Rbp
Semprot Baru
- Daftar
- 1 Apr 2019
- Post
- 43
- Like diterima
- 465
Pov Rahmi
Akhirnya kehidupanku menjadi lebih baik setelah aku ikut dengan Hilda, disini aku kembali hidup mandiri dan mendapat pekerjaanku kembali sebagai seorang perawat. Senang rasanya, apalagi Hilda sudah menemukan pasangannya dan membuka lembaran baru, disisi lain anak Pak Joko juga sudah mandiri disini dapat pekerjaan untuk menghidupi kehidupannya sendiri juga. Awal mula sampai sekarang aku bekerja di Rumah Sakit cukup mengasyikan walau kalo dapat jatah shif malam kadang terasa seram, untungnya perawat disini lumayan banyak yah cukup ada teman klo ada apa apa disini. Tetapi selama aku disini kadang aku menjadi sorotan beberapa lelaki dan temanku “apa yang mereka lihat, apa karena penampilanku atau ukuran payudaraku ini, ah entahlah asal ga ada yang macam macam aman aja sih” batinku. Ya memang sepertinya disini yang paling montok dengan payudaranya hanya aku. Apalagi ditopang dengan posturku yang cukup tinggi. Walau begitu aku tetap brusaha menjaga diri saat ini. Minggu demi minggu berlalu tak terasa sudah hampir 2 bulan aku disini. Kadang yang membuatku risih disini si petugas satpam yang kadang ganjen ke perawat lain apa lagi aku “huff..”. Hari berikutnya aku kedapatan masuk shif malam, shif yang membuatku ngantuk dan malas. Tapi yah namanya tugas harus dijalankan. Entah disaat itu hanya 2 orang yang jaga aku dan temanku Fira, Fira ini orangnya kecil cantik, gesit. Saat ku tanya “yang lain kemana?”. “Pada izin Kak” jawab Fira padaku. Yasudahlah semoga malam ini berlalu dengan cepat. Kami pun bergantian melayani pasien yang menginap disini. Cukup melelahkan karena Rumah Sakit ini juga cukup luas. Hingga sampai di suatu momen saat aku memeriksa pasien diruang 272, entah apa yang dipikrkan Bapak ini. “Suster jika saya bunuh diri disini, apa yang terjadi pada Suster nanti?” Tanyanya kepadaku sambil mengarahkan pisau buah ke lengannya. Karean diruang ini hanya beliau seorang aku pun berusaha menenangkan “tenang Bapak, saya bantu Bapak agar membaik.” Kembali Bapak itu mengancam “klo saya mati brati suster gagal merawat saya, keluarga saya akan menuntut Rumah Sakit ini begitu juga anda!”. “Jangan pak, saya akan bantu Bapak” aku yang berusaha menenangkan. “Sungguh! Jika mau bantu saya, mendekatlah kemari”. aku pun mulai mendekat. Bapak ini pun berbisik kepadaku “sejak Suster tiap kesini menjenguk saya, saya selalu penasaran dengan isi di dalam itu” sambil mata Bapak itu mengarah ke arah buah dadaku. Sontak aku langsung menutupi dengan kedua tanganku. Dan ia berkata lagi “klo tidak jadi membantu saya yasudah saya mati saja disini”. Akupun berusaha menghentikan “baik Pak, mau Bapak apa sekarang”. Langsung ia jawab “apalagi, coba sekarang saya mau lihat dalamnya isinya apa hehe”. Setelah itu kujawab “setalah saya tunjukkan Bapak harap tenang kembali tidur tenang tenang”. “Oke Sus setuju” dengan pisau masih menempel di pergelangan Bapak itu aku yang gugup perlahan membuka kancing bajuku hingga terlihatlah gundukan payudaraku yang masih tertutup oleh BHku. “Waa… mantapnya” kata Bapak itu. “Sudah kan Pak” kataku. “Kan aku bilang dalamnya, ini belum dalamnya, ayo dikit lagi hihi”. Dengan sedikit kesalnya aku pun mencoba melepas BHku hingga terpampanglah kedua buah payudaraku. “Waaa… mantap sekali Suster besarnya hmmm…” gumam Bapak itu. “Sudah kan yah Pak” saat aku ingin menutup kembali dengan kemjaku tiba tiba ditariknya tanganku dan dipluntirnya ke belakang tubuhku “awww sakit Pak”. Dan diarahkan pisau tadi ke leherku “hehe jangan macam macam atau ini akan semakin sakit”. “Ahhhh… Pak lepaskann…”. “Tenang manis… tugas perawat kan merawat dan melayani pasien sampai sehat, sekarang tugas Suster melayani saya sampai keluar hehe”. Tiba tiba kedua tangan Bapak ini langsung mencengkram kedua payudaraku. Aku pun berusaha menahan dengan kedua tanganku “ahhh… jangannn Pakk..”. “Uuuuhh.. emangg mantap, tangan saya sampai ga muat”. Diremasinya kemudian kedua payudaraku olehnya “aaaa… Pakk… sudahhhh… jangannn… ahhhhh….”. Dicubitnya kemudian putingku olehnya “aaagghkkk….” .”jangan berisik atau aku plintir plintir putingmu”. Aku pun berusaha menahan “mmphhhh… mpphh… ahhhh…. Pak sudahhh…”. Cukup lama payudaraku dimainkan hingga membuat tubuhku tiba tiba bergetar dan “ahhhh… ahhhh… ahhhh…” sepertinya vaginaku mulai basah. “Hehehe kamu sange yaa aku giniin” kata Bapak itu. “Ahhh.. Pakkk sshhh… sudahhh…”. Didorongnya aku hingga membuat kemejaku ikut terlepas dan aku pun langsung menutupi kedua payudaraku dengan tanganku. “Ahhh.. Pak kembalikan kemeja saya”. “Uuuu… nanggung Suster”. Dikibas kibasnya kemejaku kemudian oleh Bapak itu. “Sini klo mau ambil kemejamu, atau kamu meu seperti itu keluar dari sini memperlihatkan susumu yang montok itu hihihi.” Aku pun mulai mendekat dan mencoba meraih kemejaku malah membuat tiba tiba Bapak itu merangkulku dan membenamkan wajahnya di kedua payudaraku “aaahhh… Pakk… lepass…”. “Uuuuu… emang mantapp..”. Tiba tiba diplorotkannya celanaku hingga sampai lututku. “Pakkk.. jangannn…” aku berusaha mendorong bahu Bapak ini tapi sia sia. Kini jari jemari Bapak ini menyentuh nyentuh Bagian CDku dari belakang. Terasa kemudian disingkapnya CDku kesamping dan “Ahhhh… Pakkkk… mmmphhhh… ahhhh… lepassshhh… ahhhh… jangann…” jari Bapak itu mengaduk aduk bagian vaginaku dan dikeluar masukkannya ke dalam vaginaku yang sudah basah. Aku hanya bisa meremasi bahu Bapak ini. Terdengar suara “kecepak.. kecepakk.. kecepakk.. ahhhhh…” vaginaku sudah sangat basah sekali, aku pun sedikit bergetar dan melemas. Bapak itu pun kemudian menghentikan aksinya dan kini menarik tubuhku hingga terangkat ke atas kasur dan “ahhh…” aku pun berbaring di atas Bapak ini. Diremasinya kemudian kedua payudaraku “aahhhh… shhhh… Pakkkk… sudahhh… lepaskann saya…”. Terasa dari bawah Bapak itu memelorotkan penisnya dan keluarlah penis itu menempel di bibir vaginaku “ahhhh… Pakkk… jangannn..”. “Tenangg Sus, kan tugas Suster melayani pasien hehe”. Ditekannya penis itu dengan tagan Bapak ini membuat gesekan gesekan di bibi vaginaku “ahhhh… mmmphhhh… Pakkkk… ahhhhh…. Sshhhh… ahhhhh…” karena gerakan pinggulku yang mencoba melawan malah membuat penis itu “blessshhh… ahhhhh….” Masuk ke dalam vaginaku “uuughhhh…. Masih rapettt juga ternyata Sus.. ahhhh… mantappp.. penisku terasa kesedot sedottt ughhhh…. Ahhhhh…”. Digoyangkannya pinggul Bapak ini membuat penisnya keluar masuk memompa vaginaku “aaahhhh… Pakkkk…. Shhhhh… sudahhh… ahhhhh… ahhhhh… ahhhhh….”. Didorongnya tubuhku hingga terangkat maju kedepan membuat posisiku duduk menindih penis Bapak ini “aahhhh… ahhhhh… ahhhhh… yahh.. heemmphhh.. Pakkk… ahhhhh… “. Bapak ini juga ikut bangkit memelukku dan menggeser posisi kami menjadi duduk berpangkuan di tepi kasur. Kami pun berdiri dan didorongnya tubuhku kedepan sampai membungkuk dan kedua tanganku ditariknya oleh Bapak ini dan “ahhhhh…, ahhhh… ahhhhh… ahhhhh… mmphhhh… ahhhhh… mmmpphhhh… ahhhhh…. Iyahhhh… ahhhhh… ayhhhh…. “ dipompanya vaginaku. Aku hanya bisa menggeleng gelengkan kepalaku. “Ughhh… mantappp sekai Sus, andai saja istriku kamu, aku betah dirumah hehe”. Cukup lama pompaan itu dan tubuhku pun bergetar “ahhhh… ahhhhh… ahhhh…”. “Gimana enak kan Sus hehe”. Dilepasnya kemudian penisnya dari dalam vaginaku “plopphh… ahhhh….”. Direbahkannya kemudian tubuhku di tepi kasur, diangkat dan dibukanya pahaku, diarahkan penisnya kembali ke vaginaku dan “bleshhhh… ahhhhh… ahhhh… ahhhhh… ahhhh… “ dipompanya kembali vaginaku oleh Bapak ini. “Ughhhh…. Ughhhh…. ahhhh… “ kami pun saling berkeringat. Gerakan juga makin cepat, aku menggelengkan kepala “aaahhh… ahhhhh… ahhhhh… ahhhh.. akhhhhgggg…. Plopphhh… ahhhh… croottt croottt crrottt…” aku keluar bersamaan dicabutnya penis Bapak ini dan menumpahkan cairannya diatas perutku dan mengenai payudaraku. Aku pun mengatur nafas. Dan Bapak ini malah mencium keningku “terima kasih Sus atas jasanya, saya menikmatinya hehe”. Akupun bersedih dan segara mengenakan celana dan kemejaku kembali. “BH saya simpan untuk kenang kenangan” kata Bapak itu. Aku pun segera keluar dan menghampiri Fira. “Kamu kenapa Kak kok berkeringat dan bersedih?“ tanya Fira padaku. “Gapapa, aku mau istirahat dulu” jawabku dan langsung menuju ruang belakang.
Akhirnya kehidupanku menjadi lebih baik setelah aku ikut dengan Hilda, disini aku kembali hidup mandiri dan mendapat pekerjaanku kembali sebagai seorang perawat. Senang rasanya, apalagi Hilda sudah menemukan pasangannya dan membuka lembaran baru, disisi lain anak Pak Joko juga sudah mandiri disini dapat pekerjaan untuk menghidupi kehidupannya sendiri juga. Awal mula sampai sekarang aku bekerja di Rumah Sakit cukup mengasyikan walau kalo dapat jatah shif malam kadang terasa seram, untungnya perawat disini lumayan banyak yah cukup ada teman klo ada apa apa disini. Tetapi selama aku disini kadang aku menjadi sorotan beberapa lelaki dan temanku “apa yang mereka lihat, apa karena penampilanku atau ukuran payudaraku ini, ah entahlah asal ga ada yang macam macam aman aja sih” batinku. Ya memang sepertinya disini yang paling montok dengan payudaranya hanya aku. Apalagi ditopang dengan posturku yang cukup tinggi. Walau begitu aku tetap brusaha menjaga diri saat ini. Minggu demi minggu berlalu tak terasa sudah hampir 2 bulan aku disini. Kadang yang membuatku risih disini si petugas satpam yang kadang ganjen ke perawat lain apa lagi aku “huff..”. Hari berikutnya aku kedapatan masuk shif malam, shif yang membuatku ngantuk dan malas. Tapi yah namanya tugas harus dijalankan. Entah disaat itu hanya 2 orang yang jaga aku dan temanku Fira, Fira ini orangnya kecil cantik, gesit. Saat ku tanya “yang lain kemana?”. “Pada izin Kak” jawab Fira padaku. Yasudahlah semoga malam ini berlalu dengan cepat. Kami pun bergantian melayani pasien yang menginap disini. Cukup melelahkan karena Rumah Sakit ini juga cukup luas. Hingga sampai di suatu momen saat aku memeriksa pasien diruang 272, entah apa yang dipikrkan Bapak ini. “Suster jika saya bunuh diri disini, apa yang terjadi pada Suster nanti?” Tanyanya kepadaku sambil mengarahkan pisau buah ke lengannya. Karean diruang ini hanya beliau seorang aku pun berusaha menenangkan “tenang Bapak, saya bantu Bapak agar membaik.” Kembali Bapak itu mengancam “klo saya mati brati suster gagal merawat saya, keluarga saya akan menuntut Rumah Sakit ini begitu juga anda!”. “Jangan pak, saya akan bantu Bapak” aku yang berusaha menenangkan. “Sungguh! Jika mau bantu saya, mendekatlah kemari”. aku pun mulai mendekat. Bapak ini pun berbisik kepadaku “sejak Suster tiap kesini menjenguk saya, saya selalu penasaran dengan isi di dalam itu” sambil mata Bapak itu mengarah ke arah buah dadaku. Sontak aku langsung menutupi dengan kedua tanganku. Dan ia berkata lagi “klo tidak jadi membantu saya yasudah saya mati saja disini”. Akupun berusaha menghentikan “baik Pak, mau Bapak apa sekarang”. Langsung ia jawab “apalagi, coba sekarang saya mau lihat dalamnya isinya apa hehe”. Setelah itu kujawab “setalah saya tunjukkan Bapak harap tenang kembali tidur tenang tenang”. “Oke Sus setuju” dengan pisau masih menempel di pergelangan Bapak itu aku yang gugup perlahan membuka kancing bajuku hingga terlihatlah gundukan payudaraku yang masih tertutup oleh BHku. “Waa… mantapnya” kata Bapak itu. “Sudah kan Pak” kataku. “Kan aku bilang dalamnya, ini belum dalamnya, ayo dikit lagi hihi”. Dengan sedikit kesalnya aku pun mencoba melepas BHku hingga terpampanglah kedua buah payudaraku. “Waaa… mantap sekali Suster besarnya hmmm…” gumam Bapak itu. “Sudah kan yah Pak” saat aku ingin menutup kembali dengan kemjaku tiba tiba ditariknya tanganku dan dipluntirnya ke belakang tubuhku “awww sakit Pak”. Dan diarahkan pisau tadi ke leherku “hehe jangan macam macam atau ini akan semakin sakit”. “Ahhhh… Pak lepaskann…”. “Tenang manis… tugas perawat kan merawat dan melayani pasien sampai sehat, sekarang tugas Suster melayani saya sampai keluar hehe”. Tiba tiba kedua tangan Bapak ini langsung mencengkram kedua payudaraku. Aku pun berusaha menahan dengan kedua tanganku “ahhh… jangannn Pakk..”. “Uuuuhh.. emangg mantap, tangan saya sampai ga muat”. Diremasinya kemudian kedua payudaraku olehnya “aaaa… Pakk… sudahhhh… jangannn… ahhhhh….”. Dicubitnya kemudian putingku olehnya “aaagghkkk….” .”jangan berisik atau aku plintir plintir putingmu”. Aku pun berusaha menahan “mmphhhh… mpphh… ahhhh…. Pak sudahhh…”. Cukup lama payudaraku dimainkan hingga membuat tubuhku tiba tiba bergetar dan “ahhhh… ahhhh… ahhhh…” sepertinya vaginaku mulai basah. “Hehehe kamu sange yaa aku giniin” kata Bapak itu. “Ahhh.. Pakkk sshhh… sudahhh…”. Didorongnya aku hingga membuat kemejaku ikut terlepas dan aku pun langsung menutupi kedua payudaraku dengan tanganku. “Ahhh.. Pak kembalikan kemeja saya”. “Uuuu… nanggung Suster”. Dikibas kibasnya kemejaku kemudian oleh Bapak itu. “Sini klo mau ambil kemejamu, atau kamu meu seperti itu keluar dari sini memperlihatkan susumu yang montok itu hihihi.” Aku pun mulai mendekat dan mencoba meraih kemejaku malah membuat tiba tiba Bapak itu merangkulku dan membenamkan wajahnya di kedua payudaraku “aaahhh… Pakk… lepass…”. “Uuuuu… emang mantapp..”. Tiba tiba diplorotkannya celanaku hingga sampai lututku. “Pakkk.. jangannn…” aku berusaha mendorong bahu Bapak ini tapi sia sia. Kini jari jemari Bapak ini menyentuh nyentuh Bagian CDku dari belakang. Terasa kemudian disingkapnya CDku kesamping dan “Ahhhh… Pakkkk… mmmphhhh… ahhhh… lepassshhh… ahhhh… jangann…” jari Bapak itu mengaduk aduk bagian vaginaku dan dikeluar masukkannya ke dalam vaginaku yang sudah basah. Aku hanya bisa meremasi bahu Bapak ini. Terdengar suara “kecepak.. kecepakk.. kecepakk.. ahhhhh…” vaginaku sudah sangat basah sekali, aku pun sedikit bergetar dan melemas. Bapak itu pun kemudian menghentikan aksinya dan kini menarik tubuhku hingga terangkat ke atas kasur dan “ahhh…” aku pun berbaring di atas Bapak ini. Diremasinya kemudian kedua payudaraku “aahhhh… shhhh… Pakkkk… sudahhh… lepaskann saya…”. Terasa dari bawah Bapak itu memelorotkan penisnya dan keluarlah penis itu menempel di bibir vaginaku “ahhhh… Pakkk… jangannn..”. “Tenangg Sus, kan tugas Suster melayani pasien hehe”. Ditekannya penis itu dengan tagan Bapak ini membuat gesekan gesekan di bibi vaginaku “ahhhh… mmmphhhh… Pakkkk… ahhhhh…. Sshhhh… ahhhhh…” karena gerakan pinggulku yang mencoba melawan malah membuat penis itu “blessshhh… ahhhhh….” Masuk ke dalam vaginaku “uuughhhh…. Masih rapettt juga ternyata Sus.. ahhhh… mantappp.. penisku terasa kesedot sedottt ughhhh…. Ahhhhh…”. Digoyangkannya pinggul Bapak ini membuat penisnya keluar masuk memompa vaginaku “aaahhhh… Pakkkk…. Shhhhh… sudahhh… ahhhhh… ahhhhh… ahhhhh….”. Didorongnya tubuhku hingga terangkat maju kedepan membuat posisiku duduk menindih penis Bapak ini “aahhhh… ahhhhh… ahhhhh… yahh.. heemmphhh.. Pakkk… ahhhhh… “. Bapak ini juga ikut bangkit memelukku dan menggeser posisi kami menjadi duduk berpangkuan di tepi kasur. Kami pun berdiri dan didorongnya tubuhku kedepan sampai membungkuk dan kedua tanganku ditariknya oleh Bapak ini dan “ahhhhh…, ahhhh… ahhhhh… ahhhhh… mmphhhh… ahhhhh… mmmpphhhh… ahhhhh…. Iyahhhh… ahhhhh… ayhhhh…. “ dipompanya vaginaku. Aku hanya bisa menggeleng gelengkan kepalaku. “Ughhh… mantappp sekai Sus, andai saja istriku kamu, aku betah dirumah hehe”. Cukup lama pompaan itu dan tubuhku pun bergetar “ahhhh… ahhhhh… ahhhh…”. “Gimana enak kan Sus hehe”. Dilepasnya kemudian penisnya dari dalam vaginaku “plopphh… ahhhh….”. Direbahkannya kemudian tubuhku di tepi kasur, diangkat dan dibukanya pahaku, diarahkan penisnya kembali ke vaginaku dan “bleshhhh… ahhhhh… ahhhh… ahhhhh… ahhhh… “ dipompanya kembali vaginaku oleh Bapak ini. “Ughhhh…. Ughhhh…. ahhhh… “ kami pun saling berkeringat. Gerakan juga makin cepat, aku menggelengkan kepala “aaahhh… ahhhhh… ahhhhh… ahhhh.. akhhhhgggg…. Plopphhh… ahhhh… croottt croottt crrottt…” aku keluar bersamaan dicabutnya penis Bapak ini dan menumpahkan cairannya diatas perutku dan mengenai payudaraku. Aku pun mengatur nafas. Dan Bapak ini malah mencium keningku “terima kasih Sus atas jasanya, saya menikmatinya hehe”. Akupun bersedih dan segara mengenakan celana dan kemejaku kembali. “BH saya simpan untuk kenang kenangan” kata Bapak itu. Aku pun segera keluar dan menghampiri Fira. “Kamu kenapa Kak kok berkeringat dan bersedih?“ tanya Fira padaku. “Gapapa, aku mau istirahat dulu” jawabku dan langsung menuju ruang belakang.