Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

Man
Mulustrasi...


AIKO HATORANGAN



JESSICA






Sambungan dari atas ya suhu..


Disaat yang sama, di area lapangan itu. Para TRIAD menyerbu bersama dengan gelombang serangan yang menghujani pasukan Anto. Tidak seperti yang awal nya mereka menyerang setahap demi setahap, saat ini puluhan anggota TRIAD berlarian menyerbu ke dalam.

Hujan peluru dan mortir granat berdentum silih berganti. Pasukan mulai berguguran satu demi satu. Bang Saiful dan Bang Manik sampai mengeluarkan senjata nya masing-masing membantu tim Halau. Setiap anggota TRIAD yang terdekat di bidik dan disasar tapi disaat bersamaan juga dia di sasar oleh senjata musuh.

Sebuah mortir TRIAD menghantam sebuah pot pohon palem botol yang rapat dengan tembok, dan dibalik tembok itu tempat bersembunyi nya Takeshi Nakazawa. Tembok terpecah dan serihan mengantam pelipis dari Takeshi sehingga robek dan berdarah. Segera Takeshi mundur. Tigor yang mendapati sahabat sekaligus besannya terluka, menggereng marah. Dia langsung melihat si penembak, tanpa lama segera mengambil SS-2 buatan PINDAD.



Menukar peluru ke ukuran 7,22 mm dan merubah setting ke one shot. Segera dia bidik si penembak mortir dengan teleskop trijokon. Dan..

doorrr...

disebelah sana, terlihat kepala yang pecah memuntahkan isi nya sehingga berceceran. Seorang rekan nya yang melihat hal itu, segera berguling ngeri. Dan berlindung.

Sementara itu Takeshi segera menyeka darah yang membanjiri muka nya. Tapi tak lama segera kembali memuntahkan peluru nya membidik para TRIAD yang menyerbu masuk.

Tiga anggota TRIAD menuju pintu masuk. Disana ada Surya dan Rio. Barret REC-7 nya Surya bicara. Seorang terjungkal di tembus peluru nya, Rio menghujam dengan FAMAS nya, tanpa ampun memberondong dua sisa nya. Tentu ke dua orang ini berkepentingan menjaga akses masuk sebab di dalam ada dua orang bidadari mereka yang harus di jaga, Debby dan Riska yang menunggu di ruang medis.

Tapi satu orang kembali menerobos, dengan berlari menghujani Rio dan Surya dengan AK-47 yang secara kebetulan memang sedang berdekatan.



Sebuah tembakan mengenai paha Surya dan juga menyerempet punggung Rio..

aagghh...

uassuuu koe...


Surya dengan tetap menahan tubuh agar tidak terjatuh, membalas tembakan itu dengan gencar dan ganas. Si penembak sembunyi di balik tirai, Surya tetap membidik dan mendekat lalu merapat pada sisi lain tirai itu. Jarak kedua nya hanya dibatasi sebuah tirai sebesar sepelukan tangan. Surya tau, ini game of death. One shot, one die..

Sambil menahan sakit di pahanya, Surya mencabut belati nya. Ia sadar perkelahian jarak dekat seperti ini akan lebih mudah dengan pisau. Si TRIAD menggunakan jaket kain coklat panjang. Ia terlihat juga takut dan nafas memburu. Ini sedikit membantu Surya memahami posisi lawannya. Saat tidak diduga, Surya melompat..

cleebbb....

tat.. tat.. tat.. tat.. tat.. tatt..


Belati menghujam dada si TRIAD, dia mencoba membalas menembak, tapi tangan kiri Surya dengan sigap menahan senjata itu agar terarah ke atas.. tubuh itu menegang.. dan... ambruk... lepas nyawanya.. disisi lain Rio terlihat meringis menahan sakit sambil memberi jempol ke Surya. Satupun tidak memberitahu puskom ada yang luka, seakan paham akan kepanikan para wanitanya.

Satu jam penuh baku tembak terus terjadi. Korban dari TRIAD sudah hampir separuh. Ditambah mayat para BC, halaman ini sungguh sangat menyeramkan. Seakan ada ladang pembantaian disana.

Si Buta yang tadinya berpasangan dengan Rio, memang meminta Rio agar menjaga pintu masuk rumah pada saat TRIAD menyerbu secara penuh. Dia tau, Surya sendiri yang sejak awal mengambil posisi di situ, mungkin akan kesulitan membendung serangan seorang diri. Sedang dia tetap berada di latar agak ke samping disana ada garasi terbuka dan ada undakan setinggi pinggang yang di pakai untuk mencuci atap mobil. Si Buta dengan Milkor MGL MK1L nya, kembali menyiram para penyerbu yang masuk. Dengan ilmu Getaran nya, dengan mata ditutup ikat kepala, dia menembak arah gerbang masuk. Lima orang terjungkal dan tertahan. Lima lagi langsung merapat ke kiri gerbang, tanpa mereka sadari, mereka menyentuh sebuah benang halus. Dan...

Lima belati menerjang mereka. Empat kena, di leher... mati, di perut.. mati, di dada.. mati, satu tidak sengaja mengenai senjata dan dia selamat satu lagi dia masih bisa mengelakkan karena secara kebetulan sempat melihat datangnya pisau. Kepanikan melanda barisan itu. Yang selamat, terlihat mukanya seputih kapas. Muka nya yang memang sudah putih, makin putih akibat terkejut dan takut luar biasa. Mereka sudah hendak lari, menyerah, dan membayangkan kematian yang ada di depan mereka. Tapi mereka lebih takut pada seorang Robin Tanaka. Dan sampai detik ini keberadaan Robin tidak di ketahui posisi nya.

Seseorang dengan pakaian perlente, rambut cepak, dan badan tegap berotot. Berdiri sekitar 10m di luar pintu gerbang. Dia memandang dengan nanar, anggota TRIAD, satu persatu di habisi oleh para pejuang negara ini. Dia sama sekali tidak menduga akan menghadapi tembok benteng yang sangat cadas dan mematikan. Dia sadar, kali ini misinya akan gagal.

Ini adalah aib besar bagi TRIAD dengan nama besar nya. Dia pun tahu, kembali dengan kegagalan, sama dengan mati.

Pikirannya menganalisa, tidak mungkin hal perlawanan seperti ini dilakukan oleh sipil, sekalipun yang terlatih militer. Strategi perang, nyali dan pengalaman tempur, tidak mungkin dimiliki oleh sipil. Pasti ada campur tangan militer disini. Dan bukan militer sembarangan. Ini hanya sanggup di lakukan oleh pasukan elit. Robin Tanaka, si lelaki yang tertegun itu segera sadar, pasukan elit Indonesia adalah salah satu yang paling di segani dan di takuti di dunia. Barisan pasukan elit Indonesia yang pernah dia ketahui dan pelajari, sungguh membuat nyali gentar.

Memang tidak di pungkiri, dibarisan para pejuang ini, ada anggota para pasukan elit. Kopaska, kopassus, korpaskhas, marinir, denjaka, brimob semua ada. Yang mana mereka, tak satupun yang akan mengaku. Apalagi para agen ini. Identitas mereka adalah harga mati. Yang tahu kesatuan mereka adalah mereka sendiri dan atasannya. Rekan sesama agen pun yang baru bertemu, tidak akan tahu dari kesatuan mana masing-masing mereka. Sedikit pembeda adalah dari cara bertempur, ini orang awam atau militer biasa tidak akan tahu. Hanya yang sudah sering bergaul dan terlibat dalam operasi, akan bisa memahaminya.

Robin Tanaka maju ke arah pintu gerbang, dia sekilas melihat sekitar dengan cepat. Dan segera mendapati, Anthony Wang sedang bertempur dengan sebat dan ganas dengan seseorang. Dia segera mengenali nya.. itu adalah Balak 6. Agen rahasia militer terbaik se Asia Tenggara. Pantas seorang Andi Lau harus meminta bantuan pada pusat menghadapi pasukan orang ini.

Diluar rumah, Aiko yang sudah menghabisi lebih dari lima orang dan membatalkan serangan TRIAD akibat teror tembakannya, dia tidak menyadari sesosok yang berada di sebuah pohon jati berjarak 300m di sisi kanan belakang, sedang membidik nya. Sesosok dengan baju hitam-hitam membekal sebuah senjata Winchester M-70.



Senjata penembak runduk legendaris buatan USA yang pernah diandalkan Sniper legendaris dunia asal Indonesia, Alm. Peltu Tatang Koswara.

Winchester M-70 yang beroperasi dengan sistem bolt action dan peluru 7,6 mm menjadi senjata yang sangat mematikan serta sangat efektif dan efisien saat dipergunakan mengeliminasi sasaran terpilih. Winchester M-70 yang dilengkapi alat peredam suara (silencer), teropong bidik malam (night vision), dan akurasi tembakan yang mencapai 900 meter, sangat akurat dalam membidik sasaran nya.

Di saat yang genting itu, Stevan yang menangkap bayangan sesosok di atas pohon, terlihat panik dan berteriak..

"Mamah.. sniper posisi 4. Menunduk..."

dorrr...

aaahh..

Sebuah tembakan dari Winchester M-70 meletus dan mengenai Aiko. Aiko terlempar di tempat. Dia yang dalam posisi di lindungi tali pengaman, tergantung tali itu dan senapan SPR-2 nya tergantung di punggung nya. Aiko tampak terlepas tanpa pegangan, andai tak ada tali pengaman, tentu sudah jatuh ke tanah.

Stevan teriak panik..

"Mamaaahhh... aahh.."

Lalu dia melampiaskan murka nya pada si sosok sniper musuh. Dia cabut pistol Barreta nya dan menghujani dengan tembakan ke atas..

dorrr... dorr.. dorr..

Tiga tembakan terlontar.

haiiyaaahhh...

Si sosok hitam terkejut panik lokasi nya di ketahui Stevan. Segera dia meraih tali,e menggantung di tali dan meluncur turun sambil membalas menembak. Ternyata dia sudah menyiapkan juga jalan untuk lari.

dorrr.. dorr..

Winchester M-70 menyalak dua kali walau tidak di tembakkan dengan membidik tepat, tetap saja arah tembakan menyasar posisi Stevan. Stevan membuang badan dan mengelakkan tembakan. Tapi kesempatan itu cukup untuk membuat si sniper punya waktu untuk turun dan segera menghilang di rerimbunan pepohonan.

"Stevan... tahan.. jangan emosi dan nafsu.. kendalikan amarah mu nak.."

Aiko teriak mengingatkan Stevan. Stevan yang mendapat teriakan, jadi sadar, mamah nya masih tersadar dengan baik.

Stevan tetap menggereng marah, dia sungguh murka. Tapi sedikit tertahan. Dia tarik nafas menenangkan diri. Tapi dia merasa gagal menjaga mamah nya. Dengan melompat dia kejar ke arah larinya si sniper musuh. Setelah sampai di posisi turunnya si sniper, terlihat tetesan darah segar di lokasi itu. Stevan langsung paham, sang sniper terluka terkena hajaran Barreta nya. Dia ikuti tetesan darah itu sambil bersiap dengan Barreta di tangan kanan. 10 langkah dia menemukan senjata Winchester M-70 itu. Stevan memeriksa, peluru kosong. Pantas dia tinggal. Setelah sejauh 50m kedepan, Stevan tidak lagi menemukan tetesan darah lagi. Sekelilingnya hanya pohon jati, mahoni, dan jambu merah. Saat melihat sekeliling, sesosok melompat dari atas pohon jambu sambil menusukkan belati nya.

Stevan terkejut.. langsung melompat ke belakang, tapi tak ayal, tangan nya tetap tergores. Pistol terlepas. Stevan langsung bangun. Dan di depannya berdiri seorang TRIAD berperawakan kurus dan tinggi. Memakai baju jalan malam hitam-hitam. Setelah melihat Stevan, tersungging senyum tipis..

"Hehehe.. Kids.."

Jelas.. maksud nya adalah menghina Stevan. Tapi Stevan yang dalam posisi murka, tentu hal ini membuat ia makin emosi. Tanpa basa-basi, Stevan langsung melompat menyerang dengan segenap hati dan seluruh kemampuan terbaik yang ia miliki.

Lompatan sambil menendang beruntun kaki kiri dan kanan. Tiga tendangan terlontar. Disusul tiga pukulan bertubi-tubi mengarah leher dan dada si TRIAD. Dia terkejut bukan kepalang. Ini serangan dengan bobot tidak mainan. Walau dilancarkan oleh seorang remaja tanggung, tapi power dan speed nya sungguh serius. Terkena telak, pasti fatal dampak nya. Keringat dingin keluar dari dahi si TRIAD kurus sang sniper. Ditambah lagi, memang tangan kiri dekat sikunya jelas luka tertembak Stevan. Mungkin ini juga satu alasan ia lepas senjata Winchester nya karena sudah tidak bisa dia gunakan selama tangan kiri nya terluka seperti sekarang.

Si kurus terus mundur sambil menyabet belati nya sebagai pertahanan. Stevan memang tertahan akibat belati itu. Tapi hanya sesaat, tanpa menunggu lagi, Stevan segera menyambung serangan nya. Tak berlangsung lama, dua pukulan Stevan menghantam muka dan dada si Sniper kurus. Darah mengucur keluar dari muka nya yang tirus itu. Ia tampak sudah kepayahan menahan serangan sekuat tenaga dari Stevan.

Memang sniper ini juga di lengkapi dengan ilmu beladiri yang tidak lemah, ilmu beladirinya tinggi dan mantap. Hanya jika pun dalam kondisi sehat dan normal, kemampuannya tetap satu tingkat di bawah Stevan. Bermacam jurus yang ia tau sudah dia gunakan untuk menghidar dan membalas. Tapi semua dengan mudah di patahkan Stevan, ditambah Stevan memang dalam situasi ingin menghabisi dirinya. Hal ini jelas sangat melumerkan nyali si sniper.

Hal ini dapat di tangkap oleh mata Stevan, yang sejak tadi tajam menghujam laksana rajawali yang memandang mangsanya seekor merpati yang siap dia cabik. Dengan pandangan matanya yang menghujam nyali, menjadikan musuh nya sudah terbunuh secara mental, dan tinggal menunggu waktu tercabik-cabik secara nyata.

Sniper kurus tersuruk di rumput. Jerit kesakitan terdengar sangat jelas. Stevan datang.. tapi... di kesempatan terakhir..

Sebuah sabetan mengincar perut Stevan.. Stevan yang sudah siaga, menangkap tangan kanan yang memegang belati, dan memuntir tapak nya, belati lepas. Dengan belati itu Stevan menikam dada si sniper kurus dan mencabut lagi dan menusuk leher nya tembus ke belakang. Kematian nya sangat menyeramkan. Stevan menendang tubuh itu. Ia teringat mama nya, segera ia kembali ke mama nya.

Di dalam halaman rumah, pertarungan Anto dan Anthony Wang berlangsung sengit. Anto yang dalam kondisi luka, jelas gerakan nya tertahan tidak sebebas biasanya. Ini yang membuat Anthony masih bisa melayani nya. Jika tidak, sejak tadi dia sudah celaka. Power pukulan jauh berkurang dan kecepatan juga berkurang. Anto mencoba melupakan rasa sakit nya.

Hal ini di tangkap oleh mata seorang Robin Tanaka. Dia melihat ada kesempatan bagus untuk setidaknya memenangkan pertempuran. Jika raja sudah kalah, prajurit akan menyerah.

Tanpa pikir panjang dia mengepung Anto. Anto yang akhirnya sadar di kepung, dan setelah dia lihat seorang pentolan kelas wahid dari TRIAD, sejenak tertegun. Bukan takut, tapi sedikit heran karena mereka harus mengeroyok, tanpa mau fight secara jantan. Tapi pikiran itu hanya sesaat. Tidak ada waktu berpikir lagi, saat nya habis-habisan sampai mati.

Sebuah tendangan kaki kanan dari Anthony mengarah kepala Anto, Anto melengos ke kanan, lalu memukul samping lutut bagian dalam kaki kanan Anthony itu. Kaki terlempar ke kanan, dan terdengar jerit kesakitan dari Anthony. Dia lengah karena tadi matanya sempat menangkap kehadiran Robin Tanaka, dan saat ini harus di bayar mahal. Kaki kanan nya terasa patah di sendi lutut bagian dalam nya. Seketika ia tidak sanggup berdiri. Anto yang mengetahui hal itu segera memburu Anthony. Pukulan kanan terlontar menyasar tengkuk. Anthony berguling, luput, tapi Anto susul dengan tendangan kiri ke rusuk dan pukulan ke rahang Anthony.

Tendangan mengena..

bugghh...

haiyyaaahh...


pukulan terlontar...

dugghh...

egghhh...


Anto terlempar dan tersungkur di tanah. Sebuah tendangan secepat kilat dan nyaris tak tertangkap pandangan, menghajar telak punggung nya. Luka di punggung kembali pecah.

"Hei.. Robin... gue lawan lo.. masih ingat kan lo nyet...?"

"Ooowww.. Batman.. I miss U so much.. you ada juga disini.. hahaha.. memang takdir kita bertemu lagi.. saya bisa membalas kekalahan saya lima tahun lalu.. kamu saat ini tidak akan bisa lolos.. kamu harus membayar lunas plus bunganya..." (bahasa inggris yang di arti kan ke bahasa Indonesia)

"Haha.. Robin palsu... sejak dulu lo tidak bakal pernah mengalahkan Batman. Robin kaya lo udah seharus nya masuk got dan ngumpet karena udah gak ada muka lo ama dunia.. salam tepok pantat.. hek hek hek.."


Muka Robin Tanaka merah seperti tomat masak. Dia di bully kejadian lima tahun lalu di hongkong, saat dia dikalahkan dengan terhina oleh sang Batman, Muhammad Saiful.

Saat itu dengan telak dia di kecundangi oleh bang Saiful sampai untuk bangun pun dia tak sanggup dari telungkupnya. Dan dengan penuh jenaka, menepuk pantat Robin tiga kali dan tertawa sambil pergi meninggalkan Robin saat itu. Saat itu, nama Robin hilang dari peredaran.. dan ada seorang pengganti nya, pasangan sang Batman, Robin dari Indonesia.. bang Manik.

Robin Tanaka baru muncul lagi setelah menghilang selama tiga tahun. Kabarnya dia meningkatkan ilmu beladiri nya. Dan kabarnya, dia sudah menguasai ilmu gerak kilat nya ninja samurai jepang. Dengan ilmu gerak kilat itu tadi dia menendang dengan cara membokong Anto.. Bang Saiful bukan tidak menyadari bahaya yang mengancam, bang Saiful tau, Robin Tanaka sangat murka begitu melihat dirinya karena dendam akan malu yang dia dapat lima tahun lalu.. seorang wakil ketua TRIAD di permalukan di pinggir lapangan saat mereka bentrok.

Para pasukan TRIAD yang tersisa melihat ketua mereka turun gelanggang, semangat nya terpompa lagi. Jumlah mereka yang tinggal sepertiga, tetap lebih banyak jumlah nya dari jumlah para pejuang ini. Semangat meningkat, daya gempur nya makin gencar. Takeshi, Tigor, Surya, Rio, Buta dan Manik masih melayani dengan gagah perkasa. Wiro dan Pitung dengan senyap mengincar dari belakang satu persatu pasukan musuh yang lengah.

Robin Tanaka menatap tajam ke Saiful. Murka yang ditahan selama lima tahun akan dia tumpahkan hari ini, saat ini, sekarang juga. Tanpa bisa di tunda dan di tahankan lagi.

Dengan satu bentakan yang menggema seantero halaman..

"I KILL YOU, ASS HOLE..... HAIIYAAAHHH..."

Robin Tanaka berkelebat menyerang Saiful. Serangan secepat kilat, menyisakan bayangan baju perlente nya. Tiga tendangan terlontar dalam satu lompatan. Saiful mundur dan membalas dengan tendangan tidak kalah gesit nya..

Pertarungan segera pecah. Tapi.. Saiful saat ini bukanlah sosok Saiful 16 tahun lalu, atau 10 tahun lalu ataupun juga 5 tahun lalu. Saiful yang sekarang sudah mengalami proses alamiah, yang pasti di alami seluruh manusia. Yaitu penuaan.

Sejenak saja, Saiful sudah sangat keteteran. Walau dia tahu membaca arah serangan nya Robin Tanaka, tapi kecepatan yang meningkat sampai tiga kali lipat, membuat Saiful bertahan total mati-matian. Manik yang melihat rekan karibnya dalam bahaya segera melompat membantu. Mengeroyok Robin Tanaka.

"Hahaha.. majulah hai Batman dan Robin. Hari ini kisah kalian selesai. Balak 6 pun juga habis.. ku musnahkan semua.."

Manik menggempur dengan segenap hati dengan tujuan menyelamatkan bang Saiful.

Manik memukul cepat kanan kiri, Robin Tanaka diam, dan tanpa bisa di tangkap mata, dia berkelebat cepat dan sebuah tendangan sudah menghajar pinggang Manik hingga terlempar ke samping kanan. Saiful maju lagi, dia mau menciptakan perkelahian jarak dekat agar gerakan Robin Tanaka terbatas, tapi kali ini salah. Dua pukulan Robin Tanaka menghajar telak dada nya. Terasa terbongkar isi dada nya. Sesak dan sakit luar biasa di rasa Saiful.

Tawa pongah Robin Tanaka terdengar..

"Hahaha... orang Indonesia. Tahu kemampuan hanya seperti ini, sejak tadi sudah aku lenyapkan ras tak berguna ini sehingga aku harus mengorbankan puluhan anak buah ku. Anggap saja tadi aku kasih voor buat kalian, bangsa budak jajahan jepang. Sekarang.. tuan kalian, Robin Tanaka akan menghukum kalian.."

Anto yang melihat dua senior nya dihajar, segera mengatur nafas. Anthony Wang yang ada di belakangnya dengan tertatih, mencoba menyerang dengan pistol. Membokong Anto.. tapi..

dorr.. dorr.. dorr..

FN 57 warna emas milik Tigor Habonaran menyalak.



Tiga peluru bersarang dengan nyaman di punggung si Anthony Wang. Tapi tembakan ke Anthony ini juga harus dibayar mahal oleh nya akibat menelamatkan putra nya yang tercinta. Sebuah peluru M-16 mengenai perut Tigor.



akkhh...

Tigor jatuh berlutut. Memegangi perut nya. Takeshi yang melihat hal itu, tidak memberi ampun si penembak. Senapan SS-2,



menghantam anggota TRIAD itu dan juga seorang temannya di samping nya. Kedua nya terjungkal, diam selamanya.



Bersambung lagi ya suhu semua..

Mohon kritik dan saran nya ya suhu..
Mantap bangeeett
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd