhhh..” aku mendesah sambil memegang bokong Lia…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi batangku yang keluar masuk dimeki Lia..

“aahhh.. ahhh.. ahhh.. ahhh..” Lia mendesah sambil terus menaik turunkan pinggulnya..

“aahhhhhhhh..” sahutku mendesah kenikmatan..

“hu.. hu.. hu.. hu..” Lia menghentikan gerakannya dengan posisi batangku didalam mekinya.

“sudah yang.. sudah..” ucapku sambil memegang bokongnya lalu aku menegakkan tubuhku..

“uuhhhhhh..” desah panjang Lia..

Aku lalu memutar tubuhku kekanan dan menidurkan Lia disofa lagi, lalu aku mengangkangi Lia dan kembali aku menggenjotnya..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu.. hu…” desah Lia dengan nafas yang kembali cepat..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku menggoyang dengan tempo yang makin lama makin cepat.. kedua tanganku meraih kedua buah dada Lia dan meremasnya dengan lembut..

“aaahhhh..” desah Lia sambil menoleh kekanan dan kekiri..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhhh..” Lia terus mendesah dan aku langsung mencium bibirnya

CUUPPP..

Goyanganku pun semakin kuat dan aku menggoyang sambil meremas kedua buah dada Lia bersamaan..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aaahhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desah Lia dengan wajah yang memerah..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku terus menggoyang kan pinggulku, lalu aku menundukan tubuhku dan menggenggam buah dada Lia lalu melumat putting Lia..

“aahhhh.. ahhhh..” Lia mendesah dengan kuatnya..

“aahhh.. aku mau keluar yang..” ucapku sambil menggoyangkan pinggulku dengan cepat dan aku mengangkat wajahku kearah wajah Lia..

CUUPPPP.. CUUPPP.. MUUAACCHHHHH…

Aku melumat bibir Lia sambil memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hemmm.. hemmmm.. hemmm..” desah kami didalam lumatan kami..

“aku juga mau keluar yang..” ucap Lia sambil melepaskan ciumannya..

“iya yang.. barengan..” ucapku sambil memepercepat goyanganku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhhhh..” desahku ketika air maniku sudah mau keluar dari ujung kepala batangku..

“aahhhhhhhh..” dan Lia mendesah panjang..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Lalu aku menekan batang sampai kedalam meki Lia, dan meki Lia berkedut dengan kencangnya, lalu..

Sreeet.. sreett.. sreettt.. sreeet..

Cairan dari meki Lia keluar dan gak lama kemudian..

Croottttt… croottttt… croottttt… croottttt…

Aku juga memuntahkan air maniku kedalam meki Lia..

“aaahhhhh..” desahku sambil menekan kedalam batangku..

“aaahhhhh,..” dan Lia mengejang kenikmatan…

Tubuh kami sama – sama mengejang dan kami berdua merasakan gelombang kenikmatan yang begitu hebatnya..

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

Nafas kami berdua memburu dan saling bersahut sahutan..

“gilaaa.. masih kuat juga ya kamu yang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu bernafas dengan cepat..

“kamu juga masih kuat loh yang.. hu.. hu.. hu..” ucapku sambil menahan tubuhku dengan kedua tanganku yang berada disebelah kepala Lia..

“huuuu.. huuuu.. huuuu..” Lia mengatur nafasnya..

“aku cabut ya yang..” ucapku ketika batangku sudah mulai mengecil didalam sana.

Liapun mnenganggukan kepala dan aku langsung mencabut batangku..

Plop..

Lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia dengan lembut, setelah itu aku bersandar di kursi sofa. Sementara Lia masih tertidur disofa.

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Hpku berdering didekat meja televise. Aku lalu berdiri dan berjalan gontai untuk melihat Hpku. Dan setelah memegang Hpku, terlihat nama Mas Bendu di layar Hpku. Loh tumben Mas Bendu telpon, biasanya cuman kirim pesan singkat aja. Ada apa ya?

“halo Mas..” ucapku menjawab panggilan telpon Mas Bendu, sambil melihat kearah Lia yang perlahan bangun dari sofa.

“do..” ucap Mas Bendu yang langsung terhenti dan seperti berat untuk melanjutkan perkataannya..

Tiba – tiba jantungku terasa berhenti berdetak, nafasku berat dan lidahku tercekat. Lalu ketakutan yang sangat luar biasa, menguasai diriku. Perlahan keringat dinginpun keluar dari keningku dan kedua tanganku bergetar.

Ada apa ini..? kenapa aku seperti ini..? belum pernah aku merasakan apa yang kurasakan saat ini, seumur hidupku. Bangsat. Apa ada suatu kejadian yang menimpa keluargaku dipulau sana..? tapi kejadian apa..? kenapa aku jadi seperti ini..?

“yang.. kenapa yang..?” tanya Lia yang melihat perubahan diekspresi wajahku, lalu berjalan mendekati aku dan tubuh kami berdua masih sama – sama telanjang..

“ke.. ke.. kenapa Mas..? a.. a.. ada apa..?” tanyaku dengan terbata dan ketakutan yang sangat luar biasa. Aku juga tidak menghiraukan pertanyaan Lia barusan..

“A.. A.. Angel do.. hikss.. hikss..” ucap Mas Bendu lalu diakhiri dengan isakan tangis..

Jiancuuuk.. ada dengan putri kesayanganku itu..? kenapa..?

“kenapa Angel Mas..? kenapa putriku itu..?” ucapku dan emosiku mulai merambat naik kekepala.

“ada apa dengan Angel mas..? ada apa..?” ucap Lia yang panic sambil memegang pundakku..

“A.. A.. Angel..” jawab Mas Bendu yang masih tidak bisa melanjutkan ucapannya..

“KENAPA MAS..? KENAPAAA..?” teriakku dengan emosinya dan tetesan air mata yang jatuh dipipiku.



“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..” panggil seorang suster yang mengejutkanku dari lamunan.

Aku lalu melihat kearah suster itu dengan nafas yang memberat dan keringat yang membasahi seluruh tubuhku.

“y.. y.. ya.. sus..” ucapku terbata sambil membersihkan air mata ku yang mengalir.

“kondisi istri anda sedang melemah. Kami harus melakukan operasi cesar secepatnya.” Ucap Suster dan itu langsung membuatku panic gak karuan.

“ja.. jadi gimana sus..?” tanyaku.

“kami harus melakukan operasi cesar dengan persetujuan anda.” Ucap suster itu.

“oke.. oke.. oke.. saya setuju.. yang penting lakukan yang terbaik untuk istriku dan bayi kembar kami..” ucapku dengan paniknya.

“baik pak, tapi ada berkas yang harus ditandatangi didalam.. silahkan Bapak tanda tangani dulu dan kami akan mempersiapkan operasinya.” Ucap suster itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan aku..

Jiancuukkk.. aku sudah menyarankan ini dengan istriku dari jauh – jauh hari, tapi dia ngotot untuk melahirkan secara normal. Terus bagaimana kalau seandainya ada apa – apa dengan dia.? Diakan sudah dari tadi didalam sana, apa operasi itu bisa menyelamatkan semua.?

Aku lalu bergegas dan mengurus semua administrasi yang diperlukan, agar operasi segera dilaksanakan. dan setelah semua selesai, aku lalu menuju ruang operasi dan menunggunya dikursi luar ruangan.

Perasaan takut yang sangat luar biasa, langsung menghantam pikiranku. Bajingaann.. apa istri dan anakku akan selamat.? Apa istriku akan kuat ketika perutnya nanti dibedah.? Apa dia tidak akan merasa kesakitan.? Ahh.. bodoh sekali aku, nanti kan istriku dibius dan tidak merasakan apa – apa. Lagipula dokter yang akan mengoperasinya ini kan sangat berpengalaman..? jiancuukkk..

Akupun langsung menyandarkan kepalaku didinding dan perlahan mataku terpejam..

Lalu tiba – tiba, aku merasa ada tangan halus yang mengelus pundak kananku.

“pah..” tersengar suara seorang wanita dan itu adalah suara Angelku, dia putri kesayanganku.

Aku lalu menoleh kearah samping kananku dan benar saja, Angelku tersenyum dengan manisnya kepadaku.

“A.. A.. Angel..” ucapku dengan deraian air mata..

“ihh.. Papah kok gini sih..? kan Angel jadi sedih..” ucap Angel sambil membersihkan kedua mataku dari air mata.

“Papah kangen kamu nak.. Papah kangen..” ucapku dan aku langsung memeluk putri tercintaku ini.

“iya Pah.. Angel juga kangen, makanya Angel datang kesini..” ucap Angel sambil mengelus punggungku.

“apa Angel mau mengajak Papah kesana.?” Tanyaku sambil melepaskan pelukanku dan memegang pipi putriku yang terasa sangat dingin ini.

“enggak.. kan belum waktunya.” Ucap Angel sambil membelai wajahku.

“kenapa nak.? Kenapa.?” Tanyaku dan tetesan air mataku mulai mengalir lagi.

“karena Papah harus menjaga adeknya Angel dulu disini.” Ucap Angel lalu tersenyum lagi.

“nak..” ucapku.

“jangan bersedih dan jangan panic ya pah, semua kan baik – baik saja.” ucap Angel.

“jaga baik – baik adenya Angel ya Pah..” ucap Angel lagi dan aku hanya bisa meneteskan air mataku didepan putri tersayangku ini.

Lalu perlahan pundak kiriku pun ada yang meremas dengan sangat lembut. Aku lalu menoleh kearah kiriku dan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Angelku, tersenyum kepadaku.

“sabar ya sayang, semua akan baik - baik saja.. kamu adalah laki – lakiku yang hebat dan kuat..” ucap wanita disebelah kiriku ini lalu dia mengelus rambutku dengan penuh cinta.

“sayang tau. Segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita itu, tidak ada yang kebetulan. Semua telah tuliskan olehNya dan kita hanya tinggal melakukannya saja. Percaya atau tidak, segala apapun itu pasti ada campur tanganNya, walaupun melalui mahluk ciptaanNya.” Ucap wanita ini lagi lalu dia tersenyum kepadaku.

“kalian berdua adalah penyemangat hidupku dan kalian adalah sumber kebahagiaanku.. tapi sekarang kalian telah pergi meninggalkan aku, jadi bagaimana aku akan baik – baik saja dengan semua ini.?” ucapku sambil memegang tangan kiri Angel dengan tangan kananku dan tangan kanan Lia dengan tangan kiriku.

Ya.. wanita disebelah kananku adalah Lia.
Adalia Adriana Agatha, istriku tercinta..

“yang.. disinikan sudah ada Mba Tari. Dia wanita yang hebat dan dia sangat mencintai sayang.” Ucap Lia lalu membelai wajahku dengan tangan kirinya.

“kenapa Sang Pencipta harus memberikan ujian yang teramat sangat berat kepadaku, dan tidak henti – hentinya yang..” ucapku sambil menatap mata Lia..

“jangan pernah berprasangka buruk kepada Sang Pencipta yang. Ingat, sayang dulu pernah berprasangka buruk tentang Mba Tari yang mengkhianati sayang. Ternyata sayang salah sangka kan.? Laki – laki yang memberi bunga itu ternyata sahabat Mba Tari, dan dia memberikan bunga itu hanya untuk menghibur Mba Tari yang sedih, karena akan berpisah dengan sayang. Iya kan.?”

“untungnya Sang Pencipta telah membuat scenario terhebat dan dia menemukan sayang lagi dengan Mba Tari. Semua terbuka dengan jalannya dan sayang bisa kembali pada cinta pertama sayang.”

“aku bersyukur Mba Tari mengajari sayang, tentang cinta dan kasih sayang. Dan aku menjadi wanita yang sangat sempurna, ketika sayang memberikan semua kesetiaan dan cinta sayang kepadaku dan Angel.”

“sekarang waktunya sayang kembali kecinta pertama sayang, dan memberikan semua cinta sayang kepada Mba Tari dan anak – anak sayang kelak.”

“kami disini sudah tenang dan kami disini sudah dipenuhi cintanya sayang.” Ucap Lia sambil melepaskan pegangan tanganku, lalu berjalan kesebelah Angel dan Angel juga melepaskan pegangan tanganku, lalu berdiri disamping Lia.

“aku pamit ya sayang.” Ucap Lia

“pamit ya pah..” sambung Angel.

“tidak bisakah kalian lebih lama lagi disini.?” Ucapku dengan deraian air mata.

“engga.. kami telah memiliki kebahagian tersendiri dan sayang juga harus memiliki kebahagiaan sendiri.” Ucap Lia.

“kita pasti akan bertemu lagi pah.. dan kita semua pasti akan berkumpul bersama, termasuk dengan adek – adek Angel juga.” Ucap Angel.

Mereka berdua tersenyum lalu membalikan tubuh mereka, dan berjalan kesebuah lorong yang bercahaya sangat terang sekali.




“LIAAAA.. ANGEELLLL..” ucapku sambil membuka kedua mataku dan menegakkan dudukku. Pikiranku tegang dan keringat membasahi seluruh tubuhku..

“kedukaan yang pernah kualami selama ini, tidak ada apa – apanya dibanding kan dengan apa yang kamu alami.” Ucap seseorang yang duduk disebelahku.

Aku lalu menoleh kearah orang tersebut dan dia adalah Sandi Purnama Irawan, sahabat karibku.

“kamu adalah manusia yang tersabar, terkuat dan terhebat, yang pernah aku temui. Kalau seandainya aku diposisimu, entah apa yang aku lakukan. Mungkin aku akan menggila sejadi – jadinya.” Ucap Sandi sambil menatap lurus kedepan.

“Hiuffttttt.. huuuuu.. entahlah San, aku juga bingung dengan diriku sendiri. Kadang kala aku bisa tenang menghadapi suatu permasalahan, dan ada kalanya aku bingung dengan apa yang akan aku lakukan, setelah mendapat masalah.”

“aku tidak sesabar, sekuat dan sehebat yang kamu pikirkan. Buktinya istriku didalam sana saja, aku tidak sanggup mendampinginya. Padahal dulu ketika Angel Lahir, aku selalu mendampingi Lia ketika didalam ruang persalinan dan aku yang langsung mengendong putri tercintaku itu. tapi aku sekarang terlalu pengecut San. Aku terlalu pengecut. Hikss.. hikss..” ucapku lalu menunduk dan menangis.

“aku paham do.. aku paham.. setelah semua yang kamu alami selama ini, aku paham ketakutanmu seperti apa.” Ucap Snadi lalu mengurut pundakku pelan.

“aku takut san.. aku takut.. hiksss.. hiksss..” ucapku sambil mendekap diriku sendiri.

“aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, darah memenuhi wajah cantik Angelku yang telah meninggal.. dan ditangan ini pula, Lia menghembuskan nafas terakhirnya.. darah segar dua orang yang kucintai itupun, masih tercium olehku sampai saat ini san.. sampai saat ini.. hikss.. hikss..” ucapku.

“kedua wanita yang sangat kucintai itu, telah meninggalkan aku dengan luka dalam yang tidak bisa diobati oleh siapapun juga.. hikss.. hikss.. hikss..” ucapku lagi dan tubuhku menggigil dengan hebatnya

Sandi lalu merapatkan kearahku dan seperti biasa, ketika aku dalam keadaan seperti ini, tangan Sandi langsung mengelus punggungku pelan.. aura mistispun langsung aku rasakan dengan hebatnya, dan aku langsung menoleh kearah wajah Sandi. Bola matanya menghitam dan memerah. Bukan emosi Sandi yang menggila yang aku rasakan, tapi sebuah ketenangan yang langsung membuat alam bawah sadarku, seperti dikendalikan oleh tatapan mistisnya itu.. gilaaa..

“kalau kamu gak sesabar, sekuat dan sehebat sekarang, mungkin kamu gak akan duduk disini do. Jadi tenangkan pikiranmu, semua akan baik – baik saja..” ucap Sandi dengan tatapan matanya yang sangat dalam sekali itu.

“Hiuffttttt.. huuuuu..” aku menarik nafasku dalam - dalam lagi, lalu mengeluarkannya perlahan..

“Pak Aldo.. bayi kembar anda lahir dengan sehat dan selamat..” ucap seorang suster yang berdiri didepan ruang operasi..

Aku terdiam dan tidak sanggup berucap apapun. Aku terdiam sambil terus menatap wajah sang suster yang ada dihadapanku ini.

“Pak Aldo..” ucap sang suster..

“Pak..” kembali sang suster memanggilku.

Air matakupun langsung menetes seketika. Entah ini karena mengingat Angel dan Lia, atau karena kabar bahagia yang baru disampaikan suter ini.

“Pak Aldo..”

“eh.. iya sus..” ucapku lalu aku membersihkan air mataku yang mengalir.

“jangan tegang lagi Pak.. Bapak ga mau lihat putra putrinya dulu kah..? supaya bisa menenangkan ketegangan Bapak dari tadi.” Ucap sang suster lalu tersenyum.

“oh iya sus.. tapi bagaimana keadaan istriku sus..?” tanyaku sambil berdiri dan kembali aku membersihkan sisa - sisa air mataku.

“Bu Tari sehat Pak.. beliau cari Bapak dari tadi didalam..” ucap sang suster.

“oh iya sus.. terimakasih..” ucapku, lalu sang suster membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju ruang operasi.

“masuklah do.. kamu akan menemukan arti kedamaian yang sebenarnya didalam sana..” ucap Sandi sambil menepuk pundakku pelan.

Aku lalu menoleh kearah Sandi, dan tatapan matanya sudah menghitam dan memutih seperti biasa. Dia mengangguk pelan lalu tersenyum.

Aku lalu berdiri dan dengan langkah yang bergetar, aku pun masuk kedalam ruang operasi.

Dan ketika aku sudah didalam kamar operasi, aku disambut oleh senyum manis istriku, lalu deraian air matanya tumpah seketika..

“Ayah.. hiks.. hiks..” ucap Istriku dengan wajah yang masih terlihat memucat dan terbaring diranjang operasi. Kedua tangannya pun langsung diarahkan kepadaku dan dia butuh pelukanku saat ini.

Kembali aku tidak bisa berucap apapun. Aku langsung mendatangi istriku dan dengan perlahan, aku membungkukan tubuhku lalu memeluk pelan istriku tercinta ini.

“hiks.. hiks.. anak kita lahir yah.. anak kita sudah lahir hiks.. hiks..” ucap istriku dengan tangis haru dan bahagianya.

“hikss.. hikss.. hupss..” istriku menangis lagi, lalu dia seperti menahan sakit sambil memelukku dengan erat.

“sabar Bunda.. sabar.. tenangkan dirimu.. bekas operasimu pasti akan sakit kalau kamu menangis terus..” ucapku menenangkan Tari sambil mengelus punggungnya dengan lembut dan suaraku yang bergetar..

“hiks.. hikss..” tangisnya pun perlahan mulai mereda.

“oeee.. oeee… oeeee..” terdengar suara tangis bayi didalam incubator.

Aku lalu melihat kearah wajah istriku dan istriku mengangguk pelan.

Akupun langsung berjalan kearah incubator dan melihat dua bayi mungil kami didalamnya.

Hiuuffttt.. huuuuu.. bener kata Sandi. Inilah kedamaian yang sebenarnya. Ketika kita melihat wajah polos anak kita yang baru lahir, kita akan menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Aku pernah merasakan ini sebelumnya, ketika Angel Lahir.

Gilaa.. Aku kira kedamaian itu tidak akan datang lagi. Ternyata Sang Pencipta masih menyayangi aku dan memberikan aku kesempatan untuk berbahagia lagi. Bahagia itu bernama Adelio dan Adelia.



#cuukkk.. cinta, bahagia, duka dan sengsara, berjarak sangat dekat sekali kawan. Jadi nikmatilah secukupnya, karena Sang Pembuat Hidup, bisa membolak balikan semuanya, dalam satu kejapan mata.


wes toh wes tohh.....
oyi tok wes nek karo @kisanak
...
 
Pas lia sama aldo lagi 💏 , Sandi lagi "AHHH.. AHHH.. AKU MAU PIPIS SAN.. AKU MAU PIPIS.." sama bu jenny 😅😅
 
Awal baca sampe bingung...ini di sempat kok ada cerita Nobel begini apaan coba...tp lama2 dibaca gilak keren ini cerita...bersih banget berasa dibawa masuk kedalaman ceritanya...mantafff pokoknya
 
Duhai @Kisanak87 semoga dirimu selalu d berikan kesehatan dan kesempatan untuk melanjutkan semua karya2 mu,,
Jujur,,karya2 mu itu lho buat saya pribadi "nagih",,karna tidak hanya semata2 cerita exse saja,,tp banyak kutipan2 yg sangat dalam yg d padu dengan guyonan2 gurih,,buat awak jd senyum2 sendiri..
 
Gara2 baca ini jadi parno angger bakal menggila karena kematian cinta pertamanya
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Ini teaser buat matahari ya? Lia sama angel meninggal? Lemes bacanya .....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd