Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
(Part 3: Debut)

"slurrpss.... Slurpsss.. Mmmhhh... Ahhh...." desah manja Hani. Saat ini kami sedang berada di apartemen Hani dan Hani sedang berada di pangkuanku di sofa, tentu saja saat ini juga kami sedang berciuman.


Sudah kurang lebih empat minggu setelah kami jadian dan nyaris tiap hari kami menyempatkan diri untuk berciuman, terkadang kami melakukannya sebelum jadwal kelas, di sela-sela jam kosong saat tidak ada kelas, dan setelah kelas. Namun perkembangannya juga tidak terlalu jauh. Ketika kami berciuman, Hani masih tidak ingin membuka baju dan jilbabnya, apalagi ketika kami melakukannya di mobil karena menurut dia kalau membuka baju dan jilbabnya akan jadi ribet ketika ada orang yang lewat. Namun aku diperbolehkan untuk memeras payudaranya dari luar baju, dan untuk menambah sensasinya agar seperti terasa jika Hani sedang topless, dia suka menyempatkan diri untuk membuka BH nya sehingga yang membatasi tanganku dan payudaranya hanya sebuah kain tipis.


"hhhh.. Sayangg... Kamu latihannya jam berapa??" ucap Hani sambil mengambil napas.
"Jam 7 sayangg, sekarang masih jam 5, mau lanjut lagi atau udahan??" tanyaku berharap dia mau melanjuti sesi ciuman kami.
"Lanjut dongg, aku masih kepengen, tapi aku boleh buka bergo, ngga? Gerah banget soalnya." tanya Hani.
"Lohh kan kamu yang biasanya ngga mau kalo aku tanya kenapa ngga buka kerudung, aku ga keberatann, atau sekalian buka baju aja biar ga gerah sekalian eheheh" candaku. Hani bereaksi dengan memukul kecil perutku.
"Ihhh apaan sihh, ngga mau ahhh aku masih malu, lagian kan tete aku kecil, pasti kamu ngga suka." ucap Hani, dan belum sempat membalas ucapannya, Hani sudah membuka bergo nya dan kembali menciumi bibirku.
"Yaampun sayangg, buru-buru banget, no need to be that aggressive, aku nggak kemana-mana kok" ucapku disaat melepaskan ciumannya sebentar.


Hani hanya tersenyum manis dan kami kembali berciuman. Kami berciuman agak lama, dan out of nowhere, Hani menarik kedua tanganku dan mengarahkannya menuju payudaranya, namun kali ini dia mengarahkannya lewat dalam sehingga kini kulit tanganku dan payudaranya bersentuhan. Sensasi ini membuat Hani yang baru pertama kali menjadi makin liar dan kurasakan muncul cairan orgasme dari celana Hani dan akupun ikut kaget karena ternyata dibalik legging yang Hani gunakan, Hani tidak menggunakan celana dalam.


"Hhhh... Hhhh.. Wow, that was new." ucapku.
"Hhhh... Hhhh... Iyaa sayang, aku jadi berasa kurang aja kalo kamu megang tete aku dari luarr... Hhh... Hhh... Tadi juga berasa kaya punya kamu ngegesek-gesek punya aku dari luarr jadi aku makin bergairah, maaf yahh bikin celana kamu jadi basah" ucap Hani sambil setengah mendesah-desah efek dari orgasmenya.
"Gapapaa kok, aku selalu sedia baju cadangan di mobil, jadi gak perlu khawatir, paling nanti abang laundry-nya nanya 'ini bau-bau apa yah kok kaya enak?' ehehehe" ucapku sambil sedikit bercanda.
"Apasihhh kamu tuh ya kalo ngomong abstrak bangett" ucap Hani gemas dan mencubit-cubit pipiku, dan setelah itu suasana menjadi sunyi sesaat. Namun tiba-tiba Hani menanyakan sesuatu ysng tidak kuduga akan ditanyakan dari mulutnya.


"Bay, kamu emang nggak ngerasa gaenak kalo kita lagi ciuman gini, sperma kamu ngga keluar?" ucap Hani dengan tatapan polosnya.
Aku yang kaget hanya bisa terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan tsrsebut.
"Yaa kalo dibilang rasanya gaenak sih, ya gaenak. Soalnya kaya tanggung gitu rasanya. Cuma ya gapapa kok, lagipula menurut aku juga kita belum sejauh itu" balasku. Hani terdiam sebentar dan kembali bertanya dan pertanyaannya yang sekarang bahkan jauh lebih mengena daripada yang sebelumnya.
"Tapi aku juga jadi gaenak, sayang. Kadang juga kan aku 'keluar' tapi kamu gabisa 'keluar' bareng sama aku. How about this? Aku bantu kamu keluar, tapi cuma Handjob, no Blows, no Boobsjob, dan aku nggak bugil. Gimana?" tanya Hani. Wow, untuk orang sepolos Hani, ternyata wawasan dia terhadap dunia sex cukup banyak juga.
"Kamu yakin tentang ini?" tanyaku, memastikan apakah perkataan Hani ini sudah dia pikirkan secara matang-matang.
"Iya, sayang. Aku juga udah nyari-nyari cara buat bikin laki-laki orgasme kok, dan aku ngerasa cuma ada dua yang mending, Handjob dan Gesek-gesekin punya kamu ke punya aku dan kita berdua make celana yang tipis tanpa celana dalem, biar sensasinya mendekati ke having sex, tapi aku gamau yang itu, nggak mau sekarang. Jadi, kamu mau nggak kalo aku kasih kamu Handjob? " ucap Hani, jadi itu ternyata kenapa Hani bisa tahu tentang istilah-istilah seks. Tanpa ba bi bu, Hani langsung menurunkan badannya hingga kepalanya ada di depan selangkanganku. Jujur aku sebenarnya ingin melakukannya sekarang, namun jika dilakukannya sekarang, aku bisa mati di lapangan nanti saat latihan karena coli membuat lutut menjadi lemas. Akupun menarik badannya.
"Ettt ett ettt, jangan sekarang sayang. Kan aku masih mau latihan, nanti dengkul aku lemes malah nggak kuat lari" ucapku sambil menaikkan Hani kembali ke pangkuanku.
"Berarti abis latihan aja, ya. Sekalian kamu nginep disini, kan kita libur besok" ucap Hani dan akupun mengiyakannya dan kami kembali berciuman sebentar sebelum Hani menyudahinya dan beberes, mandi dan menyuruhku untuk bersih-bersih dan mandi juga karena kita masih harus beribadah dulu. Itulah hubungan kami, meskipun kami sering melakukan kegiatan-kegiatan "enak" ini, kami juga saling mengingatkan untuk tetap tidak meninggalkan ibadah kami, Is it weird?


Jam sudah menunjukkan pukul 6 dan aku dan Hani pun berangkat menuju tempatku latihan sepakbola. Nothing happened here, karena di saat ini aku dan Hani hanya mengobrolkan hal-hal yang tidak penting.


Singkat cerita, kami sudah sampai di tempat latihanku. Jarak dari perkotaan memang agak jauh, oleh karena itu aku memutuskan untuk membawa mobil, setidaknya jika Hani kedinginan, dia bisa masuk ke mobil dan menghangatkan diri. Disaat latihan ini juga tak jarang ada yang membawa pacar ke tempat latihan dan menonton dari samping, dan kebetulan ada beberapa pemain yang membawa pacarnya, jadi Hani juga bisa mendapatkan teman untuk ngobrol. Aku menggandeng tangan Hani disaat kita berjalan ke lapangan, dan kulihat sudah ada seniorku yang memerhatikanku dan menyorakiku dari jauh.
"Woy!! Akhirnya si Bayu debut bawa cewe nih!!" teriak salah satu seniorku. Aku dan Hani hanya tertawa dan kami berkumpul dan ngobrol-ngobrol dulu sebelum kami latihan.


Ada sebuah tradisi di UKM sepakbola kami, dimana pada saat ada yang membawa pacar, maka pacarnya harus diberi 'ospek' terlebih dahulu, dan kali ini Hani lah yang diospek. Pada saat itu aku dan Hani disuruh untuk berdiri kedepan dan Hani disuruh untuk memperkenalkan diri.
"Assalamualaikum, semuanya. Nama aku Bayu, nah jadi disini, aku mau ngenalin pacar aku, namanya Hani" ucapku dan dibalas dengan "HAIII HANIII" oleh seluruh orang yang ada disana. Tanpa kusuruh, Hani pun langsung memperkenalkan dirinya.
"Halo semuanyaaa, nama aku Hanii. Aku asalnya dari Ibukota, masih maba, dan aku dari fakultas pertanian sama dengan Bayu, salam kenal yaa semuanya!!" ucap Hani dengan ceria. Pada saat diospek juga pertanyaan yang diberikan kepada Hani juga cukup 'lawak' seperti: 'Kok bisa mau sama muka keset kaya Bayu?', 'Bayu pernah nakal ke kamu ngga?', 'Pernah ditinggal tidur sama Bayu pas lagi telponan ngga?', dan 'kapan putusnya sama Bayu?'. Hani tidak merasa malu dengan ini, bahkan dia bisa membalik canda pertanyaan tersebut dan membuat suasana makin meriah. Tak lama setelah itu, pelatih kami datang dan kami memulai latihan kami.


Kampus kami mencapai final dari turnamen yang diadakan untuk Universitas-Universitas di kota kami dan kota pahlawan yang tidak sangat jauh dari kota kami. Namun kali ini berbeda dengan sebelumnya, kami akan melawan PTN yang merupakan PTN favorit dari kota pahlawan tersebut, jadi menurut masing-masing kubu, ini merupakan momen yang pas untuk menunjukkan kampus mana yang lebih favorit di Jawa Timur.


Performaku pun bisa dibilang cukup baik. Peranku sebagai Regista untuk tim ini berkontribusi banyak dalam serangan, bahkan pelatih dan teman setimku sering menyebutku sebagai Our Pirlo, didedikasikan kepada Andrea Pirlo, salah satu regista terbaik yang pernah ada di dalam lapangan sepakbola. Jujur, sebenarnya aku kurang tersanjung dengan julukan ini, karena aku bukan merupakan pendukung AC Milan, Juventus, atau bahkan Tim sepakbola Italia. Hal ini mungkin disebabkan karena aku kurang suka bermain sebagai Regista, dan aku terlalu mengidolakan Dimitri Payet, seorang pemain sayap yang membuatku mencintai klub West Ham United dengan performa gilanya pada musim 2015/2016, it's a shame though that things didn't work out for him in the next season then he moved back to Marseille.


Latihan pun berjalan lancar, dan selesai latihan, aku menyempatkan diri untuk mandi terlebih dahulu di toilet terdekat, dan setelah itu, aku dan Hani pamit duluan dengan semua orang yang ada disitu dan kami lekas berangkat. Sebelum pulang ke apartemen Hani, Hani mengajakku untuk makan terlebih dahulu di McD****d's dan kami menuju ke cabang McD yang dekat dengan apartemennya.


Di saat kami sedang makan, kulihat ada orang yang sedang berkerumun dengan kawannya sedang melihat tajam kearahku dan Hani. Aku yang merasa tidak nyaman memberitahu Hani tentang kejadian ini.
"Han, liat arah jam 7 dari kamu. Ada orang lagi ngeliatin kita" ucapku. Hani tidak melihat dengan menengok langsung, namun dengan menggunakan refleksi dari layar Handphone nya, dan tak lama setelah melihat orang itu, dia langsung menaruh hapenya dan menutup mulutnya seperti menahan kaget.
"Kenapa, han?" tanyaku.
"Bay, kamu jangan bertingkah aneh-aneh, jangan liatin dia juga. Dia itu orang yang deketin aku, inget kan? Dia anak teknik yang aku kasih tau itu" ucap Hani. Akupun hanya mengiyakannya dan melanjuti makanku.


Dari yang kulihat sih, memang. Dia cukup ganteng dengan khas kegantengan orang kaya di Ibukota, dan pakaian yang dia kenakan juga tanpa perlu tahu detilnya aku sudah tau kalau itu merupakan barang-barang mahal. Mungkin bagi para perempuan, dia merupakan idaman, tapi menurutku, judging by his act, judging by the way he moves, the way he talks, or even the way he sits, I can tell that this dude is a complete prick. Pikiranku itupun terbukti tak lama setelah itu ketika dia membawa temannya untuk jalan melewatiku dan Hani menuju ke toilet dan saat mereka hendak kembali, mereka dengan sengaja mendorong minumku dan menumpahkan air minumku ke lantai dan sebagian membasahi kakiku dan Hani.
"ehh maaf ga sengaja, eh ternyata Hani toh, aku kira siapa. Ini pacar baru kamu ya? Kenalin bro, gua Andre, orang yang lu tikung" ucap orang ini sambil menyodorkan tangannya kepadaku. Aku berusaha untuk tetap tenang dan membalas jabatan tangannya kepadaku.
"Bayu." ucapku singkat.
"Jadi Han, coba jelasin ke aku, kok kamu bisa mau sih sama tiang listrik kaya gini? Perasaan dia juga ga ganteng-ganteng banget, aku liat juga pas dia makan tadi mukanya kaya orang dongo, entah kamu kesambet apa ampe bisa milihnya dia" ucap Andre dengan wajah yang sangat mengundang untuk dipukul.
"Dre, please gausah ganggu aku lagi, kamu udah jelas kalah dari balapan kamu sama Bayu, jadi jauh-jauh dari aku. Lagipula kalau emang aku ngincernya dari harta, semenjak hari pertama kamu chat aku aku pasti udah langsung milih kamu. Ada sesuatu dari Bayu yang kamu gapunya, jadi aku lebih milih dia" ucap Hani dengan tampang sinisnya dan sudah kuperhatikan orang-orang sedang melihat ke arah kita berempat.
"Apa yang kurang? Karena kalau dari kontol aku yakin kalau kontol aku lebih besar dari punya Bayu, kamu mau coba pegang? Nih" ucap Andre sambil memajukan selangkangannya ke kepala Hani dan diikuti oleh tawa kegirangan dari teman-temannya. At this stage, I've lost it. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berdiri dari dudukku dan mengayunkan pukulan keras kearah kepalanya dan menendang badannya, pukulan itu tepat kena di kepalanya, namun tendangan itu meleset karena Andre ditarik oleh temannya dan saat itu tubuhku juga ditahan oleh Hani yang langsung sigap berdiri dan orang yang duduk dekat denganku.
"WOY, SINI LU BANGSAT! NGELECEHIN HANI SEKALI LAGI GUA SERET MUKA LU DI ASPAL! SURUH TEMEN LU PERGI DAN KITA LIAT MANA KEJANTANAN LU!" ucapku yang sudah emosi sambil menunjuk-nunjuk kearah Andre dan Hani yang tetap tenang terus membuatku untuk meredakan emosiku.
"Ssstt.. Udah bayy sabarr.. Yang ada kita malah disuruh pergi dari sini. Udahh tenang dulu, biarin Andre pergi dan kita lanjut makan lagi yaa, istighfarr sayangg" ucap Hani sambil mengelus-elus dadaku. Butuh waktu agak lama untuk membuatku tenang dan satpam yang menjaga memutuskan untuk mengusir Andre dan kerumunannya, after all, mereka yang memulai ini duluan. Setelah mereka diusir, aku tidak langsung duduk melainkan memesan minuman lagi dan mengambil cukup tisu untuk mengelap kekacauan yang telah Aku dan Andre lakukan. Aku kembali duduk dengan membawa minuman baruku dan kami lanjut makan. Disaat makan, Hani terus-terusan melihatku sambil tersenyum.
"Kenapa?" tanyaku.
"Nggak kok, nggak kenapa-napa" balas Hani sambil dia melanjutkan makannya.


Singkat cerita, aku dan Hani sudah menyelesaikan makan kami dan kami bergegas untuk kembali pulang. Di jalan, entah kenapa terdapat kesunyian yang membuat suasana menjadi canggung, aku sempat berpikir kalau Hani marah padaku, namun tangannya dan tanganku tidak pernah lepas kecuali saat aku sedang memegang persneling atau rem tangan, dan setelah itu dia lanjut memegang tanganku dan mengarahkannya ke pahanya. Dan tak terasa kami sudah sampai di apartemen Hani, dan dari saat kami keluar mobil, Hani terus menempelkan dirinya padaku, seperti menggandeng tanganku dan memposisikan tubuhnya seperti ingin untuk dipeluk atau dirangkul.


Kami sudah memasuki Flat Hani, dan aku langsung duduk di sofa, Hani membuka sepatunya terlebih dahulu dan kemudian menyusulku duduk di sofa dan sama seperti tadi, dia terus menempelkan dirinya padaku, saat ini dia bersandar di dadaku dan mengelus-elusnya. Sekitar 5 menit posisi kami seperti ini dan Hani tiba-tiba mencium pipiku.
"Hani sayang Bayu. Cpphhh" ucap Hani yang disusul dengan kecupannya pada pipiku.
"Bayu sayang Hani" balasku sambil mengelus-elus kepalanya. Kami sempat terdiam lama sebelum akhirnya Hani berdiri.
"Bay aku mau mandi dulu ya" ucapnya.
"Okay" balasku. Namun kemudian Hani kembali berbicara.
"Ummm.... Kamu... Mau ikut aku mandi, ngga?" ucap Hani yang membuatku kaget, ini Hani lagi bercanda atau gimana?
"Is this a joke?" balasku yang tak percaya dengan kata-katanya.
"Pintu kamar mandi gabakal aku kunci, jadi kamu kalau mau nyusul bisa langsung masuk, and I'll show you whether I'm joking or not" ucap Hani yang kemudian berjalan kedalam kamar mandi.

--

Pikiranku kacau. Di satu sisi, aku ingin menyusulnya kedalam dan ikut mandi bersamanya, namun di sisi lainnya, aku takut kalau ini hanya jebakan yang dia siasatkan. Aku sempat memikirkan ini selama beberapa menit, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk mengambil resiko dan menyusulnya ke kamar mandi. Di saat aku masuk ke dalam, kulihat pintu showernya tertutup dan kacanya berembun, dan kulihat pakaian Hani semuanya sudah digantung, bahkan beserta dengan pakaian dalamnya, jadi bisa kupastikan kalau Hani sedang bugil di dalam ruangan shower itu. Akupun mendekati pintu kaca shower tersebug dan mengetuk pintunya.
"Han?" ucapku.
"Masuk aja, sayang" balasnya.
Meski dilema, akhirnya aku memutuskan untuk membuka semua pakaianku dan membuka pintu kaca tersebut dan aku tidak mempercayai pemandangan apa yang sedang kulihat.

Kulihat Hani sedang membilas kulit bening dan mulusnya dengan air dan membasahi bagian tubuh yang lainnya. Tubuh Hani begitu indah, payudaranya yang tidak kecil namun tidak besar yang perfect dan ditambah dengan pantat yang tak kalah mulus membuat juniorku berdiri dengan sangat tegap. Selain itu, rambutnya yang panjang seleher dicepol seperti wanita kantoran membuat Hani terlihat lebih sensual.
"Gimana? Aku nggak bercanda, kan?" ucap Hani dengan tatapannya yang seolah-olah meledekku. Aku hanya tersenyum dan kemudian menyusul Hani untuk membilas tubuhku dengan air. Dibawah air shower ini, aku memeluk Hani dari belakang dan Hani memegang tanganku.
"Bay?" ucapnya.
"Iya, Han?" balasku.
"Janji ke aku kalo kamu gabakal masukin punya kamu ke punya aku" ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Akupun membalas jari kelingking tersebut dan membalas perkataannya.
"Pinky Promise" ucapku. Hani pun kemudian membalikkan badannya dan kami mulai berciuman. Ciuman ini memberi sensasi yang berbeda dari sebelumnya, dikarenakan saat ini kami sudah tidak menggunakan apa-apa sehingga kami bersentuhan dari kulit ke kulit. Ciuman inipun tidak seperti biasanya yang bisa dibilang cukup liar. Kemudian aku menggendong Hani dan menyandarkan badannya ke kaca shower dan memindahkan ciumanku dari mulutnya berpindah ke mengulum payudaranya.
"Ahhhh.... Mmmmhhh... Terusinn sayanggg... Ayooo... Netek sama akuuu...." ucap Hani sambil mengelus-elus rambutku. Aku terus mengulum putingnya dan menggelitikinya dengan lidahku yang membuat Hani menjadi makin gelinjangan, dan karena tubuh Hani sedang kugendong, kontolku dan memek Hani terus bergesekan membuat Hani menjadi semakin liar dan Hani memberhentikan kenikmatan ini.
"MMMHHH.... AHHHH... ENAKK BANGETTTT... BAYY BERENTI SEBENTAR..... AKU NGGAK KUATTT!!!!" aku yang panik karena teriakan Hani yang tiba-tiba pun menurukan badannya.
"Hhhhh... Sebentar ya sayangg... Hhhh... Hhhhh.. Aku mau mandi dulu..." ucap Hani sambil mengambil napasnya. Hani pun mengambilkan sabun dan memberikannya kepadaku.
"Sabunin aku, sayang" ucapnya. Tanpa berpikir lama, akupun mulai mengoleskan sabun ini ke badan Hani dan aku sengaja melamakan olesanku di payudaranya membuat dia menjadi keenakan.
"mmmmhh... Ahhhh..." desah manja Hani. Sudah puas dengan payudaranya, aku menurunkan tanganku ke bagian perutnya dan mengoleskan sabun ini. Akupun iseng untuk menurunkan tanganku ke memeknya dan Hani kembali mendesah kenikmatan sebelum akhirnya menarik tanganku kembali keatas.
"ahhhh... Sayanggg... Mmmhhhh... Bandel yahhh... Ahhhh...." desah Hani dan kemudian aku mengarahkan tanganku ke bagian punggungnya, dan kemudian aku kembali iseng dengan menepuk kecil pantat mulusnya dan Hani tersentak kaget namun tertawa setelah itu. Setelah itu aku menyabuni kakinya dan Hani menyabuni tangannya dan setelah itu Hani melepaskan ikatan rambutnya dan membasahi badannya dibawah pancuran air. Setelah selesai membilas badannya dan aku juga telah selesai menyabuni badanku dan membilasnya, Hani merangkul leherku dan aku merangkul pinggulnya.
"Bay" ucap Hani.
"Iya, Han?" balasku.
"Badan aku bagus, nggak?" tanyanya. Aku tersenyum melihat Hani yang menatapku dengan wajah lugunya.
"Bukan cuma badan kok. Muka, rambut, dan personality, you're perfect to me" dan kami kembali berciuman. Aku kembali menggendong Hani dan kami sempat berciuman di dalam shower ini sebelum akhirnya sambil menggendong Hani aku membawa Hani keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan bugil. Hani yang tadinya tidak menyadari pun kaget ketika kami sudah berada di luar dan melepaskan ciumannya.
"Bayy, ihhh Bandel bangetttt. Nanti keliatan orangggg" ucap Hani pelan namun seperti teriak. Akupun kembali mencium bibirnya lagi sebelum melepaskan ciumannya untuk menjawab perkataannya.
"Nggak kokk, kan kamu tutup pake gorden kacanyaa" balasku. Hani yang kemudian sadar pun kembali menciumiku dan aku mendudukkan diriku di sofa dan memposisikan Hani duduk di pangkuanku dan posisi ini membuat kontolku terjepit dengan badanku dan badannya. Bosan dengan posisi ini, aku menidurkan Hani di sofa dan memosisikan badanku seolah kita sedang melakukan seks dengan gaya missionary dan kami kembali berciuman.
"mmmhhh.... Ccuppp... Ahhhh... Sayangg.... Aku keenakann...." desah Hani. Tak lama setelah itu, Hani melepaskan ciumannya.
"Sayang, pindah ke kamar aja, yuk" ajaknya. Akupun mengiyakan dan kembali menggendongnya dan menuju ke kamarnya. Setelah masuk ke kamarnya, Hani memintaku untuk menurunkan badannya.
"Sayang, turunin aku dong, kamu tiduran di kasur duluan ajah" ucapnya. Akupun langsung menaiki kasur tersebut dan menidurkan diriku disitu. Di sisi lain, Hani menyalakan AC kamarnya dan mencari sesuatu di meja riasnya.
"Kamu nyari apa, Han?" tanyaku.
"Aku lagi nyari baby oil, buat pelumas pas ngocokin punya kamu" balasnya.
"Gausah pake baby oill, pake ludah aja biar lebih bersensasi" balasku kembali.
"Ihhh emang nggak jiji apa?" tanya Hani dengan menunjukkan wajah jiji.
"Gatau sih, tapi coba aja duluu" balasku. Hani pun mengiyakannya dan sekarang kepalanya sudah berada didekat kontolku.
"Jadi ini aku ludahin aja atau gimana?" tanyanya. Oh my god, Hani ternyata masih sangat lugu.
"Iyaa sayang baru abis itu kamu kocok" balasku. Hani pun meludahi kontolku beberapa kali dan mulai mengocok kontolku.
"Ahhhh... Iyaa begitu Han..... Ahhh ini enak bangettt" desahku keenakan dan Hani hanya tersenyum melihatku.
"Hhhh... Punya kamu gedee ya Bayyy" ucap Hani yang ikut mendesah.

Sudah 5 menit dikocoki Hani, belum ada tanda-tanda kalau aku akan ejakulasi, dan Hani pun sepertinya mulai merasakan pegal di tangannya.
"Hhhh... Bayy,, tangan aku pegelll, kamu masih lama keluarnya??" ucap Hani.
"Ahhh... Ahhhh... Belom Hann, kamu udah cape??" balasku sambil mendesah.
"Iyaaa" balas Hani. Akupun berusaha untuk menyudahi kegiatan ini, aku juga kasihan kalau dia menjadi kecapean. Namun....

"Yaudahh kalo gitu udahin aj.. EHHHHH" Teriakku yang kaget. Tanpa komandu dariku, tiba-tiba Hani sudah melahap kontolku. Namun karena dia kaget dengan teriakanku, dia mengangkat kepalanya dan ikut teriak.
"EHHH KENAPAA??" Teriak Hani.
"Kagetttt kamu tiba-tiba ngulum punya akuuu" balasku.
"Aku gatahannn sayang, maaf yahhh kalo aku kesannya malah kaya munafik" ucapnya dan kemudian dia lanjut mengoral penisku.
"Oh my goddd... Terusin sayangg... Enak bangetttt.." desahku sambil menahan jeritan.
"chlokkk...chlokk... Nanti kalo udah mau keluar bilang yaaa" ucap Hani dan kemudian dia melanjutkan mengoral penisku. Aku yang tidak tahan pun menarik badan Hani dan memutarnya sehingga kepalaku berada di depan memeknya dan membuat posisi 69.
"Hhhh... Sayangg kamu mau ngapainn??"" tanyanya lirih.
"Returning a favor" balasku dan aku mulai menjilati memeknya.
"AHHHH... BAYYY... KAMU APAINN PUNYA AKUU... AHHHH... ENAKKK" Jerit Hani yang kemudian lanjut mengulum kontolku lagi. Kami tetap berada di posisi ini cukup lama namun Hani sudah tidak bisa fokus menyepong kontolku karena rasa nikmat yang tidak bisa dia tahan dari memeknya. Tak lama kemudian pun, aku merasakan kalau aku akan segera keluar dan akupun memberitahu Hani.
"slurpp... Slurpp... Sayanggg aku udah mau keluarrr" ucapku setengah mendesah dan Hani pun melepaskan kulumannya dan membalas perkataanku.
"Chlokk.... Chlokk.... Sama sayanggg aku juga udah mau keluarrrr" balasnya. Tanpa ada yang mengomando, aku menaikkan intensitas jilatanku dan Hani juga mempercepat gerakan naik-turun kepalanya. Tak lama setelah itu aku pun tidak kuat menahannya lebih lama lagi.
"SAYANGG AKU MAU KELUARRR" Ucapku kepada Hani.
"MMMMHHHH" Teriak Hani namun tidak terdengar jelas karena mulutnya masih penuh dengan kontolku. Kami mempercepat intensitas kami dan kami pun akhirnya ejakulasi.
"AHHHHH" Jeritku.
"MMMMHHHHH" Jerit Hani.

Cairan orgasme Hani membasahi dan memenuhi mulutku dan pejuku juga tertampung sepenuhnya oleh mulut Hani. Tak lama kemudian terdengar suara "glekk" menandakan bahwa aku dan Hani menelan cairan orgasme yang sudah kita keluarkan. Setelah itupun Hani melihati aku dan aku melihati Hani.
"Kamu telen?" tanyaku.
"Iya, kamu juga?" balas tanyanya.
"Iya" balasku lagi. Kami berdua tertawa kecil dan Hani mengecup manja kontolku sebelum akhirnya memindahkan dirinya kesampingku dan membelakangiku dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kita berdua. Disaat itupun aku berinisiatif untuk memeluk tubuhnya dari belakang dan Hani memegang tanganku yang sedang mengelus-elus perutnya.
"Sayang?" tanya Hani memecahkan kesunyian.
"Iya, kenapa?" balasku.
"Makasih yah buat debutnya, meski sampe belom dimasukkin" ucapnya.
"Emang kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran dari mau ngocokin doang sampe mau mandi bareng?" tanyaku, sebenarnya aku ingin menanyakan ini daritadi namun momennya tidak pernah pas.
"Aku juga gatau, tapi pas tadi kamu stand-up ke Andre pas dia ngelecehin aku, aku jadi tau kalau kamu orangnya beda dari yang pernah deketin aku sebelum-sebelumnya" ucap Hani.
"Dari aku SMA, banyak orang yang deketin aku karena aku terlihat kaya polos dan lugu dan bisa dimanfaatkan buat kesenangan mereka, atau karena keluarga aku yang kaya" lanjutnya. "Kejadian yang sama juga ada pas Andre deketin aku. Dia selalu nganggep kalo aku masih kaya anak kecil jadi dia berusaha macarin aku. Tapi aku ngerasa ada yang beda dari kamu. Di hari pertama kita kenal, dan pas kamu datengin aku, aku kayak nggak ada rasa apa-apa kecuali kamu emang berusaha mau kenalan sama aku atau kamu mau nganterin aku pulang karena kamu care, bukan modus. Gak lupa juga tiap kita call, tiap kita makan bareng, tiap kita berangkat bareng, aku ngerasa kalo kamu itu emang beneran care sama aku, bukan karena emang ada niatan mau deketin, mungkin sampe suatu periode kamu ngerasa baper dan aku juga baper sama kamu" cerita Hani. Akupun membalas cerita Hani dengan candaan untuk mencairkan suasana.
"Oooh gitu, tapi emang sih aku charming" ucapku dan Hani langsung membalikkan badannya dan memukul kecil perutku.
"Ihhh kamu mahh orang lagi serius jugaa" ucap Hani dan dilanjut dengan tawaan.
"Jadi, aku mohon ke kamu, jangan ubah perspektif aku ke kamu karena sejauh ini selain orangtua aku, kamu itu satu dari sekian banyak orang yang kurasa bisa care banget sama aku, dan aku mau kamu tetep ngelindungin aku bahkan ketika kita mungkin nanti udah ga sama-sama lagi, okay?" ucap Hani. Akupun membalas perkataannya dan mengacungkan jari kelingkingku.
"Janji" ucapku namun jari kelingkingku diabaikan dan Hani malah kembali mencium bibirku.
"Ccuppp... Ccuppp... Ahhh.. Kalo gini jadi lebih sah, tandatangan kontraknya di mulut. Ehe, yaudah tidur yuk, udah malem. Good night, sayang" ucapnya dan Hani mendekatkan badannya ke badanku dan memelukku. Aku yang kaget hanya bisa tersenyum dan memeluk balik Hani.
"Good night, sayang. Mimpi indah yah. Cupp..." ucapku yang kulanjut dengan kecupan di dahi dan kami berdua tidur terlelap sampai pagi.

-To Be Continued-
 
Keren nh ceritanya.. masih misteri kelanjutan kisah Bayu dan Hani..
Ttp semangat mantengin crita Suhu.

Sehat dan bahagia Hu. Sukses d RL
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd