Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah ANDI ( bermula )

POV. SANDRA

Entah sudah berapa lama aku tertidur. Rasanya lemas sekali bisa orgasme berulang kali. Bukannya baru pertama kali aku orgasme lebih dari sekali. Tapi rasanya itu sudah lama sekali. Itu juga kalau mas beni lagi tinggi nafsunya. Biasanya kalau habis mabuk di suatu tempat. Yang aku yakin dia dicekokin obat kuat. Tidak pakai obat saja, dia bisa membuat aku kelojotan. Kalau dia sampai benar pakai obat kuat, mungkin bukan aku saja yang dia buat orgasme beruntun. Bisa jadi sebelum aku, mbak sari sudah jadi korban duluan. Sampai tidak bisa bergerak, tapi mas beni masih tinggi nafsunya. Makanya dia pulang dan minta dilayani.
"Haih sandra, kenapa mikirin dia mulu sih? Lu blangsak kan gara - gara dia" kataku pada diriku sendiri.
"Kan dia gila begitu karena di guna - guna mbak sari. Kalo enggak, masa iya sampe setega itu sama aku?" Jawabku mewakili hatiku, pada diriku sendiri. Seolah aku dan hatiku adalah dua nyawa yang berbeda.
"Lu beneran masih berharap dia balik? Lu yakin lu bisa bikin dia berubah? Udah deh, mending move on. Banyak cowok yang ngantri pengen dapetin cinta lo. Lagian andi lebih penting keles" kataku lagi, mewakili logikaku.
"Andi? Astaga, iya. Aduh, aku mesti orgasme dua kali lagi. Ya ampun, udah lemes begini. Udah sore lagi" jawabku mewakili hatiku.
Kulihat mentari mulai tergelincir ke barat. Kamarku jadi terang benderang. Sejenak aku duduk termenung, sesekali tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, hari ini aku bisa melihat sisi diriku yang lain. Sisi diriku yang liar. Yang tanpa malu bermasturbasi liar di kamar yang serba terbuka seperti ini.
"Eh, "
Aku jadi teringat dengan evie. Bukannya terakhir tadi kita masih teleponan. Sampai saatnya aku orgasme yang ke tiga, aku sudah tidak kuat lagi. Buru - buru aku ambil ponselku.
"Astaga, sepuluh kali"
Ternyata ada sepuluh kali panggilan tak terjawab. Dan semuanya berasal dari nomornya evie. Ada juga beberapa chat WA yang belum aku baca.
"San, lu kenapa, tepar?" Gumamku membaca pesan dari evie.
"Hahaha iya" gumamku menjawab pertanyaan itu.
"San, kamu kenapa sih, respon dong"
"Aduh san, serius nih. Kamu kenapa? Angkat dong teleponnya"
"San, angkat bentar kenapa! Kamu baik - baik aja kan? Kita khawatir nih" gumamku membaca rentetan pesan dari evie. Kulihat jamnya, ternyata sudah setengah jam yang lalu. Tinggal yang terakhir.
"San, kita otw ke situ. Bapak khawatir kamu kenapa - kenapa" bunyi pesan terakhir. Tercatat tiga menit yang lalu.
"Astaga" gumamku.
"Tuuuut.... " Aku telepon si evie.
"Halo san, lu kenapa? Lu baik - baik aja kan?" Sapa evie dari seberang sana. Senangnya masih ada yang segitu perhatiannya sama aku.
"Hehe... Aku tepar ev" jawabku singkat.
"Hadeeeh... Bikin orang jantungan aja"
"Ya orang tepar, nggak denger apa - apa. Baru juga bangun"
"Gila lu, tepar ampe sejam nggak denger telepon"
"Hahaha... Santai dong, santai. Kamu lagi dimana?"
"Lagi di jalan nih, lagi berenti, ngisi bensin"
"Ya udah, sini aja. Masih banyak kamar kosong"
"Pengennya sih, tapi"
"Kenapa?"
"Sama ki sabdo nggak boleh" kawab evie.
"Kenapa?"
"Nggak tahu"
"Kok nggak nanya?"
"Males ah, paling aku puyeng dengerin penjelasannya. Mending rehat di sini, minum es degan. Hehe"
"Bapak ada?"
"Ada, tuh lagi mesen apa tuh"
"Udah sini aja, entar aku yang bilang ki sabdo. Kan kasihan kalo kamu nunggj di gmtempat panas"
"Nggak papa, asyik kok nunggu sama bapak mah"
"Jangan bilang, kalian... "
"Hahahaha"
"Dih, awas kalo sampe hamil"
"Lah, kenapa emang? Aku janda ini"
"Yang bener aja, masa aku punya emak seumuran?"
"Hahahaha... Ya udah, ya udah, ya udah. Nggak sampe hamil kok, peace"
"Awas ya"
"Hahahaha...iya... Eh, btw, congrats ya. Challenge pertama, udah kamu menangin" kata evie.
"Maksudnya?" Tanyaku bingung
"Ya, challenge masturbasi, kamu udah lulus" jawab evie.
"Kata siapa?"
"Ki sabdo"
"Kan baru sekali, ev?"
"Hahaha... Ternyata, nggak dipeduliin mau sekali rehat, sekali rehat. Atau three times squirt in a row. Dan tadi itu dihitung tiga"
"Kamu cerita sama ki sabdo?"
"Enggak?"
"Kok dia tahu? Wah, gua diintip"
"Hahaha... Udah, nggak usah dipikirin. Yang penting sekarang, tinggal gimana caranya kamu dapet bocah buat kamu dapetin pejuhnya"
"Oh, iya. Huuh" aku menghela napas lega.
"Kenapa san?"
"Syukur deh, kalo diitung tiga. Nggak papa deh, diintip juga, asal lulus. Nggak kebayang kalo mesti nambah dua kali lagi"
" Hahahaha"
"Ya udah ya, aku mau mikir dulu nih" pamitku.
"Ya deh, good luck ya"
"Bye"
"Bye"
Kuputuskan hubungan teleponku dengan evie. Melihat boneka seks cewek di kiriku, entah mengapa aku jadi teringat dulu waktu aku bertengkar dengan mas beni. Ya karena mas beni pulang sambil bawa cewek lain, masih abg, cantik banget lagi. Ya secara lah, aku mencak - mencak. Nikah baru dua bulan sudah bawa cewek lain. Tapi ternyata, dia membawa cewek itu ke rumah, bukan buat dia. Tapi buat calon klien di kantornya. Semacam sogokan begitu lah. Baru aku paham, cukup malu juga aku waktu minta maaf sama dia. Ah, tapi malah jadi berteman sama dia. Ternyata dia awet muda, baby face begitu. Umurnya sama denganku, tapi mukanya masih cocok pakai baju sma.
"Cewek, klient. Cewek, klient" gumamku.
"Ah, aku ada ide" lanjutku. Aku langsung beringsut dari kasur empuk ini. Kuambil telepon yang tak jauh dari ranjang.
"Ya, di sini resepsionis, ada yang bisa kami bantu?" Sapa orang di seberang sana.
"Mbak tati, saya sandra, yang di kamar kaca" sahutku.
"Oh iya bu sandra, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya mau nanya, eee... Tapi agak aneh"
"Silakan bu"
"Di sekitaran sini, ada wanita panggilan nggak mbak? Yang masih muda gitu"
"Maaf bu, buat siapa?"
"Oh, gini. Saya ada calon client, potensi uangnya gede. Tapi ya, gitu, kata temen, dianya suka daun muda. Makanya saya pengen kasih, kali aja cocok, trus, gol deh" jawabku.
"Oh, tapi bukan buat dipakai di sini kan bu?"
"Emang kenapa mba"
"Kami tidak merekomendasikan hal itu dilakukan di tempat kami mbak, karena resikonya cukup tinggi. Apalagi malam hari. Kecuali dengan pasangan sendiri"
"Emang apa bedanya mbak?"
"Ya, urusannya dengan bangsa yang tidak terlihat bu"
"Oh, bukan di sini kok, dan bukan sekarang juga. Kalo ada, tolong cariin ya mbak, segera. Aku pengen interview dulu"
"Oh, baik bu sandra. Berapa orang bu?"
"Lah, ada banyak ya?"
"Haha... Ya ada beberapa, tapi ini bukan rekomendasi kantor. Ini dari kenalan saya pribadi"
"Oh, boleh. Ada fotonya nggak?"
"Ada, saya kirim ke ibu ya"
"Boleh, sekarang ya"
"Baik bu"
"Terimakasih"
"Sama sama bu"
Telepon aku tutup, aku segera berbenah. Kumasukkan semua mainan seks tadi, termasuk kedua bonekanya. Kupakai kembali celana jeansku. Kan tidak etis bertemu orang asing, tapi tidak pakai bawahan sama sekali. Kuamankan juga lendir cintaku. Banyak juga ternyata. Aku turun untuk menyiramkan lendir birahiku ke akar beringin.
"Loh, bu, mau kemana?" Sapa tati.
"Mau ke belakang dulu. Penasaran sama beringinnya. Kayaknya cocok buat ngevlog sama temen temen" jawabku beralasan.
"Oh, memang iya bu, banyak kok yang ngevlog di situ, uji nyali"
"Itu dia"
"Baik bu, silakan"
"Jangan lupa ya, segera" tegurku mengalihkan pembicaraan.
" Sudah bu"
"Oh, oke. Abis ini aku cek"
"Baik bu, silakan"
"Oke. Makasih"
"Sama sama"
Aku berlalu meninggalkan tati. Agak ngilu rasanya selangkanganku. Lama tak disumpal pentungan cowok, sekalinya dapat, gede sekali. Ya meskipun mainan sih. Ini mungkin efek terpeleset tadi. Tapi sisa - sisa orgasme juga masih bisa aku rasakan. Gesekan dengan celanaku terasa lain. Sepertinya vaginaku jadi lebih sensitif.
"Krucuk krucuk krucuk"
Aku tuangkan air dalam wadah minumku ke akar beringin itu. Harapan akan kesuksesan ritual ini semakin tinggi di dadaku. Terlanjur basah, mandi saja sekalian. Sejenak aku menantikan sesuatu terjadi. Kuharap ada penampakan seperti kemarin. Tapi tidak ada. Ya sudahlah, mungkin nanti di ritual utama. Kan ini baru pembuka, lagian masih ada satu ritual lagi. Aku segera kembali ke vila. Mbak tati menyapaku dengan ramah. Ternyata benar, dia sudah mengirimiku beberapa foto cewek beserta biografinya. Ada lima cewek dia sodorkan, semuanya masih tujuh belas tahun. Aku tertarik dengan yang namanya chacha. Perawakannya seperti model profesional. Tinggi, pinggulnya sudah membentuk, payudaranya lumayan besar, dan pastinya, dia paling cantik.
"Aku pilih chacha, mbak. Panggilkan dia ya. Sekarang" bunyi pesanku pada tati.
"Baik bu, saya hubungi dulu" jawabnya.
Kubuka kulkas mini di dekat meja telepon. Ada beberapa jenis minuman. Aku ambil saja teh kemasan botol. Lumayan menyegarkan dikala haus. Aku pergi ke balkon, aku tarik kursi kayu yang mungkin biasa untuk menikmati suasana sore. Aku posisikan kursi itu mepet ke dinding kaca di kanan, menghadap pintu keluar
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd