Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Bimabet
Td malam ane gak absen,
Ternyata om satria gak update
Gak jd ketinggalan donk. :yes:

Nanti malam Satria updatenya
Barengan Ujang kah om @satria73
 
Mampir gan di cerita ane yang terdahulu

https://www.semprot.com/threads/ritual-sex-di-gunung-kemukus.1252088/

https://www.semprot.com/threads/menuju-puncak-ritual-sex-di-gunung-kemukus.1261000/

indeks:
Chapter 1 : Salah Sangka
Chapter 2




Prolog

Satria seorang Pemuda berusia 23 tahun. Berasal dari keluarga broken home. Sejak kecil dia hanya dibesarkan oleh ibunya tanpa seorang ayah yang tidak pernah dia kenal. Satria sendiri sudah bosan menyakan siapa ayahnya, karena jawaban yang diterimanya selalu sama. Ayahmu pergi entah ke mana.

"Satria, jam berapa sekarang? Kok sudah mau berangkat kerja." tanya ibunya yang heran melihatnya mengeluarkan motor yang dibeli dengan cara kredit. Walau pada awalnya Ibunya keberatan Satria mengambil kreditan motor.

"Dari pada kamu kredit motor, uang gajinya kamu tabung buat beli motor kontan gak pake kredit." kata Ibu memberinya masukan.

"Kenapa harus malu kredit kalau kredit sudah menjadi gaya hidup." Satria mengeluarkan argumen yang sebenarnya gak nyambung dengan saran ibunya.


"Kalau kesiangan jalan macet, Bu.!" jawab Satria mencium tangan ibunya.

"Kamu gak sarapan dulu?" tanya ibunya. Pandangan matanya berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi pada anaknya.

"Nanti aja di jalan, Bu." jawab Satria sambil mengucapkan salam.

Perlahan Satria menjalankan motornya menyusuri gang kecil yang hanya bisa dilalui satu motor. Apabila berpapasan dengan motor lain, salah satunya harus mengalah memberi jalan kepada motor lainnya. Sebuah aturan yang tidak tertulus namun dipatuhi setiap pengendara motor.

Di jalan raya Satria memacu motor denvan cepat, dia tidak mau telat menjemput gadis itu. Beberapa hari ini Satria gagal berangkat kerja bareng gadis itu. Satria segera menghentikan motornya di sebuah pintu masuk gang, menunggu gadis itu keluar.

∆∆∆∆∆

Asysyfa namanya, seorang gadis cantik berusia 20 tahun. Berasal dari keluarga sederhana, membuatnya tidak bisa menginjak bangku kuliah seperti yang dicita citakannya dulu. Tidak kuliah bukan berarti masa depannya menjadi suram. Keyakinan yang selalu membuatnya merasa optimis.

"Kamu belum berangkat kerja?" tanya ibunya dari pintu kamar yang terbuka menatap anak semata wayangnya yang sedang merapikan jilbab yang dikenakannya. Jilbab yang membuatnya terlibat semakin cantik.

"Iya, Bu.!" Syifa bangkit berdiri mengambil tas yang tergantung di dinding. Sekali lagi dia melihat wajahnya di cermin kecil yang menempel di dindinh untuk memastikan jilbab yang dipakainya sudah terpasang rapi.

"Syifa berangkatndulu, Bu.!" Syifa mencium tangan ibunya dan juga kedua pipinya. Begitu kebiasaan yang ditanamkan ke dua orang tuanya sejak kecil.

Kepergian Syifa dilepas ibunya sampai pintu. Ibunya melihat Syifa yang berjalan gemulai, pantatnya yang bulat dan sekal bergerak indah setiap kali kakinya melangkah. Tanpa disadari Syifa, pinggulnya selalu mengundang decak kagum setiap pria yang melihatnha dan juga membuat iri para wanita.

Syifa berjalan menyusuri jalan sempit yang padat oleh pemukiman penduduk. Bibirnya tersenyum menyapa setiap orang yang dikenalnya. Senyum yang membuatnya semakin cantik. Tidak terasa ahirnya sampai juga di pinggir jalan raya. Belom sempat tangannya menyetup sebuah angkot.

"Syifa, bareng yuk!" ajak seorang pemuda yang menghentikan motornya tepat di sampingnya. Tawaran yang sangat sayang kalau dilewatkan. Lumayan bisa menghemat ongkos, apa lagi dia tahu tempat kerja pemuda itu melewati tempat kerjanya.

"Enggak ah, nanti kamu kena tilang lagi gara gara Syifa gak pake helm." Syifa menolak halus saat terahir kali dia nebeng, pemuda itu kena tilang gara gara Syifa tidak memakai helm.

"Aku bawa helm dua." pemuda itu tertawa memperlihatkan helm yang memang sengaja dia persiapkan untuk membonceng Syifa dan itu artinya Syifa tidak bisa menolak ajakan pemuda itu..

Syifa menerima helm dari tangan satria dan langsung memakainya, hatinya berbunga bunga dibonceng Satria yang diam diam selalu mengisi mimpi mimpinya selama beberapa bulan ini.

"Pegangan yang kenceng." kata Satria mengingatkan Syifa untuk memegang perutnya. Yentu saja, posisi duduk Syifa yang menyamping membuat gadis itu mudah terjatuh tanpa berpegangan.

Satria menjalankan motornya dengan berhati hati agar gadis yang diboncengnya merasa nyaman. Dan waktu tempuh akan menjadi lebih lama dan semakin lama dia bersama Syifa. Tanpa disadarinya Satria tersenyum senang. Satria berdoa agar jalanan macet semacet macetnya.

Sayangnya waktu akan terasa berjalan terlalu cepat saat berdua dengan orang yang dicintai. Satria menghentikan motornya tepat di depan mini market tempat Syifa bekerja. Gadis itu turun dan menyerahkan helm yang dipakainya.

"Makasih ya, Sat..!" Syifa berusaha memberikan sebyum termanisnya untuk Satria yang membalasnya dengan anggukan kepala.

Satria melihat Syifa yang berjalan masuk mini market dengan helm yang masih dipegangnya. Diciumnya bagian dalam helm yang baru saja dibelinya minggu lalu. Helm yang sengaja disiapkan untuk dipakai Syifa. Satria berharap ada aroma kepala Syifa yang menempel di helmnya. Satria tidak menyadari semua yang dilakukanya dilihat oleh Syifa dari dalam mini market.

Setelah puas menciumi helm yang dikenakan Syifa, Satria melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja yang sudah dekat.

Satria segera masuk sebuah Toko perlengkapan bayi tempatnya bekerja.

∆∆∆∆∆

Wulan Dheandra, seorang gadis cantik yatim piatu yang mandiri. Dengan harta peninggalan orang tuanya yang cukup banyak, Wulan membeli sebuah ruko dan membuka toko perlengkapan bayi yang semakin berkembang, sehingga kuliahnya terbengkalai.Usaha yang dirintisnya sejak setahun yang lalu.

Setelah ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya dua tahun yang lalu. Selama setahun dia makan daru tabungan dan bunga deposito warisan ibunya yang berlimpah. Hingga suatu hari dia lewat jalan ini dan melihat Ruko yang akan dijual, tanpa pikie panjang Wulan membelinya. Dan ternyata usahanya berkembang pesat.

Wulan berdiri di depan meja rias memandang tubuhnya yang bugil. Bibirnya tersenyum puas melihat bentuk tubuhnya yang sexy terutama dengan ukuran payudaranya deng Cup D, tentu akan membuat setiap lelaki bangkit nafsunya.

Tapi untuk apa kecantikan dan tubuh sexy kalau pemuda yang dicintainya tidak bisa dia miliki. Pemuda yang membuatnya tergila gila.

Terbayang olehnya seorang pemuda yang bekerja di tokonya. Pemuda yang mampu menarik perhatiannya, tapi sayang pemuda itu terlalu cuek dengannya. Apa karena dia adalah bosnya membuat pemuda itu minder?

"Teh Wulan, ini bon bon kiriman barang yang kemarin.!" suara pemuda yang menawab hatinya terdengar menyejukkan. Suara yang setiap hari didengar dan selalu dirindukannya.

"Masuk..!" Wulan menyuruh pemuda itu masuk, namun wajahnya menjadi pucat saat sadar keadaanya yang sedang dalam keadaan bugil.

Belum sempat Wulan meralat perkataannya dan melarang pemuda itu masuk. Terlambat, pemuda itu sudah masuk. Matanya terbelalak melihat Wulan yang berdiri bugil.


∆∆∆∆∆

Dina Amanda Putri gadis cantik yang berasal dari keluarga berada. Terbiasa dengan gelimang harta membuatnya menjadi gadis manja, yang rapuh. Hidupnya cenderung mengikuti aturan yang dibuat oleh orang tuanya terutama ayahnya yang sangat keras. Entah bagaimana caranya, ayahnya selalu tahu apa yang dilakukan olehnya di luar sana.

"Kamu sudah mau berangkat kuliah?" tanya ibunya heran melihatnya sudah rapi dengan balutan celana jeans ketat dipadu tshirt tangan panjang yang mencetak tubuh indahnya yang membuat setiap lelaki yang melihatnya tidak mampu berpaling darinya.

"Iya Mah, mau mampir ke rumah Wulan dulu." Dina mencium tangan Ibunya yang terlihat bangat dengan kecantikan putrinya. Kecantikan yang diwariskan dari ibunya. "Kalian seperti pinang dibelah dua." begitu yang selalu dikatakan ayah dan orang orang yang melihatnya.

Dina mengeluh dalam hati karena tidak melihat ayahnya. Itu berarti ayahnya tidak pulang, entah tidur di mana. Sudah beberapa hari dia tidak melihat ayahnya dan Dina tidak mempunyai keberanian untuk bertanya pada ibunya. Itu hanya akan membuat ibunya sedih.

Dengan memakai motor metic kesayangannya, Dina menuju Ruko Rahma sahabatnya yang terletak agak jauh dari rumahnya. Dengan waktu tempuh 30 menit dalam keadaan normal dan akan menjadi lebih lama kalau macet

"Wulan ada di atas?" tanya Dina kepada salah seorang penjaga toko. Matanya berkeliling mencari keberadaan seseorang. Dina tidak menemukan orang yang dicarinya.

"Ada di atas, Teh..!" kata gadis itu memberikan senyum termanisnya untuk Dina yang sering mentraktir mereka makan

Sebenarnya dia ingin bertanya tentang pemuda itu, tapi rasa malu dan gengsi membuatya tidak jadi bertanya. Toch nanti juga dia akan melihat pemuda itu.

Dina berjalan menaiki tangga langsung menuju kamar Wulan di lantai atas. Dia melihat kamar Wulan terbuka dan terdengar teriakan Wulan yang membuatnya terkejut.

Bersambung...
mantapppppp
 
Ayo para penumpang silahkan naik, bus tujuan update segera berangkat...
 
Chapter 3 : Sang Pengganggu

"Maaf, Teh. Saya kasian liat muka Satria yang babak belur. Emang Satria kurang ajar sama Teh Wulan, ya?" tanya Sri dengan berani membalas tatapan Wulan.

"Gak usah kepo dech.! Buruan kamu ambil barang, udah ditunggu pembeli
" Wulan menggerutu.

Satria hanya bengon dengan kedatangan Wulan yang tiba tiba. Hawatir kalau Wulan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Pasti malu kalau semua temannya mengetahui kejadian tadi pagi, mereka pasti akan menuduhnya cowok cabul.

"Awas, kamu jangan ngomong macem macem sama yang lain." kata Wulan dengan wajah galak.

Aneh, walau bosnya galak kok masih kelihatan cantik, apa lagi bibirnya yang tipis berwarna pink selalu terlihat basah.

"Kenapa kamu ngeliatin seperti itu? Naksir bukan?" Wulan agak berdebar hatinya melihat tatapan Satria.

"Eh, eng engak, Teh. Maaf..!" Satria buru buru memalingkan wajahnya ke tempat lain sebelum bosnya marah dan memecatnya.q

Satria kembali menyibukkan dirinya dengan pekerjaan di gudang yang belum selesai membereskan kardus kardus kosong dan juga mengatur stok barang agar tertata dengan baik sehingga saat kiriman barang datang dia tinggal memasukkanya dengan mudah.

Blam, suara pintu yang dibanting mengejutkan Satria yang sedang asik menumpuk kardus kardus dalam satu ikatan besar.

*******

"Muka kamu masih sakit, Sat?" tanya Wulan setelah Satria selesai menutup Toko dan semua teman temannya sudah pulang. Wulan sudah bertekad akan memberikan bonus untuk Satria yang sudah bekerja dengan baik. Bonus yang tidak akan pernah dilupakan oleh pemuda culun ini.

"Sudah enggak, Teh!" kata Satria menatap takjub penampilan Wulan.

"Kamu jangan pulang dulu, aku mau ngasih bonus. Masukin motor kamu, aku nunggu di atas." Wulan meninggalkan Satria yang bengong melihat penampilannya yang sangat menggoda.

Tentu, saja setiap pria normal pasti akan langsung terangsang melihat penampilannya yang memakai gaun mini yang tipis dan di baliknya Wulan sengaja tidak memakai Bra maupun CD. Tekadnya sudah bulat untuk memberikan kehangatan dan kenikmatan tubuhnya untuk Satria. Atau lebih tepatnya dia yang menginginkan Satria memuaskan hasrat birahinya yang sudah lama tidak tersalurkan. Nafsu sudah membutakan matanya. Harga dirinya sudah dibuang jauh jauh ke tempat sampah.

Wulan duduk di sofa ruang tamu. Perasaanya agak gelisah menunggu Satria naik. Heran, kenapa bisa jatuh cinta ke pemuda yang menjadi pegawainya padahal banyak pria yang lebih ganteng, kaya dan berpendidikan tergila gila kepadanya. Mungkin benar seperti yang dikatakan pepatah bahwa cinta itu buta atau mungkin lebih tepat bahwa cinta membuat seseorang buta sehingga tidak bisa melehat perbedaan strata kehidupan sosial antara dua orang yang sedang jatuh cinta.

"Ada apa Teh?" tanya Satria yang tiba tiba sudah berdiri di hadapannya. Satria tidak akan berani duduk sebelum disuruh. Terlalu sopan dan membuatnya ada jarak. Hal yang sebenarnya membuat Wulan sulit mendekati Satria.

"Duduk di sini, Sat." Wulan menyuruh Satria duduk di sampingnya dengan menepuk sebelah kursinya yang kosong.

Satria terlihar ragu saat duduk di sampingnya. Bau tubuh Satria yang alami membuat birahi Wulan semakin naik. Entah kenapa dia lebih menyukai bau tubuh alami seorang cowok dari pada cowok yang memakai parfum, apa lagi kalau cowok itu memakai parfum murahan yang mengandung alkohol. Baunya yang menyengat membuatnya sulit bernafas dan kepalanya menjadi pusing.

Satria sudah duduk di sampingnya, Wulan malah bingung harus memulai dari mana. Satria terlalu lugu untuk mengerti apa yang diinginkannya. Wulan meragukan keberaniannya untuk bertindak agresif. Sudah serendah itukah dirinya yang berniat untuk mengajak Satria berbuat nista. Harusnya dia membeli obat perangsang yang bisa dicampurkan dalam minuman Satria sehingga Wulan bisa menunggu Satria memulai lebih dahulu.

"Teh, saya mau disuruh apa?" tanya Satria bingung melihat Wulan yang malah diam.

Wulan merasa malu mendapat pertanyaan yang membuatnya merasa ditelanjangi. Seolah Satria curiga dengan maksudnya. Sebenarnya Satria ini bodoh atau hanya berpura pura. Sudah terlanjur, Wulan memeluk Satria dengan mata terpejam untuk menghilangkan rasa malunya. Diciumnya pipi Satria. Hanya sebuah kecupan kecil dan Wulan terlalu malu untuk memulai lebih jauh lagi.

Suara dering hp mengagetkan Wulan. Reflek tangannya mengambil hp yang tergeletak di meja. Tangannya agak gemetar saat memegang hp nya.

"Hallo, ada apa Din?" Wuan merasa diselamatkan oleh Dina yang tiba tiba menelponnya. Setidaknya dia bisa memberi kesempatan Satria agar lebih mengerti apa yang diinginkannya. Wulan berharap Satria bisa menjadi agresif. Harapannya muncul, dari sudut matanya Wulan melihat tatapan mata Satria yang mengarah padanya.

Wulan bersorang girang, tangan Satria meraba pahanya yang mulus. Gerakan tangan Satria terasa kaku dan tangannya dingin mungkin karena tegang atau mungkin ini adalah pengalaman pertamanya. Wulan tidak perduli dengan hal itu, setidaknya Satria mulai berani meraba pahanya dan itu menimbulkan kembali keberanian Wulan yang sempat hilang.

Wulan tersenyum melihat Satria yang terlihat tegang. Tangannya memegang tangan Satria agar tetap di pahanya. Bahkan Wulan menggerakkan tangan Satria semakin ke atas hingga hampir sampai pangkal pahanya yang gempal.

"Udah dulu ya, Din. Aku mau tidur, ngantuk." Wulan segera menutup telponnya dengan riang, hatinya sedang berbunga bunga karena pancinganya sudah mulai mendapatkan respon dari Satria. Keberaniannya semakin besar.

Wulan mencium bibir Satria dengan mesra, Wulan tidak perduli ciumannya tidak mendapatkan respon dari Satria. Bibir Satria terkatup rapat, apa mungkin karena dia tidak pernah dekat dengan seorang wanita.

********

Satria terkejut saat bibirnya tiba tiba dicium Wulan, sekujur tubuhnya menjadi tegang dan bibirnya terkatup rapat. Matanya terpejam tidak berani menatap atau mungkin karena menikmatinya. Selama ini belum pernah Satria bercumbu dengan seorang wanita. Dia hanya berani menatap wanita sembunyi sembunyi.

Satu satunya keberanian Satria adalah mendekati Syifa, hanya mendekati dengan cara selalu mengajaknya berangkat kerja bareng. Sedangkan untuk menjemput langsung ke rumahnya, Satria tidak mempunyai keberanian.

Berbeda jauh saat dia harus berkelahi, keberaniannya sangat menonjol sejak masih anak anak. Di sekolah dari SD, SMP dan SMA dia adalah jago paling ditakuti di sekolahnya bahkan sampai sekolah lain yang menjadi rival abadi sekolahnya.

Dan sekarang Satria merasakan bagaimana bibirnya bisa berciuman dengan bibir sensual seorang gadis secantik Wulan. Satria tidak tahu apa yang harus dilakukannya, bibirnya terkatup tegang sehingga Wulan yang harus mengendalikan permainan.

Wulan menarik tangan Satria ke dada jumbonya membuat Satria terkesima saat tangganya menyentuh payudara yang lunak dan hangat. Dengan ragu ragu Satria meremas payudara Wulan.

"Aduhhh, sakit. Kalo ngeremas toket cewek pake perasaan bukan pake tenaga...!" teriak Wulan menampar pipi Satria pelan.

"Ma...ma...af.!" Satria menunduk karena merasa bersalah memperlakukan Wulan dengan kasar. Wajah ketakutan Satria memancing tawa Wulan yang geli melhat keluguannya. Keluguan yang tidak dibuat buat.

Satria bengong melihat Wulan yang tiba tiba membuka daster mininya. Satria semakin terkejut ketika mengetahui bisnya tidak memakai pakaian dalam dan Satria bisa melihat keindahan tubuh bugil Wulan yang mulus tanpa cacat. Tubuh bugil seorang wanita yang hanya dilihatnya dalam film film porno yang ada di hp nya

"Kok malah bengong?" Wulan meremas payudaranya menggoda Satria yang terpesona dengan keindahan tubuhnya. "Kamu belum pernah liat cewek telanjang, ya?"

Satria menngeleng, entah setan dari mana yang memprovikasinya sehingga keberaniannya muncul. Tangannya yang gemetar meraba payudara Wulan yang jumbo.

"Kamu mulai berani, y?" Wulan tertawa senang dengan keberaniannya. Tangan Wulan menuntun Satria bermain di payudara jumbonya.

"Say, isep pentil Wulan..!" Wulan menarik kepala Satria mendekati puting payudaranya yang terlihat mengeras karena birahinya semakin meninggi.

Satria terhanyut dalam gelora birahinya sendiri, seperti kerbau dicocok hidup mulutnya mulai melahap puting payudara Wulan dan naluri menuntunnya untuk menghisapnya. Tidak ada ASI yang keluar dari dalamnya, tapi Satria menemukan keasikan tersendiri. Satria mulai terbiasa menghisapnya. Harum kulit payudara Wulan semakin menambah keasikannya.

Bahkan Satria semakin berani, tangannya menjelajahi selangkanganh Wulan yang mulus tanpa bulu karena rutin dicukur. Wulan melebarkan pahanya membiarkan tangan Satria mengelus memeknya yang sudah sangat basah.

"Enak, Say pentil Wulan kamu isep. Kamu makin pinter." Wulan menggeliat saat jari Satria menerobos masuk memeknya.

Tiba Wualn bangkit dan menepiskan tangan Satria dari memek dan payudaranya, Wulan dengan cekatan menelanjangi Satria lalu berjongkok di selangkangannya. Satria melenguh kaget saat kontolnya masuk ke dalam mulut Wulan. Satria melotot tidak percaya kontolnya masuk mulut Wulan. Sesuatu yang hanya dilihatnya dalam film film porno.

Satria merasa dirinya sedang bermimpi, kontol perjakanya dihisap dan dikocok oleh mulut sensual bosnya. Tidak pernah disangka, bosnya ternyata sangat binal.

"Ampun Teh, ennnnak banget....!" Satria mengerang nikmat saat Wulan menyepong kontolnya dengan piawai. Terlihat Wulan begitu menikmatinya tanpa rasa jijik, seolah olah kontol Satria sesuatu yang sangat nikmat.

"Ampun Teh. Akku ma...mau kelllluarrrrr..!"/ Satria mengerang tidak mampu menahan diri. Satria berusaha memberi tahu Wulan agar menghentikan sepongannya karena pejuhnya akan meledak keluar.

Tapi Wulan tidak memperdulikannya, dia semakin kuat menghisap dan mengocok kontol Satria hingga ahirnya Satria mengerang diiringi semburan pejuhnya di mulut Wulan. Wulan tanpa merasa jijik justru menampung semua pejuh Satria di dalam mulutnya. Wulan membuka mulutnya memperlihatkan pejuh Satria yang berada di dalam mulutnya lalu menelannya hingga tidak ada yang tersisa.

"Peju kamu ennnnnak, banget Say..!" Wulan tersenyum menatap Satria yang baru saja mendapat orgasme pertama di tangan seorang gadis. Pengalaman yang justru didapatkan dari bosnya yang cantik.

"Kontol kamu gede banget, gimana ya rasanya dientot kontol segede ini?" Wulan membelai kontol Satria yang belum sepenuhnya lemas. Mungkin karena usianya yang masih muda, tidak perlu lama untuk membuat kontol Satria kembali tegak. Hanya dengan belaian tangan Wulan yang halus, kontol Satria kembali bangkit sempurna.

Tiba tiba hp Wulan kembali berbunyi nyaring, Wulan hanya melirik ke arah layar hp lalu kembali asik membelai kontol Satria.

"Say, gantian kamu jilatin memelukku, ya?" Wulan menatap Satria dengan wajah memohon.

"I...i..iya, Teh." Satria gugup menjawab permintaan Wulan yang menarik tangannya agar berdiri. Wulan segera duduk di bekas tempat Satria. Kakinya menganggkang lebar memperlihatkan belahan memeknya yang berwarna pink.

Tiba tiba hpnya kembali berbunyi nyaring untuk ketiga kalinya.

******

Dina jengkel saar Wulan menutup telponnya. Padahal dia belum sempat memberitahu Wulan bahwa di sudah berada di depan Rukonya. Dina sudah sangat hafal dengan kelakuan sahabatnya itu yang tidak akan menutup telpon secepat itu kecuali dia sedang berbuat mesum. Apa lagi sekarang baru jam 9 malam, Wulan biasanya tidur jam 12. Wulan berusaha sabar menunggu teman mesum Wulan keluar, dia ingin tahu siapa teman mesum Wulan.

Jangan jangan Satria? Bukankah tadi pagi Satria ada di kamar Wulan yang sedang dalam keadaan bugil. Ya, pasti sekarang Satria sedang dijebak oleh Wulan. Dasar cewek gatel. Entah kenapa perasaan cemburunya semakin memuncak. Dina tidak rela kalau Satria jadi korban kebinalan Wulan.

Kembali Dina menelpon Wulan, dia tidak berhenti menelpon dan perjuangannya tidak sia sia, Wulan mengangkat telponnya.

"Ada apa sich, aku sudah ngantuk." suara Wulan terdengar ketus.

Ngantuk apa ngentot. Dina menggerutu dalam hati. Kecurigaannya semakin kuat ada Satria di dalam.

"Aku dari tadi di bawah, di depan Ruko." kata Dina jengkel. Hatinya benar benar terbakar oleh rasa cemburu.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd