Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah ANDI ( bermula )

Kita sama - sama tersenyum. Gila rasanya bisa mendapat pengalaman berharga, sekaligus partner. Pacar saja belum tentu mau waktu dimintain. Ini malah menawarkan diri untuk aku pakai selangkangannnya. Mantap.
Sekitar satu jam kita beristirahat. Memulihkan tenaga sembari menunggu pakaian kita kering. Setelah memastikan pakaian kita kering, letisya segera mengajakku pulang. Seperti tadi saat kita berangkat, aku yang membawakan bak berisi cucian letisya. Dia berjalan di depanku, memamerkan lagi bokong bulat nan kenyal. pemandangan yang Sangat menarik buatku. Tak bosan aku melihatnya. Momen melewati jalan setapak adalah momen paling menggairahkan bagiku. Langkah kakinya yang lebih lebar memunculkan siluet selangkangannya. Hampir dalam setiap langkahnya, bibir vaginanya selalu tampak membayang di celana leggingnya. Terlebih posisiku berjarak tiga anak tangga darinya. Lama - lama tak tahan juga aku menahan birahiku. Di pertengahan jalan, tepatnya di jalan yang ada besi pembatasnya, aku mempercepat langkahku. Saat jarakku hanya tinggal satu anak tangga dengannya, aku meletakkan bak cucian letisya di anak tangga di belakangku.
"Aahhh... Ndi? kamu Ngapain?" Tanya letisya kaget.
Aku memeluknya dari belakang. Sontak langkah kakinya terhenti tiba - tiba.
"Aahhh... Ssshhh... Nddiii"
Letisya melenguh dan mendesah, tanpa ijin aku remas kedua payudaranya sekaligus. Aku juga menjilati bagian belakang telinganya. Aku juga menggesek - gesekkan penisku di belahan bokong sekelnya.
"Aaahhh... Ssshh... Kamu kenapa ndiii?... Mmmhhh" tanyanya.
Tangan kanannya berpegangan pada besi pembatas, dan tangan kirinya melingkar ke belakang kepalaku. Sama sekali tak ada penolakan atas gerayangan yang kulakukan pada tubuh seksinya.
"Mmmhh... Kamu tanya kenapa?" Godaku.
"Sssttt... Iya lah. Tahu - tahu main grepe aja" jawab letisya.
"Aku sange tahu. Dari tadi liat bokong montok kamu geal - geol" kataku.
"Hahaha... Oohhh... Masa sih?"
"Cupp... Cupp" kuciumi tengkuknya.
"Mana keliatan banget lagi"
"Ha? aahh... Apanya?"
"Cuupp... "
"Sssttt"
aku mendesis digoyang bokong letisya. Penisku pas di belahan bokongnya.
"Memek kamu sya. Keliatan banget nyeplak, tembem. Ngaceng aku liatnya"
"Ooohhh... Hahaha... Terus?" Godanya.
"Pinjem memeknya dong"
"Buat apa?"
"Buat ngocok kontol"
"Ooohh... Ngocok sih pake tangan kali"
"Kurang enak, sya"
"Pake toked" godanya lagi.
"Kamu nggak mau sekalian dikocok, memeknya? Enak lho "
"Aahh... Nakal ih, bikin aku sange aja"
"Ya udah, ngentot lagi yuk" ajakku
"Ya Jangan di sini juga kali" tolaknya.
"Udah nggak sabar ah"
"Sreeett"
Aku membungkuk lalu aku tarik celana letisya turun.
"Aaaahh"
Letisya memekik terkejut dengan aksiku. Tangan kirinya yang terbebas, reflek memegangi karet leggingnya bagian depan. Tapi sayang, bagian belakangnya sudah aku kuasai. Sudah aku pelorotkan sampai bongkahan bokongnya terekspos penuh. Kubungkukkan tubuhnya sambil kuturunkan celanaku sendiri.
"AAAAHHH"
Letisya memekik kencang. Tanpa permisi langsung aku tancapkan penisku ke dalam liang senggama letisya. Rasa nikmat seketika menyergap syaraf kenikmatanku.
"Sleepp"
"AAAAAHHH"
Sekali lagi aku tusukkan penisku, kali ini rasanya lebih licin. Seperti terpeleset, penisku langsung mssuk semua sampai pangkalnya. Tinggal tersisa bola peler saja di luar. Kontraksi otot vaginanya terasa membetot nikmat di sekujur batang penisku. Empuknya bokong letisya menambah sensasi nikmat fantasi birahi.
"Uuuuhhh... Dasar kontol kamu, ndi. Maen sumpal memek orang" lenguh letisya.
"Sssttt... mmhh Kan aku udah bilang tadi, pinjem memek" jawabku.
"Ya masa di tengah jalan gini. Kalo ada orang lewat, gimana?"
"Loh katanya nggak ada yang ke sini"
"Ssssshhh... Aaaahh... Iya sih... Hahaha... "
"Baru ditancepin aja rasanya enak banget. Uuuhhh.... Kaya dipijit - pijit.... Aahhh" aku melenguh merasakan penisku dipijat.
"Hahaha... Enak ya?"
"Ooohh.... Yeesss... Enak banget tahu"
"Tapi memek aku malah makin gatel tahu. Kocokin dong!"
"Kocokin?" Tanyaku sambil menarik penisku ke belakang.
"A.. aaahh... Sssttt"
Letisya melenguh merasakan gesekan antara vagina peretnya dengan penis yang menyumpalnya.
"Uuuhhh... Peretnya memek kamu sya" pujiku.
"A... Aahh... Ibuuu... Memek anakmu disumpel sama andi, buuu... Ooohhh"
letisya melenguh setengah meracau. Sepertinya dia punya fantasi tersendiri.
"Disumpel apa sayang?"
Tanyaku menirukan suara perempuan. Bermain peran Seolah - olah aku ibunya letisya.
"Aaaahhh" lenguhnya
Aku menusukkan lagi penisku dengan tempo lambat juga.
"Disumpel kontol buuu" lanjut letisya.
"Gede nggak nduk?"
"Gede bu, udah kaya punya bapak. Ooohh... Sesek bu, memek tisya"
"Kamu suka nggak?"
"Ooohh... Ssssttt... Banget bu... Nagih rasanya"
"Nagih?"
"Ooohhh... Iya bu... Pengen disumpel lagi dan lagi"
"Hmm... Anak ibu udah doyan kontol rupanya. Ya udah, ngewek gih"
"Aaahh.... Emang boleh bu?"
"Boleh, kan udah gede. Apa Mau ditambah bapak?" Godaku.
"Ja... Jangan... Bisa pingsan aku bu"
"Ya udah kalo gitu. Kontol bapak, ibu pake dulu ya. Gatel memek ibu. Selamat ngewek sayang"
"Aaahhh... Tisya ngewek dulu ya bu" kata tisya seolah minta ijin.
"Iya sayang. Jangan berhenti sebelum banjir memeknya. Andi, ewek yang enak ya! Bikin tisya ngompol berkali - kali ya!" Kataku seolah - olah aku ini ibunya letisya.
"Siap tante" kataku menggunakan suara asliku.
"Tuh, ndi. Udah dikasih ijin. Tunggu apa lagi? Apa kurang enak memekku buat kamu ewek? Apa perlu... AAAAAHHH"
"Plok plok plok plok plok plok"
"Ah ah ah ah ah... Ndiiii"
"Uh uh uh uh... Legit banget memek kamu syaa"
"Plok plok plok plok plok"
"Kontol kontol kontol kamu... Juga enaak ndii... Nyumpel banget"
"Ah ah ah ah ah.... Bokong kamu juga nambahin sange aku, sya"
"Ah ah ah ah ah... Grepean kamu juga ndi..."
"Plok plok plok plok"
"Cuh"
Aku ludahi lagi belahan bokong letisya.
"Aaahhh... Silit aku diapain sih?"
"Plok plok plok plok"
"Oh oh oh oh... Bikin tambah sange, tahu. Ngentot memeknya sambil ngobelin pantatnya" jawabku.
"Aduh aduh aduh aduh aduh.... Tapi aku suka nggak tahan kalo silit aku dicolok - colok gitu ndii"
"Ah ah ah ah... Emang sebelumnya, cowokmu suka nyolok pantat kamu?"
"Emh emh emh emh emh... Enggak... Kalo lagi masturbasi aja" jawabnya.
"What?"
"Ah ah ah ah ah ah ah... Iya... Kalo lagi ngiclik, aku emang suka colok - colok silit. Enak banget pas ngompolnya"
"Ya udah, berarti boleh dong?"
"AAAAAHHH.... KENAPA MAKIN DALEM NYOLOKNYAAA... AH AH AH AH AH" teriak letisya.
Aku memang mencolokkan jari tengahku sampai amblas semuanya ke dalam lubang anal letisya. Aku tempelkan telapak tanganku di perut dan bergerak maju - mundur seirama dengan pinggulku.
"Dasar kontol kamu... Silit orang dicolok juga"
"Plok plok plok plok"
"Yes yes yes yes... Terus terus terus terus.... "
"Enak ya sya, dicolok begini? Kaya dianal kah?"
"Oh oh oh oh... Iya... Iya... Iya... Kaya... Diewek... Dua orang, tahu"
"Blok blok blok blok" kukencangkan hentakanku.
"Gobloookkk... Kenapa dikencengiiin...? Ah ah ah ah ah"
"Ta... Phi... E... Nak... Khan?"
"Blok blok blok blok blok blok"
"Yes yes yes yes yes... Enak bangeet... Sam... Phek... Nggak... Na... Haaann"
"Blok blok blok blok blok"
"ANDI KONTOOOOOOLLLL..... HAAAAAA"
"NYUUUT"
Vagina letisya menjepit penisku dengan kencangnya. Lebih kencang dari sebelumnya.
"LONTEEEEEEE"
Aku pun melenguh merasakan penisku diperas seperti kelapa parut. Tak hanya sekali liang senggama letisya berkedut, berkali - kali. Membuat pertahananku serasa mau roboh.
"SEEEERRRR"
"AAAAAAAA"
Suara letisya menggema seiring siraman jasmani pada penisku.
"Blok blok blok blok"
"SEERRRR"
Penisku tersiram lagi. Rasanya lendir birahi letisya berlimpah ruah sampai meluber keluar selangkangan. Mungkin sudah menetes sampai tangga tempat kami berpijak.
"Blok blok blok blok"
"ANDI... UDAAH... BERENTI DULUUUU.... "
"Blok blok blok blok blok blok"
Aku tak peduli dengan permintaan letisya. Aku sendiri sedang mengejar orgasmeku.
"Blok blok blok blok"
"KONTOL BENERAN KONTOL KAMI NDI.... "
"NYUUUT"
"LONTEEEEEE
"Seeerrr"
"AAAAAAAA"
Vagina letisya mengedutbkuat lagi, setelah sebelumnya sempat melemah. Sepertinya dia orgasme lagi.
"Blok blok blok blok"
"SILIIIIIITTT..... "
"TOKEEEEEEEDDDD"
"NYUUUUT.... NYUUUUT"
"SEEERRRRR"
Akhirnya aku mendapatkan puncak birahiku. Lagi - lagi hanya kedutan. Aku tekan kuat - kuat, dan aku benamkan sampai mentok di pangkal. Rasanya nikmat luar biasa. Dan lebih nikmat lagi, vagina letisya terus meremas - remas kuat di sekujur batang penisku. Siraman lendir jasmaninya juga masih terus menghangatkan selangkanganku.
"Muka silit kamu ndi"
Letisya masih mengeluarkan kata - kata vulgarnya. Aku tahu, itu dia lakukan untuk memaksimalkan kenikmatan orgasmenya.
"Emang, Silit kamu lebih rapet sih, sya" jawabku.
"Haha"
Letisya tertawa kecil. Untuk beberapa menit lamanya aku tak melepaskan letisya dari tubuhku. Nikmatnya vagina ini seakan sayang untuk aku lepas. Aku benar - benar berharap bisa menikmatinya sampai penisku melemas. Letisya juga msdih setia memberikan selangkangannya untukku. Sama sekali dia tidak protes.
"Ndi, mau sampe malem nungging terus?" Tanya letisya setelah cukup lama aku menahannya.
"Hahaha... Iya, maaf. Abis enak tahu dijepit kamu"
"Aku tahu, tapi kan pegel kali posisinya begini"
Aku duduk di tangga, bersandar pada tebing bukit. Letisya duduk di sebelah kiriky. Posisinya yang sedikit di atasku, membuatku leluasa bersandar padanya. Bagai sepasang kekasih, aku bersandar manja di dadanya. Letisya tak keberatan, dia malah mengelus elus kepalaku.
"Ndi"
Letisya memanggilku, memecah keheningan.
"Ya"
Kutengadahkan kepalaku menghadapnya.
"Kamu kan udah minjem memekku, udah aku kasih pinjem. Kalo aku pinjem kontolnya, boleh nggak?" Tanyanya.
"Loh, hahaha... Kan udah make juga. Emang mau buat apa kontol aku?"
"Aku pengen nglacupin lagi. Belum puas tadi" jawab letisya.
"Tapi kan aku belum bisa ngeluarin pejuh. Percuma juga"
"Ya nggak papa lah. Kan yang pengen aku kelacupin itu kontolnya. Pejuh sih, bonus"
"Nggak bisa buru - buru dong, perlu waktu dan situasi yang pas"
"Pastinya. Bukan di sini juga. Hahaha... "
"Nyindir nih?"
"Hahaha"
"Ya, maaf. Abis, nggak tahan aku, liat bokomu"
"Iya, nggak papa. Aku malah seneng kok"
"Kok seneng?"
"Ya, seneng lah. Siapa yang suka sama cowok ganteng kaya kamu?"
Aku tertegun mendengar jawaban itu. Kalimat itu multi tafsir. Tapi memang banyak sih yang bilang begitu padaku. Belum ada yang menolak aku ajak kenalan. Nembak cewek dua kali juga sukses terus. Bahkan yang terakhir, benih - benih suka itu sudah terlihat semenjak pertama bertemu.
"Hmm gitu ya. Berarti harus ngantri kamu, sya" jawabku
"Ha? Hmm... Ya, aku tahu sih" katanya lemas.
"Aku juga, kayaknya bakal ngantri deh" celetukku.
"Ngantri apa? Orang kita cuman berdua"
"Ya, di sini. Di rumah? Di sekolah?"
"Hahaha... Makanya, main. Biar tahu, siapa aja yang ngantri"
"Ha? Siapa aja?"
"Nggak ada. Hahaha" jawabnya.
Aku menatap matanya lekat - lekat. Diapun menatap balik padaku. Mata yang teduh, ramah, dan ceria. Masih sama seperti saat pertama bertemu. Saat pertama aku pindah ke kampung ini. Harus aku akui, dia cewek pertama yang sukses mengukir namanya di benakku. Kalau ditanya mau main kemana, aku pasti jawab, letisya. Sekalipun aku pernah dikenalkan simbah dengan beberapa anak tetangga. Sekalipun ada beberapa yang cewek, tapi aku lupa semua namanya.
"Berarti, aku boleh dong, suka sama kamu?" Tanyaku kemudian.
"Hmm? Ya suka - suka kamu lah" jawab letisya.
"Kalo jadi pacar kamu?" Tanyaku lagi.
"Hahaha... Udah make memeknya masih nanya begitu, ndi"
"Maksudmu?"
"Kamu pikir, aku mau kasih memek aku buat orang yang nggak aku suka? Jangan ngimpi"
jawabnya sambil tersenyum manis. Senyuman itu berarti dalam buatku. Sebuah kesungguhan hati sekalipun disampaikan dengan cara selengehan.
"Cuman kamu yang sukses ngukir nama di pikiranku, sya. Aku nggak inget nama - nama lain" kataku.
"Sama, cuman kamu yang bikin aku caper bukan main"
Aku tersenyum mendengar kalimatnya. Memang sih, seminggu pertama aku di rumah simbah, dia caper minta ampun.
"Jadi, mau nggak jadi pacar aku?" Tanyaku menegaskan.
Letisya terdiam beberapa saat, matanya lekat memandang mataku. Entah apa yang dia pikirkan.
"Iya, aku mau" jawabnya singkat.
"Yeess"
Aku tak sadar berteriak saking senangnya. Letisya sampai membungkan mulutku. Tapi kami tertawa setelahnya. Aku peluk dia penuh perasaan. Mungkin buat orang lain, cinta ini aneh. Tapi biarlah. Yang penting aku senang, dan letisya sendiri juga senang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd