alif99
Senpai Semprot
- Daftar
- 30 Jan 2023
- Post
- 809
- Like diterima
- 5.359
Sebelumnya
Page 36
Page 36
Esok hari Ardi kembali terbang ke Jakarta dan ia pun langsung menuju kantor, karena ia tidak mau mengambil jatah cutinya demi hal yang bisa ia selesaikan.
“Selamat siang cantik.” sapa Ardi pada Tami di meja FO.
“Mas. Udah sampe. Hebat loh langsung kerja” sambut Tami begitu senang.
“Titip dulu ya oleh-oleh Riaunya.” Ardi menitipkan dus pada Tami.
Tiba-tiba Tio muncul di balik Ardi, mengejutkan Tami.
“Tio?” segera mungkin Tio langsung memeluk Tami, tidak perduli sedang ada dimana dia.
“Maafin saya ya, maafin saya. Saya ngga tau kamu akan mengalami hal yang sangat berat.” permintaan maaf Tio saat memeluk Tami, tapi mata Tami memandang Ardi.
“Tio. Bicara di kantin aja. Mumpung jam makan siang udah lewat, ngga enak disini.” sahut Ardi dan Tio pun melepaskan pelukannya.
“Ya udah, kita bicara di kantin yuk.” pinta Tami.
Tio dan Tami segera menuju kantin namun sebelumnya Ardi segera menggenggam tangan kiri Tami, menoleh kearah Ardi yang melemparkan senyuman, pertanda Ardi memberikan energi untuk menguatkan Tami dalam menghadapi masalah bersama Tio.
“Kamu masih sakit sama saya?” tanya Tio yang duduk bersama Tami di kantin.
“Enggak. Benar kata Ardi, kita ngga bisa saling menyalahkan. Keadaanlah yang salah hingga aku harus mengalami semuanya.” jawab Tami.
“Jujur saya masih sayang kamu. Satu sisi, saya tidak bisa berada disisi kamu, entah sampai kapan. Transfer karyawan yang bikin saya kesal, tapi saya sudah ambil langkah itu. Saya memang masih membutuhkan pekerjaan ini. Tapi saya sulit untuk selalu ada disamping kamu. Ardi sudah cerita semuanya. Ardi siap nikahin kamu. Sementara saya, masih harus banting tulang buat keluarga aku di Lampung. Saya minta maaf Tami. Saya rela, anak kita menjadi anaknya Ardi juga. Saya tau untuk wanita, harus ada yang bertanggung jawab. Jujur, saya belum siap. Ini keputusan saya. Menikahlah dengan Ardi. Saya dukung kamu, saya yakin kamu bahagia sama Ardi. Jangan benci saya, saya mohon. Kita tetap berteman.” Tio pun mengambil keputusan demi masa depan mereka berdua.
“Aku ngga akan pernah benci sama siapapun. Kamu teman Mas Ardi, kamu pun teman aku juga. Terima kasih Prasetio, kamu bijaksana mengambil keputusan antara kita.” balas Tami sambil menangis di hadapan Tio.
Sore hari, usai jam kantor, Tio meminta Ardi dan Tami bertemu di coffeeshop sebelah kantor, sebelum Tio kembali ke Riau.
“Gimana nih?” tanya Ardi yang duduk di samping Tami berhadapan dengan Tio.
“Di. Gue serahin Tami buat loe jaga, sayangi dia cintai dia, bikin anak yang banyak juga. Gue ga bisa pastiin kapan bisa balik ke Jakarta. Karena itu gue percaya loe bisa bahagiakan Tami.” pinta Tio.
“Gue pastikan Tami akan selalu gue jaga. Thank you Tio. Loe memang temen gue berhati baja.” ucap Ardi yang langsung memeluk Tio sebagai rasa terima kasihnya sebagai sahabat.
“Tapi kalau threesome nanti, boleh kan?” sambung Tio buat Tami menutup mukanya.
“Sesuai janji kamu, Tio. Kita tetap berteman.” balas Tami.
“Ya sudah, gue pamit dulu, besok subuh udah jalan ke bandara. Nikah tetap undang ya, walau ngga bisa pulang. Bye.” pamit Tio meninggalkan Tami dan Ardi dengan perasaan bahagia.
“Kamu udah lega?” tanya Ardi pada Tami yang langsung memegang tangan Tami.
“Terima kasih Mas. Aku sudah lega.” jawab Tami.
“Kalau soal threesome tadi, kamu mau?” tanya Ardi buat Tami tersenyum malu.
Ardi langsung memeluk Tami dan mencium kening Tami. Lalu Ardi mengantar Tami kembali ke kostnya.
Kembali dengan aktivitasnya, Tami yang tidak lepas dari pengawasan Ardi, dimana pun Ardi selalu ada menemani Tami makan siang di kantin.
“Makan yang bener, sayurnya tuh.” bawel Ardi.
“Iya Mas, sayurnya di makan kok.” jawab Tami.
“Duh, pengantin baru. Kemana-mana nempel terus.” canda Risma yang datang bergabung dengan Tami dan Ardi.
“Emang udah keliatan pengantin baru ya?” tanya Tami.
“Jelas terlihat. Cepetan sahkan. Kaga usah nunggu lama-lama.” balas Risma.
"Sabar dong, masih banyak persiapannya." Celetuk Ardi.
"Hari gini, nikah langsung KUA ngga usah pake pesta, bereskan." singkat Risma membuat Tami tertawa.
Suara riuh para karyawan pun semakin mengeras setelah melihat berita kecelakaan bus penumpang yang menuju Siak, Riau.
“Berisik banget sih.” kesal Risma.
“Eh.. ada penumpang bernama Prasetio, tuh daftar nama penumpangnya.” sahut salah satu karyawan.
“Prasetio kan banyak.” balas temannya.
“Iya bener. Kemarin kan Tio abis dari sini, terus balik lagi ke Riau. Innalilahi.” sambung salah satu temannya.
Tami yang mendengar percakapan para karyawan, langsung beranjak melihat berita di televisi, disusul Risma dan Ardi.
Air matanya kembali tak terbendung dan tumpah membasahi pipinya.
“Eh.. Tami kok nangis?” tanya salah satu karyawan.
Risma langsung memeluk Tami yang langsung menangis. Ardi pun mematung setengah tidak percaya kalau salah satu korban tersebut adalah Tio, sahabatnya.
Hari itu, 1 kantor pun menjadi berdukacita atas kepergian Tio karena kecelakaan. Tami tak hentinya menangis di kantin yang masih di temani Risma. Ardi menemui Pak Nugi untuk mencari tahu kelanjutannya.
Terakhir diubah: