Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda putri bintang S2

Episode 5​

Perang Raya berakhir dengan kemenangan besar Kerajaan Xian. Belasan juta prajurit gugur di Medan pertempuran. Di perang yang akhirnya mengubah Planet Xi selamanya.



Perang raya berakhir dengan sebuah pandemi besar yang terjadi di Han dan meluas ke Xian hingga kerajaan Timur. Pandemi yang akhirnya membunuh lebih banyak jiwa dari Perang Raya. Han terpuruk. Nyawa berterbangan setiap hari.



Kanselir mengusahakan segala cara untuk meredam pandemi. Protokol dijalankan, fasilitas kesehatan ditingkatkan. Semua dilaksanakan. Namun politikus-politikus Han seolah tak peduli.



Cao Guangshin. Veteran Perang Raya, seorang dokter lulusan BeiYuan. Ia mengabdi sebagai garda terdepan, sebagai dokter di masa pandemi. Bukan tugas yang mudah. Ia mengabdi di perang raya sebagai Tentara Hijau di umur 30 tahun. Dan menjadi Dokter Pandemi di umur menuju 40 tahun. Kini umurnya sudah 50 tahun lebih. Namun seolah tidak ada akhir dari penderitaan ini.



Cao Guangshin sadar. Kabut pun berakhir. Matahari terbit dari ufuk Timur. Cao Guangshin sadar bukanlah Obat yang dapat Menyelematkan Han. Tapi tekad dan keberanian. Ia lembar obat itu dan naik ke atas panggung



Kanselir berjalan di istana BeiYuan. Suasana gaduh. Kabut menyelimuti kota. Bukan pandemi ini yang mereka gaduhkan. Melainkan keserakahan mereka terhadap uang harta dan kekuasaan. Kabut berakhir. Dan matahari pun terbenam dari barat



“ ini akhir dari sebuah masa. Matahari akhirnya terbenam di Kekaisaran Han.”



Puluhan ribu sukarelawan berbaris rapi. Cao Guangshin melatih mereka menembak, bela diri dan dasar-dasar militer. Kaisar Shi telah kehilangan mandat surga. Kerajaan Han harus digulingkan. Dan tepat saat itu, matahari baru terbit di langit kerajaan Han. Sebuah negeri dimana semua orang berderajat sama. Sebuah negeri dengan hendra putih biru hijau. Putih langit Han, biru lautan Han dan hijau daratan Han. Mereka berjuang Menyelematkan tanah air mereka, Federasi Han. Revolusi baru saja di mulai



Aku terbangun beberapa tahun setelah peristiwa katastropik itu. Aku terbangun dengan seragam coklat dan baret merah. Aku terbangun di tengah Medan perang menyerupai perang dunia kedua. Aku kehilangan semua ingatanku. Aku tidak tahu siapa aku dan kenanganku di bumi.



Belasan musuh muncul di depanku. Waktu seolah berhenti. Aku acungkan revolverku dan



“ dor! Dor!”



Aku tembak peluru enam sekaligus dan membunuh enam tentara musuh. Langkah mereka terhenti. Aku berlindung di sebuah pohon dan mengisi ulang senjataku. Mereka menghujani posisiku dengan bolt Action dan Smg mereka. Aku acungkan revolver itu lalu



“ dor! Dor!”



Aku tembak 6 orang lagi sekaligus. Aku isi ulang revolverku. Mereka berusaha melarikan diri. Aku tembak mereka dan empat prajurit itu tewas sekaligus. Seorang penembak jitu hampir menembaki namun



“ dor!”



Aku menembaknya lebih dulu.



“ wow kau qiangshou? (Koboi, gunslinger atau penembak jitu)”



Ucap lima baret merah lainnya. Salah seorang dari mereka bahkan menggunakan senapan mesin ringan



“ kalian dari tadi di sini?”



Tanyaku.



“ ya tapi kami tidak sempat menembak”



Ucap mereka. Aku ingin mengisi ulang namun aku kehabisan peluru. Seorang penembak jitu muncul lagi dan



“Dor!”



Aku menembaknya dari jarak ratusan meter



“ itu amunisi terakhir”



Kelima baret merah itu memberikan seluruh peluru .45 mereka.



“ Ini ambil, habisi siapapun yang bukan baret merah”



Aku mengambil semuanya. Total ada 90 peluru. Aku isi ulang senjataku lalu puluhan musuh muncul.



Aku menembak 6 peluru. Aku isi ulang lagi lalu menembak 6 lagi. Aku menembak sambil maju membuat mereka mundur perlahan. Aku mengobok-obok formasi mereka. Mereka tampak tidak terlatih. Aku membunuh mereka semua.



Aku maju ke luar pagar. Kelima baret merah itu mengikutiku. Tampak ratusan musuh berlari ke arah kami. Aku menembak 6 tembakan dan membunuh enam sekaligus. Aku mengisi ulang dan kelima baret merah itu memberi tembakan perlindungan. Aku menembak 6 tembakan lagi lalu mengisi ulang revolverku. Aku membunuh puluhan musuh.



Mereka terus maju. Aku menembak sampai seluruh peluruku habis. Mereka mulai mundur. Kelima baret merah itu bersorak. Kami menghalau satu batalion sekaligus dan memukul mundur musuh. Prajurit dengan senapan bren itu yang paling banyak membunuh musuh tanpa ia sadari. Tak lama suara mesin terdengar dan tank t34 musuh muncul di depan kami.



“ boom!”



“ duar!”



Ledakan terjadi. Kami terpaksa mundur. Tank itu maju diikuti puluhan musuh. Dua baret merah bersembunyi di atap. Salah satu dari mereka menodongkan senjata anti tank dan



“ duar!”



Tank musuh terbakar. Puluhan prajurit musuh panik. Dua baret merah di atap, melepa enam anak panah dan membunuh enam musuh. Aku mengambil senapan bolt Action dan membunuh dua musuh



Matahari mulai terbenam. Serangan musuh terhenti. Seluruh baret merah keluar dari persembunyiannya. Aku hitung dan ada 22 baret merah. Ditambah sekitar 200 tentara berseragam hijau dan helm baja. Mereka mengibarkan bendera mereka di lapangan tempur. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan mereka



Hanya lima prajurit yang bersiaga menjaga gedung mewah itu. Gedung mewah bernuansa Kekaisaran China itu adalah kediaman Kaisar. Kami berbaris di depannya menghalau setiap musuh yang datang. Dibelakang kami adalah aula. Kamar tidur Kaisar sendiri berada di tengah. Mereka bilang sudah berhari-hari Kaisar tidur di Bunker di bawah Kediaman Kaisar dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam.



Kami mengumpulkan amunisi musuh. Aku mendapat 100 lebih amunisi kaliber .45 mereka bertahan dengan mengandalkan amunisi dan senjata musuh. Masalahnya setiap hari mereka kehilangan amunisi senjata anti tank dan sekarang tidak sampai 10 yang tersisa. Masih ada ratusan tank musuh diluar sana. Mereka bilang perang ini tidak bisa dimenangkan. Federasi Han selalu menyuruh kami menyerah. Presiden Cao Yaoting sendiri yang mengatakannya



Di sekitar kediaman Kaisar adalah Komplek perumahan istana. Aku masih tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Aku mundur ke belakang bersama lima baret merah itu. Mereka semua masih muda. Aku masuh ke salah satu kantor yang disulap menjadi kemah pengungsi.



“ suamiku”



Seorang wanita berlari. Bayangan seorang wanita muncul dibenakku. Bona? Luna? Tapi saat itu aku bertanya-tanya siapa Bona dan Luna. Wanita itu sangat cantik dan mengenakan gaun hanfu yang sederhana tapi indah. Ia memelukku



“ aku senang kau kembali”



Ucapnya.



“ apa kau Bona? Atau Luna?”



Wanita itu menatapku tajam



“ siapa mereka? Bao an, Ini aku istrimu xingqiao. Liu Xingqiao kau ingat?”



Liu Xingqiao



“ aku ingat.”



xingqiao



Ia tersenyum. Aku ingat wanita itu. Tapi dari kenangan yang berbeda. Aku memang pernah menikahinya



“ kepalamu terbentur dan kau cedera. Hari ini kau baru bangun tapi mereka memanggilmu”



Begitukah? Wajah wanita ini mengingatkanku pada seseorang. Aku merasa aku memang memiliki perasaan pada wanita itu. Perasaan yang dalam. Kurasa dia benar, dia istriku.



Dia membuatku makan malam. Ia memasak dengan batu sebagai alat masak, dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Ia juga memasak untuk ratusan pengungsi. Ada puluhan pengungsi di aula ini dan ada puluhan lagi di luar sana. Dia membuatkanku sup sayuran dan nasi. Aku memakannya dengan lahap.



“ aku senang kau menyukainya. Kaisar memberi kita puluhan tahun persediaan makanannya.”



Ucap Qiao. Aku tersenyum. Ia tersenyum dan aku menyuapinya. Kami makan berdua. Lalu kelima temanku dengan baret merah muncul.



“ Hei, Qiangshou”(gunman/gunslinger atau penembak jitu)



Aku keluar bersama istriku.



“ kawan-kawan”



Mereka berjalan mendekat.



“ mereka menyuruh kita ke halaman belakang istana. Kumpulkan seluruh pengungsi di sini. Suruh mereka membawa harta penting mereka”



Ucap salah seorang temanku



“ baik”



Aku dan Qiao mengumpulkan pengungsi. Mereka membawa harta dan barang penting mereka. Makanan, emas dan uang. Tak lupa pakaian. Kami berjalan ke belakang dan bertapa terkejutnya aku melihat lima pesawat angkut berbaris rapi. Pesawat itu menyerupai DC-4 Dakota. Ada sekitar seratusan pengungsi berkumpul di belakang istana



“ hanya ini?”



Tanya seorang pilot. Kelima temanku menganggukkan kepala



“ dimana Kaisar?”



Tanya Qiao



“ Kaisar seluruh selir dan seluruh kementerian telah lari ke Xian sejak seminggu yang lalu. Kita menipu musuh. Terbang di malam hari dan bersembunyi di siang hari. “



Jawab pilot itu



“ hah? Bagaimana dengan prajurit lainnya?”



Tanya Qiao heran



“ Hanya lima prajurit ini dan puluhan lainnya yang ada di daftar. Sisanya akan melakukan serangan bunuh diri malam ini ke gedung parlemen. Mereka akan membunuh Presiden Cao Guangshin.”



Pilot itu berteriak menyuruh semua pengungsi masuk ke pesawat. Kami semua naik. Satu pesawat mengangkut 86 orang lengkap dengan bagasi mereka. Pesawat lepas landas satu persatu. Masing-masing dikawal dua pesawat tempur Han (Spitfire). Kami melihat Pemandangan Bei Yuan yang berkobar api dan sudah tak berbentuk lagi. Pesawat meninggalkan Bei Yuan dengan aman beberapa menit kemudian.



Kami mendarat di bandara Internasional Xian beberapa jam kemudian. Kami tiba di ibu kota Kekaisaran Xian. Aku, Qiao dan lima temanku turun dari pesawat. Ratusan baret merah berbaris rapi. Aku segera berbaris dan hormat kepada komandan. Istriku berbaris dibelakang bersama pengungsi. Puluhan tentara biasa juga berbaris dan ikut hormat. Komandan menurunkan hormatnya dan kami kembali ke posisi siap



“ selamat datang di Xian, prajurit. Sedih kita harus meninggalkan rumah kita. Tapi beberapa menit yang lalu. Saya mendapat kabar, Cao Guangshin tewas di gedung parlemen, akibat serangan bunuh diri dari rekan-rekan Kita. Ini adalah titik balik dari perang ini. Kemenangan akan memihak sebentar lagi. Dan sekali lagi, selamat datang di Xian”



Kami naik truk dan dipindahkan ke kemah pengungsi. Kemah yang sangat tidak layak. Lokasi tidak jauh dari bandara. Namun sedikitnya air bersih, pakaian dan makanan menjadi kendala. Aku duduk bersama istriku. Kami masih bingung. Semua terjadi terlalu cepat. Beberapa jam lalu kami masih di BeiYuan. Kini kami berada di belantara gedung bertingkat, Ibu Kota Xian. Kami tertidur disepanjang perjalanan meski sebenarnya kami takut. Pagi itu aku memegang tangannya dan ia berbaring di kasur darurat.



“ aku senang semua berakhir.”



Qiao mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Sebuah emas Xian senilai 50 tahil.



“ Aku menyimpan ini sejak lama. Ini tabunganku.”



Aku hanya diam. Aku tidak mengakatakan apa-apa



“ Tabungan?



Jawabku bingung. Qiao memegang tanganku. Ia pun berbisik



“ aku akan beli rumah di sini. Kita bisa mulai hidup baru”



Aku memegang tangannya dan aku mengangguk. Aku tidak membawa pakaian. Aku hanya mengenakan seragamku. Aku tidak sengaja tertidur. Aku tidur nyenyak dan terbangun di sore hari. Qiao tidak di kasurnya. Ketika aku bangun sebuah mobil mengelaksonku



“ din! Din!”



Aku berjalan mendekat. Tiba-tiba Qiao di dalam dengan pakaian baru



“ ayo naik”



Aku naik ke mobil itu. Aku melihat ia membawa begitu banyak barang. Termasuk uang cash. Ia pasti menjual emas itu dan mendapat uang cash yang banyak.



“ kriminalitas meningkat sejak ribuan pengungsi dari Han mendarat di bandara. Pemerintah Ibu kota berjanji….”



Lalu Qiao mengubahnya ke Channel musik.



“ aku tidak suka berita. “



Ucapnya. Lampu pun merah. Qiao merogoh barang di belakang lalu memberiku pakaian baru.



“ ayo ganti pakaian”



Aku mengganti pakaianku di mobil. Aku merasa aku sudah melewati banyak hal dengan gadis itu. Aku memiliki perasaan tak biasa padanya. Aku pegang tangannya dan benar, aku mencintainya. Ia menatapku lalu tersenyum



Semua akan baik-baik saja, aku janji. Kami berhenti di depan hotel mewah. Ia berhenti di lobby lalu pelayan hotel mulai menurunkan koper kami. Aku membawa tas ransel yang penuh dengan uang cash. Kami berjalan ke lobby dan Qiao mulai memesan kamar untuk kami berdua.



Dengan lift kami naik ke lantai 7 hotel itu. Kamar hotel itu tidak kecil dan tidak besar. Kamar itu sedang. Tapi tentu saja sangat mewah. Qiao memelukku mesra



“ maaf hanya kamar ini yang aku dapat sewa. Semua kamar penuh”



Ucapnya manja. Aku memeluknya



“ tenang aku mengerti”



Qiao mencium aroma tubuhku



“ kau harus mandi.”



Ucapnya. Aku tertawa pelan



“ baiklah aku mandi sekarang”



Aku mandi lebih dulu. Aku mengguyur tubuhku dengan air dari shower di kamar hotel. Aku meratakan tubuhku dengan sabun. Aku mencuci seluruh tubuhku dan begitu aku keluar, Qiao juga telah mengenakan handuk



“ sekarang giliran aku”



Kami bercumbu sekilas. Ia mandi setelahku. Aku dibebas tugaskan selama dua hari dan harus melapor saat apel pagi setelahnya. Aku menaruh revolver itu di seragamku. Revolver yang mungkin telah membunuh 100 lebih nyawa dalam sehari. Aku membawa 100 lebih amunisi dan hotel tidak menyadarinya



Malam pun tiba. Aku berkelonan berdua dengan Qiao, menikmati lagu dari radio. Kami bercumbu mesra di sofa. Qiao memelukku mesra dan aku juga memeluknya. Kami turun untuk makan malam di hotel.



Kami makan bebek panggang ala Kaisar Xian. Hotel ini bersikeras mereka juga pernah menyajikan Bebek panggang untuk tamu kehormatan Xian bahkan Kaisar sekali pun. Hotel ini memang sangat dekat dengan Istana jadi tak heran banyak tamu negara menginap di sana.



“ selamat makan sayang”



“ selamat makan Istriku, Qiao”



Kami makan romantis berdua. Qiao terlihat sangat bahagia. Senang bisa lari dari horornya perang di BeiYuan lalu bermewah-mewah di ibu Kota Xian, bersama Qiao. Aku sangat lupa dengan Bona, Luna dan anak-anakku. Aku menjalani hidup sebagai orang lain di Xian
 
Episode 6​

“ ahh surga dunia”



Aku meremas buah dada Qiao dan memainkan putingnya di shower. Aku memanjakan putingnya sambil mengecup lehernya dari belakang. Qiao suka ketika aku melakukannya. Ia mendesah sambil menggesekkan belahan pinggulnya dengan penisku.



Aku menurunkan jemariku ke lubang kemaluannya. Aku usap lubang kemaluannya sambil terus meremas dan memainkan putingnya. Bibirku masih melahap lehernya dari belakang. Ia dongakkan kepalanya, tersenyum genit dan mendesah keras di kamar mandi.



Jemariku mulai mencolokinya. Remasanku semakin liar. Putingnya semakin menonjol dan aku memainkannya dengan nafsu. Lidahku menjilati lehernya ganas sambil menghisapnya nafsu.



“ ohh suamiku”



Qiao orgasme panjang. Ia pejamkan matanya dan sambil membuka mulutnya lebar ia mendesah panjang menikmati puncak kenikmatannya. Wajahnya memerah. Tubuhnya menggelinjang dipelukanku dan ia terus mendesah panjang.



Qiao tersenyum puas. Tapi aku baru mulai. Aku remas buah dadanya dengan kedua tanganku dan menusuk batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Ia mendesah keras. Aku mulai menggenjotnya nafsu. Kau memekik keras di kamar mandi itu.



Aku menghujam, menepuk-nepuk pinggulnya keras. Jemariku meremas buah dadanya ganas dari belakang. Wajahnya memerah dan ia memekik keras menikmati setiap hujaman penisku dan setiap sentuhan jemariku. Aku percepat genjotanku, menghujam-hujam kemaluannya dengan kencang.



Aku membalik tubuhnya. Kami berganti posisi. Kami kini saling berhadapan. Aku dekup dia dan menghujamnya kencang. Kami bercumbu di shower itu, saling berdekupan satu sama lain dan aku terus menghujamnya liar. Hujamanku semakin kencang dan ia mendekupku kencang lalu mendesah panjang. Kami keluar bersama-sama.



Spermaku membanjiri lubang kemaluannya. Qiao sangat puas. Ia peluk aku dan ia seketika lemas. Kami saling membasuh tubuh kami lalu keluar bersama. Kami mengenakan pakaian lalu turun ke bawah untuk sarapan.



Menu pagi itu adalah mie instan. Mie instan ditemukan beberapa minggu lalu oleh ilmuwan Han dan langsung menjadi tren. Mulai dari pengungsi sampai bangsawan, semua memakannya. Ada yang disajikan polos, ada yang disajikan mewah dengan bebek dan sayuran seperti di hotel ini.



“ selamat makan sayang”



“ selamat makan istriku”



Ada banyak orang yang sarapan pagi itu. Aku masih dibebas tugaskan. Qiao ingin mengajakku ke suatu tempat hari ini. Ketika sarapan itu selesai, kami kembali ke kamar dan mulai mengemas kamar kami. Kami harus segera karena besok pagi aku sudah harus bertugas kembali.



“ sampai jumpa lagi Nona Qiao”



“ sampai jumpa”



Kami pergi dari hotel. Qiao membiarkanku menyetir. Mobil itu mewah, berwarna hitam dan merupakan mobil yang juga digunakan untuk tamu negara dan petinggi militer. Mobil itu adalah salah mobil sipil tercepat di jalanan. Mobil itu dapat melaju 125 km/jam dengan stabil. Disamping kemewahan dan kemampuannya, mobil ini hanya dihargai seharga Pajero di Kerajaan Xian.



Kami tiba di sebuah rumah modern yang sederhana. Tiga orang menunggu di rumah itu. Kami turun dari mobil lalu kami membungkukkan badan menyalami mereka.



Mereka membalas salam kami. Mereka mengajak kami berkeliling melihat rumah. Qiao ingin membeli rumah ini. Ada taman di belakang rumah ini. Halaman depan dan sebuah garasi. Ada dua kamar. Ada sebuah dapur, ruang makan dan ruang tengah. Kami menandatangani beberapa berkas. Qiao memberikan uang di tasku dan tersisa beberapa di sebuah tas kecil. Mereka pun pamit dan kami resmi membeli rumah itu.



“Kamu suka rumahnya sayang? Akhirnya kita punya rumah”



Ucap Qiao. Aku mengangguk.



“ tentu saja.”



Jawabku. Kami berpelukan mesra. Ia sandarkan kepalanya di dadaku dengan manja dan aku mengusap-usap punggungnya.



“ Ini mimpi yang paling indah.”



Bisiknya



“ aku juga”



Jawabku. Kami bercumbu sekilas. Kami mulai membuka koper demi koper dan merapikan semua barang bawaan kami. Qiao terus tersenyum. Aku senang melihatnya. Aku tidak ingat bagaimana kami menikah namun aku tahu aku sangat menyayanginya. Dan aku juga tahu aku sangat merindukannya.



“ ini rumah kita suamiku”



Ucap Qiao. Ia tersenyum. Aku ikut tersenyum



“ ya, mulai hari ini, ini rumah kita”



Kami kembali berpelukan. Aku duduk di ruang tengah dan Qiao mulai membuatkanku makan siang.



Siang itu ia membuatkan kami “hotpot” (seperti suki di dunia nyata). Hotpot pertama kali muncul sebagai masakan kaum Barbar namun akhirnya menjadi masakan favorit di Kerajaan Han dan Xian, terutama untuk merayakan sesuatu dan makan bersama. Kali ini ia memasak dengan kompor gas, bukan dengan batu dan kayu bakar



“ aku suka baunya”



Ucapku.



“ aku juga suamiku”



Sahutnya. Ia taruh Hotpot itu di meja makan. Dan kami mulai makan bersama. Ada dua mangkuk masi, hotpot serta daging, ayam, makanan laut dan berbagai sayuran. Siang itu kami berpesta.



Kami makan berdua. Ia juga menyajikan teh untuk kami berdua. Aku minum teh itu dan rasanya segar. Teh itu disajikan secara tradisional.



“ makan yang banyak suamiku”



Ucap Qiao tersenyum



“ tentu saja”



Belakangan aku sangat banyak makan, mengganti gizi selama di Medan perang. Ini mungkin hari terakhir aku makan di sini. Aku makan dengan sangat lahap dan Qiao tersenyum lebar. Ia bahagia melihatku makan dengan sangat lahap.



“ besok aku harus bertugas kembali. Hari ini aku ingin melaluinya dengan makan bersama istriku”



Qiao tersenyum haru



“ apa kau akan kembali?”



Ucapnya pelan



“ percayalah, aku akan kembali untukmu”



Kami kembali makan berdua. Qiao masak sangat banyak. Aku makan dengan sangat lahap. Makan malam itu usai dan kami minum teh berdua.



Kami minum teh sambil menikmati musik dari radio. Kami duduk berdua di sofa sambil meminum teh hangat. Teh ini terasa makin manis, jika kuminum bersamanya. Ini hari yang indah.



“ aku sayang kamu, Bao An”



“ aku sayang kamu, Liu Xingqiao”



Kami kembali meneguk teh itu. Ia mengisi ulang cangkirku, lalu mengisi ulang cangkirnya. Ia lalu menyandarkan kepalanya di pundakku.



“ sayang, bagaimana kalau kita jalan malam ini? Sudah lama kita tidak berkencan”



Aku mengangguk. Ia memegang tanganku erat. Ia tatap wajahku manja dan kami bercumbu mesra. Ia lalu mandi, aku duduk di sofa, menunggunya sambil menikmati alunan masuk dari radio.



Ia keluar dari kamar tidur kami. Ia sudah cantik. Aku ikut mandi dan bersiap. Ia merapikan rumah sembari menungguku mandi dan berganti pakaian.



Aku mengenakan jas. Qiao mengenakan gaun modern yang indah. Ia cantik saat mengenakan hanfu atau pun gaun modern seperti ini. Wanita-wanita di ibu kota Xian lebih sering mengenakan gaun dan kemeja modern.



Aku menyetir mobil kembali ke ibu kota. Kami masuk ke tol dan berkendara ke ibu kota. Tidak sampai setengah jam, kami tiba di pusat kota Xian. Kami ingin menonton film di bioskop. Aku tiba-tiba ingat, aku pernah berkencan dengan Qiao di suatu kota kecil dan aku sangat bahagia.



Kami tiba Mall. Mall itu Mall pertama di Ibu kota sehingga nuansanya masih sangat tradisional, namun bercampur modern. Ada kemah pengungsian di seberang Mall, yang merupakan kemah pengungsian terbesar di Ibu kota



“ orang-orang Han! Mereka merusak pemandangan pusat kota”



Ucap sekumpulan wanita. Qiao menatap mereka sinis. Aku merangkulnya dan menggeleng kepala.



“ jangan dengarkan mereka sayang.”



Bisikku



“ aku benci orang seperti itu suamiku. Aku tidak pernah suka mereka”



Sahutnya kesal



Aku melihat para pengungsi dari kejauhan. Mereka sedang memakan mie instan sore itu. Mie instan sangat berpengaruh bagi pengungsi. Harga mereka murah dan mengenyangkan.



Kami masuk ke Mall. Kami bergandengan tangan. Kami berjalan ke bioskop karena sore itu kami ingin menonton.



“ mau Film drama? Horor? Dokumenter? Atau kartun?”



Tanyaku



“ kartun deh. Aku mau santai”



Kami membeli tiket. Ia ingin menonton kartun. Karena masih lama, kami bergandengan tangan lalu turun untuk melihat-lihat butik di sekitar kami.



Qiao melihat-lihat pakaian di butik. Ia hanya melihat-lihat saja. Ia masuk ke toko musim dingin. Ia lalu membeli sebuah syal dan sweater



“ aku suka syal ini”



Ucapnya manja



“ aku juga “



Sahutku.



Kami lalu kembali ke bioskop. Kami membeli cemilan. Berondong jagung dan soda. Qiao sangat suka soda. Kami juga membeli jajanan tradisional seperti bakpao dan kacang rebus. Pintu theater dibuka dan kami pun masuk



“ ini pertama kalinya aku menonton film bersamamu”



Ucapnya.



Kami berpegangan tangan. Film kartun itu dimulai. Ia menyandarkan kepalanya dengan manja di sepanjang film. Ia tersenyum. Ia sangat senang. Aku juga begitu. Aku usap kepalanya dan merangkulnya mesra disepanjang film. Kami berkelonan mesra sambil menyantap cemilan yang kami beli. Ia tertawa ia tersenyum, dan aku suka semuanya.



“ aku suka filmnya. Kapan-kapan, kalau kamu pulang, kita menonton lagi ya?”



Ucapnya manja



“ tentu”



Kami bergandengan keluar. Matahari sudah terbenam. Kami makan malam di Mall itu di restoran bebek bakar. Restoran yang berada di lantai paling atas Mall, dengan pemandangan kota. Kami membeli bebek bakar ala Kaisar dengan nasi serta mie instan yang sedang naik daun itu.



“ selamat makan sayang”



“ selamat makan Qiao, istriku”



Kami makan malam berdua. Aku melihat wajah cantik Qiao, yang bermandikan cahaya lampu hias, serta sinar bulan. Aku menyukai setiap detik makan malam itu. Semuanya sempurna. Cahaya bulan malam itu, pemandangan kehidupan malam kota, bahkan senyumnya malam itu sunggu manis dan romantis. Aku melihat Qiao megenggam kedua tangannya, memejamkan kedua bola matanya dan berdoa.



“ Di setiap doaku



Di setiap air mataku



Selalu ada kamu



Di setiap kataku



ku sampaikan cinta ini



Cinta kita “



“ Xingqiao, jika aku boleh tahu? Apa yang kau doakan itu?”



Ku tak akan mundur



Ku tak akan goyah



Meyakinkan kamu mencintaiku



aku hanya berterima kasih pada Tuhan. Aku berterima kasih Tuhan telah memberikan aku kesempatan kedua. Tuhan mengembalikan kehidupan kita seperti dulu. Tidak ada yang lebih membuatku bahagia selain itu”



Tuhan ku cinta dia



Ku ingin bersamanya



Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya



Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya



Bersama sampai akhir “



Dan Xingqiao meneteskan air mata. Ia menangis. Aku ambil sapu tanganku, lalu kuhapus air matanya. Xingqiao tersiar him. Sungguh senyum yang manis. Aku ini ingat aku sangat suka senyumannya. Tidak salah lagi, ia cinta sejatiku



“ Jisunku”



Saat itu kenanganku dengan istri pertamaku, Jisun, membutakan hatiku. Aku menganggap Qiao, benar-benar istriku di dunia ini karena perasaan yang aku kira sudah aku kubur, tapi ternyata masih ada. Aku lupa dengan kehidupanku di bumi.



Makan malam yang romantis dan penuh emosi itu berakhir. Kami bergandengan keluar dari restoran lalu menaiki lift turun lantai dasar. Kami melihat banyak orang ke supermarket untuk membeli mie instan. Logo Kaisar Shan jika mereka ingin menyokong Kekaisaran Xian, dan Kaisar Shi jika mereka ingin membantu membangun kembali Han. Banyak orang membeli edisi Xian, namun aku melihat beberapa orang Han membeli edisi Kekaisaran Han.



Kami ikut mengantri. Kami membeli berbagai kebutuhan dan sangat banyak mie instan. Qiao menggandengku selama kami mengantri. Semua kalangan di sana . Dari pengungsi, hingga konglomerat. Semua tidak ada beda di Mall ini, mereka melayani semua kalangan.Pengungsi membayar dengan uang perak, Konglomerat dengan uang kertas mereka yang baru dan rapih. Pengungsi bertahan hidup dengan mie instan, Konglomerat memanjakan lidah mereka dengan mie instan.



“ lelah juga ya? Sudah malam sekali”



Ucap Qiao.



“ Benar kurasa waktunya pulang.”



Sahutku.



Kami pulang ke rumah kami. Meski jauh dari kota, perjalanan kami jauh lebih cepat karena jalanan sepi pada malam hari. Dan aku dapat menguji kemampuan mobil ini di jalan tol malam itu. Qiao tertidur di mobil. Tanpa ia sadari, Qiao sangat kelelahan.



Kami melalui banyak hal hari ini dan aku menyukainya. Aku tersenyum bahagia tanpa mengingat sedikit pun kehidupanku di bumi. Aku sangat buta. Aku lupa istriku Bona, aku lupa istriku Luna, aku bahkan lupa anak-anakku dan jatidiriku sendiri. Aku menjadi orang lain.



Hari sudah sangat malam. Qiao terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum lalu turun dari mobil itu. Aku menurunkan barang sementara Qiao membuka pakaiannya dan mandi. Ada bathup dan shower di kamar mandi itu. Qiao mandi lebih dulu. Qiao keluar hanya mengenakan handuk. Ia tersenyum manja dan aku ikut tersenyum. Aku dekup dia gemas dan kami pun bercumbu.



Aku mandi mencuci tubuhku dan ketika aku keluar, ia sudah duduk di kasur dengan masih mengenakan handuk. Tubuhnya sudah wangi dan rambutnya telah rapi. Ia lalu melepaskan handuknya dan pesta itu dimulai.



“ suamiku”



“ istriku”



Kami bercumbu liar. Qiao mendorong tubuhku dan membuka handukku. Ia buka handuknya lalu ia menunggangiku. Ia cumbu bibirku liar, melilit-lilit lidahku liar.



Qiao melepas cumbuannya. Ia naik ke wajahku, mendudukkan kemaluannya di mulutku. Aku mulai menjilatnya. Qiao mendongakkan kepalanya dan mulai mendesah. Ia goyang pinggulnya di atas wajahku.



“ ahhh Sayang. Mhhhh nghhh ahhh mmhhh”



Qiao menggoyang pinggulnya di wajahku. Aku menjilati wajahnya dengan liar. Ia pejamkan matanya dan mendesah keras di atas wajahku. Jilatanku bertambah ganas. Pinggulnya bergoyang liar dan tubuhnya bergelinjang hebat.



Qiao membalik badannya. Ia lahap penisku ganas dan kami pun berubah menjadi posisi 69. Ia terus goyangkan sambil melahap penisku ganas. Wajahnya memerah dan sambil mendesah panjang, ia hisap penisku hebat sambil mengocoknya kencang dengan tangannya.



Qiao mencapai puncak kenikmatannya. Ia genggam penisku dan mendesah panjang memuncratkan cairan kenikmatannya di wajahku. Ia mendesah puas. Ia kulum penisku, menjilati kepalanya dengan lidahnya, lalu mulai memompa pelan.



Qiao menungging di kasur itu. Aku meremas pinggulnya. Permainan itu masih jauh dari selesai. Aku tusukkan penisku, lalu menghujam kemaluannya dengan kencang. Qiao kembali mendesah keras.



Kuhujamkan batang kemaluanku, menepuk-nepuk pinggulnya dengan kencang. Kemaluannya sangat basah. Wajah Qiao memerah menikmati dan menahan setiap tusukan penisku di kemaluannya. Bibirnya terus mendesah kencang.



Hujan pun turun. Kami sama-sama memekik kencang. Kami keluar bersamaan. Batang kemaluanku berkedut-kedut memuntahkan sperma di lubang kemaluannya. Qiao terbaring lemas. Nafasnya terengah-engah dan aku memeluknya dengan gemas. Kami saling bertatapan lalu bercumbu sekilas.



Malam masih panjang. Tapi aku harus bertugas besok pagi. Kami bercinta berkali-kali melampiaskan nafsu kami karena esok, aku sudah bertugas kembali. Qiao sangat lemas dan ia pun tertidur dipelukanku. Aku dekup dia lalu ikut terlelap di sebelahnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd