Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
"The Trophy"

"Gimana, barang udah pada siap semua?" ucap Adi yang sedang merapikan barang-barang kami di bagasi mobilku. "Bentar, nunggu barang-barangnya Bayu. buruan, Bay! Lama banget si lu sambil bawain hantaran kawin, ya?" ucap Rama yang sudah merasa tak sabar. "Iyee sabar, ini tinggal masukkin ke dalem koper" ucapku dari kamar kosanku sambil merapikan barang-barang yang akan kubawa. Well, sebenarnya bukan aku yang merapikan barang-barangku namun Hani karena dia tidak tahan melihatku memasukkan barang-barang dengan lamban. "Lagii kamu tuh bukannya dari pagi tadi packingnya, jadi ribet kan sekarang, awas aja nanti kalo nggak dapet hotel" ucap Hani yang seperti kesal karena aku tidak mengemas barangku dari pagi sehingga kita bisa langsung jalan sore ini.

--

Kegiatan Perkuliahan kami pada semester ini sudah selesai dan kami sudah bisa pulang ke kota asal kami, namun tidak untukku dan Adi, karena kami harus menjalani pertandingan Final kompetisi sepakbola di kota seberang. Aku dan Adi sebenarnya bisa ikut rombongan yang lain menggunakan bus yang disewa oleh anak-anak tim besok, namun Hani ingin ikut ke pertandingan ini dan dia menyarankan untuk menginap di kota tersebut lebih dahulu dan langsung pulang ke kota asal kami esoknya. Oleh karena itulah kami membawa mobilku ke kota tersebut dan langsung pulang ke kota asal.

--

Aku dan Hani kini sudah selesai packing dan langsung membawa barang-barang ke mobilku, tak lama setelah itu kami pun berangkat. Kami sudah merencanakan pola duduk kami di mobil dari jauh-jauh hari, dimana tiap aku atau Hani yang sedang menyupir, aku atau Hani harus duduk bersampingan, begitu pula ketika Rama yang menyupir, aku dan Hani akan duduk bersebelahan di belakang. Hal ini kami atur karena Hani takut canggung ketika dia duduk bersebelahan dengan Adi atau Rama.

Selama di perjalanan yang kurang lebih selama 2 jam ini, tidak ada kesunyian di dalam mobil. Pasti ada saja yang bisa kami bicarakan dan kami candakan, atau tiba-tiba ada yang menyarankan permainan seperti truth or dare, dll. Tak jarang pula kami menanyakan pertanyaan yang cukup ekstrem pada saat permainan truth or dare ini.

"Ayo, gantian sekarang Adi, lu mau truth or dare, nih?" ucap Hani yang sebelumnya sudah mendapat giliran.
"Aduh, dare deh" ucap Adi.
"Baguss, kan sekarang giliran gua yang ngasih dare, dare gua ke lu, ganti foto profil lu pake Logo AC Milan selama 6 jam" ucapku semangat. Aku sudah menantikan momen ini selama permainan ini karena Adi merupakan penggemar berat Inter Milan, rival dari AC Milan.
"Ah lu mah Bay emang udah ngincer gua ini ya daritadi, jangan dong Bay lu kan tau gua admin akun Fanbase Inter, bisa dimaki-maki gua" ucap Adi memelas.
"A dare's A dare, bro. Heheheh" ucapku kegirangan, dan karena terpaksa akhirnya Adi mengganti foto profilnya.

"Nahh sekarang Hani, kamu truth atau dare?" ucapku menanyakan apa yang akan Hani pilih.
"Aku truth aja deh, takut dare dari Adi malah parah buat bales dendam ke kamu" balas Hani. Entah kenapa, firasat Hani benar, adi seperti sedang menyiapkan pertanyaan tergila yang akan ditanyakan ke Hani, dan tiba-tiba, Adi menaruh twist dalam truth Hani kali ini.
"Yaudah, kalo gitu sekarang truth nya gua ubah jadi buat lu berdua, truth nya: APA HAL TERNAKAL YANG PERNAH KALIAN LAKUIN" aku yang sedang minum memuncratkan minumanku, dan Hani yang sedang memeluk bantal membenamkan mukanya ke bantal tersebut.
"Eh, Di lu gila banget ngasih pertanyaan, ganti dong please" ucapku memohon kepada Adi karena pertanyaan ini saja sudah cukup ekstrem jika ditanyakan kepadaku, apalagi kepada Hani.
"A truth's a truth bro, mampus lu gua balikin, silahkan kalian berdua diskusi dulu aja eheheheh" ucap Adi seperti dia sudah memenangkan Trophy of a Lifetime. Rama yang melihat kelakuan kita hanya bisa tertawa terbahak-bahak sambil menyupir. Aku dan Hani pun sempat berdebat lama hingga akhirnya Hani yang menyuruhku menceritakan kenakalan kami.
"Yaudah, gua sama Hani udah sepakat kalo kita berani ngejawab ini, jadi jawaban dari pertanyaan yang tadi adalah: kita pernah mandi bareng" ucapku menahan malu, dan kulihat Hani wajahnya memerah. Aku terpaksa berbohong karena jika mereka tahu Hani pernah menyepong kontolku, terbongkar sudah privasi kami, dan bisa lebih parah, cerita kami tersebar di seluruh kampus.
"AHAHAHAHAH YES AKHIRNYA KEBONGKAR JUGA DI" teriak Rama kegirangan.
"YOII HAHAHAAH TERNYATA BAYU BISA NAKAL JUGA TOH" balas Adi tak kalah kegirangan. Permainan tetap berlanjut setelah itu namun kali ini pertanyaan dan tantangannya sudah diberi batasan karena aku tahu, dari truth Hani tadi pasti Adi dan Rama akan menanyakan hal-hal berbau bokep lainnya.

Singkat cerita, kami sudah mencapai kota tujuan. Kami baru saja keluar dari pintu tol, dan Rama langsung menyuruh Hani untuk mencarikan hotel yang bisa kita singgahkan.
"Han, dari sekarang aja cari hotelnya. Kalo nanti-nanti takut keburu gadapet" ucap Rama.
"Okayy, berarti dua kamar kan jadinya?" ucap Hani sambil menatap layar hapenya.
"Iya, dua dulu aja. Nanti kalo ada lebih pesen sekamar lagi" ucapku. Tak lama kemudian, Hani mendapatkan hotel yang menyediakan dua kamar dan harganya cukup terjangkau.
"Dapet, nih. Dua kamar, tapi satunya dua kasur kecil, satunya lagi kasur gede. Ambil, nggak?" tanya Hani.
"Udah ambil aja, keburu kerebut ama orang lain" ucapku dan Hani langsung memesan hotel tersebut, jaraknya dari tempat kami bertanding juga tidak jauh, hanya sekitar 3 km.

Kami sudah sampai di hotel itu dan kami langsung check-in. Yang tinggal menjadi masalah hanya siapa yang akan mengambil kamar double-single bed dan siapa yang akan mengambil yang satunya.
"Ini Hani ambil kamar double bed aja kali, nanti kita bertiga tidur di kamar satunya, gampang nanti pesen extra bed aja kalo kurang" ujarku. "Et dahh Bay, gausah malu-malu kalii tidur sekamar ama Hani, udah lu sekamar sama Hani aja, lagian kan belom tentu stock extra bed nya masih ada" ucap Adi yang menyarankanku untuk sekamar dengan Hani saja. "Iya udah lu berdua aja, gamau gua kalo nanti lu barengin tidurnya di kasur kecil gitu berdua sama gua, Adi juga pasti gamau" balas Rama. Sebenarnya juga aku ingin tidur sekamar dengan Hani, namun aku tidak yakin kalau aku bisa menahan hawa nafsuku nanti saat tidur bareng dengannya karena besok adalah pertandingan krusial dan aku tidak mau kalau aku malah melakukan ritual yang bisa membuat tenagaku menjadi jelek besok. "Ah tai lu pada ya, yaudah ini gua sekamar ama Hani ya jadinya" ucapku. "Sipp, Bay jangan lupa direkam ya mainnya Hehehehe" canda Rama. "Ihh kalian berdua tuh apasih pasti candaannya ke seks mulu, apa karena belom pernah ya hahahaha" balas canda dari Hani.

Kamar kami berbeda lantai, jadi kami berpisah di lift. Sesampainya di kamar, aku langsung menghempaskan badanku di kasur setelah menaruh barang-barangku, dan Hani langsung beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan menyegarkan badan. Kali ini aku tidak menyusul Hani ke dalam kamar mandi, karena punggungku masih merasakan pegal setelah hanya duduk selama dua jam di mobil tadi. Sekitar 10 menit kemudian, Hani keluar masih menggunakan handuk dan menyuruhku untuk mandi.
"Sayang, mandi ih. Abis ini kita nyari makan diluar yah" ucap Hani. Aku pun mengiyakan dan langsung beranjak ke kamar mandi. Setelah aku selesai mandi, aku keluar hanya menggunakan handuk dan kulihat Hani masih menggunakan handuknya dan seperti sedang menelepon seseorang.
"Iyaa, Ummi. Ini abis ini aku sama Bayu mau keluar nyari makan.... Iyaa ummi nggak makan junkfood kok kayaknya kan besok Bayu mau lomba juga.......... Okee yaudah nanti aku kabarin lagi yaa, Iyaa nanti aku sampein salamnya ke Bayu, dadahh" ucap Hani kepada orang diseberang telpon itu.
"Tadi siapa?" tanyaku. "Ummi, Bay. Tadi Ummi nanyain mau berapa hari disini sebelum pulang, sama Ummi nitip salam, katanya kalo kalah gaboleh main kerumah aku nanti hehehe" ucap Hani masih sambil memainkan hapenya. "Oalahh, siapp Ummi, titip salam ajaa ke Ummi doain supaya menang besok, terus kenapa kamu masih pake anduk doang? Perasaan aku mandinya lumayan lama deh tadi" tanyaku sembari mengeluarkan pakaianku dari koper. "Sengaja, buat godain kamu, hehehe. Gimana, kegoda, nggak?" ucap Hani meledek. Aku yang tadinya sudah ingin memakai pakaian pun menundanya dan menghampiri Hani yang masih duduk di sofa kecil itu dan menarik badannya untuk menggendongnya sambil membuka handuknya dan handukku juga, dan sekarang kami berdua sudah bugil. "Pacar aku udah mulai bandel yah" ucapku sambil mendudukkan Hani di meja di depan kasur. "Iyah, biar bisa ngimbangin kenakalan pacar aku juga" ucap Hani dan kamipun mulai berciuman. Tidak lama kami berciuman dalam posisi ini, sampai akhirnya aku kembali menggendongnya dan menghempaskan badannya ke kasur. Aku berniat untuk bermain di sekitar payudaranya, namun Hani dengan sigap langsung menahan kepalaku.
"Ettt ettt, yang ini belom boleh, hehehehe. Inget sayang kan kamu besok mau turnamen" ucap Hani. "Loh kenapa? Kan aku juga ngga sampe keluar, jadi aman-aman aja dong" balasku berusaha meyakinkan Hani untuk memperbolehkanku mengemut putingnya.
"Nggak, pokoknya gaboleh. Yang boleh sekarang cuma bibir aku, yang ini sama ini bolehnya besok abis kamu lomba, okeh?" ucap Hani sambil mengunjuk payudara dan memeknya. "Wah besok boleh dimasukkin?" ucapku bercanda namun sedikit berharap. "Tentu saja belum boleh masukkin, hehe. Yaudahh ayo pake baju duluu nanti kemaleman nyari makannya" akupun mengiyakan ajakannya.

Malam ini aku hanya menggunakan kaus lengan panjang, celana pendek, dan sendal, sedangkan Hani menggunakan starterpack anak kosan mencari makan keluar: Bergo, kaus lengan pendek dan ditutupi menggunakan cardigan, dan celana training dan sendal jepit. Aku juga sempat menyusul Rama dan Adi ke kamarnya namun mereka sudah pergi keluar duluan, mungkin mereka menunggu kami berdua terlalu lama sehingga mereka jalan duluan.

Kami tidak menggunakan mobil saat mencari makan, karena kami berdua ingin menikmati suasana kota ini dengan jalan kaki. Di dekat hotel ini juga terdapat banyak warung makan, jadi kami mempunyai banyak pilihan makanan, namun tetap saja yang kita pilih adalah warung makan pecel lele. Aku dan Hani memilih untuk duduk di pojok.

Di saat kami berdua sedang makan, ada dua orang yang memasuki stand pecel lele ini, laki-laki dan perempuan. Tapi wajah mereka berdua sepertinya tidak asing bagiku. Mereka berdua sepertinya menyadari kalau aku memperhatikan mereka dan mereka menyapaku duluan. "Loh, Bayu, kamu ternyata kesini duluan juga, tah?" ucap orang itu dengan logat medhok, dan setelah mendengar suaranya aku baru mengenali siapa dia. Mereka adalah Mas Anwar dan pacarnya , mas Anwar merupakan mahasiswa yang sudah memasuki tahun kelima sama seperti pacarnya, dan dia merupakan Centre-Back andalan dan kapten tim kampus selama beberapa tahun terakhir ini. "Oalah mas Anwar toh, iya mas, aku nginep soalnya lusa abis Match aku mau langsung balik ke kampung, mas" ucapku membalas sapanya. Setelah itu Hani pun berkenalan dengan mas Anwar dan pacarnya, mbak Tessa, dan mereka duduk bergabung dengan kami di pojok tenda gerobak.

Hani dan mbak Tessa langsung klop dan bisa berbicara panjang, dengan begini aku bisa tenang karena Hani juga sudah menemukan teman perempuan untuk menemaninya besok. Di sisi lain, aku dan mas Anwar sedang berbincang tentang pertandingan besok. "Bay, kon wis nyari info-info tentang lawan kita besok, tah?" ucap mas Anwar. Memang, banyak senior-senior yang sering menyuruhku untuk mencari info lawan kami sebelum kami berhadapan dengan mereka dikarenakan keahlianku dalam menggali informasi. "Sejauh ini sih, mereka mainnya itu agak nge-press ketat, mas. Jadi kayaknya enak kalo kita mau main counter attack kayak biasa, sama main star mereka masih sama kaya pas mas Anwar main lawan mereka tahun-tahun kemaren, si bule Psikopat itu" ucapku. Aku ingat cerita dari salah satu seniorku tentang si bule psikopat ini, dia pernah mematahkan kaki lawan dan dia tertawa kegirangan setelah itu. "Oalah, jancuk. Masih main tah dia? Berarti baiknya piye Bay buat ngelawan dia?" tanya mas Anwar yang sudah ingin prepare dari sekarang. "Sebenernya mah gampang, mas. Yang penting ada satu orang yang bisa nempelin dia, dan ada satu yang ngecover orang yang nempel dia, jadi saran aku mas main ngecover partner bek mas aja, buat jaga-jaga kalo dia kelepasan, sama yang penting supply bola ke dia juga bisa kepotong, nanti aku sama Adi yang ngurusin bagian itu" ucapku menjelaskan. Mas Anwar yang mulai mengerti mengiyakannya dan menyebarkan informasinya kepada pelatih dan timku untuk membantu pelatih menyusun taktik untuk besok.

Selesai makan kami pun berpamit karena mas Anwar menginap di hotel yang berbeda dengan kami, dan aku dan Hani langsung pulang ke hotel untuk beristirahat. Sesampainya di hotel pun Hani langsung membuka bergo dan cardigannya dan beranjak tidur, begitu pula denganku. Aku menghampiri Hani yang sedang tidur dan memeluknya dari belakang. Hani yang menyadarinya langsung membalikkan badannya dan mendekapkan badannya di pelukanku.
"Bay" ucap Hani memecahkan kesunyian.
"Iya, sayang?" balasku.
"Pokoknya apapun yang terjadi besok, kamu tetep juara bagi aku kok, jangan malah nge-down yah besok. Semangattt! Sekarang ayo tidur, good night sayang" ucap Hani menyemangatiku. "Iyaa sayang, terimakasih. Good night" balasku dan kami tidur terlelap hingga pagi.

--

"Bay, Bay, Bangun. Udah jam 6" ucap Hani membangunkanku. Aku yang masih setengah sadar pun langsung berdiri dan menuju ke meja untuk mengambil air untuk minum. "Kamu tadi subuh ngga bangun?" tanyaku karena kita berdua sepertinya kesiangan. "Iya, Bay. Pules banget kita berdua juga tidurnya" ucap Hani yang masih berada diatas kasur. Akupun memakluminya karena memang kami juga malamnya juga kecapean setelah berada di mobil kurang lebih 2 jam dan kami juga sempat jalan-jalan di sekitar hotel.

Pertandingan akan dimulai pukul 9 Pagi, jadi masih ada waktu untuk mencari sarapan kemudian baru menuju ke tempat pertandingan final ini. Akupun langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan setelah aku selesai mandi, Hani langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi juga. Di saat aku dan Hani sedang mengenakan pakaian kami, aku sempat bingung karena Hani mengeluarkan jersey West Ham United dari tasnya. Sejak kapan Hani tahu-tahuan tentang West Ham? Akupun menanyakan Hani darimana Hani mendapatkan jersey itu.
"Kamu dapet jersey itu dari mana, Han?" tanyaku.
"Oh ini? Ini punya kamu, tau. Pas aku lagi beresin baju-baju kamu, aku liat ada baju bola ini, ada nama kamu juga di bajunya, jadi aku ambil aja buat aku pake hari ini eheheh, gapapa kan?" ucap Hani. Akupun baru menyadari kalau itu merupakan jerseyku ketika Hani menggunakannya karena terlihat Nameset "DIRGANTARA" dengan nomer punggung 41 nya. "Oalahh, kamu ngga ngomong-ngomong, kan kaget jadinya aku" balasku. Hani tertawa kecil dan kini kami berdua sudah rapih.
"Gimana, Bay? Bagus, ngga?" tanya Hani. Saat ini Hani menggunakan jersey tandang West Ham yang berwarna putih, dilengkapi dengan manset berwarna putih, jilbab berwarna hitam dan celana jeans biru, dan Jerseynya dimasukkan kedalam celananya sehingga Jerseynya terlihat menjadi menggembung. "Jadi makin manis, sayang" ucapku yang kemudian menghampiri Hani dan mencium singkat bibirnya. Setelah mengemas peralatan sepakbola ku, aku dan Hani langsung turun ke lobby dan bertemu dengan Adi dan Rama, kemudian kami berempat berjalan mencari sarapan sebelum menuju ke tempat pertandingan.

--

Jam sudah menunjukkan jam 8.50 dan kami para perwakilan kampus sudah berkumpul di tempat pertandingan. Aku dan Adi langsung menuju ke tempat pemain, sedangkan Hani pergi menyusul Mbak Tessa dan Rama berkumpul bersama ultras. Pelatih mengumpulkan kami untuk memberi tahu taktik yang akan digunakan.
"Jadi formasi yang sekarang akan kita gunakan adalah 4-3-3, pemainnya juga sama seperti saat di semifinal kemarin, bedanya role Anwar sekarang jadi Libero, dan untuk Adi, Alif, dan Bayu di tengah, jangan sampe si bule bisa dapet supply Bola dari tengah, paham kan? LET'S GO!" ucap Pelatih dan kemudian disusul dengan huddle dan yel-yel dari tim kami.

Pertandingan ini berlangsung selama 30 menit x 2 babak, dan selama 30 menit awal ini, taktik kami berjalan dengan lancar. Bule tidak bisa berkutik dari marking Mas Juan yang menjadi partner mas Anwar, dan sekalinya bisa lewat, mas Anwar bisa menghadangnya dengan sigap. Supply bola dari tengah juga berhasil kami patahkan, yang kemudian kami manfaatkan untuk meluncurkan serangan balik. Namun sejauh ini, kedudukan masih 0-0 hingga paruh waktu.

"Bay, peka juga kamu, cuk! Ternyata saran kamu berguna juga!" ucap mas Anwar. "Udah jangan ngomong gitu sekarang, yang penting sekarang kita bisa Golin dulu baru kita bisa tenang" ucapku kepada mas Anwar untuk tidak bersenang diri sekarang, karena sepertinya aku merasakan bahwa tim lawan akan mengubah taktik.

Babak kedua dimulai, dan dugaanku benar. Kali ini tim lawan menggunakan dua pemain depan dan satu menopang di belakang mereka dan menyuplai bola. 5 menit berlalu, mas Anwar dan mas Juan mulai kewalahan. Dikarenakan bingung harus menjaga yang mana, pada serangan ini si Bule dibiarkan bebas dan Bule berhasil mencetak gol kegawang kami dan kedudukan sekarang menjadi 1-0 bagi tim lawan. 3 Menit kemudian, si Bule bermain seperti kerasukan Lionel Messi dan bisa melewati seluruh pertahanan kami dan mencetak gol dan skor sekarang menjadi 2-0.

Melihat kami yang menjadi lemah, lawan pun kembali memberi tekanan yang tinggi sehingga kami tidak mendapat ruang untuk memulai serangan.
"Bay, gimana ini, cuk? Kalo begini terus ra bakal iso nyerang kita" tanya mas Anwar. Aku yang mulai kebingungan pun hanya bisa menjawab "tunggu instruksi dari coach aja, mas" dan tak lama setelah itu, mas Anwar dipanggil oleh coach dan kembali dengan taktik baru yang akan disampaikan.
"Jadi coach ngasih instruksi, Bayu sekarang lebih main kedepan, Adi dan Alif cover Bayu dari belakang, dan Mas Jodhi dan Sebastian jadi dua striker, AYO BISA MENANG AYO" ucap mas Anwar menyemangati kami.

Kini aku bisa bermain dengan lebih nyaman. Aku bisa menyuplai penyerang dari jarak yang lebih dekat dan sekarang aku tidak perlu mundur ke belakang karena sudah dicover oleh Adi dan Alif. Sisa 10 menit pertandingan, Sebastian berhasil mendapatkan umpanku dan menempatkan bola di dalam gawang sehingga skor sekarang menjadi 2-1. Selang 2 menit kemudian, tendangan jarak jauh dari Adi berhasil masuk ke gawang lawan dan kedudukan sekarang 2-2. Taktik baru ini juga berhasil membuat penyerang lawan kembali terisolasi dan tidak bisa mencetak gol baru.

Sisa 3 menit tambahan waktu, tim lawan mendapatkan tendangan sudut. Ini merupakan keuntungan bagi mereka karena Pemain lawan mengirimkan umpan cantik yang bisa menemukan Bule dan Bule berhasil menyundulkan bolanya kearah gawang, namun kiper kami berhasil membuat penyelamatan hebat dan menangkap bola. Tanpa berpikir panjang, kiper langsung melempar bola menuju mas Jodhi dan mas Jodhi langsung menggiring cepat bola itu menuju gawang tim lawan. INI KESEMPATAN EMAS.

Namun, kami terlalu terpana dengan kecepatan mas Jodhi sehingga kami tidak menyadari bahwa Bule Psikopat berlari seperti jaguar dan berhasil menyusul mas Jodhi. "MAS JHOD AWAS MAS!" teriakku, namun terlambat. Mas Jodhi menerima tackle keras dari si Bule dan orang gila ini bahkan tidak merasa bersalah dan tertawa cengengesan. Aku yang sudah emosi berlari menuju Bule dan berusaha untuk memukul wajahnya, namun Adi yang sadar akan apa yang kuperbuat langsung memisahkan aku dari Bule. "WOY BANGSAT! SINI LU MAJU WOY! ANJING LU, MAJU SINI!" teriakku kepada Bule. "Ssshh Bay, udahh santai. Nanti lu kartu merah kita yang ribet. Udah tenang dulu, ini kita dapet spot free-kick enak. Kita Golin, kita bisa ngatain bule bangsat itu dengan bebas" ucap Adi menenangkanku. Akupun mulai tenang dan Bule mendapat kartu merah karena pelanggarannya terhadap mas Jodhi.

Kini, nasib tim berada di tanganku. Jika tercipta gol dari free-kick ini, maka kami akan memenangkan pertandingan. Jika tidak, pertandingan akan dilanjutkan ke penalty shoot-out, sangat beresiko. Jadi, apapun hasil dari tendangan ini, akan menentukan hasil akhir dari pertandingan.

Disaat aku sedang bersiap-siap menendang, Adi menghampiriku untuk mengatakan sesuatu.
"Bay, lawan kita pada tinggi semua badannya, jadi jangan oper ke dalem kotak. Kalo mau, oper ke gua aja, biar gua yang nge-shoot dari luar kotak pinalti, tapi gua gayakin kalo gabakal kena orang, jadi saran gua, keluarin Inner Pirlo lu dan menangin pertandingan ini, oke?" ucap Adi. Aku hanya menggangguk dan kembali melihat situasi.

Benar kata Adi, satu-satunya jalan yang mempunyai kesempatan besar hanyalah dengan langsung menendang bola ke dalam gawang dari free-kick ini. Hal ini disebabkan oleh kondisi tim kami yang memiliki fisik yang cukup kecil-kecil dibanding lawan kami yang relatif lebih besar, dan jika aku mengoper ke Adi juga kemungkinan Bola akan terpantul oleh entah lawan atau tim, jadi aku kembali mengambil napas dan mengambil ancang-ancang. "No pressure, Bay. Goal-in dari free kick ini dan kita bakal jadi juara" ucapku dalam hati. Aku mengambil langkah pendek sebelum menendang Bola ini dan......

Aku terdiam, Adi terdiam, semuanya terdiam, Sebelum akhirnya terdengar teriakan keras dari ultras kami. "YESSSSS!!! GOALLLL!!!!" teriak mereka dan disusul dengan teriakku dan para pemain lainnya. Bola yang kutendang dengan kaki kiriku ini berhasil melewati pagar pertahanan dan mengecoh kiper yang terdiam karena belokannya yang kemudian disusul dengan Bola mengenai bagian bawah tiang atas dan bola terpantul kedalam gawang. Aku kemudian langsung berlari menuju bangku cadangan tim kami untuk berselebrasi dengan seluruh tim.

Tak lama kemudian, wasit meniup peluit panjang and that's it. Kami adalah juara dari turnamen tahun ini. Hani yang berdiri di tribun pun langsung menghampiriku dan memelukku. "YESSS! AKU TAU KALO KAMU PASTI BISA! SELAMAT SAYANGG!" ucap Hani yang kemudian kembali memelukku erat. Kemudian kami melanjuti selebrasi kami dengan mengangkat piala juara kami dan bernyanyi-nyanyi ria. Setelah itu, acara dilanjuti dengan penghargaan terhadap pencetak gol terbanyak, assist terbanyak, kiper terbaik, dan penghargaan pemain terbaik. Ketiga penghargaan yang awal direbut semua oleh pemain dari tim lain. Bule mendapatkan penghargaan gol terbanyak, namun dari raut wajahnya dia seperti tidak terlalu senang karena dia mengalami kekalahan pertamanya di final dari tahun ke tahun dia membela kampusnya. Sekarang, penghargaan untuk pemain terbaik. Seluruh timku sudah menduga kalau Bule yang akan menjadi MVP, lagipula, ini merupakan tahun terakhir dia membela kampusnya, jadi setidaknya cukup pantas jika penghargaan ini diberikan kepadanya, namun semuanya tetaplah keputusan dari juri.

Setelah berunding panjang, akhirnya juri mengumumkan siapa pemenangnya. "Sekarang, penghargaan terakhir yaitu pemain terbaik pada kompetisi kali ini. Pemberian penghargaan ini memang cukup berat untuk ditentukan, karena banyak sekali pemain-pemain yang pantas mendapatkannya dari tiap tim" ucap bapak yang akan mengumumkan pemenang tersebut. "Namun, ada satu pemain yang menurut kami sangat brilian. Meskipun tidak banyak mencetak goal dan memberi assist, peran dia dalam timnya membuat permainan timnya menjadi lebih hidup. So, tanpa lama-lama lagi, inilah pemenangnya. MVP pada kompetisi tahun ini adalah..........


BAYU AJI DIRGANTARA!!!" dan kemudian dilanjuti dengan sorak-sorakan dari ultras kami dan aku yang kaget menghampiri bapak-bapak tersebut untuk mengambil penghargaan yang berupa piala kecil dan sejumlah uang. Setelah penerimaan hadiah dan dokumentasi untuk pihak acara, Hani menghampiriku membawa suatu barang. "Selamat ya, sayang. Ini aku juga punya penghargaan buat kamu" ucap Hani sambil menyodorkan sesuatu yang dibungkus dengan kertas kado.

"Wahh makasih, yaa. Ini kamu nyiapinnya kapan?" tanyaku sembari membuka bungkusan ini. "Dari sebelum kita berangkat ke kota ini, aku sempet minta tolong sama Rama juga buat nanya kalo kamu bakal suka ini atau nggak" ucap Hani dan bungkusan kertas kado ini sudah terbuka dan bisa kupastikan kalau ini adalah sepatu, dapat dilihat dari logo trademarknya yang berupa gambar daun singkong tiga (tau lah ya merek apa). "Sepatu?" tanyaku kepada Hani dan Hani hanya tersenyum mengangguk. Aku membukanya dan terkejut dengan isi dari kardus tersebut.

Di dalam kardus ini, terdapat sepatu sepakbola Signature Paul Pogba yang juga merupakan salah satu pemain favoritku, dan yang kutahu, sepatu ini juga cukup mahal. Namun sepertinya kardusnya diganti dengan Hani karena keluaran ini memiliki kardus yang bermotif tutul-tutul.
"Yaampun, sayangg. Ini kan mahalll" ucapku kepada Hani. "Ngga papa, kok. Menurut aku juga pantes kalo kamu make sepatu ini, jadi keliatan makin ganteng juga nanti mainnya ehehehe" balas Hani. Aku tidak langsung membalas ucapannya namun langsung memeluk badannya. "Makasih yah, sayang" ucapku disamping telinganya. "Sama-sama sayang, kamu tetep semangat yah" balas Hani, dan kemudian kami kembali berkumpul dengan yang lainnya untuk foto-foto, tak lupa aku juga foto berdua dengan Hani. Setelah kami beres-beres dan membersihkan diri, kami para pemain dan para pendukung lsngsung menuju ke rumah makan yang sudah di-book untuk merayakan kemenangan kami, nothing special happened here, dan setelah itu kami jalan-jalan ke tempat wisata di kota ini hingga sore dan para rombongan berangkat kembali ke kota kami.

Jam 7, aku, Hani, Adi dan Rama baru mencapai hotel dan kami langsung menuju kamar kami masing-masing. Setelah masuk kedalam kamar, aku tidak langsung ganti baju dan begitu pula Hani. Aku hanya duduk di bagian samping kasur dan Hani menghampiriku. Tidak ada perkataan apa-apa, hanya Hani yang mengelus-elus pahaku. Aku dan Hani bertatap saling senyum, dan entah siapa yang memulai, kami sudah mulai berciuman. Aku memegang pipi Hani dan Hani memeluk badanku. "Cccpphhh.... Ccppphhh.... Ahhh sayanggg....." desah manja Hani disela-sela ciuman ini. Aku membuka kausku dan membuka jilbab dan jersey yang Hani gunakan dan kami lanjut berciuman. Tanganku bergerilya di badan Hani, dari payudara, punggung, dan ke bagian pantat. Di sela-sela ciuman ini, aku melihat ada tonjolan kecil dibagian payudaranya dibalik baju yang membuatku heran. "Kamu daritadi gapake BH?" tanyaku. Hani hanya membalas dengan tawa kecil. "Hehehhe, iya, sayang. Soalnya tadi aku tau bakal panas, jadi aku gapake, lagipula kan ketutupan baju Bolanya jadi aman-aman aja" balas Hani. "Hmmm makin-makin nih nakalnya" ucapku dan kemudian aku mengangkat mansetnya dan membukanya hingga kini aku dan Hani sama-sama telanjang dada. Akupun mulai menurunkan ciuman ku menuju ke lehernya dan mencium-cium dan menilati lehernya. "Ahhhh... Sayanggg... Terusss... Enakkk....." desah Hani. Setelah bosan, aku menurunkan jilatanku ke payudaranya dan membuat Hani menjadi makin menggelinjang. Di saat yang sama, Hani berusaha untuk menurunkan celanaku, namun karena badannya masih tertahan olehku, tangannya tidak sampai jangkauan. Mengetahui hal itu, aku berinisiatif membuka sabuk dan kancing celanaku, kemudian menurunkannya beserta celana dalamnya. Tak lupa juga kubuka celana Hani beserta celana dalamnya dan kini Hani dan aku sama-sama bugil.

Hani yang mulai merasa tidak tahan pun mendorong tubuhku dan kini aku berdiri dan Hani masih duduk dan posisi kepalanya kini sudah berhadapan dengan kontolku, dan Hani tidak mengambil pemikiran panjang dan langsung melahap kontolku. "Uhhh... Sayangg..." desahku disaat Hani sedang menyepong kontolku. Tak tahan dengan sensasi ini, aku memegang kepala Hani dan memaju-mundurkan kontolku dengan cepat.
"CLOKHH...CLOHKK..... URGHHH.... URGHHH... CLOKHH...." suara yang dihasilkan dari perbuatanku dan dicampur dengan desahan Hani. Setelah puas, aku melepas peganganku di kepalanya, dan melepas kontolku dari mulutnya lalu memeperkan ujung kontolku ke seluruh bagian wajah Hani yang masih sedang mengambil napas. "Uhh... Hhh... Hhhh.. Sayangg kok kamu jadi mainnya kasar gitu?? Aku nggak suka ahh" ucap Hani protes karena aksiku yang menurut dia kasar. "Gatahann sayangg tadi aku gemes banget ngeliat muka kamu lagi ngisep punya aku, maaf yah kalo kamu kaget" ucapku. Hani hanya mengangguk dan menidurkan dirinya dikasur dan kini posisi memeknya berada pas diujung kasur. "Pokoknya awas kalo sekali lagi kamu mainnya kasar kaya tadi, aku nggak bakal kasih kamu jatah lagi. Sekarang gantian dong sayang, jilatin punya aku" ucap Hani sambil menyuruhku menjilati memeknya. Tanpa ba-bi-bu, aku menurunkan badanku dan langsung menjilati memeknya.
"Uhhh.. Sayangg... Enakkkk..." desah manja Hani. Kemudian muncul ide isengku untuk menjilati memeknya sambil memainkan klitorisnya dan jempolku, dan hasilnya membuat Hani menjadi makin gelinjangan, menjambak rambutku dan menjepit kepalaku dengan pahanya. "OHH MY GODD... AAHHH... ENAK BANGETTT... AAAAAHH.... TERUS SAYANGGH... AHHH.... DIKITT LAGII SAMPEEEEE!!!" jerit Hani keenakan, yang sedikit membuatku khawatir karena jeritannya yang terlalu kencang bisa terdengar ke kamar samping. Aku mempercepat jilatanku dan akhirnya Hani mencapai orgasmenya dan seperti biasa aku menampungnya di mulutku sebelum aku menelannya. "Hhhh.... Hhhh... Tadii punya akuu kamu apainn??? Enak bangett rasanyaa" tanya Hani disela dia mengambil napas. "Rahasia, hehehe" ucapku meledek. Hani pun seperti sebal dan menyuruhku untuk tiduran dikasur. "Ih kamu mah, yaudah sini kamu tiduran, tadi belum keluar, kan?" tanya Hani. Akupun menidurkan badanku di kasur yang disusul dengan Hani yang mulai menyepong kontolku. Namun untuk mencapai orgasme lebih cepat, Hani juga menambahkan kocokan-kocokan kecil disaat dia sedang menjilati kontolku seperti es krim. "Ughhh... Iyaa begituu sayanggg... Jilatinn kaya lagi jilat es krimm... Isep-isep bijinya juga dongg" ucapku menginstruksi Hani. Hani hanya mengangguk dan jilatannya mulai turun ke testisku sampai akhirnya testisku dihisap-hisap olehnya membuatku makin kelojotan.

Selang 5 menit, kumerasa pejuku akan segera keluar, namun aku tidak tahu memberitahu Hani karena tiap Hani sedang mengulum kontolku, pasti dia selalu menelan habis-habis spermaku, jadi aku ingin melihat bagaimana reaksinya jika aku mengeluarkannya di wajahnya. Hani terus mengoral kontolku sampai akhirnya aku merasa tidak tahan dan disaat Hani melepaskan sepongannya,
"Chlokk.. Chlokk... Uhhh Bayy kamu belom mau kel... UHHHH." Ucap Hani yang terpotong karena kaget wajahnya telah disemprot oleh pejuku.
"IHH BAYUUU KOK GABILANG-BILANG MAU KELUARRR" teriak Hani memarahiku. Aku hanya tertawa kecil dan menjawab "Pengen liat reaksi kamu aja kalo aku keluarin di muka gimana" ucapku sambil mengelus-elus kepalanya, wajah manis lugunya yang berlumuran peju sangat sensual. "Ihh sebell" ucap Hani yang kemudian menjilati sisa-sisa peju yang berada di ujung kontolku dan aku mengambil tisu untuk mengelap sperma yang belepotan di wajahnya. "Huhh gimana sih, tadi aja nendang bola dari jauh ditutupin orang masuk gawang, giliran buang sperma depan muka aja masih ga goal" dumel Hani yang membuatku tertawa kencang.

Setelah itu kami berdua mandi bareng, dan setelah mandi, tadinya kami ingin jalan-jalan keluar tapi karena sudah kelelahan dengan adegan petting tadi, kami memutuskan untuk delivery saja, itung-itung sekaligus perayaan aku kembali bisa makan junkfood setelah absen seminggu. Selesai makan pun, aku dan Hani mengobrol-ngobrol ria dan setelah itu Hani mengajakku tidur. Aku tadinya mengajak Hani untuk tidur bugil, namun Hani menolaknya karena dia tidak mau kalau aku jadi horny lagi dan ujungnya kita malah kembali melakukan petting, setelah itu seperti biasa aku memeluk Hani dan Hani mendekapkan badannya kepadaku, dan kami berdua tertidur pulas.

-To be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd