Charmingshaw
Suka Semprot
- Daftar
- 13 Nov 2018
- Post
- 12
- Like diterima
- 17
Namaku Genta, anak terakhir dari dua bersaudara, kakakku seorang perempuan cantik yang sedang menyelesaikan kuliahnya, ayahku seorang pelaut yang pulangnya tidak tentu, sedangkan ibuku adalah ibu rumah tangga yang baik, dan juga cantik.
Aku kelas dua sma yang mana orang bilang sedang masanya mencari jati diri, dengan sejuta nafsu yang menggebu-gebu, seperti saat ini, dikantin bersama teman-temanku meminum es buah mang agus sambil memandangi titisan hawa berkeliaran dengan indahnya.
"Ta, itu yang pake baju merah delapan" Kata Bagus, temanku yang sedang menilai tubuh seorang wanita, delapan adalah angka yang bagus bagi kami, biasanya delapan itu sudah komplit, bemper atas dan bawahnya proporsional, tidak lebih dan tidak kurang, pas.
"Ah, tapi mukanya 6" Jawabku kepada agus, lalu kembali meminum es ku yang sudah mulai habis
"Ya gpp lah, tinggal ditutupin pake karung Ahahaha" Timbrung Deni dengan tawanya yang langsung disambut tawaku dan bagus
Memang, kami bertiga terbilang brengsek karena selalu menilai tubuh wanita yang ada didepan kami, tapi itulah letak kesenangannya, apalagi kalau sudah ada bu Dian, guru bahasa inggris kami yang baru saja menikah bulan lalu, bodynya mirip gitar spanyol ditambah dengan wajahnya yang cantik khas kembang desa, ah beruntung sekali suaminya itu.
Percakapan kami harus terhenti karena bel berbunyi, masuk kelas dengan semangat karena akan ada pelajaran bahasa inggris yang mana bisa ketemu bu dian yang aduhai hehe.
Aku dan kedua temanku memasuki kelas, tidak langsung pergi ke tempat duduk kami, tapi pergi ketempat agus, siswa pintar yang duduk paling depan bersama dengan fajar disampingnya, mereka berdua memang langganan juara kelas.
"Gus, biasa hehe" Sapaku ke Agus sambil cengengesan
kalau sudah begini, Agus pasti paham dan langsung menangguk, dia dan fajar pun berdiri dan mengambil tas yang berada di bangkuya, lalu pindah ketempat duduk ku dibelakang, lalu menukar tasnya dengan tasku dan deni.
"Makasih gus, lu emang teman seperjuangan baget deh hehe" kataku sekembalinya agus sambil menyerahkan tas ku dan deni
Setelahnya, aku duduk manis bersama deni di barisan paling depan dengan disuguhkan pemandangan dari surga sampai jam pelajaran berakhir, ah bu dian, sungguh molek tubuhmu
"Baiklah anak-anak, our class has ended hopefully you guys understand what i taught to you before, Genta please lead us to pray"
Aku kelas dua sma yang mana orang bilang sedang masanya mencari jati diri, dengan sejuta nafsu yang menggebu-gebu, seperti saat ini, dikantin bersama teman-temanku meminum es buah mang agus sambil memandangi titisan hawa berkeliaran dengan indahnya.
"Ta, itu yang pake baju merah delapan" Kata Bagus, temanku yang sedang menilai tubuh seorang wanita, delapan adalah angka yang bagus bagi kami, biasanya delapan itu sudah komplit, bemper atas dan bawahnya proporsional, tidak lebih dan tidak kurang, pas.
"Ah, tapi mukanya 6" Jawabku kepada agus, lalu kembali meminum es ku yang sudah mulai habis
"Ya gpp lah, tinggal ditutupin pake karung Ahahaha" Timbrung Deni dengan tawanya yang langsung disambut tawaku dan bagus
Memang, kami bertiga terbilang brengsek karena selalu menilai tubuh wanita yang ada didepan kami, tapi itulah letak kesenangannya, apalagi kalau sudah ada bu Dian, guru bahasa inggris kami yang baru saja menikah bulan lalu, bodynya mirip gitar spanyol ditambah dengan wajahnya yang cantik khas kembang desa, ah beruntung sekali suaminya itu.
Percakapan kami harus terhenti karena bel berbunyi, masuk kelas dengan semangat karena akan ada pelajaran bahasa inggris yang mana bisa ketemu bu dian yang aduhai hehe.
Aku dan kedua temanku memasuki kelas, tidak langsung pergi ke tempat duduk kami, tapi pergi ketempat agus, siswa pintar yang duduk paling depan bersama dengan fajar disampingnya, mereka berdua memang langganan juara kelas.
"Gus, biasa hehe" Sapaku ke Agus sambil cengengesan
kalau sudah begini, Agus pasti paham dan langsung menangguk, dia dan fajar pun berdiri dan mengambil tas yang berada di bangkuya, lalu pindah ketempat duduk ku dibelakang, lalu menukar tasnya dengan tasku dan deni.
"Makasih gus, lu emang teman seperjuangan baget deh hehe" kataku sekembalinya agus sambil menyerahkan tas ku dan deni
Setelahnya, aku duduk manis bersama deni di barisan paling depan dengan disuguhkan pemandangan dari surga sampai jam pelajaran berakhir, ah bu dian, sungguh molek tubuhmu
"Baiklah anak-anak, our class has ended hopefully you guys understand what i taught to you before, Genta please lead us to pray"