Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DEWA The Series

Jalan ceritanya menarik ini, dokter spesialis bedah,,kemampuan beladiri level tertinggi,,dibumbui teknologi cuwanggih,, ditunggu apdetannya..semoga bisa tiap hari ngegas...
 
Masih remang2 nih ceritanya, lagian apa itu UNICIF?
Masih misteri
 
“aku butuh dia lagi, aku benar-benar butuh tenaganya hingga aku tak sadarkan diri malam ini”
“aku butuh kontol, dok”

:ampun:maafkan nubi suhu, karya ini banyak kekurangannya dan seiring waktu saya usaha pasti menuntaskan semua kekentangan suhu-suhu.

sedikit hadiah foreplay menunggu update nanti malam untuk suhu2 sekalian.
siapakah diaa ?;)
 
update lagi, semoga bersemangat memulai weekdays esok suhu2 semuanya. :ampun:




4. Sarang Elang

endorphin
morfin endogen, tak jauh dari istilah euforia, pain killer, anti-aging, mood.

Banyak manusia berusaha mendapatkan efek kesenangan tersebut dari jenis lain, morfin eksogen atau narkoba, terus menerus dan akhirnya kecanduan, meningkat menjadi Obsessive Convulsive Disorder, hingga akhirnya mengalami gangguan kejiwaan.

Padahal setiap manusia cukup mensekresikan hormon ini dari pusat saraf tubuhnya sendiri, tak terkecuali pada diriku. Tapi apa yang membuatku berbeda ?

oksitosin,
kadarnya tak terhingga di tubuhku, jika orang lain menganggapnya kharisma, aku sebut ini aura. hormon cinta. memabukkan.

Tentu, teknik adalah salah satu hal yang paling penting dalam suatu tindakan kedokteran. Namun beberapa kali juga kugunakan auraku untuk beberapa case tertentu, salah satunya Operasi Sectio Caesarea terakhir yang kulakukan. Meski anatomis dan fisiologis pasien tadi cukup normal, namun otot rahimnya juga sangat lemah, memaksaku memberikan sedikit aura untuknya. Nesya dan Lady ? oh itu salah satu contoh efeknya.


POV Nesya

“sshh... ahhh.. dewaaa” racauku, terduduk. mengangkang. di lantai kamar mandi dalam ruang khusus perawat lantai 2 RS Dr.Djajaguri berukuran 3x4 meter.

cukup sepi, di luar hanya ada Helga dan Oliv, dua perawat cukup senior yang lebih dahulu bekerja di RS ini, giliran beristirahat sambil menunggu pertukaran shift malam.

bersandar pada dinding keramik kamar mandi berwarna putih, dingin. kulebarkan kedua kakiku mengangkang, kepalaku menengadah, tangan kiri berada ditengah-tengah selangkanganku. kupercepat gerakan memutar jari manis, tengah, telunjuk serentak di labia vaginaku, kencang dan kasar menjamahnya.

sesekali tak sengaja menggesek klitorisku,

“ahhh geli bangett dewaa” racauku pelan tertahan tapi tak karuan membayangkan dokter jantan itu.

“Sial, padahal beberapa saat lalu aku sudah tiga kali orgasme olehnya, bahkan iapun sama sekali belum mencapainya, aku yang kelelahan dan akhirnya malah melakukan hal hina disini juga masih belum dapat meredakan gejolak birahiku terhadapnya, aneh” batinku, sambil terus menggesek vaginaku lebih kasar.

“ahhhsss”, kudorong masuk tiga jariku kedalam hingga dua setengah ruas, kugaruk dinding vaginaku perlahan mencari-cari kenikmatan.

“uhh Dewa, Nesya mau lagi..”rengekku manja dengan kepala bergerak tak beraturan, sekilas pandanganku menyisir isi kamar mandi ini, tampak botol shampoo yang lumayan cukup besar di pinggir bak air.

Jam kerjaku kurang lebih delapan jam 8 sehari, perawat memang dibagi 3 shift dalam sehari, shampoo tak terlalu dibutuhkan mengingat kami cenderung mandi di kediaman masing-masing, tak seperti dokter yang bisa berhari-hari meninggalkan kediamannya sendiri. Tapi, tentu shampoo adalah hal pokok kehidupan kamar mandi bukan ?.



“muat ga ya. ssshh” bathinku, lalu mendesah. Fantasiku jelas mengalahkan logikaku, aku butuh lebih dari sekedar permainan jari-jari milikku sendiri !

“Nes, lama amat lo di dalem ngapain ?” suara Oliv mengagetkanku.

“bentar nih kak, masih belum kelar”

“sakit perut ya ? yaudah buruan jangan lama-lama, gue ama kak Helga udah mau pulang, bareng ke bawah ngga ?”

“iya kak bentaran, tungguin Nesya”

“ouchhhh ahhhhh anjingg dewaa, masukk” desahku berbisik, kupegang botol shampoo yang menancap vaginaku dengan sepertiga bagiannya. Posisiku tak lagi duduk dan bersandar, kini jongkok ditopang kekuatan otot kakiku. kugerakan bokongku naik turun mencoba menghujam botol shampoo ini agar lebih dalam menekan vaginaku.

“shhhhh ajhhhhh perihh. ampun wa. ampun”

“eh Kak, lo pernah ikut operasi bareng dokter Dewa ?” suara Oliv kudengar samar ditengah permainan hinaku di dalam kamar mandi ini.

“pernah liv, kenapa?” kini Helga bersuara

“hmm.. lo ngerasa ada yang aneh ga kak kalo ngeliat dia ?” tanya Oliv lagi, tapi tak ada jawaban.

“apa lo ngerasain hal yang sama ama gue kak ?” lanjut Oliv,

“apa ?” singkat Helga

“horny” jawaban Oliv terdengar tapi dengan volume lebih kecil dari sebelumnya, namun reaksi Helga tak terdengar olehku.

“Nesya, lama ah, gue ama kak Helga pulang dulu ya” Oliv setengah berteriak padaku, yang masih berada di dalam kamar mandi, bermain kenikmatan dengan botol shampoo, jauh berimajinasi bahwa ini adalah kejantanan besar, panjang, keras dan berurat milik Dewa.

cklekk. kreekk. cklek

terdengar pintu ruang perawat yang terbuka kemudian tertutup kembali selang tak berapa lama. hening.

kutukar posisiku sekarang dengan menungging di atas lantai kamar mandi membelakangi dinding, botol shampoo masih menancap di vaginaku. Kudorong kebelakang hingga dinding kamar mandi menahan botol shampoo dan mendorong masuk lebih kuat ke vaginaku.. “sssshhhhh”

“ahhh shitt, vaginaku makin gatal, aku butuh lebih, botol ini tak cukup untuk membuatku orgasme” kemudian terbersit sesuatu di fikiranku, aku segera beranjak mengenakan pakaian, keluar dari kamar mandi lalu setengah berlari kebawah, menuju administrasi dan informasi, berharap mendapatkan kontak Dewa,

“aku butuh dia lagi, aku benar-benar butuh tenaganya hingga aku tak sadarkan diri malam ini”
“aku butuh kontol, dok”


“Nesya, kenapa terburu-buru ?” suara pria tua yang cukup kukenal menyapaku di dekat meja informasi.

“maaf Prof., ada yang perlu Nesya tanya disini, Prof. mau kemana ?” tanyaku balik berusaha ramah.

“dari IGD mau balik ke ruangan, sahabat kecil saya dulu mengalami Infark, tadi hanya berkunjung memastikan kondisinya saat ini” jelasnya.

“Prof., maaf apakah Nesya boleh meminta kontak dokter Dewa ? barangkali Prof. memilikinya karena tampaknya beliau cukup dekat dengan Prof. ?” birahi tertahan meningkatkan nyaliku untuk bertanya hal konyol ini langsung pada Prof.Basyir, yang notabene merupakan salah satu Profesor yang sangat disegani.

“Ada, tapi handphone saya tertinggal di saku jas dokter. Kamu mau ikut ke atas untuk mengeceknya ?” beruntung, jawaban Prof.Basyir cukup melegakanku.

ruangan Prof.Basyir di RS ini tak terlalu tampak istimewa, berukuran 2x3 meter, lantai keramik biasa, tampak beberapa lemari rak buku dengan pintu kaca di kiri dan kanan ruangan, sofa kecil didekat pintu, tonggak dengan jas dokter tergantung diatasnya pada sudut kiri ruangan, serta meja kerja dipenuhi tumpukan kertas-kertas penelitiannya diujung, membelakangi jendela sekaligus pintu menuju balkon kecil, dengan view parkiran dan jalanan luar RS.

“Nes, ini nomernya, kamu simpan ya”

setelah memastikan nomernya tersimpan dan meletakkan handphoneku di saku, aku pamit dengan sopan dan berusaha tenang dibalik gelisahku yang belum tuntas.

“Terima kasih banyak Prof., Nesya keluar dulu.” aku pamit, lalu beranjak keluar.

beberapa langkah kecil kuambil, kucoba menelepon nomer yang diberikan Prof., tapi tak tersambung membutku semakin gelisah. “ah sial, lo benar-benar murahan Nes” umpatku sendiri. masih di ujung lorong RS lantai 4, aku berbalik setengah berlari ke ruangan Prof. lagi.

Tok Tok Tok,

tiga kali kuketuk, tak perlu menunggu jawaban, kubuka daun pintu.

“ada apa Nesya ?” pria tua itu bertanya dari kursi kerjanya di ujung ruangan.

kututup pintu kembali dan memutar kunci yang tergantung di sarangnya.

tanpa menjawabnya, perlahan aku berjalan kearahnya, seolah jalan pragawati, lalu melepas celanaku dengan gesit dan membuka tiga kancing teratas seragam kerjaku. vaginaku makin terasa geli oleh suhu ruangan yang sejuk. tak kupakai celana dalam sejak dari kamar mandi tadi.

“aku tak tahan Dewa” ucapku dalam hati, aku memerlukan batang kejantanan sekarang, mungkin batang pak tua ini setidaknya bisa sedikit mengobatiku

Kuputar kursi Prof kebelakang menghadap jendela, tampak mobil hitam baru berjalan meninggalkan parkiran. Aku bersimpuh didepannya tanpa mengeluarkan satu katapun. Kasar dan terburu-buru, aku lepas celana katun hitam beserta celana dalamnya, lalu kutarik kebawah hingga lolos sepenuhnya.

Tampak penis yang setengah berdiri, ukuran standard orang Indonesia, kulitnya lebih keriput dibanding lelaki yang lebih muda, tentu di usia 60an akhir, tak banyak yang kuharapkan darinya.

slurpppp
lidahku takkuasa bersabar menjilat batang penisnya

“ahhh mmhhh” prof.basyir hanya menggumam

“ahhh lonte banget lo Nes, semua gara-gara lo Wa ! ” tak jelas kecamuk dibathinku, birahi yang memuncak merusak harga diriku.

“ahhhhhhhh.. mmhhhh... terus Nesya, masukan lebih dalam ke mulutmu.. ludahi. iya ludahi kepalanya. ahhh mmhh” pintanya padaku saat mulai kuemut kepala penisnya yang tidak tegang sempurna ini.

“cuih” kuludahi. basah. kuratakan ludahku dengan kocokan tangan di penisnya yang perlahan mulai mengeras.

kusedot setengah penisnya yang keras dengan mulutku, maju mundur.
tak berapa lama, tiba-tiba..

“arggghhhhhh” erang prof.Basyir, aku tersedak terkejut tak siap hingga spermanya bersarang di tenggorokku.

“ughhkk ughkkk”

“sial” umpatku dalam hati


————

POV Dewa

“nanti,” kutepis lembut tangannya dari selangkanganku, kutatap matanya dalam, kudekatkan wajahnya, pelan kukecup bibirnya.

“muahh”
“kita masuk dulu, aku masih ada pekerjaan”
kuberlalu meninggalkannya dengan wajah merona.

Rumahku memang megah dan tampak besar dari luar. Tapi di dalamnya, hanya ada satu kamar tidur tepat di tengah-tengah bangunan. Tidak ada perabotan mewah. Satu kursi plastik hitam di salah satu sudut rumah melengkapi keganjilan rumahku.

“kau bisa beristirahat di kamar itu” menunjuk kamar satu-satunya yang ada di rumahku padanya

“aku takut sendirian wa” ucapnya manja,

“hanya sebentar,Lady. aku tak lama” jelasku.

Lady masuk ke dalam kamar dengan malas, akupun beranjak ke arah kursi hitam di sudut rumah, mendudukinya dan membakar rokok putih bercap elang merah.

zrrtttt zzrrtttt

setelah dua hisapan rokok, lantai dimana kursi yang kududuki bertumpu mulai bergerak ke bawah...
menyusuri ruang sempit vertikal..

membawaku ke “rumah” yang sebenarnya...
sarang elang ?
:spy:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd