Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MAYA ISTRIKU (COVER)

Siapa pasangan ideal menurut (harapan) kalian?

  • Gio - Maya

  • Gio - Frieska

  • Bazam - Maya

  • Anto - Maya

  • Gio - Farin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAGIAN 32

LEPAS KENDALI


POV GIO

Cigetih, Minggu, 4 Februari 2024….


Setelah mandi, kami pun kembali naik ke tempat tidur, niatnya mau tidur… eh nggak tahunya malah ‘main’ lagi. Begitulah terus dan baru sore, kami benar-benar bisa tidur. Saking indahnya hari ini, aku jadi tak takut datang tsunami kalau tidur… meskipun villa ini ada di bibir pantai.

Sekitar pukul 8 malam aku terbangun, langit di luar tentu saja sudah gelap, aku yang masih ngantuk ingin melanjutkan lagi tidur berpelukan sambil telanjang begini, tapi Frieska mengingatkan bahwa dia harus pulang karena meninggalkan Dimas. Akhirnya aku bangun dan perutku lapar sekali.

Kami memutuskan untuk makan dulu disini sebelum pulang. Setelah gagal menghubungi resto hotel melalui telepon kamar, akhirnya Frieska yang berinisiatif untuk memesan langsung ke resto yang letaknya ada di depan.

Frieska keluar kamar untuk memesan makanan dan minuman. Aku lalu melihat jam sejenak dan sudah menunjukkan pukul 20.13. Aku lalu menelepon istriku untuk memberinya kabar.

“Halo, Pah...” Sapa istriku diseberang sana.

“Mah. Papah pulang kemalaman lagi kayaknya…. Hujan nih, disana hujan?” Aku mengarang alasan, padahal disini sudah tak hujan.

“Iya hujan…. Oh iya-iya.”

“Mama sama Om Hartowo masih ada disitu?”

“Masih….”

“Oh, ya udah…..”

“Ssssssshhhhhh!”
Maya tiba-tiba mendesis.

“Mah? Mamah kenapa?”

“O-Oh enggak, kaki Mamah lagi dipijit Mama...”

“Oh gitu….”

“Udah dulu ya, Pah…. Mamah ga konsen, jangan pulang terlalu malam ya?”

“Ya...”


Hubungan telepon terputus dan aku agak sedikit curiga. Benarkah Maya sedang dipijat ibunya sampai mendesis seperti itu? Aku memeriksa CCTV di rumahku lewat HP. Kamera di ruang tamu, sepi. Di ruang tengah pun sama, tak ada orang.

“Loh, katanya masih ada Bu Farin sama Om Hartowo?”

Kuperiksa kamera kamarku, tak ada Maya disana. Kuperiksa kamera belakang, kamar mandi, garasi, halaman samping, tak ada sosok istriku.

“Apa dia lagi tidak ada di rumah?” Pikiranku sudah travelling kemana-mana, namun aku ingat masih ada satu kamera yang belum kulihat, yaitu kamar tamu yang kemarin malam dipakai oleh Om Hartowo.

Dan saat kamera CCTV kamar tamu muncul di layar ponselku. Mataku membulat. Ternyata benar apa yang menjadi kecurigaanku! Maya lagi-lagi sedang berhubungan seks di kamar tamu, bukan satu atau dua orang yang dilayaninya. Tetapi tiga!!! Ternyata Maya membohongiku! Aku lalu memperhatikan siapa-siapa saja yang ada disitu. Ada Om Hartowo, Kang Bazam, dan... ASTAGA!! PAK JOKO!! KENAPA BISA ADA PAK JOKO DISITU!!!! LANTAS BU FARIN KEMANA????

Aku termangu melihat apa yang ditangkap oleh CCTV lewat ponselku ini. Aku tidak terlalu kaget karena tadi aku memang sudah curiga saat Maya mendesis di telepon. Yang bikin aku tak menyangka itu karena kali ini berarti sudah bertambah lagi 1 penis baru yang menyetubuhinya! Yaitu penis Pak Joko, ketua Ormas sekaligus pemilik toko besar yang menjadi langgananku dan Maya untuk berbelanja keperluan di desa tempatku tinggal.

Jika menghitung dari awal Maya mengenal seks, maka sampai saat ini dia sudah merasakan 12 penis!!! 5 diantaranya sudah dia rasakan sebelum mengenalku, yaitu 4 anggota geng motor dan kekasihnya, Kang Bazam…. Berarti 7 sisanya dia rasakan setelah dia berada di Cigetih, dalam kurun waktu kurang lebih hanya satu minggu sejak dia berada di sini….. Istriku sudah benar-benar lepas kendali!!!

Sepertinya mereka membicarakan sesuatu, mulut mereka terlihat tertawa, aku tak bisa mendengarnya karena kamera pengintai di kamar tamu ini satu-satunya yang tidak dilengkapi dengan audio. Posisi Maya sekarang menungging sambil menghisap penis Om Hartowo yang berbaring di depannya. Sementara yang asyik menyodok-nyodok vaginanya itu adalah Kang Bazam. Lalu Pak Joko menidurkan diri tepat di bawah payudara Maya yang menggantung bebas, sudah pasti dia sedang menghisap payudara istriku.

Kepalaku menggeleng tak percaya, tak menyangka kalau istriku sudah benar-benar gila dan dia seolah tak peduli dengan kemarahanku pada laki-laki yang menyetubuhinya kemarin.

Kang Bazam menurunkan ritme genjotannya dan berbicara pada pak Joko. Dilihat dari gelagatnya sepertinya Kang Bazam menawari pak Joko untuk menyetubuhi Maya. Dan benar, Kang Bazam mengeluarkan penisnya dan menyingkir ke samping, sementara Pak Joko sudah berada dibelakang Maya yang menungging. Diarahkannya penis itu di selengkangan Maya sampai akhirnya penis itu masuk dan Pak Joko kepalanya langsung menengadah ke atas sambil merem melek, kuyakin dia merasakan sensasi nikmatnya pijatan otot vagina Maya, tangannya saja sampai meremas erat bongkahan pantat pepal istriku. Om Hartowo dengan lagak angkuh berbicara kepada pak Joko, dan tak butuh lama pak Joko mulai menggenjot vagina Maya dan istriku itu membiarkan vaginanya dipakai karena dia sibuk mengulum penis calon ayah tirinya.

Sekarang giliran Kang Bazam tiduran di bawah tubuh istriku untuk menikmati nikmatnya payudara Maya. Pak Joko yang mengerti lalu meraih tangan Maya dan menariknya ke belakang agar Kang Bazam lebih leluasa menikmati payudara istriku ini..

Tapi aku bingung. Dari mana Pak Joko tahu akan semua ini? Siapa yang membawanya ke rumah untuk mencicipi tubuh istriku? Kuputar ulang rekaman-rekaman CCTV sebelumnya, di setiap sudut. Kuanalisa semua rekaman dan ternyata…… Bu Farin dan Om Hartowo sudah pulang sejak jam 1 siang tadi, kurang lebih 1 jam setelah aku pergi menemui Frieska.

Kupercepat lagi untuk menit-menit ke depannya dan terkuak, yang datang pertama kali adalah Om Hartowo yang datang lagi jam 5 sore dari jam yang ada di rekaman CCTV. Dan betapa bangsatnya calon ayah tiriku ini. Saat Maya membuka pintu, dengan kasarnya dia menyerbu Maya. Dipeluknya erat istriku itu dan dijilat-jilat lehernya. Maya terlihat sedikit meronta untuk mendorong tapi istriku tentu saja kalah tenaga, Om Hartowo terus menjilat lehernya sampai ke atas dan berciumanlah mereka. Istriku langsung tak banyak bergerak ketika dicium, sedangkan tangan Om Hartowo asyik memainkan pantat istriku.

Om Hartowo melepaskan ciumannya dan dengan kasarnya memutar tubuh Maya, ditelungkupkannya istriku di atas meja dan ia tahan dengan sebelah tangan, sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk membuka celananya sendiri. Celana itu lalu terlepas, ia lalu keluarkan penisnya yang menegang dari celana dalam. Ia kembali memeluk istriku dan memasukkan tangannya ke dalam, celana dalam istriku baru melorot setengah tapi Om Hartowo ini langsung saja menghnujam vagina istriku dari belakang. Dari ekspresinya aku tahu Maya memekik saat vaginanya yang masih kering itu langsung dicoblos oleh Om Hartowo, terlebih lagi Om Hartowo langsung menggenjotnya tanpa ampun.

Tangan Maya lalu dipegangnya sehingga posisi Maya itu berdiri saat digenjot, tak lama kemudian datang lagi seseorang dari pintu belakang dan itu adalah Kang Bazam. Kang Bazam tertawa melihat apa yang ada dilihatnya. Melihat istriku digenjot paksa oleh Om Hartowo dengan posisi berdiri. Kang Bazam juga langsung membuka celananya dan mengelus penisnya sendiri untuk membuatnya tegang. Om Hartowo yang terus menggenjot vagina istriku kemudian berbicara dengan Kang Bazam, entah apa yang dia katakan. Yang pasti adalah, setelah selesai berbicara, Om Hartowo mendorong istriku dengan keras ke depan meski tidak jatuh karena ditahan oleh Kang Bazam.

Kang Bazam juga tak mau kalah kasar. Setelah Maya sudah disambutnya, istriku dibawa dan ditidurkan paksa di atas tempat tidur Kamar Tamu dan dengan kasarnya juga langsung memasukkan penisnya ke dalam vagina Maya. Maya tentu saja mengerang. Lalu Om Hartowo datang menghampiri dan mengangkat baju istriku, dia turunkan BH-nya Maya dan tanpa basa-basi, dia pun segera menghisap payudara istriku. Dilihat dari gaya Kang Bazam menyodoknya, kurasa dia sudah menahannya sejak lama agar bisa menikmati istriku, begitu juga dengan Om Hartowo. Itu karena tubuh Maya bergoyang hebat saat disodok vaginanya. Mereka berdua terus menyetubuhi istriku sampai akhirnya ada sesuatu yang membuat mereka berhenti.

Om Hartowo berbicara dengan Kang Bazam, setelah itu Om Hartowo pergi. Kang Bazam lanjut menyodok vagina Maya sampai akhirnya Om Hartowo datang kembali bersama Pak Joko dan itulah kenapa sekarang Pak Joko bisa ada di rumahku.

Terlihat Pak Joko geleng-geleng kepala, seperti tak menyangka ternyata Maya bisa dipakai seperti ini. Kang Bazam terlihat tak senang dengan kehadiran Pak Joko, itu terlihat dari ekspresi wajahnya yang tiba-tiba berubah. Om Hartowo lalu berbicara dengan Kang Bazam. Itulah kronologi awal video yang tadi kulihat dari awal.... kalau dari gesturnya, ternyata Om Hartowo dengan Pak Joko ini sudah saling mengenal.

Kang Bazam lalu keluar entah kemana, sementara Maya tak diberi waktu istirahat. Om Hartowo memaksanya untuk berdiri dan menyuruhnya untuk berdiri menungging di tepian tempat tidur. Om Hartowo berjongkok untuk mengambil sesuatu di celananya. Maya kulihat terengah-engah diposisinya itu, matanya terpejam dan dadanya naik turun. Om Hartowo kembali menghampiri Maya dan anjing! PANTAT ISTRIKU DI TAMPARNYA DENGAN IKAT PINGGANG!

Maya tentu saja melonjak kesakitan, tapi Om Hartowo bajingan ini langsung tancap gas menyodok vagina istriku dari belakang. Ia mendorong punggung Maya lagi untuk telungkup dan menyodok vaginanya dengan kencang.

Om Hartowo melakukan sesuatu dengan ikat pinggangnya, ia bikin lingkaran dan mengarahkan lingkaran ikat pinggang itu ke arah kepala istriku. Dia memasukkan lingkaran itu memasuki kepala Maya sampai sebatas leher, dan tiba-tiba ia menarik ikat pinggangnya sehingga Maya tercekik dibuatnya!

“Anjing!” Batinku marah melihat perlakuan kasarnya terhadap Maya. Tentu saja aku marah! Maya terlihat kesusahan bernafas sedangkan Pak Joko hanya tertawa melihat istriku diperlakukan seperti itu oleh Om Hartowo!

Dia lalu menarik ikat pinggangnya lagi sehingga istriku terpaksa harus lurus punggungnya dari posisi telungkup tadi. Om Hartowo lalu membisiki sesuatu, setelah itu ia menepuk pantat Maya dan mencekik lehernya lagi. Maya kesakitan, tapi sepertinya istriku melakukan apa yang disuruh. Perlahan-lahan istriku merangkak ke depan dengan vaginanya masih ditancap penis, serta leher yang dicekik ikat pinggang. Maya terus merangkak dan ternyata ia merangkak seperti anjing yang mengelilingi kamar tamu.

Om Hartowo anjing ini kembali mendorong Maya dengan sekuat tenaga ke arah kasur yang membuat istriku ngos-ngosan. Kang Bazam yang datang lagi ke kamar lalu menarik Maya ke tengah kasur dan memposisikan dirinya untuk menungging dengan kangkangan kaki yang lebar. Dan tentu saja, tanpa memberi sedikit jeda, Kang Bazam langsung memasukkan penisnya ke dalam vagina Maya. Lalu Om Hartowo berbaring di atas kepala Maya, ia lepaskan ikat pinggangnya tadi dan menarik kuat rambut istriku ke atas. Maya tentu saja kesakitan, lalu dengan sebelah tangan Om Hartowo menggoyangkan penisnya dan meminta sesuatu kepada Maya. Sepertinya Om Hartowo meminta Maya untuk menganga dan itu dituruti oleh istriku, saat mulutnya terbuka, dengan kasarnya mantan Jenderal anjing ini menarik kepala istriku ke bawah sampai penisnya itu masuk ke dalam mulut Maya. Mereka berdua tertawa sejenak, dan tiba-tiba arah kepala mereka menoleh ke arah yang sama.

Pak Joko yang sudah telanjang bulat lalu berbicara dengan Kang Bazam. Lalu Kang Bazam menyingkir, jadi sekarang giliran Pak Joko yang menyetubuhi vagina istriku. Dihunjami penis besar Pak Joko, Maya sampai merem melek, begitu juga dengan Pak Joko yang terlihat sangat merasakan sensasi pijatan otot vagina istriku.

Lalu Om Hartowo menarik rambut Maya untuk berhenti sejenak melakukan blow job, ia mengarahkan kepala istriku kebelakang untuk melihat siapa yang sedang menggenjot vaginanya dari posisinya menungging itu. Pak Joko nyengir sambil menggenjot betinanya. Sedangkan Maya kulihat pasrah, dia hanya melihat dengan nafas terengah-engah.

Om Hartowo menjauh, Pak Joko lalu mengeluarkan penis dari vagina Maya lalu menyodorkan penisnya dan Maya melihat penis itu dengan terengah. Mungkin karena sudah terlalu pasrah, Maya mengalah saja. Istriku membuka mulutnya dan langsung mengulum penis Pak Joko. Mereka semua tertawa melihat aksi binal yang dilakukan istriku dan mulai mengubah posisi istriku.

Sekarang Maya berbaring dan harus memberi service seksual untuk tiga orang ini. Pak Joko kembali menggenjot vagina Maya, sedangkan Kang Bazam dan Om Hartowo meminta Maya menghisap penis mereka secara bergantian.

Aku hanya pasrah dan bingung harus bagaimana. Aku hanya bisa terdiam dengan pandangan lurus melihat istriku sekarang mulai bertenaga dan mampu mengimbangi ketiga pria itu.

Om Hartowo kemudian terlihat membawa HP Maya. Pak Joko berhenti sejenak berkat perintah Om Hartowo, Om Hartowo lalu memberikan ponsel kepada Maya dan Maya menerimanya.

Hei! Berarti inilah waktu dimana Maya mendesis tadi saat meneleponku, dan akhirnya aku mengerti kenapa istriku mendesis saat menelepon denganku. Itu karena Om Hartowo memencet putingnya kuat-kuat! Maya berhenti menelepon, persis waktunya saat telepon terputus tadi.

“Papa nggak akan mandi lagi?”

Aku menoleh ke depan dan melihat Frieska datang membawa dua buah cangkir besar di atas nampan.

“Ini airnya dulu...” Dia sodorkan nampan itu, “makanannya nanti dianter pegawainya.”

“Oh....iya... kenapa nggak sekalian nanti aja sih, sampe Mama yang bawa nampan segala..”
Aku menunduk lemah dan hendak menutup HP-ku.

“Hei...” Panggilnya yang membuatku urung melakukan niatku tadi.

“Apa...?” Aku terkejut.

Tak ada balasan, yang aku lihat Frieska menatapku kebingungan, “Papah kenapa?”

“Nnggg-nggak....”


Lalu kurasakan tangannya menyentuh keningku dan diangkatnya. Dan aku melihat wajahnya begitu dekat dengan wajahku, ia lalu menutup mata dan mempertemukan kening kami.

“Hm, normal, kirain demam...” Ternyata dia mengecek suhu tubuhku.

Ia tarik kembali kepalanya dan terus melihatku dengan raut wajah datarnya itu. Ia lalu menggelengkan kepalanya pelan.

“Nggak, ini pasti ada apa-apanya….”

“Apaan sih?”

“Suami aku kenapa kayak gini?”

“Maksudnya?”


Matanya lalu melihat-lihat areaku, sampai akhirnya ia melihat HP-ku yang ada di tangan kananku. Tapi dia juga melihat selangkanganku, aku juga melihat selangkanganku dan astaga.... kelihatan tonjolon penisku yang menengang dibalik celana.

“Papa nonton film porno?” Tanyanya.

“Nggak lah...”

“Terus ini?!”
Dia menunjuk penisku lalu langsung menyambar HP-ku.

“Hei… jangan!” Cegahku.

Mata Frieska membulat saat melihat apa yang ditampilkan pada layar HP-ku, sebuah tampilan seorang wanita yang sanggup melayani tiga orang pria sekaligus dengan tubuhnya. Frieska terus melihat itu dan tak tahu kenapa.... raut wajahnya terlihat kesal.... meski ekspresinya begitu datar.

“Kembaliin, Mama Frieska...!!” Pintaku.

Frieska memandangku sejenak dan kembali memandang HP-ku tersebut. Dia bertanya tentang 3 sosok lelaki yang sedang bersama Maya, akhirnya aku menceritakan semuanya.

Khusus kepada Om Hartowo dan Kang Bazam, Frieska terlihat sangat emosi, bahkan dia sampai mengumpat mereka dengan ucapan yang sangat kasar, bahkan aku sendiri kaget ketika Frieska bisa berkata seperti itu. Tapi aku rasa wajar dia sangat emosi, karena status 2 lelaki itu adalah calon ayah tiri Maya dan juga kakak angkatku. Dua status keluarga yang rasanya sangat tabu untuk melakukan hubungan seks dengan istriku.

Frieska terus mendesakku untuk lebih jauh bercerita, akhirnya aku terpaksa bercerita bahwa selama ini Maya pun mulai berani berhubungan dengan orang yang tidak dia kenal, tempatnya pun tak terbatas di rumahku saja.. tapi di toilet toko dekat rumahku, toilet umum, pabrik, bahkan di dalam hutan. Frieska hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Frieska kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja sambil membawa ponselku.

“Hei, mau kemana?!”

Tapi aku tak diacuhkan, dia meletakkan ponselku di atas meja.

“Kalau mau nangis, nangis aja...” Ucapnya tiba-tiba sambil kembali mendatangiku di tempat tidur.

Aku memandang dirinya dengan bingung, tapi sepertinya Frieska sedang menerka isi hatiku, dan ya… hatiku memang terluka setelah melihat video rekaman Maya dan bercerita.

“Mata Papa....” Dia menyeka bagian bawah mataku, “...berair.”

Aku mencoba meyakinkannya dengan bersikap tenang, “Nggak, kok....”

Tapi ternyata air mata sudah mengalir dari pipi kiriku. Aku terdiam karena merasakan alirannya. Aku tak berniat mau menangis tadinya, tapi kenapa air mata ini turun dari mataku? Kuseka air mata ini dengan jari dan termenung melihat jariku yang basah oleh air mata.

Aku menatap Frieska dan matanya juga berair, dia terlihat menangis juga.

“Mama kenapa nangis?” Tanyaku bingung.

“Papa kan sayang sama Kak Maya....” air matanya pun turun, “Tapi kenapa Kak Maya ngelakuin hal itu sama Papa....?”

Aku tak bisa berkata apa-apa dan aku membenarkan kata-katanya. Rasa sedih dan kecewaku kepada Maya mungkin sudah tak bisa diukur lagi.... tapi masih ada kebodohan pada diriku karena aku masih menyayangi istriku itu. Dan Frieska.... dia tahu apa yang kurasakan, apa yang kupikirkan.... bahkan bisa dibilang.... sekarang ini dia menangis untuk menggantikanku, seolah memahami perasaanku. Meski begitu aku merasa tak enak kalau dia menangis untukku.

“Udahlah, Papa nggak apa-apa kok...”

“Papa nggak boleh sedih! Ga boleh! Ga boleh!”
Racaunya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengatakan kalimat tadi.

Mendengar itu aku tersenyum kecil saat ini, karena ada wanita lain yang peduli denganku bahkan memahami perasaanku. Wanita yang belum lama kukenal ini sudah membuktikan semua ucapannya. Dan dia sudah melakukan pembuktiannya di hari ini. Aku merasa..... wanita ini benar-benar menyayangiku.

Tiba-tiba Frieska melihat ke arah selangkanganku.

“Kalo ini kenapa?” Tanyanya.

Tiba-tiba disentilnya selangkanganku tepat di bagian penis sehingga aku meringis dan reflek menutupnya dengan kedua tanganku.

“Apa Papa liat CCTV itu terangsang?”

“Nggak!”

“Terus ini kenapa berdiri?”
Matanya melotot.

“Itu..... emm, bayangin kamu.. hehehe.” Ucapku berbohong.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, pasti petugas resto yang mengantarkan makanan. Saat Frieska mengambil makanan ke pintu, ponselku pun berbunyi lagi… Maya!

“Halo, Pah...” Salamnya duluan.

“Iya, Mah. Mamah belum tidur?” Tanyaku pura-pura.

Karena Frieska menempelkan telinganya ke ponselku untuk mencuri-curi dengar, sekalian saja aku loudspeaker-kan agar suara Maya terdengar oleh Frieska juga.

“Belum, Papah masih lama ya?”

“Masih kayaknya, Gede banget hujannya disini… Disana gimana?”

“Iya sama… Kalau gitu nanti hujan berenti Papah cepat pulang ya?”

“Iya…. Mama tidur aja dulu ya… Suara Mamah kayak yang capek gitu….”

“Iya…. Kalo gitu Mamah tidur duluan ya, Pah. Mamah capek banget....”

“Iya….”


Setelah telepon terputus maka aku kembali melihat tampilan CCTV di ponselku, tentu saja Frieska juga ikut menonton. Kami melihat Maya sibuk beres-beres untuk menutupi jejak tiga pria yang datang dan menikmati tubuhnya itu. Kini mereka sudah tak ada, aku sempat berpikiran kotor, jangan-jangan barusan Maya telepon itu untuk memastikan aku pulang masih lama, dan dia akan terus memuaskan nafsunya, ternyata tidak.

“Sayang, makan dulu….”

Aku kemudian berbincang-bincang dengan Frieska di kamar ini sambil makan disuapi. Kemudian menikmati air jahe dengan suasana sejuk karena disini pun hujan mulai turun lagi. Seharusnya hidupku terasa indah sempurna, bersama Frieska. Tapi ada rasa bersalah juga pada Maya meski dia pun sudah sering mengkhianatiku. Dan kulihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.

“Langsung pulang aja yuk.. Papah nggak akan mandi dulu...”

“Kok...?”
Dahinya mengerut dan cemberut.

“Udah malem, kasian Dimas..” Ucapku.

“Aku masih pengen sama Ayaaang...” Lirihnya, manja.

“Yee.. tadi ngajak pulang….”

“Bentar lagiiiii aja...”
Rengeknya.

“Nanti Papah kepengen lagi kalau peluk-pelukan gini...” Aku tertawa.

“Hmmm...” dia tersenyum, “Aku juga mau kok!”

“Udah…ah, udah malam ini…...”
Aku menolaknya sambil bangkit dari tempat tidur, karena kasihan nanti terlalu malam saat dia harus turun di jalan gerbang desanya apalagi dia harus jalan kaki dari situ sampai ke rumahnya.

“Jahat!” Dia kesal tapi ikutan berdiri lalu kembali berucap dengan merajuk, “Sekali aja Pah… janji deh cepet….”

“Nggak...”
Aku memeletkan lidah untuk mengejeknya.

“Ya udah ntar kalo Ayang mau, nggak bakal aku kasih….”

Mendengar itu maka aku....

“AAAAAAAHHH AAAAAAAHHHHH AAAAAAAAAHHHH!!” Frieska mendesah keras.

“Yaaa! Enak banget, Sayang!!!!” Kataku nikmat saat Frieska melakukan gaya woman on top dan dia sendiri yang menggenjot penisku dengan vaginanya.

Pada akhirnya aku terbujuk oleh rayuannya.​



÷÷÷÷÷÷​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd