Part 23
“Terima kasih Bu sudah menyempatkan waktunya memuaskan kami, kami bangga sama Ibu hehe, kami izin dulu Bu ada jadwal latihan bola sore ini” kata Aldi. “Ehiyaa ayoo gaes” sahut Dodit. Mereka kemudian berkemas merapikan pakaian mereka kembali, sebelum mereka pergi mereka meninggalkan makanan dan pakaian untukku. Mereka pun berpamitan pergi meninggalkanku dengan kondisi penuh dengan cairan kental. Aku berdiam sebentar meratapi yang telah terjadi, air mataku keluar tanpa sadar. Segera aku bangkit dan menuju kamar mandi tuk membilas tubuhku. Seusai dari kamar mandi aku mencoba memakai pakaian yang ditinggalkan Aldi yang ternyata seperti daster tipis terusan warna putih dan menerawang “yahh daripada aku gapakai apa apa”. Aku coba membuka makanan yang mereka tinggalkan “nasi goreng udang + telur, yahh bisa untuk mengisi energiku”. Selesai makan dan beres beres membersihkan kamarku aku istirahat sejenak dan ada yang mengetuk pintuku. “Tokk tokk tokk.. Hilda di dalam kah” . Ohh sepertinya Rahmi “iyaa sebentar” jawabku. Ku bukakan pintu “Woww kamu habis ngapain, bajumu oke juga Hil hihi” kata Rahmi. “Ehh apaan endakk” kucuboa menutup area payudaraku yang menerawang dibalik daster putih ini. “Ini aku ada oleh oleh buat kamu” kata Rahmi. “Aaa terima kasih Rahmi, btw aku boleh endak nanti malam tidur dikamarmu?”. “Loh kenapa Hilda?”. Tanya Rahmi. “Gapapa Rahmi ku takut aja” sahutku. “Yahh boleh dehh kita nonton film nanti malam sambil makan hihi” .”hayuukk ayukk” Rahmi mengizinkan. Hari mulai gelap akhirnya, aku menunggu Rahmi mandi dulu dan ganti baju. Aku terkejut ketika Rahmi hanya mengenakan tanktop hitam dan hotpants, lanjut kami pun akhirnya mulai menikmati oleh oleh kue dari Rahmi beli sambil nonton film bersama. Kata Rahmi filmnya horror tapi ditengah durasi berjalan ada adegan yang membuat kami terdiam cukup lama dan kumerasa putingku bereaksi terasa mengeras dan kulihat dibalik tanktop Rahmi yang ia kenakan tampak menyeplak sampe ketika listrik tiba tiba padam. Hujan pun mulai turun. “Yahhh huhu jadi gelap dehhh, ada lilin kah Rahmi atau lampu emergency?” Tanyaku. Rahmi pun menjawab “sebentar, sepertinya aku ada” kata Rahmi. Sambil mencari menggunakan penerangan yang ada dengan senter handphone “ini dia” kata Rahmi. Kami pun akhirnya sedikit ada penerangan di kamar ini dengan lampu emergency milik Rahmi. Hawa mulai dingin karena hujan dan sayup sayup Rahmi mulai mengunci pintu kamar dan mengajakku tidur. Saat kami mulai tidur bersama di kasur terlihat Rahmi seperti gelisah “Hilda, tau enggak yang difilm tadi” . Belum sempat aku menjawab dipeluknya aku oleh Rahmi. “Ahhhh Rahmi..” terkejutku ketika tangan Rahmi tiba tiba menyelinap masuk kedalam daster putihku dan meremas payudaraku “Hilda maaf aku terangsang” dengan mata Rahmi yang berkaca kaca. Tiba tiba diciumnya pipiku dan daguku oleh Rahmi “aahhh… Rahmi..”. Tangan Rahmi pun berpindah kebawah dan ternyata Rahmi berusaha melepas hotspantsnya sampai terlepas dan lanjut meraih tanganku dan diarahkannya ke dalam tanktop Rahmi. Sontak aku kaget “apaa ini Rahmi, payudaramu hangat dan putingmu mengeras”. “Ayoo Hilda bantu aku shhhh… ahhhh… “ paha Rahmi tiba tiba menghimpit lututku dan aku merasakan seperti ada yang basah di lututku “Rahmi…. Ahhhh…” Rahmi mulai meremas dan mencubit putingku. Paha Rahmi kian menghimpit paha kananku dan bergerak gerak membuat gesekan dilututku dengan vagina Rahmi yang kian basah “aaahhhh…. Hildaaa… mmphhhh… aahhhh…”. “Rahmiii… ahhhh… sudahh yahhh…” dipaksanya tanganku meremasi payudara Rahmi. Dibukanya kemudian daster putihku hingga tersingkap ke atas memperlihatkan kedua buah payudaraku “aaahh… Rahmiii… sudahh.. sshhh… Rahmiii… ssshahhh..” Rahmi pun menciumi putingku dan masih dengan gerakan pantat Rahmi yang bergerak naik turun menggesekkan vaginanya pada lutut dan pahaku. Hingga sampai Rahmi pun bangkit dan mengangkat kaki kananku , diarahkannya vagina Rahmi ke arah vaginaku dan “ahhhh… sshhhh… stoppp Rahmiii…” kedua vagina kami saling bergesekan “ahhhhssshh…. Ayooo Hildaaa… mmmpphh aahhh…”. Tak lupa Rahmi pun sambil meremasi payudaraku “mmmphhh…. Sshhh… ahhhh… Rahmiiii… ahhhh…”. “Hildaaaa… ahhhhh… ahhhha… ahhh…” gerakan Rahmi makin cepat membuatku “ahhhh… ahhhh… ahhhh… “ tubuh kami bergetar kami keluar bersamaan. “Huufff huff huff”. Rahmi dan aku mengatur nafas bersama, seketika itu Rahmi ambruk disebelahku. Kami lemas dan perlahan tertidur dengan lelap.