Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MAYA ISTRIKU (COVER)

Siapa pasangan ideal menurut (harapan) kalian?

  • Gio - Maya

  • Gio - Frieska

  • Bazam - Maya

  • Anto - Maya

  • Gio - Farin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAGIAN 35

M E N Y E R A H


POV GIO

Cigetih, Selasa, 5 Februari 2024….


Setelah tadi berpamitan pada Frieska untuk pergi ke kantor. Kini aku datang ke kantor membawa sejuta pertanyaan, mengenai peristiwa kebakaran di Toko Pak Joko, yang kemungkinan besar menewasakan sang pemilik toko tersebut.

Tak lama kemudian, Maya menelepon… hufff… aku benar-benar lega!! Karena bagaimanapun aku mengkhawatirkan keberadaannya.

“Halo, Pah…”

“Halo, Mamah kemana aja sih?!?!”
Jawabku langsung dengan nada kesal cenderung marah.

“Iyaa.. Pah…. Ma’af…. Papah ini udah di kantor?”

“Maaf lagi… maaf lagi!”
Balasku kesal.

“Nggak kok Pah… Mamah nggak macem-macem…” Ucapnya.

Aku tak percaya, langsung meminta sambungan video call, tampak Maya sedang dalam sebuah angkot yang sepi, tampaknya hanya dia sendiri dalam kendaraan itu.

“Mamah ini dimana sih?!”

“Di jalan mau pulang…”
Jawabnya manja.

“Dari?”

“Hehehe…. Tadi aku hampir ke deket kantor Papa loh…”

“Hah? Ngapain?”

“Tadinya kan aku mau belanja sayur buat masak, tapi pikir-pikir… males masak, jadi mending beli masakan aja…. pake angkot deh nyari rumah makan yang udah buka…. Eh nggak sadar tau-tau udah jauh banget hehehe…”
Ujarnya sambil mengangkat kantong plastik berisi belanjaan makanan.

“Mamah kok nggak bilang-bilang sih mau pergi jauh-jauh gitu!” Ucapku kesal campur khawatir, karena aku tak pernah membiarkan Maya pergi jauh sendirian selama ini.

“Iya.. maaf..”

Aku melihat jam, rasanya ada yang janggal dengan ceritanya… menurut cerita Frieska, Maya pergi sekitar pukul 8, dan sekarang sudah jam 12 lewat… kalau bolak-balik perjalanan memakan total waktu 2 jam… masih ada sisa waktu 2 jam lagi, beli makanan kok 2 jam?

“Terus kenapa tadi telepon nggak diangkat?”

“Hehehe…. Tadi aku creambath dulu nggak sempet buka HP… kebetulan ada salon di deket warung..”
Ucapnya yang kali ini memperlihatkan rambutnya yang mengembang semakin indah.

“Hmm.. ya udah...”

“Eh, Pah..”

“Hmm..”

“Papah ingkar janji ya?”

“Maksudnya?”

“Itu.. nggg..”
Maya lalu berbisik pelan sekali, “Pak Joko..”

DEGGG!!!

“Mamah tau darimana?”

“Dari Om Hartowo…”
Katanya polos, karena dia tak tahu kalau aku sudah mengetahui hubungannya dengan calon ayah tirinya itu.

“Oh.. jadi barusan Mamah ketemu Om Hartowo?” Ucapku panas.

“Nggak Pah… Nggak…. barusan dia nge-WA… ngabarin kebakaran di toko Pak Joko…”

“Kok dia bisa tau?”

“Ya.. nggak tau… dikabarin Polisi kali, kan Pak Joko itu temennya…”

“Hmm..”

“Berarti bener… Papah..?”

“Nggak… bukan Papah… udah cepetan Mamah pulang ke rumah… ati-ati…”

“Iya ini juga ampir sampe kok…”

“Ya udah…”


Aku langsung menutup telepon.

Beberapa menit kemudian, aku yang tak bisa percaya begitu saja dengan cerita istriku, langsung mengecek keberadaan Maya di rumah melalui CCTV.

Ternyata Maya baru saja sampai dan disambut oleh Frieska. Mereka tampak berbincang-bincang namun entah apa yang dibicarakannya karena aku mematikan volumenya, malas mengambil handsfree.

Maya kemudian mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Aku langsung mengarahkan sudut pandang ke kamera kamar mandi, terlihat Maya memasukkan pakaiannya tadi ke ember pakaian kotor. Aneh, ternyata setelah membuka kaos dan celananya… Maya tak menggunakan BH dan celana dalam!!! Jadi selama dia pergi… dia tidak memakai pakaian dalam!!!

“Mencurigakan.....” Gumamku dalam hati dengan penis yang mengeras, antara membayangkan hal yang tidak-tidak tadi Maya selama di luar, ditambah dengan pemandangan indah Maya bertelanjang bulat. Aku sudah sering melihat dia telanjang, tapi tak henti-hentinya aku mengagumi bentuk tubuhnya.

Mataku semakin menyipit ketika melihat Maya membawa ponselnya ke dalam kamar mandi. Hmmm… tak biasanya dia seperti ini…. dan kini kulihat Maya tertawa di depan ponselnya. Aku langsung mencari handsfree di dalam tas kerjaku, mencoba mendengarkan apa yang dia lakukan. Kini Maya mengocorkan air keran di bak, seperti upaya mengaburkan suaranya dari luar agar tak terdengar oleh Frieska, dan benar….. ternyata Maya melakukan video call dengan seseorang yang tak jelas siapa! Yang pasti dari suaranya itu adalah laki-laki!!! Anjing!!!!!

Kulihat Maya menaruh ponselnya di pinggiran bak dengan kondisi ponsel bersender di dinding yang membuat Maya menunjukkan tubuh bugilnya di hadapan pria yang ada di video call itu. Tak hanya itu. Maya tiba-tiba meliuk-liukkan tubuhnya dari atas ke bawah dengan gaya yang sexy sekali, seolah dia sedang melakukan striptease untuk orang yang video call dengannya.

Dan…. aku mengeluarkan penisku… mulai mengocok penisku ini… melihat istriku benar-benar binal sempurna seperti ini. Aku benar-benar sudah menyerah, menyerah dengan keliaran istriku…. menyerah pula dengan ‘kegilaan’ diriku yang tak bisa menahan nafsu saat melihat istriku bermain ‘gila’.

Aku melihat Maya tersenyum dan menggigit bibir bagian bawahnya di hadapan ponselnya itu. Dia lalu mengambil sesuatu dari tumpukan baju kotor, tangannya meraba-raba ke dalam celana yang tadi bekas dia pakai.

“Astaga! dari mana dia mendapatkan benda itu?” Aku terperanjat ketika melihat Maya menggenggam sebuah dildo berwarna hitam.

Maya kembali berdiri di depan ponselnya, perlahan dia berjalan mundur ke belakang sehingga punggungnya memepet ke dinding. Tangannya yang putih itu lalu naik ke atas dan digunakannya untuk meremas-remas payudaranya sendiri. Pinggulnya juga bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan irama atas bawah. Sial! Maya begitu eksotis bertingkah seperti itu. Diremas payudara besarnya itu, ia mainkan puting-putingnya seolah ingin memberi rangsangan bagi siapa saja yang melihatnya. Aku tahu Maya merangsang lawan video call-nya, hanya saja itu juga merangsang diriku yang ikut melihat kelakuan binalnya ini.

Nnnngggg Papaaah, nnnggg...” Maya mencuatkan payudara besarnya ke atas dan menjilat-jilatnya.

Ternyata lawan video call-nya itu dia panggil dengan sebutan Papa! Siapa dia?! Pikiranku langsung tertuju pada si Hartowo brengsek tua itu. Aku hentikan kocokanku, kualihkan tangkapan kamera ke layar laptop, karena aku akan menggunakan ponselku ini untuk menghubungi Hartowo. Aku ingat ucapan Frieska, bahwa aku harus melakukan sesuatu dan tidak membiarkan istriku larut terlalu jauh.

“Halo..” Sapa Om Hartowo di ujung sana.

Aku langsung melihat layar laptopku, tampaknya Maya tak terpengaruh dengan teleponku pada ‘lawan bercinta online-nya’ itu. Karena penasaran aku meminta untuk sambungan kamera, melakukan video call.

“Iya, Gio…. Ada apa?” Tanya Om Hartowo.

“Om.. Om dimana?” Aku balik bertanya sambil terus melihat ke arah laptop. Oh Hartowo seperti dalam ruangan dan tiba-tiba sosok Bu Farin muncul.

“Hai Gio…!” Sapa Bu Farin memiringkan kepalanya sambil tersenyum agar wajahnya bisa masuk ke kamera.

“Om lagi di kantor Mama-mu di Jakarta… kenapa?”

“Oh nggak, Om… maaf ganggu, tadinya mau tanya progress penjualan tapi nanti aja saya telepon lagi, saya lagi ada tamu dulu ini…”
Ucapku yang sudah yakin kalau Maya tidak sedang video call dengan Om Hartowo.

Kecurigaanku beralih pada si jahanam Bazam!!!! Aku langsung video call juga.

“Halo, Kang..” Sapaku.

“Iya, Pak Gio…” Jawabnya sambil mengangguk-angguk ramah, padahal tadi saat melihat kebakaran di toko Pak Joko wajahnya terlihat bengis saat menatapku.

“Dimana?” Tanyaku basa-basi, karena sebenarnya aku tahu dari tangkapan layar dia sedang berada di tengah ladang bersama belasan petani, itu terlihat dari topi caping yang mereka kenakan, ada yang laki-laki, ada perempuan… Berarti lagi-lagi dia bukan yang menjadi ‘lawan’ video call Maya saat ini.

“Lagi di ladang, ngasih penyuluhan… ada keperluan apa?”

“Ngg… Nggak… hehehe… nanti saya telepon lagi..”
Jawabku hanya cengengesan tak berwibawa karena aku telah salah menduga.

Lalu dengan siapa lagi Maya melakukan video call ini? Apakah dengan lelaki yang baru dikenalnya lagi? Seperti yang dia lakukan di Ciraos?

Aku langsung mencabut handsfree di ponsel untuk dipasangkan ke laptop.

Aku tak bisa mendengar suara sang laki-laki karena ponsel Maya dekat dengan air keran yang mengucur di bak, bahkan suara Maya sebenarnya juga agak sudah di dengar.

Dari payudara turun ke bawah, tangan kanannya sekarang memainkan vaginanya sendiri sementara tangan satunya masih meremas-remas payudaranya.

Papah ganteeeng, memek Maya pengeen dientot lagi kayak tadi… ini masih gatel...” Ucap Maya binal sambil memainkan vaginanya itu.

Maya benar-benar merendahkan derajatnya sendiri demi kepuasan seksual yang ada di vaginanya itu. Berarti Maya hari ini berbohong lagi! Dia tidak hanya beli makanan dan pergi ke Salon untuk creambath, tapi berhubungan badan lagi!!!

Maya berbalik badan dan membungkukkan punggungnya, untuk memperlihatkan vaginanya yang dikocok-kocok itu di depan layar ponselnya. Posisi istriku seperti itu terus dan terus mengoceh seolah-olah lelaki itu ada bersama dengannya di dalam kamar mandi itu. Tak lama kemudian Maya mengambil dildo hitam tadi dan aku sudah mengira-ngira apa yang akan di lakukannya. Dan benar!

BLEESSS!! Maya memasukkan dildo yang ukurannya lumayan besar itu ke dalam vaginanya!!

Ohhhh...” Maya melenguh dan menggoyangkan pantatnya dari posisi membungkuk itu didepan layar ponsel, “Oooohh kontolnya aku bawa… tapi gedeee punya Papaaah! Mayaa pengennn laggiii, nnnggghhhhhhhh!!

Setelah itu Maya mengocok-kocok dildo yang kemungkinan besar pemberian lelaki itu, di vaginanya. Mulutnya megap-megap dan terus meracau seolah dia sekarang sedang berhubungan badan dengan lelaki itu.

Ooohhh sssshhh, aaah iya Sayaang, Maya mau di-entott Papah setiaaaap hari nngghhh aaahh ahhhh ooohh...” Racaunya seolah merespon ucapan lelaki di ponselnya yang tak bisa kudengar.

Ohhhh iyaaa Paaah, aku cuma mau ngentot sama Papaaah… entotiiin Mayaaa teruussss aaahhh ooohhhhh!!

Pemandangan ini begitu eksotis bagiku, Maya tampak semangat mengobok-obok vaginanya itu dengan dildo, ditambah lagi gestur tubuhnya yang mengeliat menambah panas jika dilihat.

Dildo itu tampak basah meski hanya terlihat dari kamera pengintai, itu sudah pasti air rangsangan yang dikeluarkan vagina Maya untuk menuntaskan hasrat ini.

Maya berbalik badan menghadap tepat di depan ponsel, istriku ini mulai menggeliat dengan raut wajah penuh nafsu. Lalu tangannya memegang payudara kirinya dan dicuatkan ke atas, saking besarnya payudara itu maka hampir sampai mendekati mulutnya, Maya lalu menjilat-jilat payudaranya yang diangkat itu sedangkan tangan kanannya terus mengocok vagina dengan dildo yang dia pegang. Dildo yang sedari tadi Maya gunakan untuk mengocok vaginanya dia biarkan terbenam di dalam memeknya. Lalu ke dua tangan Maya mulai memainkan payudaranya, diremasnya sendiri, diangkat-angkat bahkan ia urut sendiri payudaranya sampai ke puting sehinggga susu putih yang ada di payudaranya itu keluar.

“Nnnnngggggg...” Lenguh Maya, menggigit bibir dan memejamkan mata, “Ooooohh..... nngnggggghhhhhh..... mmmhhh iyaaa iseep teruuss, susu Mayaaa memang punya Papaaah ooohhh.”

Setelah puas Maya memainkan payudaranya sendiri, dia kembali berbalik badan dan membungkuk. Ia mainkan lagi dildo itu di dalam vaginanya berikut suara desahan ringan dan goyangan payudaranya. Tiba-tiba tangan istriku juga ikut ke belakang, tangan kanannya melebarkarkan dinding vaginanya yang masih tertancap dildo, sementara dua jari tangan kirinya menyeruak masuk ke dalam lubang pantatnya.

Oohhhhh ssssssssshhh...” Desah Maya, “Nnngghhhhh aaaahhhhh ooooohhhhhhhhh.

Aku terdiam sejenak melihat Maya, lebih tepatnya apa yang dia lalukan pada ke lubang pantatnya. Sekarang saja lubang pantatnya itu bisa dimasuki dua jari sekaligus yang menandakan dinding lubang pantatnya memang sudah melebar. Kurasa ini karena banyak kontol besar yang pernah mencoblos anal istriku ini.

“Oohhhhh sssssssshhhh aaaaaa...” Maya merem melek disaat dia mengocok-kocok dildo itu di vaginanya.

Kuakui aku sangat terangsang melihat tingkah istriku ini, hingga aku semakin intens kembali mengocok milikku ini.

Dildo itu lalu dikeluarkannya dari memeknya itu dan bisa terlihat batang dildo itu basah karena cairan kewanitaannya.

“Nnnnghhhhhh...” Maya menoleh ke belakang, memandang ponselnya dan menggigit bibir bagian bawahnya.

Lalu dildo yang tadi dia gunakan untuk mencoblos vaginanya, sekarang beralih ke lubang analnya. Aku terdiam melihat Maya membuka lebar lubang pantatnya itu dengan jari tangan kiri, lalu tangan kanannya yang memegang dildo ia masukkan ke dalam lubang pantatnya.

“Oooohhhh ssssssshhhhh...” Raut wajah Maya begitu mendesah, “Nnnghhhh aaaahhhhhh...... Oooohhhh....”

Lalu istriku ini menggoyang-goyangkan pantatnya yang dimana lubang pantatnya itu tertancap dildo yang tadi ia pakai.

Astaga Maya..... aku..... Tidak! Tidak! Tidak! Tidak!

“Ooohhhhhh ssshhhhhh Papah Sayaaang, nnnngghhhh...” Maya mendesah lagi dengan mengobok-obok lubang pantatnya itu dengan dildo.

Menurut Psikater kemarin, Maya memang sudah bisa divonis mempunyai nafsu yang tinggi dan dia akan tersiksa jika tidak ada yang bisa membantunya melepaskan hasrat seksualnya itu, aku harus paham itu.

Kupandang ponselku dan sekarang..... kini jari tangannya yang lain dia masukkan ke dalam vaginanya. Jadi sekarang istriku ini melakukan mastubarsi double penetration lewat vagina dan juga lubang pantatnya.

Ohhhhh iyaaaaaahhh Paaah, aaaaaahhhh ooohhhhh...” Maya semakin binal dengan kelakuannya itu.

Dan aku pun… “Ooohhhhhh Sayang… Nggak apa-apa, Sayang…. kalau kamu binal Papah seneng… Papah mau keluarrrrr...” Ucapku yang sudah menyerah dan benar-benar menyerah. CROTTT CRTTT CROTTTT!!!!


÷÷÷÷÷÷​



Cigetih, Rabu, 6 Februari 2024….


Saat kemarin aku pulang ke rumah, Frieska sudah pulang. Sikapku dengan Maya kembali dingin tanpa ada pembicaraan apapun. Kami memang sudah semakin sering begini akhir-akhir ini, kalau dulu jika melihatku diam pasti dia bereaksi, tapi kini sepertinya dia segan atau takut untuk menegurku. Jika lama-lama terus begini, bisa-bisa cintaku pada Maya pelan-pelan terkikis habis.

Pagi ini aku bangun masih cukup pagi, aku masih memiliki waktu untuk mencuci motor di garasi depan sebelum berangkat kerja. Tiba-tiba kulihat orang-orang berombongan berjalan melintas depan rumahku, ada satu orang yang sepertinya mengenalku meskipun aku tak tahu siapa dia.

“Cuci motor Pak Gio…?” Ucap Bapak itu terkesan basa-basi.

“Eh, iya. Pak…. mau kemana, Pak?” Jawabku sok kenal.

“Ke pemakaman Pak Joko… Pak Gio mau kesana?”

“Ngg… eh, iya.. Pak.. mau…”
Jawabku merasa tak enak.

Tak enak jika tak datang. Ada tetangga yang meninggal, dan kini aku hidup di desa yang masih kental sistem kekeluargaannya, masa iya aku tidak pergi ke pemakaman tetangga sendiri?

“Saya duluan kalo gitu, Pak…”

“Oh iya, Pak… silahkan… Eh, Pak… dimakamin dimana?”

“Di makam desa, Pak… langsung aja kesana… jenazah dari rumah sakit langsung ke makam kok..”
Jawab si Bapak itu sambil menunjuk ke arah pemakaman yang ada di seberang rumahku… tidak terlalu berhadap-hadapan sih…. karena terhalang sawah dan rumah penduduk juga.

Akhirnya aku masuk ke rumah berganti pakaian untuk ikut memakamkan.

“Ke kantor sekarang, Pah?” Tanya Maya.

“Nggak… ikut makamin Pak Joko dulu…” Jawabku masih tetap dingin.


÷÷÷÷÷÷​



Di pemakaman, aku mendapatkan beberapa informasi dari warga yang masih antusias menceritakan peristiwa kemarin yang menewaskan Pak Joko itu. Menurut mereka, Pak Joko meninggalnya bukan karena terbakar, tapi tersetrum aliran listrik saat dia membetulkan kabel di tokonya tersebut. Pak Joko sudah tewas saat ditemukan, masih dalam keadaan memegang kabel… untung yang menolong itu cepat-cepat membawa tubuh Pak Joko keluar, karena api sudah mulai merambat membakar toko tersebut.

“Almarhum itu memang begitu, tokonya laku… tapi nggak merhatiin keselamatan… instalasi listriknya udah nggak bagus, pantes aja bisa korsleting gitu…” Ucap seseorang yang tak kukenal.

Hmmm…. meninggal, memegang kabel, korsleting, lalu TKP terbakar….. dari kemarin aku memang sudah curiga pada Kang Bazam, tapi setelah mendengar cerita dari warga, aku semakin yakin kalau pelakunya adalah Kang Bazam. Motif seperti itu memang sering dilakukannya dulu, dia memang ahli dalam rekayasa kebakaran dengan cara membuat aliran listrik jadi korlseting.

Dari penuturan warga juga aku baru tahu, kalau kemarin mayat Pak Joko sempat diautopsi atas permintaan keluarga. Ada beberapa warga yang hadir langsung di rumah sakit. Dan hasilnya memang karena kesetrum listrik, Polisi pun sudah mengeluarkan rilis penyebab kematiannya, namun pihak keluarga masih ada yang kurang puas, namun sayangnya CCTV sebagai alat pemberi informasi tambahan yang ada di toko Pak Joko semuanya hangus terbakar tak tersisa.

Setelah mendengar itu, jujur saja aku semakin kagum dengan cara kerja Kang Bazam, mantan guru sekaligus musuh utamaku saat ini, dia mampu memanipulasi kematian ‘sebersih’ mungkin, sampai-sampai pihak aparat pun bisa terkecoh. Berbeda jauh denganku yang masih ‘berantakan’, seperti peristiwa di Ciraos…. Untung saja hingga saat ini belum ada kelanjutan kasusnya, setidaknya yang muncul di berita media-media, meskipun ada…. pemberitaan lebih menitik-beratkan pada kasus pabrik narkoba-nya dibandingkan dengan peristiwa kebakarannya.​



÷÷÷÷÷÷​
 
Jujur aku skip tiap adegan Gio ngewe ama Frieska. Mungkin karena cerbung ini genrenya NTR, sementara hubungan Gio & Frieska gak nyurus ke situ.

Beda kalau lihat Maya berulah. Auto ngeceng. Vibes-nya beda banget!
Semoga chap2 selanjutnya makin banyak adegan permainan Maya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd