Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kitchenset Season II <------------------- ( UPDATE )

Minta si suami rekam pas ngentot hu hehe. Sambil bandingin ukuran kontolnya.
 
Exhibionist


"aduuh... gak nahan nih...", ujar mang ujang dengan gelisah sambil melayaniku sementara bu sastro tertawa melihat tingkah mang ujang yang memegang selangkangannya menahan kencing.
"saya boleh numpang ke kamar mandi bu dewi...?", ujarnya
"boleh mang... ayo saya antar... saya duluan ya bu sastro...", ucapku kepada bu sastro dan aku melangkah di belakang mang ujang yang menuju rumahku. aku mengarahkan nya ke belakang dimana letak kamar mandinya yang harus melewati ruang tengan dan kamarku, dan mang ujang langsung meluncur kebelakang.

"papah yakin ?", bisikku kepada suamiku di kamar dengan tubuhnya yang sudah telanjang sementara aku masih bergaun gamis dan berkerudung lengka hanya saja aku menyingsingkan gaun gamisku dengan posisi menungging di depan suamiku yang hanya memberi kode agar aku diam. sesaat kemudian dari sela pintu kamar yang agak terbuka terlihat bayangan seseorang yang pastinya mang ujang yang baru selesai kencing dari kamar mandi.
"aaahhh....", lenguhku dengan suara aku keraskan agar mang ujang mendengar dan suamiku mulai mengayun pinggulnya menggenjotku. aku membungkuk menungging dengan gaun gamisku yang tersingkap hingga pundakku dan pastinya dari samping mang ujang melihat dengan jelas tubuhku yang telanjang tanpa celana dalam dan BH yang kupakai sejak tadi belanja sayur di depan rumah.
tubuhku mengenhentak-hentak maju mundur dengan kedua tanganku berpegang pada kasur agar tetap menungging. beberapa saat suamiku menggeram dan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku. dari sudur mataku aku melihat mang ujang yang masih mengintip dari sela pintu kamar, aku berdiri menghadap kearah pintu dengan gaun gamisku yang tetap kusingsingkan agar mang ujang dapat melihat tubuh telanjangku di balik gaun gamisku dengan senyum kecil melihat bayangan mang ujang masih di sela pintu melihat tubuhku.
"papah udah duluan aja... aku belum...", ujarku sambil membersihkan vaginaku dengan berdiri mengangkang.
"nanti deh aku mau bayar belanjaan dulu ke mang ujang...", ujarku dan aku menurunkan gaun gamisku perlahan melangkah ke pintu kamar dimana bayangan mang ujang telah menghilang berlalu dan aku melangkah keluar meninggalkan suamiku yang mengecek rekaman cctv di ruang tengah tadi.

"mang... tadi berapa ?", tanyaku menghampiri mang ujang yang terlihat gugup menoleh ke arahku.
"be.. anu...tadi berapa ? eh...", jawab mang ujang tergagap gugup melihatku.
"iih mang ujang...", ucapku dengan mencubit perutnya dan kulihat tonjolan celananya yang menyundul dan sedikit terlihat basah mungkin karena terkena air setelah kencing tadi.
"eh du eh tujuh puluh ribu tadi se.. semuanya.. jadinya...", jawabnya masih tergagap.
"udah ya mang ujang... bu dewi saya duluan....", ujar bu sastro yang pamit sambil berlalu meninggalkan aku dan mang ujang.
"mang ujang kenapa kok jadi gugup gitu...?", ujarku sambil senyum-senyum kepadanya.
"anu ibu belum ya... he he he..", jawabnya terlihat berusahan membenamkan kegugupannya.
"belum apa mang ? ", tanyaku lagi
"belum keluar...", ujar mang ujang dengan mata terlihat mesum memandangku.
"ih mang ujang... belum keluar....apanya ?", cetusku
"eh maksud saya, bu dewi belum bayar....", kilah mang ujang terlihat tersenyum mesum kepadaku.
"iih... mang ujang... kan emang ini juga mau bayar...", balasku sambil kembali ku cubit perutnya kulihat celananya yang masih menjendol tersembul,
"iya bu dewi... aduh maaf salah ngomong... he he he...", ujarnya menerima uang dari tanganku.
"iih mang ujang...jangan-jangan ?!!!....", ucapku menghentikan kalimatku memandang wajahnya yang merunduk sambil cengar-cengir.
"di dalam tadi mang ujang...?!!..", ucapku lagi dengan setengah berbisik dan menghentikan kalimatku lagi.
"mang ujang liat saya sama suami saya di kamar tadi ya ?", bisikku lagi kepada mang ujang yang merunduk.
"aduh maaf... maaf banget bu dewi,,, saya gak sengaja...", ujarnya.
"ih mang ujang... berarti tadi... juga... liat saya...pu.. nya saya...?", ujarku dengan suara tertahan berbisik kepadanya.
"i iya bu dewi...", jawabnya dengan pandangan mata ke arahku dan ke bawah seakan menelusuri tubuhku yang terbungkus gaun gamisku.
"ih mang ujang kok ngeliatin saya begitu...", ujarku serasa matanya menelanjangiku seakan ia bisa melihat tubuhku yang telanjang di balik gaun gamisku dan memang pasti ia sudah tau tadi.
"eh maaf bu dewi.. bukannya saya kurang ajar... tapi namanya juga laki-laki... apalagi istri saya di kampung...h ehehe.... maaf bu dewi...", ucapnya sambil membuang pandangannya ke arah belanjaan digerobaknya.
"gpp mang... berarti tadi mang ujang liat semua...?", ucapku pelan2 sambil berpura2 memilih sayur-sayurannya.
"i iya.. bu dewi...", jawabnya singkat sambil tangannya membenahi sayurannya.
"liat apa aja mang...?", kejarku.
"anu bu dewi... liat bu dewi sama suami bu dewi...", jawabnya.
"liat apa ? liat lagi ngapain ?".
"ya lagi gituan... suami istri gitu...", jawabnya lagi
"liat aku lagi nungging...?", tanyaku
"aduh bu dewi... kok di bahas...", protesnya.
"iya gpp... trus liat apalagi ?", kejarku terus.
"ya liat bu dewi bersihin... makanya saya tau bu dewi sekarang gak pake apa-apa kan ?", ujarnya dengan wajah menahan birahinya. beruntung mang ujang orangnya sopan sehingga masih sungkan kepadaku atau kepada ibu2 lainnya.
"udah jangan di bahas bu dewi... saya gak akan cerita2 ke siapapun... nanti saya malah mupeng jadinya... he he he apalagi udah 3 bulan belum pulang kampung...", ujarnya dengan wajah mesum melirik kepadaku.
"ya udah jangan bilang-bilang dan cerita kesiapa2 ya mang...", ujarku berpesan.

"itu air di ember udah habis tadi buat bersihin ayam dan ikan tadi... disini mang diisi...", ujarku menarik tangannya agar mengambil embernya yang sudah hampir habis airnya. mang ujang hanya terdiam sambil mengambil embernya dan mengikuti langkahku masuk ke halaman rumah.
"tuh di pojok garasi sana ada keran mang...", ujarku dan mang ujang melangkah dengan santai. kuperhatikan tubuhnya yang kekar walau dengan baju biasa terlihat gagah, terbayang seperti apa kontolnya, pikirku dengan birahiku yang belum terpuaskan oleh suamiku tadi. aku melangkah mendekatinya di saat mang ujang yang berjongkok membelakangiku mengisi embernya, beruntung pagar rumahku setinggi pundakku sehingga dari luar tak terlihat hanya kepalaku saja yang terlihat.
"jadi udah 3 bulan, mang ujang belum pulang kampung...?", ujarku.
"iya bu dewi...", jawab mang ujang seraya menengok kebelakang ke arahku yang berdiri beberapa langkah di belakangnya dengan mulutnya terdiam menganga melihatku yang menyingsingkan gaun gamisku perlahan-lahan. kedua lutuku sudah terlihat olehnya dan semakin kusingsingkan perlahan hingga kedua pahaku terlihat olehnya.
"mau dinaikin lagi mang...? biar mang ujang bisa dikelaurin...", ucapku perlahan sambil melihat sekitarku aman. tanpa menjawab, mang ujang bersimpuh dan membuka sleting celananya sehingga menjulurlah kontolnya yang sejak tadi sudah mengeras di celananya. kontolnya terlihat besar dan panjang dan....
"mang ujang belum disunat ?", bisiiku tertahan dengan rasa terkejut melihat kepala kontolnya yang menyembul masih tertutup kulup sebagian.
"eeh.. ii.. iya bu dewi... saya agamanya beda...", jawabnya singkat. tangannya mengocok perlahan sambil memperlihatkan kepala kontolnya yang sesekali mennyembul sempurna keluar dari kulupnya terlihat besar berkilap kemerahan. aku hanya menelan ludah melihatnya sambil tetap tanganku menahan gaun gamisku.
"oh seksi banget bu dewi...", ucap mang ujang sambil mengocok matanya memandangi kedua pahaku yang semakin terlihat seluruhnya, gaunku singsingkan lebih keatas hingga terlihat pangkal selangkanganku yang tak terbungkus celana dalam.
"mulus banget bu dewi...", pujinya melihat bulu jembutku yang baru ku rapihkan seperti ulat bulu diatas vaginaku, belahan bibir vaginaku yang pasti dapat ia lihat dengan jelas karena tak ada bulu yang menghalanginya. sementara mataku teruju pada kontolnya yang terlihat eksotis dengan kulupnya itu, mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kontol yang sudah disunat jadi melihat kontol mang ujang membuatku semakin tertarik. tangannya mengocok sambil terus melihat tubuhku yang semakin terlihat hingga kedua buah dadaku. gaunku sudah sampai leherku memperlihatkan kedua buah dadaku dan mang ujang mengicok kontolnya semakin cepat.
"aah...", lenguhku dengan vaginaku yang kembali basah seperti apa rasanya kontol besar berkulup itu kalo masuk ke vaginaku, pasti nikmat, pikirku.
"bu dewi... boleh saya membelai bulu itunya...?", tanya mang ujang membuyarkan lamunanku.
"eh... bo boleh mang...", ujarku seraya mendekat dan membiarkan tangan mang ujang membelai bulu jambutku.
"ah indah sekali punya bu dewi...masih mulus.. kalo punya istri saya sudah beda...", pujinya dan aku hanya tersenyum sambil kedua kakiku berdiri mengangkang agar ia bisa melihat belahan bibir vaginaku.
"aaaahh...", lenguhku saat jari tangan mang ujang tak lagi membelai bulu jembutku namun menyelinap bibir vaginaku sehingga menyentuh itilku yang sudah gatal.
"aaahh.. mang ujaaanng...:", lenguhku lagi tertahan jarinya mencolok lubang vaginaku yang sudah basah.
"sudah basah bu dewi...", ujarnya, pinggulku menggeliat sementara tangan mang ujang mengocok kontolnya semakin cepat.
"saya cepetin bu dewi... takut ada orang liat...", ujarnya mataku tertuju pada mang ujang yang berdiri dengan lututnya dan kontolnya yang mengacung tegak begitu gagahnya,
"uuh bu dewi... sebentar lagi....", ujar mang ujang dan birahiku sudah menggelora aku bersimpuh dan kuraih kontol mang ujang dengan merunduk aku memasukannya ke mulutku, kuhisap dan ku lumat dengan kepalaku yang terbungkus kerudung bergrak maju mundur. kubiarkan tangan mang ujang yang meremas-remas buah dadaku.
"ooh bu dewiiii... nikmat banget...", geram mang ujang yang sesaat kemudian ia menggeram lagi dan pinggulnya menghentak-hentak bersamaan dengan menyemburnya sperma dari kepala kontolnya di dalam mulutku dengan derasnya, hangat dan rasa sperma yang eksotik dimulutku, banyak dan begitu kental mungkin karena sudah 3 bulan tidak dikeluarkannya.
"oooh bu dewi...", lenguh mang ujang mengatur nafasnya. aku menutupi tubuhku dengan gaun gamisku melihatnya yang terduduk sementara embernya sudah penuh air sedari tadi.
"saya takut ketahuan suami bu dewi...", ujarnya memasukan kontolnya ke celananya.
"suamiku tadi tidur lagi mang...", ujarku dengan rasa birahiku yang kembali terputus dan belum terpuaskan. aku beranjak pergi meninggalkan mang ujang.

di kamar suamiku menyambut dengan pujiannya, melihatku dan mang ujang dari kamera CCTV yang tersembunyi.
"iih papah... di pamerin doang... tapi aku juga pengen....", protesku seraya membantingkan tubuhku di kasur, gaun gamisku tersingkap dan kedua kakiku mengangkang lebar, jari tanganku meraba vaginaku yang sudah basah namun belum terpuaskan hasrat birahiku.
"pah... pengen dientot kontol....", ujarku sambil kumainkan itilku, kulihat kontol suamiku yang kecil sudah terkulai lemas, terbayang kontol mang ujang tadi yang masih berkulup, besar, panjang dan keras terlihat gagah di benakku.
"aah... pengen dientot kontol mang ujang...", ucapku dengan napsuku yang sudah diubun-ubun.
"lah kamu tadi gak minta di masukin aja he he he..", ujar suamiku.
"iiih papah... katanya cuma mamerin doang... exhibionis doang... tau gitu aku ajak mang ujang masuk ke garasi aja, biar aku dientot mang ujang...", ucapku nyerocos kepada suamiku yang hanya tertawa kecil.
"oohh...", lenguhku 2 jari sudah mencolok-colok lubang vaginaku, membayangkan kontol mang ujang yang masih berkulup mengaduk-aduk lubangku ini.
"...emang boleh pah... kalo aku dientot kontol berkulup mang ujang...?", tanyaku membuat suamiku memandang sambil mengernyitkan dahinya tak menjawab.
"eeeh... kontolnya mang ujang gak disunat... ", jelasku membuat suamiku yang mengangguk-angguk dengan mulut melongo.
"...eeh... jadi pengen ngerasain dimasukin kontol berkulup...", ujarku lagi tubuhku menggeliat, jari tanganku bergerak cepat di vaginaku mengusap itilku, mencolok-colok lubang vaginaku.
"paah...pengen dientot kontol berkulup mang ujang...eeeh...:", lenguhku dan sesaat kemudian aku mengejang hebat, tubuhku bergetar terpuaskan oleh tanganku sendiri.

Bersambung ke halaman 39 <---------------------
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd