Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Fake Story] KISAH PALSU (Copas amburadul)

Rico Logan

Semprot Holic
Daftar
10 Feb 2016
Post
317
Like diterima
123
Bimabet
[Fake Story] KISAH PALSU
by:Rico Logan

Index:
Ch.01
Ch.02
Ch.03
Ch.04
Ch.05
Ch.06

*******


Ini cuma cerita iseng baru ane. Ane persilahkan kalo suhu-suhu dan agan-agan ada yang mau koment, usul, kritik atau saran.
Ane gak nentuain harus berapa like atau berapa halaman comment buat update. Ane akan update kalo ada waktu dan ada ide aja :p

Sebagian cerita ane ambil dari file-file lama koleksi cerita yang pernah ane simpen. Tapi ane edit dan modif biar bisa masuk. Sebagian lainya ide baru. Makanya di judul ane kasih "copas amburadul". Judul [Fake Story]Kisah Palsu ane pilih karena cerita ini memang cerita boongan alias palsu. Ada sih sedikit yang ane ambil berdasarkan ingatan pengalaman, tapi cuma dikit. Dari pengalaman ane yang seikit mungkin ane bisa pelintir dan berandai-andai jadi kejadian yang berbeda, sebatas imajinasi ane.

Anyway ...semoga cerita ane in bisa cukup menghibur agan-agan. :semangat:
 
Terakhir diubah:
Ch.01


Sebenarnya aku malas datang ke night club ini, tapi mendadak aku meng-iya-kan ajakan Indra temanku karena aku tiba-tiba saja penasaran seperti apa sih tuh cewek yang dipuja-puja Indra setinggi langit?

"Dia luar biasa menawan. Tapi Ric, jangan sampai lo jatuh cinta sama dia ….bahaya."

Hah?! Kalimat macam apa itu? Apakah Indra hanya iseng menakuti aku saja agar ia tidak tertarik pada gadis itu? Jangan-jangan si Indra naksir tuh cewek dan gak mau bersaing dengan aku. …..Haiyah!!.

Maka... Here I am.. menjejakkan kaki, memasuki ruang Venus Heaven makin ke dalam, berharap diantara puluhan orang yang hiruk pikuk melakukan standing party, ada yang aku kenal. Sukur-sukur kalo aku cepat menemukan si Indra. Mataku melalang buana menyapu seisi night club dan masih saja ia tak menemukan Indra.

'Brengsek, apa tu anak gak dateng ya?' aku mengumpat dalam hati. Karena gak mau terus celingukan nyari Indra kaya orang aneh, maka aku pun memilih mendekati sebuah bar di situ.

"Dry gin, please." kataku pada bartender.

"Make it double, Master." Tiba-tiba ada suara di belakangku, dan aku amat sangat kenal suara konyol itu.

"Kampret lu baru dateng!" umpatku pada Indra yang cuma memberinya cengiran.

"Sori, bro. Tadi nganter Nyokap ke spa dulu." Indra lekas menghenyakkan pantatnya ke kursi di sebelahku.

"Anjrittt lu, masih sok pake alesan jadul, lagi! Udah gak jaman, woi. Ganti yang lebih elit, napa? Nganter Mama ke Paris, kek. Ato nganter Mama beli pulau, kek." umpatku.

"Hahah, tadinya mo pake alesan itu, tapi kupikir, lo pasti udah paham kalo itu cuman ngibul, jadi ya..."

"Lah! Bukannya alesan yang lo bawa tadi lebih keliatan ngibul tuh?!"

Indra hanya menimpali dengan tawa renyah. Seolah bangga sudah ketahuan dia ahli bohong. Hadeh, begitu kok dibanggakan, sih?! Setelah dry gin kami dihidangkan oleh bartenter, kami memutar duduk kami yang tadinya menghadap meja bar, kini menghadap ke Hall yang sudah penuh orang-orang berpakaian parlente dan terlihat sibuk ngobrol.

Entah apa yang mereka obrolkan hingga seasik itu. Jual beli pulau? Jual beli perusahaan? Jual beli anak perawan? Atau malah jual beli selir simpanan?

"Gue tadi dah rada males dateng ke sini. Tapi demi udah lama gak liat congor lo aja Dra." Aku menenggak gin.

"Yakin karena cuma itu? Yakin, nih?" pandangan sohib lamaku tak percaya.

"Sompret lu, emangnya apa lagi?"

"Gak tau, pfftt!" Indra hanya menggedikkan bahunya.

"Mereka kelihatan parlente banget yah."

"Ahh iyalah. Kaum sosialitas getoh. Kalau tidak begitu, mereka bisa jatuh pasaran."

"Lah memangnya mereka gak tajir beneran?"

"Sebagian dari mereka konglomerat beneran, kok. Tuh ada bos dari perusahaan retail, yang di sana ngobrol ama ibu-ibu gaun orenge. Trus di deketnya ada bos semen lagi ngobrol ama bos pabrik kelapa sawit"

"Lo kok hafal banget Dra,… bos ini …itu?!"

"Hahah, bokap gue nyuruh gue untuk nghafalin tampang-tampang mereka, bro. Kata bokap, ini berguna entar kalo doi udah percaya ke gue en kasi satu perusahaan doi ke gue nantinya." Indra memberi alasan.

Oh ya, sebagai informasi tambahan, Indra adalah anak bungsu dari bos properti terkenal. Sekarang, Indra hanya diberi tanggung jawab untuk mengelola sebuah kompleks perumahan kecil yang baru dibangun Papa nya. Kalau ia berhasil membuat kompleks itu laku semua dan bisa mengelolanya maka Papanya akan memberi tanggung jawab lainnya yang lebih besar. Aku, Rico hanyalah anak pejabat daerah yang berteman akrab dengan Indra sejak SMA.

Sedang asik-asiknya kami ngobrol ngalor-ngidul, seketika dari arah pintu masuk Hall, aku melihat sesosok wanita cantik luar biasa berjalan anggun dengan wajah datar, menatap lurus ke depan saja. Aura pesona wanita cantik itu seketika membuat hampir semua orang disana memandang ke arah wanita cantik itu, setidaknya melirik.

Para pria memandang penuh nafsu dan para wanita memandang sirik lalu mereka segera bisik-bisik dengan teman wanita di sebelahnya. Hahahaha.

Aku seketika juga ikut terpesona. Cantik sekali. Gaunnya berwarna maroon membelit tubuh semampai sempurnanya. Dia tidak montok dan juga tidak kurus, hanya ‘pas ‘ semua ukurannya.

Rambut ikalnya ditata kunciran elegan yang menyerupai sanggul kecil indah di dekat ubun-ubunnya, dengan sisa rambut kecoklatan ikalnya dibiarkan turun menyentuh hingga punggungnya yang terbuka lebar, menampilkan bagian tepi tengkuknya yang putih berkilau. Belum lagi area dadanya yang menggembung indah terekspos sangat sensual. Apalagi belahan gaunnya yang memperlihatkan paha ramping padatnya yang panjang.

"Ric!, woi bro, woi, awas tuh iler lo belepotan!"

Aku tersadar

"Hah? Apaan yang belepotan?"

"Jiaahh, yang lagi terhipnotis." Indra terkekeh melihat reaksi aku yang bagai anak abg saja.

"Ihh, apaan sih lo Dra. Tapi, bro. Itu siapa ya?"

"Yang mana? Yang pake item-item itu? Auk gak kenal gue. Kagak ada di dafftar list bokap yang kudu gue hafalin."

Ctak!! Sukseslah jidat kinclong Indra aku sentil.

"Lo pikir gue maho apa? Ngapain nanyain cowok. Itu laah, cewek yang pake gaun maroon " aku memperjelas objek yang aku tanyakan.

"Ohh itu. Bilang dari tadi, kek. Itu... yang gue iklanin ke lo telpon. Inget kagak?"

"Itu cewek inceran lo?!" Aku memicingkan mataku.

Bletakk!! Kali ini Indra berhasil balas dendam, bahkan lebih kejam. Aku mengelus jidatku sembari memberikan evil glare ke Indra yang cengar-cengir.

"Lu tega ma gue ya, dodol!"

"Lah lo salah sendiri lebay. Gue cuma bilang ada cewek cakep banget yang sering nongkrong disini. Bukan inceran gue?! Norak lu, ahh! Gini-gini gue setia sama Brenda"

"Namanya Aimee, cakep kan?” kata Indra

“Oh Amy”

Aimee! budeg!, Amy mah sekertaris bokap gue!"

“Ya eilah bro, beda dikit doang. Segitu sewotnya”

"Permisi Master, tolong cocktail-nya. Yang manis saja, ya."

Aku dan Indra langsung terlonjak kaget karena ternyata di sebelah kami sudah duduk Aimee dengan sikap elegan. Sejak kapan itu wanita ada di situ? Apa dia mendengar celotehan aku dan Indra tentang dirinya?

****

Mendadak aku menahan nafas ketika mengetahui Aimee yang belakangan kerap aku dengar didengungkan orang-orang kalangan menengah ke atas, kini duduk di sampingku. Di samping aku! Jantungku seketika terasa membesar dan menyesaki rongga dadaku.

Apa-apaan nih?? Gue yang biasa jadi ladykiller, kini tak berkutik di dekat seorang Aimee. Seolah, aura sang Lady mampu menyerap menelan habis karisma yang dipunya seorang Enrico Mahendra.

"Halo, Aimee. Good evening." Indra menyapa sang Lady dengan nada santai dan ramah, yang ditimpali Aimee oleh sebuah senyuman tipis ramah.

"Good evening gents." sahut Aimee mengalunkan suara lembut, empuk dan manis.

"Sendirian nih Aimee?" Indra masih yang bertanya.

Aku yang ada di tengah antara Indra dan Aimee hanya terdiam bingung dan sesekali menoleh ke Aimee.

"Gue lagi libur." jawabnya datar lalu mulai menyesap cocktail yang sudah dihidangkan bartender untuknya.

"Aimee, my sweetheart." tiba-tiba seorang pria gemuk hitam menghampiri kami yang duduk di meja bar.

Pria itu langsung memeluk pinggang Aimee tanpa menggubris aku dan Indra yang memandang risih.

"Hallo, Pak Suryo" sahut Aimee singkat.

"Ikut Om yuk,malam ini!"

"Malam ini saya sedang free, Om." Aimee tidak menoleh ke lelaki gendut dan lebih fokus menatap gelas cocktailnya.

"Free?"

"Ya, dan tolong tangan Om jangan disitu. Saya tidak nyaman." ujar Aimee masih bernada datar tanpa berpaling dari gelasnya.

"Hahah! Kamu tak suka tangan aku yang begini?" kini tangan itu bersikap lebih kurang ajar dengan seenaknya meremas pantat Aimee yang tengah duduk.

"Pak Suryo, tolong hentikan!" ujar Aimee tetap dengan nada lembut

"Humph! Kamu ini, cuma pelacur aja kok ribut d giniin. Biasanya juga kamu ngangkangin kakimu ke semua laki-laki."

PLAKK! Si Om gendut itu segera mengelus pipinya yang baru saja ditampar Aimee. Dan si Om mengangkat tangannya untuk balas memukul, namun dengan sigap aku tahan.

"Bos, udah Bos. Ini tempat umum. Gak asik kalo diliat temen-temen Bos, lah." ucapku sambil senyum menenangkan.

"Dia ini yang mulai dulu! Perek ini, nih!" katanya sembari nunjuk ke Aimee.

Aku lekas menggiring pelan si Om Bos gendut itui agak menyingkir dari bar.

"Makanya, Bos. Gak usah dilayani. Cewe kagak dia doank, Jangan sampe bikin harga diril Bos jatuh cuma gara-gara beginian. Ntar Bos gak keliatan elite." kata bujukanku tampaknya masuk ke Om Bos Suryo itu.

Akhirnya Om Bos Suryo mendengus dan beranjak dari situ. Aku kembali ke kursi bar.

"Makasih ya." Aimee mengucapkannya seraya memberikan senyum manis tulusnya kepadaku di sebelahnya.

Aku mennghirup minuman dry gin ku. Bagaimanapun aku tak mau kehilangan kendali ketauan grogi didepan cewek.

"Ohh, santai saja. Lelaki seperti itu memang harus diomongi lebih persuasif" Aku membalas senyum Aimee.

Aimee meneguk habis minuman cocktail nya.

Kemudian Aimee mengeluarkan i-phone nya dari tas mungil yang nampaknya branded asli. Dia speed dial satu tombol, lalu mulai berbicara.

"Pih, malam ini dan besok aku free, kan? …Ya aku tau. Anak buah Papih di club ini gak guna …waktu tadi aku diganggu bandot mereka gak ada yang muncul. …Aku mau pulang sama teman ya Pih. Bye dulu, Pih.mmuahh"

Aku dan Indra berlagak tak menguping, kami sok ngobrol sendiri tak mempedulikan Aimee.

"Mas." Aimee menyentuhkan jari lentiknya ke bahuku yang tengah memunggunginya. Akuh seketika menengok berputar.

"Bisa gak antarin aku pulang?"

"Hah?!!... Gimana??" ..Aku rasanya seperti salah dengar gak percaya.

"Tolong antarkan aku pulang" ulang Aimee padaku.

"Saya?" Aku menunjuk hidungku sendiri.

Aimee mengangguk. Aku menoleh ke sahabatku yang disahut sebuah kode anggukan 'udah sono gih buruan' oleh Indra.

***

Akhirnya, kami berdua, Aku dan Aimee, sudah berada di dalam Pajero hitamku.

"Sorry yah, cuma gini mobilnya, bukan BMWs ato Jaguar." aku memberikan cengiran canggung.

"Yang penting bisa jalan mulus gak pake mogok, kan?" balas Aimee menyamankan diri di tempat duduk sebelahku.

"Iya lah, gue rajin merawatnya. Tak mungkin mogok setidaknya dalam waktu dekat ini. Hehehe …Dijamin!"

"Bagus."

"Sekarang... kita kemana"

"Antarin gue ke apartemen gue. Di Golden Emerald." Aimee menyebutkan sebuah hunian apartemen eksklusif di pinggir kota.

Segera Pajero aku lajukan ke arah yang Aimee sebut tadi.

"Mee, Lo gak apa-apa kanl?" aku berbasa-basi

"Santai aja, gue udah biasa, kok." Aimee melandaikan sedikit jok kursi agar lebih nyaman bersandar.

Aku melirik beberapa kali ke arah si Aimee yang mulai memejamkan mata. Gundukan bukit kenyal membusung di dada Aimee kadang bergetar bergoyang kecil jika jalanan tidak begitu mulus. Tentu saja itu menimbulkan hasrat lelakiu tergolak. Tapi, tidak! Aku tak mau berfikir macam-macam. Sebenarnya Aku ingin sekali bertanya berbagai hal, namun demi melihat Aimee yang sepertinya kelelahan dan mengantuk, aku membiarkan saja gadis cantik itu tertidur sebentar disampingku yang sedang menyetir.

***
Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Awal yang menariikk. Akankah mengangkat kisah cinta saru antara dua pemuda. Ataaauuuuu... ah, terserah ts aja mau dibawa kemana
Semangat gan nulisnya, semoga bisa sampai tamat
 
Pasang Tenda gelar tikar sambil sediain kacang rebus satu karung wkwkwk


:beer:
 
Ch.02

**

"Mee. Aimee. Bangun, Mee" Aku menepuk lembut pipi Aimee. 'Pipinya halus banget.' batinku.

"Eerrmmm.." tak sampai satu menit, sudah terdengar erangan lembut gadis cantik di sebelahku, sambil menggeliat dan disertai kelopak mata yang mulai dibuka.

"Udah sampai, ya?"

Aku tersenyum sembari menjawab,

"Iya."

Aimee membuka seat-belt nya dan merapikan baju juga rambutnya.

"Butuh gue anterin ke atas?"

Aimee menoleh ke aku.

"Seorang real gentleman pasti akan memastikan wanita sampai dengan selamat hingga ke tujuan. Ya kan?"

Aku terkekeh senang, gembira ria dalam hati.

"Sure, My Lady. I do not dare to oppose it"

"Great to hear that." Sahut Aimee, lalu dengan gaya elegannya, dia keluar dari mobil Pajeroku.

Dan kami pun berjalan bersisian menuju lift khusus untuk penghuni apartemen penthouse yang dijaga seorang petugas security.

Petugas securiy bersafari itu hanya melirik sekali saja ke arahku. Mungkin batinnya, ‘siapa lagi nih?’ Atau apalah. Dan setelah itu, si Satpam membukakan pintu lift untuk aku dan Aimee yang masuk bersamaan.

TING! Bunyi denting bel lift menandakan kami sudah sampai di tujuan. Begitu lift terbuka, langsung terhampar pemandangan ruang tamu apartemen Aimee. Lift khusus di hunian ini memang langsung menuju masing-masing penthouse yang berjumlah 8 saja.

"Ayo masuk." ajak Aimee ramah, namun tetap datar.

"Lo yakin?" Aku malah tersenyum ragu.

Aimee menoleh ke belakang ke arahku.

"Apa gue baru saja mendapat sebuah penolakan untuk sekedar secangkir teh pada seorang teman yang mengantarkan gue pulang?" matanya memicing.

"Hahahah …sepertinya gue gak punya opsi lain selain menerima tawaran teh yang menggiurkan itu." Aku masih memasang senyum sambil melangkah masuk ke unit apartemen penthouse Aimee.

"Thank you and welcome to my jungle." seloroh Aimee.

"Pfftt! Yeah~ I think your jungle is so damn very awesome, My Lady" sahutku

"Lo suka?" gadis di depanku menoleh menatap wajahku.

"Nope."

"What?!"

"Bukan suka, tapi suka banget. Gue bakakan betah nih di sini."

“Lo mau teh hijau apa kopi?” tanya Aimee

“Kopi aja deh”

“Pait-manis, panas apa dingin?”

“Se-hot dan semanis kamu My Lady”

"Jeez, playboy crap. Hah." sahutnya.

Aku hanya terkekeh menimpalinya. Aku duduk santai di ruang tengah yang terdapat tv flat 42” menghias di satu spot. Sementara Aimee sibuk di dapur.

"AWWH!! GOSH!!" Terdengar jeritan Aimee dari arah dapur. Serta-merta Aku menghambur ke sana untuk melihat apa yang terjadi.

"Damn!!! Damn coffee~ ouuuh.." tampak, Aimee sedang sibuk mengelap dadanya yang ketumpahan kopi.

Gaun tipis dari chiffon itu kini menempel lekat di dada si gadis, menampilkan bentuk payudara yang aslinya. Aku menahan nafas sekejap. Lalu maju untuk membantu Aimee membereskan tumpahan kopi. Aku ambilnya tisu yang ada di situ untuk membersihkan noda kopi. Siapa tau bajunya super mahal, kan kasihan. Sentuhan tanganku di dada Aimee, meski dihalangi tisu, cukup membuat gadis itu kaget.

"Mee, kau ini ceroboh. Harusnya kau---"

Aku tak bisa meneruskan kalimatnya karena mulutku sudah disumpal bibirlembut dan manis milik …Aimee.

****

Bibir Aimee mengulum, menghisapi bibir bawahku dengan sangat lembut dan mesra aroma mulut gadis itupun sangat harum. Hingga justru aku jadi agak khawatir dengan aroma mulutku sendiri yang belum sempat berkumur dan sikat gigi.

Tangan Aimee membelit posesif leherku. Dadanya membusung menempel pada dadaku, terasa begitu padat dan kenya tapi juga empuk, membuat hasratku meletup-letup. Sesekali lidahku menyapu permukaan bibir nya, kini mulai beradaptasi atas perlakuan Aimee.

Aku tak mau kalah. Aku tahan tengkuk Aimee dengan satu tangan kiri agar aku bisa lebih memperdalam cumbuanku, sementara tangan kananku yang bebas membelai wajah halus Aimee, lalu turun ke leher dan berhenti di tepi samping buah dada padatnya. Lidahku merangsek masuk menyapu area dalam rongga hangat mulut Aimee. Dan ketika lidahku bertemu lidah Aimee, cumbuan kami makin panas dengan lidah saling berkait dan menggeliat! Setelah entah beberapa menit pergumulan lidah kami terjadi, aku melepasnya agar kami sama-sama bisa memasok udara segar ke dalam paru-paru kami.

"aghh.. ahh.. bawa gue.. ke kamar.." gadis cantik itu terengah mengucapnya. Kedua lengan masih membelit di leherku.

"Hghh.. erghh.. lo.. yakin ingin... hghh.. mau berlanjut.. lebih jauh, humm?" aku menatap Aimee sepeti mata predator melihat mangsa.

Aimee mengangguk pelan sambil menunduk. Oh shit! Aku mengumpat dalam hati. Kenapa kini Aimee jadi tampil bagai gadis perawan yang malu-malu seolah ini adalah yang pertama baginya? Atau apakah Aimee sangat pandai bersandiwara dan sudah sangat pakar menaklukan semua fantasi laki-laki?

Birahi Aku menggelegak dipicu sikap Aimee yang berbanding terbalik dengan image elegan dan dingin sebelumnya. Aimee yang di depanku kini seperti anak kucing yang malu-malu.

"Aku.. belum ingin ke kamar, My Lady" tuturku tak sabar.

Nada suaraku mulai lebih berat karena nafsu. Tanpa ragu, aku merenggut paksa gaun Aimee hingga gaun tipis itu kini terbelah dua di bagian dadanya dan tampak sepasang payudara indah sempurna yang sedari tadi membuat aku penasaran.

"Akh!" pekik kecil meluncur cepat dari bilah bibir seksi Aimee ketika gaunnya terbelah di atas dan menampakkan wujud seluruh payudaranya di bawah tatapan nanar buasku yang tajam pada dua bongkah kenyal padat di dadanya.

Seketika wajah Aimee bersemu kemerahan, sehangat suhu tubuhnya yang mulai merambat naik. Aku ingin segera memasukkan puting coklat merahan menggairahkan di depanku ini ke dalam mulutku untuk mengetahui seranum apa rasanya, namun aku itak ngin buru-buru dalam permainan ini..

Aku mengelus lembut leher si gadis pengoda, sembari bibirku turut sibuk menguasai leher jenjang putih itu dan aku mengemut-emut kuat leher Aimee dengan gemas hingga meninggalkan bekas kemerahan.

"Jangan... arrkk.. bikin bekas.. harkh.." protes Aimee, yang sayangnya tidak aku gubris.

Tanganku mulai turun ke bawah, membelai dada membusung dan dengan ujung telunjuk, aku menyusuri payudara tersebut hingga ke puncak putingnya yang coklat muda agak pink.

Lalu ujung telunjukku berputar mengitari puting susu itu, menyebabkan benda mungil kenyal tersebut mengeras serta mencuat. Hal itu membuat aku tak tahan untuk mencubit lembut puting Aimee, mengakibatkan gadis itu mengerang pelan.

"Lo sensitif banget, My Lady? Liat, dengan sekali usapan jari, udah tegang gini." bisikku

Aku agak memundurkan wajahku ke belakang untuk melihat respon ekspresi wajah Aimee.

"S..shut up. Dont..tease me.. eernghh.."

Aimee kembali merintih pelan, tapi tak lama dia menjerit tertahan takkala puting tegangnya sudah berada dalam emutan mulutku. Aku begitu bernafsu menghisap mengemuti puting susu payudara indah Aimee. Aimee hanya merintih sambil membalas meremas-remas lembut tonjolan keras di celanaku yang tak cukup panjang. Tanganku kiriku menyangga punggung Aimee sehingga gadis itu tak perlu kuatir jatuh bila ia membusungkan dadanya meminta rangsangan dari mulut agresifku.

"Errghh.. ahh.. Mas... aaghh.. pelan.. aghh.. sakit.. " Aimee melantunkan protes kecilnya sewaktu aku makin gemas menghisap puting susunya kuat-kuat, sesekali memberikan gigitan kecil karena gemas.

Aku menghentikan aksiku, menatap wajah cantik Aimee yang agak terengah-engah. Aku mendekati telinga Aimee.

"Nama gue Rico. Panggil nama gue kapan pun lo merasa nikmat My lady" bisiku layaknya seorang lady-killer.

Aku merasakan suhu tubuh Aimee makinmenghangat mendengar kalimat seduktif ku. Aku membimbing Aimee ke meja di dekat situ dan merebahkan tubuh Aimee di atasnya.

"Kita main-main dulu di sini, cantik." bisikku sembari mengelitik telinga Aimee dengan lidahku hingga gadis itu mengeliat manja kegelian.

"Hah?" Aimee menatap bingung, namun itu hanya sebentar saja karena detik berikutnya, aku sudah menyingkapkank rok Aimee dan membelai gundukan memek Aimee yang masih tertutup celana dalam tipis mungil berjenis G-string.

"Ric... eennghh.." desahan Aimee terurai dikarenakan jemari nakalku yang menggelitik belahan memek Aimee dibalik Gstring nya. Aku menyeringai menatap Aimee yang memejam sembari sibuk mendesah.

"Lo suka sentuhan gue, My Lady?" Aku mulai mengambil alih menguasai permainan.

"Stop.. ennhh.. menyebut gue.. itu.. heennhh.." mata sayu Aimee menatapku disertai rona pipi yang menawan.

"Lo gak suka gue sebut My Lady? Trus Lo mau gue panggil apa? Honey? Sweetie, Sayang…?"

"Te..terserah, asalkan jangan.. My Lady... aarhh!!" tiba-tiba Aimee menjerit. Karena jemariku telah menyusup masuk ke dalam G-stringnya dan menyelinap masuk ke dalam liang vaginanya.

"Kenapa, sayang? Ada yang sakit?" senyumku muncul kembali ketika Aimee menatapku sambil merintih.

"Ric... hnnngghh.. Ric.." "Iya, gue di sini, sayang cantik.. Katakan kamu mau apa.sayang???"

Aimee menggeleng lemah.

"Jangan!! Ennghh.." seketika Aimee merintih ketika selain 2 jariku menusuk liang vaginanya , jempolku menekan-nekan klitorisnya.

Aku mendengus senang.

"Makanya bilang lo maunya apa???."

"Jahat lo. Ric …jahat... aarrghh!!" dia kembali memekik saat ujungj jempolku menggoda benda mungil seukuran kacang yang rupanya teramat sensitif bagi Aimee bila tersentuh.

"Gue jahat? Benarkah? Jadi.... gue bukannya bikin lo nikmat, tapi malah nge-jahatin lo?,… begitu?" Aku masih saja terus menggoda Aimee.

"Ric.. jangan... arkhh.. Ricoo~" kaki Aimee bergerak mengeliat gelisah. Demikian pula dengan pinggulnya.

"Kenapa, sayang?" Aku makin mempercepat gesekan jaempolku di itil sensitif Aimee, mengakibatkan gadis cantik itu itu makin menjerit memekik manja.

"Ric.. Ric.. stop.. stoopp... aaghh... errkhh.. ngilu Ric ….iya …pelan..pelan Ricoo…... "

"Stop? Baiklah." Dan aku benar-benar menghentikan permainan jariku di memek Aimee.

Mata Aimee mendelik melotot seperti tak percaya aku benar-benar menghentikan sesuai permintaannya.

"Kenapa, sayang?" Aku menyeringai licik seraya mendekat ke wajah Aimee.

"Lo... merasa kehilangan jari gue?"

Aimee sadar dirinya tengah aku goda, Ia memberikan wajah cemberut cute nya sembari menggembungkan pipi, membuat aku makin gemeees.

"Siapa juga yang kehilangan?" ketus Aimee tak mau kalah.

Wajahnya dipalingkan tak mau bertatapan langsung dengan ku.

"Ya udah deh kalo lo ngambek gue pulang aja."

aku bergerak pura-pura akan beranjak pergi namun seketika pinggangku ditahan oleh belitan kedua kaki Aimee.

"Kenapa, sayang?" aku melirik sekilas belitan kaki yang diberikan Aimee.

"Se..selesaikan dulu apa yang udah lo.. emm.. mulai."

"Begitu ya?" Aku memberika senyum kemenanganku, mengodan Aimee..

Wajah cantiknya masih cemberut tanpa bangkit dari posisi rebahnya di atas meja.

Aimee melengoskan wajahnya, dan malah jadi sangat menggemaskan buatku..

"RICOO!!!! Arrkkhh!!" jeritan Aimee menggema di ruang itu dikarenakan aku sudah langsung menjejakkan lidahku masuk kedalam liang vagina memek Aimee, bersamaan otomatis batang hidingku menekan mengesek klitorisnya yang amat sensitif.

"Slrrpphh.. erllpphh.." bunyi lidah Aku yang menggeliat liar menjelajahi tiap sisi belahan memek Aimee yang makin mengembung dan merekah juga …makin basah tapi tidak terlalu becek

"Ricoo..eengkhh.. Ric.. aaghh.. gosh.. damn you, Ricoohh.." ceracau Aimee sambil menggigit jemarinya untuk melampiaskan rasa sensasi rangsangan yang aku berikan, …sembari matanya terpejam.

Aku menarik sebuah kursi agar bisa duduk. Dengan begitu, aku bisa lebih intens dan fokus memberikan service maksimal pada daerah lembab sensitif Aimee.

"Ricc.. Riicooo.. ouuhh.. oouuffffhh.." kini erangan Aimee berubah menjadi rintihan manja.

Rambutku menjadi pelampiasan birahi Aimee.. Aku hanya tersenyum membiarkan Aimee menjambaki rambutku tanpa melepaskan bibir lidahku dari belahan memek Aimee. Sementara tanganku memegangi menekan paha mulus Aimee agar tetap mengaggkang lebar

Air liurku sudah bercampur dengan cairan lubrikasi lembab dari liang Aimee. Dan aku masih belum puas mempermainkan Aimee. Maka, kini aku menjulurkan tanganku untuk menyusupkan dua jemariku ke dalam liang Aimee, mengocok-ngocok sambil mengorek-ngorek didalam.

"Ricooo!,Aghhh …..you crazy!" pekik Aimee sembari menengok ke aku.

Aku malah terkekeh senang, aku lepaskan Aimee sebentar.

"Yea.. i know I am crazy….I am so damn fucking crazy for you My Lady honey" kekehku lalu kembali lidahku mengelitiki buas itil Aimee sambil terus mengobeli memeknya makin liar.

"Eerrngghh.. you.. make me crazy.. errnghh.. Rico.." tangan lentik Aimee menjambak keras rambut pendekku yang terasa pas digenggaman Aimee.

Aku kembali tersenyum, aku mempercepat kocokan dan juga geliat lidahku. Dan bibir sensual Aimee sudah tak terhitung lagi mengerang memanggil namaku.

"Ricooo! aghhhh! Damn you! RICCC... arrrghh!!!" mereakan perlakuan hardcore tangan dan lidahku,

Aimee pun menyerah pada lolongan terakhirnya berbarengan dengan geliat kejang orgasmenya.

Memeknya makin lebih basah dan hangat tapi tidak muncrat ekstrim seperti adegan film porno dan cerita-cerita panas yang aku baca di forum semprot.

**

Squirting orgasme adalah fenomena langka yang kenyataanya sangat jarang terjadi dan tidak semudah dongeng-dongeng panas. Banyak film bokep menggunakan efek tipuan untuk itu. Tentu saja ada, tapi hanya kurang dari 10% wanita yang bisa dan pernah orgasme sampe muncrat. Itupun lebih banyak pelepasan dari lubang kencing dibandingkan dari liang vagina. Bahkan cairan pelumas vagina diproduksi kelenjar Bartholin yang beradat ersembunyi di permukaan bukan dari dalam liang vagina. Lendir pelumas vagina fenomenanya lebih mirip cairan bening pre-cum pada lelaki yang berfungsi untuk pelumas alami dari tubuh untuk memperlancar proses penetrasi

**

Aku masih tak mau melepaskan lidahkku dari situ dan giat menjilati segala cairan yang dihasilkan Aimee, sehingga gadis itu menggelinjang.

"Ricoo... stop! Stop! Geli.. GELI..udah …Ric ….ampunn!!" rintih Aimee sambil tangannya sibuk berusaha mendorong kepalaku yang masih bertahan di selangkangan nya.

Aku baru berhenti setelah aku cukup puas mempermainkan Aimee. Aku terkekeh geli melihat Aimee yang terengah-engah memandangka dengan mata sayu yang sungguh erotis.

"Capek sayang? Puas?" tanyaku agak mengejek.

Aimee sadar itu, makanya ia tak mau menjawab dan hanya melengos.

"Gak mau menjawab?" Dan Aku membelai lagi itil sensitif milik Aimee. Gadis itu menjerit kaget.

"Errnghh... it's a secret." Aimee menjepit kedua payudara dengan lengannya yang disempitkan sambil menggigit telunjuknya. Binal.

"Damn you, Aimee. I can't hold any longer!"

***

Bersambung ….
 
Terakhir diubah:
Aimee hmmmm kataknya bau2 japan nich
Lanjut numpang di megiwan ya masta
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Ch.03

***

Aku sudah mengeluarkan batang kontolku yang telah tegak sangat keras dari celanaku.

Aku mengusap mengesek-gesek sebentar ujung palkon ku direkahan belahan memek Aimee.

Aku menekan dan mendorong, maka melesaklah batang kejantananku tenggelam di liang vagina Aimee yang masih terasa hangat dan nikmat cengkramannya.

Aimee memekik kaget, dia sepertinya dia tak menyangka aku sudah siap dan langsung menyetubuhinya.

"ARRGH!! RICO!! ….PELAN-PELAN!"

Hentakan sodokan keras aku yang memang agak kasar terburu-buru karena nafsu dan gemas membuat Aimee setengah bangkit dan meronta.

"Ups…Maaf sayang.. gue jarang bermain pelan-pelan. Hehehe" tawaku yang agak sadis membuat tubuh Aimee kurasakan agak merinding gemetar.

"Ssshhh… sakit! Rico, sakit.." rintih Aimee sambil terpejam meringis.

"Sakit? Hah! emang lo masih perawan, sayang?" kataku agak mengejek

Aimee paham arah pertanyaanku. Ia mendesis kesal dan kembali cemberut sambil meringis.

"Lo pikir semua client gue kuda semua, apa?!"

"Wah kalo gitu.. apa punya gue mirip punya kuda ya?"

"Shut up! …aghhh…"

"Bilang dong sayang, punya gue gede ya??!!"

"Bodo amat!" dengus Aimee sebal akan lelucon konyolku.

"Memek lo masih sempit dan enak banget sayang, emang titit om-om kecil semua ya??"

"Shut Up Ri..... ARRKKHH!!" Aimee tak bisa menggenapi kalimatnya karena aku sudah menghentak keras liang vaginanya.

Kini, hanya rintihan lirih dari bibir Aimee mengimbangi sentakan tegas dari pinggulku yang terus asik mengenjotinya.

"Aimee my lady ...I.. like.. your.. pussy! Ufhh! Ufhh!!" Aku kini mulai menguarkan racau jujurku.

"Ric... arrgh! Arrgh! Riiicc.. agh! ….Haagh!"

"Do you like it my dear.. hah??? …..Aimee? Argh! Argh! Say it.. Argh.. my lady…."

Aku makin memperkuat dan mempergencar sodokan-sodokanku, membuat sepasang payudara kenyal di dada Aimee berayun-ayun menggemaskan. Kedua tanganku menagkam dan meremasinya.

"Aimee sayang.. lo capek ya? Muka lo jadi merah gitu." Aku menyeringai mengamati wajah kuyu Aimee.

"Hernnhh.. ernnhh.. hennhh.." Aimee cuma memandangiku yang terus bergerak aktif memacu kenikmatan di atas tubuhnya tanpa jeda. Pandangan sayu pasrahnya itu makin memicu birahiku.

PLOK…PLOK…PLOK…PLOK

Suara hantaman sentakan selangkangan kami yang basah menambah iringin simfoni indah permainan cinta kami di dapur apartemen Aimee. Ditimpali lenguhan, desahan dan rintihan manja Aimee yang terus mengalun merdu,

Aku merasakan puncak erupsi kenikmatanku akan segera meledak tak lama lagi. Tiba-tiba wajah Aimee mendadak tegang dan merah padam. Tubuhnya mulai bergetar.

"Let's cum together, my lady. Argh!... Arghh!"

Aku menambah rangsangan untuk Aimee dengan gesekan lembut jemariku di klitoris kenyal Aimee sambil terus mengenjotkan hentakan-hentakan hardcore yang terus aku hujamkan pada liang kenikmatan Aimee.

"RICOOO!!!!"

"Oouugghhh Aimee!!!"

Aku pun tak kalah keras menggeramn ketika aku mengejang dan menyemburkan dengan deras lahar sperma kentalku ke rahim Aimee.

Kami terengah-engah terbuai kenikkmatan puncak tang dasyat. Aku merasakan gairahku kembali bangkit hanya dari melihat Aimee terbaring lemas di atas meja dengan kedua kaki yang sudah menjuntai lemas.

Aku sendiri tak mengerti entah kenapa aku bisa secepat ini kembali mendapatkan gairahku lagi. Biasanya aku memerlukan sekitar satu jam untuk bangkit birahi lagi. Aimee memang gadis yang spesial. Teramat spesial.

Otot kejantananku agak sedikit mengendor ketegangannya tapi masih cukup besar dan cukup keras didalam liang vagina memek Aimee, yang juga masih memeluk erat dengan mesra batang kontolku. Aku kembali mengenjot-enjot pelan dalam jepitan vagina Aimee yang jadi lebih licin namun masih kesat.

Namun Aimee mengeliat dan mendorong tubuhku.

Aimee dengan lemas bangkit dari atas meja dan berjalan menuju kamar tidurnya. Aku meraih tangannya.

“Gue mau pipis dan cebok Rico..” rajuknya dengan manja mengemaskan. Akupun melepaskan tangan Aimee.

****

Kamar tidur Aimee cukup besar, rapi dan nyaman dengan nuansa kamar serba pink berpadu merah. Sungguh pas dengan jiwa Aimee yang manja dan panas.

"Rupanya lo manja juga ya Aimee?." ujar aku sambil duduk di ranjang besar king-sizenya yang empuk.

"Semua wanita punya sisi manja, mister Rico" jawab Aimee kemudian, setelah keluar dari kamar mandi dalam kamar tidurnya.

Aimee langsung naik keatas ranjang dalam keadaan masih bugil, dia menarik dan masuk kedalam selimut tebalnya dan meringgkuk rebah menyamping memunggungiku .

"ngantuk ya, Mee?" Aku membelai rambutnya

"Emhhh."

"Gue gak ngijinin lo tidur malam ini."

"Huh….Jangan sok ngatur gue Mr.Rico!"

"Hehehe…gue gak akan ngatur lo Aimee my lady, gue akan paksa lo gak bisa tidur …..dan gue yakin akhirnya lo akan setuju" bisikku sambil mengecup pipi Aimee.

Aku ikut masuk ke dalam selimut dan tanganku pun langsung kembali mengusap-usap lembut belahan memek Aimee yan kini terasa sejuk, menyebabkan gadis cantik itu melenguh sembari tangannya mendorong dan menahan tanganku di pinggulnya. Aku terkekeh sebentar. Lalu aku mulai menciumi leher Aimee dan menjilati telinganya. Aku tak peduli protes Aimee yang berusaha menolak wajahku yang terus merangsek di leher jenjang putih mulus itu.

"Udah ahh…gak mau.. enghh.. udah Mr.Rico, gue butuh istirahat, Papih gue bakal ribut kalo gue gak fresh... besok enghh.."

‘Papi’ yang Aimee katakan bukanlah Ayahnya melainkan ‘germo’-nya. Mengetahu dan menyadari itu entah kenapa membuat aku kesal dan menyesali kenyataan itu.

"Kalau gitu.. lo minta cuti aja Mee biar bisa istirahat"

"Dasar cowok egois!"

"Lo yang bikin gue jadi egois gini." Bisikku lalu mengecupi lembut pipi Aimee.

Aku melihat segaris tipis rona di pipinya.

Meskipun Aimee tau pasti dan sudah sangat hafal kalimatku hanya gombalan belaka, namun tak pelak membuatnya merona. Oleh karena itu ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Wanita memang selalu sengang dipuja dan dipuji.

"Arrghh!!! Rico…gila!" jeritnya ketika aku menggigit pelan puting susunya.

"Ih!!...Sakit tau!!" dipukulnya pelan bahuku.

"Heheh, maaf, abis puting susu lo gemesin banget sih sayang …terlalu menggoda."

"Dasar mesum!"

Aku menolehkan wajah Aimee ke arahku.

"Gue mesum? Hahaha. Baiklah. Maafkan saya, nona alim."

"Gak perlu nyindir gitu. Jangan samain gue sama cewek-cewek yang biasa lo mesum-in" maki Aimee.

"Iya.. iya sayang. Maaf…" sergahku seraya mengusap-usap pelan selangkangan Aimee, yang membuat gadis itu melenguh manja.

Itu membuat darahku kembali terpacu memanas. Sejurus setelahnya aku mengulum kembali puting susu mungil coklat muda kemerahan di puncak bukit kencang padat sempurna 34B Aimeei, …dan menambah keras lenguhan manja Aimee.

Jemari ku menggesek lembut clitoris disela-sela belahan memek Aimee, rintihan Aimee makin menjadi-jadi. Aku menggodanya dengan memperlambat ritmeku.

Aimee memeluk dan menekan kepalaku lebih dalam tenggelam di dada membusungnya yang terasa makin kencang dan padat.

Aku mengobeli memek Aimee dan mempercepat gesekan gelitik ibu jariku di itil nya. Terus.. dan terus.. hingga ia berhasil mendengar jeritan kepuasan dari bibir Aimee. Lelehan bening dari liang hangat di selangkangan Aimee menggodaku. Aku meluncur ke bawah demi bisa menyesap cairan tersebut meski bibir seksi Aimee meneriakkan protes.

Aimee bangkit dan mendorongku hingga setengah rebah di ranjang. Tanpa banyak cakap lagi jemari lentik Aimee meraih batangku yang masih setengah ereksi. Aku menatap Aimee.

"Balas dendam nih?"

"Yups…Kinda.." sahut Aimee sambil menyeringai dan mulai merunduk ke bawah menggeliatkan lidahnya menyusuri batangku dari bagian pangkal hingga ke ujung kepala yang sensitif, mengakibatkan aku menggeram sesak.

"Eerrggmhh.."

Aimee sepertinya berniat membuat aku melenguh mengiba, sama seperti yang aku lakukan padanya. Ini menyangkut harga diri dan reputasinya sebagai High Class Pro Lady Companion.

Aimee tak setengah-setengah mengeleluarkan semua tehnik yang ia miliki. Lidahnya terus menjelajahi dari bolakembarku hingga ujung helmku, dan sesekali ia kulum, ia hisap membuat aku makin gelisah sesak merasakan kenikmatan. Sudah cukup sering aku merasakan service blowjob dari gadis-gadis cantik dan yang Aimee oral lakukan sepertinya juga tak terlalu luar biasa. Namun entah kenapa sensasi yang aku rasakan dari mulut dan lidah Aimee seakan berkali-kali lipat lebih dasyat nikmatnya.

"Arrghh... mulut lo.. bahaya juga, Aimee. Aarrghh.. !!" Aku mengeram gelisah.

Aku membelai, menyingkirkan helaian rambut kecoklatan Aimee yang menghalangi pandanganku dengan gerakan lembut. Mata Aimee tajam menatap wajahku yang juga sedang lekat memandanginya. Kami saling bertatapan dengan pandangan yang saling menganalaisa dan penuh makna isyarat misterius yang sulit dijelaskan.

"Aaarhh.. Aimee" kepalaku menengadah sembari remasan di helai rambut Aimee agak kencang.

"Damn..Aimee my lady …You are very naughty girl…” erangku ketika Aimee mengenyot kuat kepala batang kontolku, berikut menggelitik lubang pipis di ujungnya.

Seketika rasa panas mengaliri telapak kakku dan perutku mengencang kram. Dan aku paham, ini tak boleh aku biarkan. Makanya aku lekas menghentikan aksi Aimee.

"Ayo Aimee …udah pemanasan-nya" tanganku meraiih lengan Aimee dan menariknya keatas.

***

Dengan tak sabar aku mengarahkan menjadikan posisi tubuh telanjang Aimee mengangkangi di atas perutku,. Aku memegangi batang kontolku dan mengarahkan ke liang vagina memek Aimee, sambil satu lagi mencengkeram pinggul Aimee dan menurunkannya sehingga….. Batang kontolku kembali menerobos masuk dalam-dalam di liang nikmat Aimee. Bibir Aimee mengatup menahan pekikannya. Mata indah Aimee melotot protes ke aku karena aku langsung menyentak menyodok-nyodok liang vaginanya hingga gadis itu terguncang-guncang naik-turun..

Aimee sepertinya tak mau kalah dan pasif di ronde ini.. Gadis cantik itu menggoyangkan meliuk-liukkan pinggulnya sembari jemari lentiknya bermain menggelitik dadaku, mengelus putingku, menimbulkan rasa geli dan desir-desir sensasi rangsangan yang membuat aku mengeram gelisah. Bagaimanapun, puting tak hanya menjadi erogenous sensitif wanita saja, karena pria pun merasakan geli dan rangsangan bila spot itu disentuh.

Aku pun mulai bangkit ke posisi duduk. Aku peluk erat leher dan pinggang ramping Aimee dengan kedua tanganku e untuk menghujamkan sodokan-sodokan liar yang dibalas dilayani Aimee dengan geliat dan ayunan pinggung tak mau kalah.

Kini bibirku sudah kembali sibuk mengeksplorasi mulut Aimee. Tanganku sudah kembali sibuuk meremasi memilin sepasang payudara Aimee. Bongkahat pantat sekal kenyal Aimee juga tak lupat aku remas-remas dengan gemas bahkan sesekali aku tepuk dan tampar, hingga terdengar rintihan-rintihan manja dari bibir Aimee di sela pagutan kami yang tak mau jeda saling menyerang.

Setelah puas betarung bergelut lidah di rongga mulut masing-masing, aku kini mulai menjejakkan mulut buasku ke dada Aimee dan langsung menyerang beringas payudara mengemaskan Aimee.

"Rico... mmpghh.. mmhhh.."

"Aime …Arrghh.. Agghh.." geramkui sambil terus menghentakkan pinggulku kuat-kuat.

Aimee mendorong tubuhku hingga aku kembali rebah. Posisi itu dimanfaatkan Aimee untuk menunduk dan balas menjelajahi puncak dada aku.

"Aaarrghh... Aimee..nakal. Aimeeee.." Aku meremas rambut panjang kecoklatannya.

Aimee melirik ke atas dan menyeringai disela jilatan dan emutannya pada puting miniku. Aku membalas dengan terus menghentak kuat liang nikmat Aimee dari bawah menimbulkan efek bunyi-bunyi ‘ceplokan’ erotis dari hantaman selangkangan kami yang sudah basah dengan keringan dan cairan pelumas kenikmatan.

"Aauwhhh ….Emphhh…." lenguh Aimee sambil merona. Aku tersenyum, tampaknya beberapa sodokanku berhasil mengenai titik G-spot-nya .

Aimee menggeliat liar di atas aku. Aimee kemudian menegakkan punggungnya, memejamkan mata dan nampak berkonsentrasi menikmati sodokan-sodokanku sambil terus berusaha mengimbangi dengan liukan dan ayunan pinggulnya..

Aimee mencengkeram tepi pinggangku. Aku meremasi kedua payudara Aimee dan itu Aimee respon dengan dua tangannya yang juga turut memegangi telapakku di sepasang buah dada padatnya.

"Remesin toket lo sayang." titahku

Gadis itu mematuhi. Sementara Aimee meremasi dua payudaranya sendiri, aku mencengkeram pinggul Aimee, aku kini fokus gencar sambil berusaha menyodok mengesek titik G-Spot Aimee yang berada sekitar 5cm dalam liang vagina memeknya.

"Ric.. Rico.. eenghh.. aaghhh.. Rico.. eemmpph …Ric.. gue.. Aarghhh!!!!!!" pekikan erotis dari Aimee menjadi pertanda bahwa gadis cantik itu telah mendapatkan vaginal orgasm.

Aku tak terlalu perduli apakah Aimee benar-benar orgasme, atau hanyalah bagian dari standard trik sandiwaranya demi membuat seorang lelaki merasa puas, bangga dan perkasa.

Aku menghentikan pinggulku, tatapan kami bertemu sambil masing-masing kami saling mengatur nafas. Tapi jelas Aimee yang lebih tersengal-sengal disertai wajah cantik putihnya yang merona semerah cherry.

Aku bangkit untuk melumat gemas bibir si gadis pengoda itu. Aimee pasrah membiarkan mulut kejamku menjajah bibirnya. Aimee hanya berpegangan pada leherku. Sambil terus melumati bibirnya , aku membalik dan merebahkan teleentang tubuh pasrah Aimee.

Aku menyeringai, sedangkan Aimee menatapku sayu. Aku kembali menghentakkan batang kontolku mengenjotti liang hangat basah nikmat Aimee.

“Time-out, …break dulu Ric….!”

"Tanggung nih, Aimee my lady" sanggahku.

"Ri--- aarrghh! Arrghh!!" Aku langsung saja memacu menghentakkan pinggulku membuat Aimee kembali terguncang-guncang.

"Stop.. dulu Rico.. arrgh.. aghhhh.... .. aowghh!!" wajah Aimee makin merona.

"Gak.. bisa.. aghh.. sayang.. aahh.. aghh..lagi ,,enakhh banget nihhh …" aku tersenyum senang sambil terus menyentakkan batangku, beringas pada liang nikmat Aimee.

Aku cekal dua pergelangan tangan Aimee ke atas kepalanya menggunakan tangan kiriku. Tangan kananku mengangkat memegangi paha sebelah kiri Aimee.

"D..damn you.. aaagnhh..dasar ….cowok maniak...... haaghh..aghhh" Aimee meringis pasrah.

Kini dua kaki Aimee aku letakkan di bahuku, Aku segera mengangkat sedikit pinggul Aimee, dan aku agak nekan dii posisi sudut 45 derajat menjadikan tubuh Aimee kian di posisi mencekung dengan demikian menjadikan hujaman-hujaman batangku makin dalam dan mantap di memeknya.

Mata kami kembali bertemu meski berbeda tatapan. Aku menatap buas penuh birahi dan penaklukan, sedangkan Aimee menatap sayu dengan wajah meringis pasrah memohon ibaku. Keringat kami berdua mengucur mengalahkan hawa dingin AC kamar tidur Aimee.

"You... are.. mine! Mine, Aimee! Be mine!!" geramku

"Rico.. sakit.... ngilu.. enghhh.. punya lo.. arrghh...... gede…ampunn" rintih Aimee, membuat aku tersenyum puas.

"Akhirnya.. lo.. ngakuin.. Aimee my lady ….hahaha.."

"Oughhh shut up…!" erang Aimee kesal.

"Aghh! Ric! …Ric! Ummpfhh.. emmfhhmm.." bibir Aimee kembali kusumpal dengan lumatan gemas mulutku.

Hujaman hentakan sodokanku makin gencar,keras dan kuat, hingga kenikmatan yang aku rasakan makin terasa menyesakkan dan mendesak menuntut pelepasan. Batang kontolku berkedut berdenyut-denyut makin cepat hingga….

" Aimee…..Arghhhhh! "

Aku menyemprotkan sperma hangat kentalu dengan deras berulang-ulang membanjiri liang vagina memek Aimee.

Lalu kami terdiam, mengatur nafas sembari menunggu fase resolusi kami terlewati.

"Thanks ya, Aimee my Lady." Bisikku lalu mengecup kening Aimee.

Perlahan aku mencabut batangku dan beringsut rebah di sisi Aimee.

Aku menarik Aimee agar rebah di dadaku lalu memeluknya dalam dekapanku dan mebelai-belainya dengan lembut. Aku menarik selimut yang sudah acak-acakan untuk kembali menutupi tubuh telanjang kami.

“Aimee..”

“Hmmm”

“Kita belom nyoba doggy syle malam ini”

“Rico gila!” rengek Aimee manja sambil mencubit pinggangku.

“Udah aghh…jangan ganggu gue. Gue capek. Awas lo ya!” ancam Aimee

Tak lama terdengar dengkur halus dan hembusan nafas hangat teratur Aimee didadaku.

***

Bersambung…….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd