POV Lili
“Pokoknya lu harus layani kita bertiga !, kalau lu engga mau, gue tinggalin disini, biar lu diperkosa sama preman-preman sini !” kata laki-laki pengemudi mobil itu.
Laki-laki itu sedang mengemudikan mobil sedan sport keluaran terbaru, disebelahnya duduk seorang gadis cantik bertubuh mungil, di kursi belakang ada dua laki-laki lain, satu berwajah culun, satu lagi berwajah tampan rambut agak panjang, mereka semua masih berseragam , namun dari lembaga pendidikan yang berbeda antara laki-laki dan gadis itu.
Mobil menyusuri jalan disisi rel kereta di daerah Lenteng Agung, hari sudah gelap, mungkin sekitar jam 20, sang gadis nampak memandang laki-laki ganteng berdarah indo yang mengemudikan mobil itu dengan wajah panik, matanya memandang keluar melihat sekelilingnya gelap gulita, sepertinya gadis itu sedang menghadapi pilihan sulit yang sama-sama menakutkan, pilihan pertama bahwa harus rela disetubuhi oleh tiga laki-laki itu atau diturunkan ditengah jalan yang gelap gulita, yang sama menakutkan juga.
Pakaian seragam gadis itu sudah acak-acakan, kemeja nya sudah terbuka beberapa kancing bagian atasnya, bagian bawahnya sudah keluar dari rok nya, tank top pelapis kemejanya sudah melorot di bagian depannya memperlihatkan kulit putih dadanya yang tidak terlalu besar. Kaki nya melipat diatas jok mobil, wajahnya menunjukkan rasa was-was. Tiba-tiba kepala gadis itu direngkuh oleh laki-laki pengemudi, menekan kepalanya kearah penisnya yang sudah keluar dari celana panjanganya, nampak tegak menjulang dan sudah terlihat basah. Gadis itu tidak mampu menolak, kembali ia mengulum penis itu didalam mulut mungilnya, menghisap dan menjilat, kedua tangannya menggenggam sambil mengocok penis besar itu, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Agus ! lu sudah pernah megang tete cewe apa belom ?” tanya laki-laki itu kepada si culun yang rupanya bernama Agus.
“Beloom “ jawab Agus cepat dengan polosnya .. matanya berbinar penuh nafsu, karena melihat apa yang sedang terjadi di kursi depan mobil sport itu.
“Masa lu belum pernah megang tete perek Gus ?!” lanjut si pengemudi, yang menggunakan satu tanganya terus menekan-nekan kepala gadis itu ..
“Nih .. lu remes aja tetenya cewe ini.. mangkanya jadi anak jangan keterlaluan culunnya . gaul Gus !” lanjut laki-laki itu lalu disambut dengan tawa laki-laki lain yang ada di kursi belakang.
Tanpa perlu disuruh kedua kali, Agus langsung merogoh payudara gadis itu dari atas kemeja yang sudah terbuka kancingnya, gadis itu mencegah tangan Agus meremas payudaranya yang kecil namun padat, namun si pengemudi kembali menekan kepalanya dengan keras, sambil pinggulnya disentak-sentakan ke atas, sehingga penis besar itu menyodok mulutnya, mau tidak mau, gadis itu menggunakan kedua tangannya untuk menahan sodokan itu, sehingga dengan leluasa Agus bisa meremas payudara gadis itu.
“Sudah belum Gus ?” kembali laki-laki pengemudi bertanya .. Agus hanya nyengir kepada sang pengemudi yang menoleh kepadanya. Si gadis akhirnya membiarkan tangan Agus meremas payudaranya.
Setelah beberapa saat …
“Anjiiiir .. isepan nih cewe enak banget … !”
“Bob, gantian, lu yang nyetir !” lanjut sang pengemudi yang langsung menepikan mobilnya, merasakan mobilnya menepi, gadis itu melepaskan penis dari mulutnya, nampak liurnya meleleh disekitar bibirnya, rambutnya nampak berantakan.
Bobi yang tadi duduk disebelah si culun Agus, langsung keluar dari mobil dan menggantikan pengemudi, Agus yang ikut keluar sudah akan membuka pintu sebelah pengemudi, namun membiarkan sesaat karena melihat gadis itu pindah ke belakang tanpa keluar dari mobil.
Begitu mobil jalan, laki-laki yang tadi mengemudi, kembali merengkuh kepala gadis itu, mencium bibirnya dengan ganas, tanganya meraba payudara gadis itu dari bawah bajunya, menyusupkan tangannya kebawah bra sehingga kedua bukit kembar payudara gadis itu terbuka, remasannya kasar, puting gadis itu di pilin-piling, lalu ia mengangkat tubuh gadis itu lalu mengulum payudaranya dengan rakus. Gadis itu mendesah ..
Agus terus memandang kearah belakang, menyaksikan suguhan yang menarik baginya, Bobi yang mengemudi, menurunkan kaca spion depannya sehingga dapat ikut melihat tanpa harus menoleh ke belakang.
“Isep kontol gue yang enak !” kata laki-laki itu, sambil menurunkan tubuhnya sehingga hampir berbaring, lalu menurunkan celana panjang dan celana dalamnya sedikit. Gadis itu tanpa ragu sedikit pun langsung menghisap penis besar itu, yang jika dibandingkan dengan pergelangan tangannya yang sedang mengocok, hanya sedikit lebih kecil.
“Gilaaa.. enak banget isepannya .. memek lu siniin !!” kata laki-laki itu kepada sang gadis, yang kemudian menggeser tubuhnya, seperti meringkuk, tubuh mungilnya nya dapat dengan nyaman berbaring meringkuk di jok sedan itu. Laki-laki itu lalu menarik dan menyingkapkan rok panjang seragam gadis itu keatas, memperlihatkan paha dan bokong indah nya, lalu menyusupkan tanganya kedalam celana dalam dan mulai mengorek-korek vagina gadis itu dengan jari tengahnya. Kepalanya bersandar kebelakang, sedang merasakan nikmat dari isapan di penis nya dan lembabnya vagina gadis itu.
Agus yang menyaksikan itu semua, tidak tinggal diam, ia berusaha meraba paha gadis itu yang terlihat mulus dan dihiasi bulu—bulu halus… tapi gadis itu menepis tangan nakal Agus yang mencoba meraba pahanya. Gadis itu nampak sangat menikmati hisapan pada penis itu, mulutnya menghisap sambil mendesah-desah mungkin terasang dengan jari yang mengorek vaginanya.
Sudah dua kali putaran sepanjang Jalan Lenteng Agung sepanjang sisi rel kereta api ..
“Kita bawa kemana nih ??” tanya Bobi yang saat itu sedang mengemudi.
“Ke Hutan UI aja .. disana banyak tempat gelap !” kata laki-laki yang sedang terbuai kenikmatan.
Aku Lili, gadis cantik dalam mobil itu, yang sedang asyik menghisap penis besar milik laki-laki tersebut.
Sebelumnya sepulang sekolah tadi, aku bersama sahabat ku Hani, Desi dan beberapa kawan perempuan lain, nongkrong di seputaran Sarinah, ditempat anak-anak remaja seumuran ku berkumpul, yang laki-laki biasanya memamerkan mobil yang mereka miliki, sementara yang wanita, mencoba menarik perhatian. Biasanya langsung kenalan dan mengajak jalan bersama untuk makan dan akhirnya yang wanita akan diantar pulang oleh laki-laki sebaya yang baru dikenalnya.
Saat ini aku sudah berpisah dengan sahabat ku yang sudah diantar pulang oleh kenalan barunya, sedangkan aku bersama laki-laki ini yang bernama Ryan, berwajah indo, sangat tampan, tubuhnya tinggi dan bermobil sedan sport. Aku sungguh terpesona dengan ketampanan dan penampilan Ryan yang baru ku kenal, dan setelah sedari tadi jalan bersama seperti layaknya pasangan yang sedang berpacaran, lalu aku akan diantar pulang. Tapi aku tidak menyadari akal busuk Ryan yang mengajak 2 temannya bersama mengantar ku pulang ke daerah Sawangan.
Mobil berhenti disudut gelap di sekitar Hutan UI, aku bangkit melihat sekeliling, sangat gelap, hanya terlihat sekali-sekali lampu mobil lewat di jalan raya jauh dari lokasi mobil berhenti saat ini.
“Ayo .. lu layanin kita bertiga.. apa gue tinggalin lu disini !” kembali Ryan memaksa aku bersedia disetubuhi bersama kedua temannya, dalam bathin ku kalau aku hanya akan disetubuhi oleh Ryan, aku sangat menginginkannya, apa lagi melihat penis besarnya yang sedari tadi aku permainkan, tapi kalau aku harus mau disetubuhi oleh dua temannya yang lain, aku sangat tidak mau.
Bobi sudah pindah ke kursi belakang mobil, mengapit ku dengan Ryan, Agus keluar dari mobil, sepertinya ia berjaga-jaga, namun matanya tidak mau lepas dari ku.
“Gue engga mau !” teriak ku sambil aku membereskan pakaian ku dan mengancingi kemeja ku, namun kedua laki-laki itu terus berusaha menjamah ku, Ryan mencium leher ku dengan tangannya terus meremas payudaraku dari bawah baju ku yang belum sempat aku masukan ke pinggang rok seragam ku, tangan yang satu merangkul ku sehingga aku sulit bergerak, sementara Bobi berusaha menyingkapkan rok ku dan berusaha meraba paha ku, sepertinya ia ingin mempermainkan vagina ku, aku mencoba bertahan, menepis tangan Bobi sepertinya aku membiarkan tangan Ryan merajalela menjamah tubuh mungil ku. Diapit dua laki-laki yang tubuhnya jauh lebih besar dari ku, sepertinya aku pasti kalah dan akan menjadi bulan-bulanan mereka.
Aku terus berfikir bagaimana aku harus menyelamatkan diri ku dari kemungkinan aku disetubuhi ketiga laki-laki ini, disisi lain, aku harus bisa juga keluar dari tempat ini yang sebenarnya sangat menakutkan bagi ku, sangat gelap gulita.
Lalu aku mendorong tubuh Ryan sekuat tenaga..
“Sebentar .. ! sebentar ! .. ini apaan sih !” teriak ku sambil menepis keras tangan Bobi yang mencoba meremas pantat ku..
“Gue engga mau digituin sama lu bertiga ! kalau lu maksa, gue teriak nih !” kata ku keras, sambil wajah ku menunjukan muka sangat
marah !
Ryan dan Bobi terdiam sejenak, seperti agak terkejut dengan perubahan sikap ku yang tadinya selalu menuruti perlakuan Ryan kepada ku, tapi kali ini penuh kemarahan.
Aku juga sempat kaget dengan apa yang baru saja aku perbuat, terlihat ada rasa was-was diwajah mereka, namun dibawah sadar ku yang sedari tadi sudah terbuai dengan birahi, sepertinya masih berharap yang lain. Aku juga merasa tidak mau kehilangan Ryan, paling tidak aku ingin merasakan kembali menghisap penis besarnya .. Aku berkata lagi..
“Kalau mau lu bertiga gue isep saja sampai keluar ! tapi engga keluarin dimulut !”
“Gantian gue isepnya !” ujar ku dibawah sadar. Aku sendiri terkejut atas apa yang baru ku ucapkan.
Buat ku sendiri, menghisap penis laki-laki, merupakan sesuatu yang menggairahkan dan sangat aku sukai, tetapi kali ini aku harus menghisap penis 3 laki-laki, bergantian sampai mereka ejekulasi, merupakan hal yang baru. Aku anggap sebagai tantangan, dan akan menjadi bahan ceritaku kepada sahabat ku Hani. Dalam benak ku, aku percaya diri bisa segera membuat ketiga laki-laki ini cepat menyemprotkan spermanya dengan kemampuan ku menghisap dan mempermainkan penis mereka, apa lagi aku melihat wajah mereka sudah dipenuhi birahi sedari tadi melihat perlakuan Ryan kepada ku. Tiba-tiba aku merasa, vagina ku berkedut dan mengeluarkan cairan birahi, aku terangsang.
“Oke .. gue duluan !” kata Ryan cepat, khawatir aku berubah pikiran.
Bobi keluar dari mobil, tapi akal bulusnya kembali bekerja, sebelumnya keluar, ia menurunkan jendela mobil tepat disebelahku, aku yakin, tindakan ini agar mereka tetap dapat menonton pertunjukan birahi ku.
Ryan menggeser duduknya jauh ke sisi yang lain, Bobi memajukan kedua kursi depan, sehingga memberikan tempat yang lapang untuk aktivitas di kursi belakang.
Aku sempat tersenyum kepada Ryan, sebelum aku mulai menggenggam penis nya dengan kedua tangan ku, mengocoknya perlahan, Ryang masih mencium bibir ku, lalu aku sendiri menurunkan kepala ku ke penisnya, tubuhkku seperti orang sujud, akan melahap penis yang sudah berdiri tegak, mengembang sempurna, mencaplok seluruh batang penis itu dan mencoba memasukan sedalam mungkin ke mulut ku, tanpa perlu Ryan menekan kepala ku .. Ia mendesah keras, lidah ku berputar menggelitik seluruh bagian penis itu, menghisap kepalanya, berputar dengan jepitan bibir ku, tangan ku cepat mengocok seluruh batang penisnya yang sudah basah ku lumuri dengan liur ku.. Tanganya meremas payudara ku dengan kasar, hal itu memancing birahi ku, aku akhirnya berbaring menyamping, mempermudah Ryan menjamah payudara ku dan aku juga lebih mudah menghisap dan mengocok penis besarnya, dengan menopang pada siku tangan ku.
“Memek lu geser kesini “ ujar Ryan sambil tanganya menarik rok ku keatas, aku sedikit mengangkat pinggul ku sehingga rok ku terbuka lebar, memperlihatkan seluruh paha sampai pinggang ku, vagina masih tertutup celana dalam. Ryan merebahkan dirinya kearah pinggang ku, tanganya segera menyusup ke celana dalam ku, merasakan sejenak bulu-bulu halus disana, lalu menyusup lebih dalam lagi, jari tenganya membelah celah yang basah, menggesek klitoris ku lalu jari itu berhenti setelah menyusup dalam di liang kenikmatan ku, kaki ku lipat sehingga memberi ruang lebih luas untuk tangannya bermain disana. Aku mendesah merasakan vagina dan klitoris ku tersentuh tangannya, jarinya tidak berhenti mengorek liang ku. Kembali dengan seluruh kemampuan ku mengocok, menjilat dan mengulum, bibir ku berputar menjepit penis itu, memainkan lidah ku dengan liar di kepala penisnya, membuat Ryan mendesah, pinggulnya ikut digerakan seirama kocokan dan hisapan ku.
Ketika aku sedang asik melakukan itu semua, terasa ada yang meraba-raba bokongku, bahkan menjilat-jilat disana, aku mengangkat kepala ku menengok kearah sana, ku lihat Bobi sudah tidak sabar menunggu giliran rupanya..
“Gue bilang khan gantian ! “ bentak ku keras
“Gue engga mau lagi !” kembali aku melanjutkan teriakan ku, hal ini berani aku lakukan karena mereka sebelumnya mau menuruti jika aku mulai teriak keras.
“Bob ! .. sana !” ujar Ryan menambahkan, mengusir Bobi menjauh dari ku, memang terlihat ia yang paling disegani diantara mereka. Setelah Bobi menjauh dan menutup kembali pintu mobil, aku kembali menggenggam penis Ryan, tapi aku belum mulai mengulumnya.
“Sorry Lil .. terusin yaa .. gue tanggung nih” Ryan membujuk ku untuk melanjutkan, tanganya sedikit menekan kepala ku, kembali aku mengeluarkan kemampuan ku memainkan penisnya, aku mulai merasakan kembali jarinya mengobok liang ku .. Tidak aku sangka, Ryan mulai mendesah keras, pinggulnya bergerak liar..
“Cepetin kocok nya .. aaah .. gue mau keluar !” racau nya .. Aku mempercepat kocokan tangan halus ku di batang penisnya yang telah basah oleh liur ku … aku tidak mau Ryan keluar dimulut ku, aku sedikit menjauhkan wajah ku dari penisnya .. tangannya semakin liar menyodok vagina ku ..
“Aaaaaargh !” penisnya memuncrat kan banyak sperma sedikit mengenai wajah ku, sangat menggairahkan, sepertinya aku ingin menghisap habis penis itu yang terasa berkedut di genggaman tangan ku, tapi aku masih gengsi untuk menunjukkan sisi liar ku kepada mereka, karena aku masih merasa belum aman bersama mereka.
“Jilatin dong “ pintanya kepada ku .. membujuk ku menjilat penisnya yang baru ejekulasi.
“Engga mau !” jawab ku ketus, yang sebenarnya menahan gelora birahi ku, aku hanya membersihkan batang penisnya yang berlumur sperma, lalu membersihkan tangan ku ke baju seragam nya. Ryan mencabut jarinya dari vagina ku, yang ternyata juga berlumur lendir ku, memang ku akui aku sangat terangsang saat itu.
“Ryan .. gantian dong “ seru Bobi yang sudah tidak sabar, rupanya sedari tadi ia terus menyaksikan apa yang dilakukan Ryan kepada ku, sampai Ryan memuntahkan sperma nya ditangan ku.
Ryan tanpa berkata, membenahi celananya dan keluar dari mobil, Bobi langsung menggantikan posisinya…
“Ayoo .. bikin gue enak ..” ujarnya dengan pongah, tanpa memberi kesempatan kepada ku untuk beristirahat sebentar.
Aku ingin Bobi cepat keluar ditangan ku, yang aku tahu, anak laki-laki yang biasa bermasturbasi akan dengan cepat mengocokan tangannya di batang penisnya supaya keluar. Aku juga lakukan itu kepada Bobi, dengan sebelumnya membasahi batang penisnya dengan liur ku, hanya kepala penisnya yang aku kulum, lidah ku bermain-main disana, kadang menggelitik lubang kencingnya, Bobi mendesah keras, tangan sibuk meremas payudaraku.
Kembali terasa ada tangan yang meraba-raba paha dan bokong ku, ternyata Agus, bocah culun itu nampaknya tidak bisa menahan diri, aku membiarkan dia melakukan itu, karena aku berfikir jika nanti gilirannya akan mudah dia keluar karena sudah sangat terangsang sebelum aku menghisap penisnya, dan aku bisa segera pulang karena ketiganya sudah aku puaskan dengan mulut ku. Ternyata Agus bertindak lebih jauh, ia berani melepas celana dalam ku, lalu menjilat-jilat paha dan bokong ku lebih dekat ke arah vagina, aku tetap membiarkannya, karena aku juga merasa terangsang sejak tadi jari Ryan mengorek-korek liang vagina ku. Terasa ada satu jari menusuk kesana, lalu menyodok dengan perlahan, seperti sedang merasakan jarinya digesek liang ku, aku kembali membiarkan.
“Kok gue tadi engga boleh ?!” protes Bobi ditengah rasa nikmat penisnya dikocok cepat tangan ku ..
“Diem lu .. ! bawel amat !.. Gue berhenti nih !” ujar ku ketus, sambil tangan ku menghentikan kocokan ku dipenisnya.
“Iyaa .. iya .. terusin deh .. bikin enak kontol gue..” rengeknya .. Aku kembali mengocok penisnya dengan cepat, tidak lama kemudian desahan Bobi semakin keras, kocokan ku pun semakin cepat, tangan ku menggenggam lebih erat … hanya lidah ku yang menjilat disekeliling kepala penisnya, aku tidak mau ia keluarkan spermanya didalam mulut ku.. tiba-tiba muncrat lah cairan putih dari penisnya, membasahi tangan ku, aku tetap cepat mengocok penisnya, sengaja aku ingin menjahilinya, membuat ngilu penisnya, kepala penisnya ikut aku remas dan kocok .. setelah desahan nya mereda …
“Udaaaah … udahh .. ngilu aaaah..” racaunya .. aku masih mengocok penisnya sesaat lalu melepas genggaman ku … Bobi tersenyum puas, aku tidak membalas senyumnya, ia mencoba mencium bibir ku, aku mengelak menjauh. Aku tidak merasakan dimana saat Agus berhenti bermain di bokong ku.
Bobi keluar dari mobil..
“Gus .. giliran lu tuuh ..” ujar Bobi ke Agus, yang nampak ragu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Aku pandangi wajahnya, ia menunduk.. tidak berani berlama-lama menatap wajah cantik ku.
“Gue istirahat dulu yaa” ujar ku kepadanya, ia hanya mengangguk pelan.
“Ryan .. ada minum enggak ?” tanya ku ke Ryang sang pemilik mobil, lalu ia menyerahkan botol Aqua yang sudah terbuka, aku berkumur-kumur lalu membuang airnya keluar jendela, baru kemudian aku meminum sedikit.
Aku sengaja tidak langsung mendekat ke Agus, yang nampak nervous disebelah ku, seakan sedang menghadapi situasi yang sangat genting. Aku tersenyum dalam hati, niat nakal ku timbul, aku akan mempermainkan anak ini, memberikan pengalaman baru yang tidak mungkin dia lupakan, aku akan membuat dia keenakan dan mendesah-desah, aku yakin tidak butuh waktu lama untuk membuatnya menyemprotkan spermanya..
“Buruan Gus ! ngapain sih lu lama-lama !” protes Bobi si perusuh.
“Bentar napah .. biar dia istirahat dulu” ujarnya tegas dengan logat Betawi yang kental, tidak aku sangka ia berani menyanggah Bobi. Aku ada sedikit respek dengan sikap Agus, jadi aku juga ada keinginan iklas memberi dia sedikit kenikmatan, sementara dorongan birahi ku semakin tinggi, sama sekali belum terpuaskan.
Ku raih tangan Agus, ku letakan tangannya di payudara ku, ia hanya membiarkan tangannya diarahkan, tanpa berani melihat wajah ku, bahkan tanpa punya keberanian melihat payudara ku yang sudah terbuka dihadapannya.
“Remes pelan-pelan .. “ bisik ku kepadanya, aku bukan tanpa tujuan melakukan ini semua, tujuan ku adalah bisa membuat birahi Agus melonjak tinggi sehingga bisa cepat mencapai klimaks saat aku menghisap penisnya.
“Mau isep tete aku engga ?!” goda ku lagi, Agus menurunkan wajahnya, menghisap salah satu bukit payudara ku yang menantang, ia menghisap sambil mendesah-desah, sepertinya ia yang sangat terangsang dibandingkan aku, kepalanya aku tekan keras, agar dia juga menghisap lebih keras, mulutnya dibuka lebar seakan ingin memasukan semua payudara ku kedalam mulutnya. Apa yang dia lakukan kurang membangkitkan birahi ku karena terlihat ia miskin pengalaman, pantas saja dia dijuluki si culun.
“Aaaauw .. jangan digigit .. diisep aja pentilnya !” ujar ku saat ia dengan gemas ternyata menggigit ujung puting ku. Aku sempat menikmati hisapan di puting ku, sambil tangan ku mulai meremas penisnya yang sudah terbuka. Aku menurunkan wajah ku menggapai penisnya dengan mulutku, sambil aku terus memandang wajahnya dengan tatapan menggoda, ia memajukan posisi duduknya sehingga hampir berbaring, lalu aku dengan perlahan menjilat ujung kepala penisnya, ku permainkan lubang kencing dengan ujung lidah ku, setiap yang aku lakukan Agus mendesah, kadang desahannya sampai tergagap-gagap, aku tersenyum dalam hati melihat reaksinya.
Aku bertekad dalam hati, bahwa aku harus mendapat klimaks kali ini.
Kembali aku berbaring menyamping menghadap ke depan, aku ingin membuatnya lebih mudah meraba payudara ku, kembali aku meraih tangannya meletakan dipayudara ku, tanpa perlu diperintah ia langsung meremas-remas, matanya terpejam menikmati kuluman di penisnya dan remasan di payudara ku yang kenyal. LIdah ku bermain main diseluruh batang penisnya, bahkan sampai kantung buah pelirnya aku jilat dengan rakus, kadang aku masuk seluruh batang penisnya dalam mulut ku lalu aku keluarkan dengan perlahan dengan bibirku mengatup erat. Penisnya tidak terlalu besar, tidak terlalu panjang dibandingkan milik Bobi, dan penisnya nampak lebih bersih.
Aku kembali menggodanya, dengan menarik rok ku keatas, memperlihatkan dari pinggang sampai ujung kaki ku yang telanjang, satu kaki ku ku angkat menjejak ke jok mobil supaya membantu aku memberi tekanan pada mulut ku yang mengulum penisnya. Tangan nakal Agus kadang meraba dan menyucuk kan jarinya di lubang vagina ku, aku kembali terpancing dan mendesah.
Cukup lama aku melakukan itu semua, namun belum nampak tanda-tanda Agus akan menyemprotkan spermanya, selintas aku dapat mencium bau sperma disekitar perutnya, rupanya anak ini sudah ejekuklasi tadi, pantas saja sulit untuk membuatnyacepat keluar lagi, perlu usaha lebih keras.
“Tadi sudah keluar ya ?” tanya ku ke Agus sambil memandangnya dan tetap mengocok penisnya.
“Iya .. “
“Waktu gue jilat pantat lu dan tusuk memek lu pakai jari ..”
“Gue belum pernah soalnya… aaah” lanjutnya dengan polos, saat kembali merasakan hisapan ku di penisnya.
‘Pantas saja’ bathin ku. Aku sama sekali tidak terganggu dengan apa yang dikatakan, aku tetap dengan suka rela berusaha membuat dirinya mencapai klimaks.
Dorongan ku ingin mendapat klimaks, membuat aku tanpa sadar menggesek-gesek klitoris ku dengan ujung jari ku, karena Agus hanya meremas-remas payudara ku sambil matanya terpejam.
Gerakan tangan ku di klitoris ku merupakan kesalahan ! Ryan melihat perbuatan ku, ia dapat menangkap bahwa birahi ku sedang sangat tinggi, Ryan yang kelihatan lebih berpengalaman mencoba keberuntungannya kepada ku.
Ryan masuk ke mobil dan duduk di dekat bokong ku, berseberangan dengan Agus yang sedang tenggelam dalam birahinya sendiri. Aku menengok ke belakang, melihat Ryan yang mendekati ku, aku tidak merasa keberatan, terasa tanganya merangkul kaki ku yang menekuk keatas, sementara tangan yang lain menggantikan jari ku mempermainkan klitoris ku .. lembut, mengelus membasahinya dengan cairan kenikmatan ku yang merembes deras, gerakannya halus, sengaja memancing gairah ku semaksimal mungkin. Ryan memang sangat berpengalaman, mungkin sudah banyak korbannya gadis-gadis seperti ku. Sekarang ia menyandarkan wajahnya di paha ku, lidahnya kadang menyapu kulit paha ku yang sensitif, ditambah lagi dengan dengus napasnya terasa menggelitik, kedua tangan nya bermain di vagina ku, yang memeluk kaki ku, digunakan untuk menggosok klitoris ku, sedangkan tangannya yang lain, jarinya menyodok liang vagina ku .. aku mendesah…
Gerakan mulut dan tangan ku di penis Agus semakin liar, kadang aku lepas penis dari mulut ku hanya untuk mendesah, menerima perlakuan merangsang di vagina ku. Tusukan jarinya di vagina ku semakin cepat, kadang jarinya mengorek-korek seluruh dindingnya, ia mampu menangkap reaksi ku atas perlakuan jarinya, sehingga ia dapat berulang kali membuat ku tersentak menerima rangsangan dari jari-jarinya.
“Aaaaargh… aaah..” aku mendesah sangat keras, saat terasa Ryan menyucukan dua jarinya kedalam liang vagina ku dan langsung mengocok dengan keras, menyodok-nyodok dalam, kadang mengorek-korek melebarkan vagina ku, sepertinya ia mempersiapkan sesuatu, mempersiapkan liang ku untuk dimasuki oleh penis besarnya, kala itu aku belum bisa menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku terhenyak, sebagai reaksi ku, aku menghisap keras penis Agus yang ada didepan mulutku.
Ryan membaringkan tubuhnya dibelakang, mendesak aku bergeser lebih maju, tanpa sadar aku bergeser ke depan memberi ruang kepadanya, saat kedua paha ku merapat, terasa ada benda hangat menerebos diantara kedua pahaku dekat ke selangkangan, rupanya ia menyelipkan penisnya diselangkangan ku, aku tidak melakukan gerakan penolakan, mungkin aku sedang terbakar birahi.
Memang sikap ku kala itu, jika ada laki-laki yang menarik perhatian ku, lalu dia bisa membuat ku terbakar birahi maka dengan mudah aku akan menyerahkan diri ku bulat-bulat untuk dinikmati oleh laki-laki tersebut.
Ia menggerakan pinggulnya maju mundur, menggesekan penisnya di permukaan bibir vagina ku, kadang terasa mencoba masuk, namun ditarik kambali, ini benar-benar membuat birahi ku terpancing, desahan ku semakin keras, apa lagi tangannya tidak berhenti menggesek-gesek klitoris ku. Pelampiasan ku hanya kepada penis Agus, semakin liar aku mengocok, menghisap dan menjilatinya, liur ku membasahi batang penisnya.
“Ryaaaan … aaah .. pelan.. pelaan ..”racau ku saat merasa benda tumpul itu menerobos perlahan bibir vagina.. kaki ku semaki lebar ku angkat ke atas, satu kaki lagi menjejak jok depan, sehingga aku dapat menahan sodokan penis besar itu. Ryan menghentikan sejenak sodokannya, ia menjilat-jilat punggung dan leher ku, untuk memberi gairah tambahan. Kembali ia melesakan lebih dalam lagi, tangannya memeluk ku dan pasti meremas payudara ku .. aku menahan napas menerima sensasi sodokan itu.
“Sudah ..sudah cukup.. jangan lebih dalam lagi .. aah” kata ku membatasi Ryan untuk terus memaksakan penis besarnya masuk ke vagina ku, kakinya menjejak ke pintu sehingga memiliki tenaga besar untuk menyodok, dibandingkan jika ia hanya menggerakan pinggulnya untuk menyodok. Aku masih ada rasa khawatir kondisi vagina ku yang melar nantinya.
Posisi ini memang posisi favorit ku jika sedang making love dengan partner atau pacar ku, karena terasa tidak ada beban yang menindih tubuh mungil ku.
Ryan mengikuti keinginan ku, ia tidak berusaha menyodok lebih dalam, pinggulnya bergerak perlahan maju mundur, membuat aku birahi ku semakin terbang tinggi, kadang gerakan nya menyentak, kadang mencoba mendesak lagi lebih dalam, sensasi vagina ku dipenuhi penis besar membuat aku melayang. Sepertinya vagina ku sudah mulai beradaptasi dengan penis besar itu, ditambah lagi dengan cairan kenikmatan ku yang terus merembes membasahi liang ku, gerakan penisnya sudah semakin lancar keluar masuk, kadang aku menggesek klitoris ku dengan jari ku sendiri, untuk menambah sensasi yang aku rasakan.
“Cepetin “ pinta ku kepada Ryan, karena aku merasa sudah hampir sampai klimaks ku.
“Aaaargh .. “ desah ku keras, rupanya ia melesakan penis nya sedalam mungkin ke liang vagina ku karena merasa sudah mendapat lampu hijau dari ku, dan langsung menyodok-nyodok dengan hentakan keras pinggulnya, aku sampai mengangkat badan ku, mengibaskan rambut ku menerima perlakuan itu, tangan ku tidak berhenti mengocok dan meremas penis Agus..
Terasa remasan tangan Agus di payudara ku semakin keras, sepertinya akan mencapai klimaks, ‘Agus biar klimaks dulu, biar aku bisa fokus dengan sodokan penis Ryan’ bathin ku. Lalu dengan gerakan ku yang sangat liar di penis bocah culun ini, berusaha mendorong dia mencapai klimaksnya, untungnya gerakan itu juga dipancing oleh sodokan penis Ryan di vagina ku.
Tidak terlalu lama, desahan Agus semakin keras, aku jauh kan wajah ku dari kepala penisnya, lalu kocok penis itu dengan secepat yang aku mampu, bahkan aku sampai menghisap kantong biji pelirnya.
“Aaaaaaargh .. gue keluar !” teriak Agus .. ini adalah teriakan yang paling keras yang ku dengar malam itu, tangan ku terus mengocok penisnya, sambil melihat cairan putih muncrat dari ujungnya .. aku tersenyum kepadanya, yang nampak terengah-engah ..
Kembali aku merasakan penis Ryan dijejal-jejalkan lebih dalam ke vagina ku, aku sudah tidak ada lagi gerakan atau perkataan yang melarang untuk menyodok lebih dalam, aku sudah terbuai oleh kenikmatan, Ryang juga tidak berhenti mendesah dan bergumam keenakan.
Sialnya, Agus tidak keluar dari mobil, tetap saja duduk ditempatnya, mungkin ia ingin mendapatkan sisa kenikmatan dengan tangan ku dan ingin menyaksikan apa yang Ryan perbuat kepadaku.
Ditengah aku mendesah keenakan menerima sodokan Ryan, Bobi ikut masuk ke mobil, nampaknya ia juga tergoda untuk menyaksikan, bahkan mungkin ingin ikut menikmati vagina ku, tangannya meraba dan meremas payudara ku, aku tidak menampiknya sepertinya aku menginginkan tangan itu menambah birahi ku, tangan Ryan tetap mengosok keras klitoris ku, Agus terduduk lemas, dengan penisnya yang masih aku genggam erat karena aku gemas dengan sensasi birahi yang saat ini aku rasakan.
Pinggul ku bergerak liar, sodokan penis Ryan juga semakin cepat, mulut ku tak henti mendesah, kadang aku sampai mengangkat badan ku sebagai ekspresi kenikmatan ku, Bobi tidak berhenti memilin putting ku, kadang aku gemas dengan menghisap keras penis Agus yang sudah melemas, tidak perduli lagi bahwa penis itu tadi dilumuri spermanya.
“Aaaaaaargh… gue keluar ..”
“Sodok yang dalam … aaaaaah … tahan !!” racau ku kepada Ryan yang mengikuti perintah ku, pinggul ku mengejan-ngejan, kejang dan menghentak-hentak, liang vagina ku mengkerut seperti meremas penis besar yang menyesakinya. Napas ku tersenggal-senggal menahan gejolak birahi ku, Ryan tidak memperlambat sodokannya, membuat liang vagina ku terasa ngilu …
“Awas ! lu jangan keluarin didalam !! kalau dikeluarin didalam gue teriak nih !” aku mengancam, memproteksi diri supaya jangan ada sperma masuk ke vagina ku..
“Iyaa .. yaa .. aaaaah” jawab Ryan sambil mendesah merasakan sodokan dalam dan remasan dipenisnya..
“Kocok aja pakai tangan “ pintanya lebih lanjut dengan suara bergetar.
“Sekarang !” katanya, aku langsung berbalik membelakangi Agus, lalu mengocok dengan cepat penis besar Ryan yang berlumur cairan kenikmatan ku sendiri, tangan nya menekan kepalaku untuk menghisap penisnya tapi aku mengelak, hanya menghisap batang penisnya ..
“Aaaaaah…” semprotannya sangat kuat, sampai membasahi wajah ku dan rambut ku, aku masih mengocok keras, mengusap-usap kepala penisnya.
Pada saat yang sama, rupanya Agus tidak mau rugi karean aku menungging membelakanginya, dia dengan berani menyucukan 2 jarinya di liang vagina ku dan mengocoknya dengan keras .. aku mendesah atas kenikmatan yang aku rasakan…
Setelah semuanya mereda, Bobi memberikan tissue kepada ku, aku bersihkan wajah ku dan penis Ryan, sambil ia mencium bibir ku.
“Kok jadi dimasukin sih ?!” kata ku manja ke Ryan
“Habis kamu seksi banget siih” jawabnya sambil kembali meremas payudara ku.
Aku duduk lemas disebelahnya, mengenakan celana dalam ku yang sudah terlepas tadi, sambil juga membenahi pakaian ku yang berantakan. Ada rasa bangga dalam diri ku, aku bisa membuat mereka semua mendapat klimaks dengan mulut dan tangan ku.
“Gileee .. gue kentang nih .. lu yang nyetir ya ?" Aku mendengar Bobi berbisik memohon ke Ryan, nampaknya aku masih harus memuaskan Bobi yang terbakar birahinya menyaksikan gempuran Ryan dan Agus kepada ku tadi ..
Ada keinginan ku untuk tetap menolak ! tapi setelah aku membaca situasinya bahwa jalan sudah sangat lenggang, dan cara Ryan mengemudi yang ngebut, pasti Depok - Sawangan akan ditempuh cepat dan segera tiba dekat rumah ku. Aku tersenyum sendiri, membayangkan bahwa Bobi akan lebih kentang lagi, aku malah berniat jahil kepadanya membiarkan dia terangsang tapi tidak sempat terpuaskan .. tapi disisi lain, sebenarnya aku juga masih punya keinginan untuk menyenangkan dia, karena wajahnya tampan agak brangasan, penis juga unik, tidak sebesar milik Ryan, tapi miliknya agak bengkok ke kiri dan kepala penisnya lebih besar dari batangnya ..
"Heei culun !.. didepan lu .. jangan ganggu gue !" teriak Bobi yang melihat Agus tetap duduk di belakang mengapit diri ku ..
Agus duduk di depan dengan bersungut-sungut ...
Bunyi ban mobil mendecit kencang, tubuh mungil ku sampai terhempas ke sandaran jok, lalu semua bersorak memuji cara mengemudi Ryan..
Tidak membuang waktu Bobi merengkuh kepala ku, mengarahkan ke penisnya yang hanya tertutup celana dalam, rupanya sedari tadi ia belum menutup celana panjangnya.
"Ayoo .. bikin gue enak!" serunya dengan suara bergetar menahan birahinya, menekan kepala supaya mengulum penisnya dalam. Tubuh ku berbaring menyamping membelakangi jok depan, memudahkan aku untuk mempermainkan penisnya, dengan sedikit menopang dengan siku, kombinasi kocokan tangan dan mulut ku, sebentar saja membuat Bobi mendesah keenakan, kedua temannya yang duduk didepan ikut menyemangati dengan teriakan...
Posisi ku yang berbaring menyamping, dengan pakaian yang berantakan terbuka, rupanya memancing Bobi untuk menjamahnya, dengan kasar dan tergesa, ia menarik keatas kemeja seragam ku dan tank top yang melapisnya, bra yang menutupi payudara mungil ku ditarik keatas membiarkan bukit kembar ku terbuka, rok panjang ku ditarik keatas dengan kasar, membuat seluruh kaki jenjang ku terbuka, dengan cepat ia juga menurunkan celana dalam ku sampai setengah paha .. lalu ia berhenti sebentar, sepertinya ia sedang menikmati pemandangan indah yang menggairahkan, tubuh mungil seorang gadis dengan pakaian yang sudah terbuka nyaris telanjang. Hisapan dan kocokan ku pada penisnya semakin cepat, ada keinginan besar ku untuk membuat ia segera mendapat kenikmatan .
Suara ban mobil kembali mendecit kencang, sepertinya sengaja dilakukan pada saat lampu lalu lintas menyala hijau ..
Bobi sedikit membaringkan tubuhnya kesamping, menarik paha ku lebih dekat kepadanya, lalu mulai mencium dan menjilati paha mulus ku yang dihiasi bulu halus menggoda ..
Terasa telapak tangannya menyusuri perut bagian bawah ku, jarinya mulai membelah celah sensitif milik ku, tanpa sadar aku mendesah melepaskan sejenak penis yang menancap di mulut ku, jari nya terus menyusup dalam, masuk dalam liang kenikmatan ku, lalu bergerak-gerak didalam sana .. birahi melonjak, desahan ku terus terdengar, kocokan dan hisapan di penisnya semakin cepat dan kuat .. kadan aku lepas kan dari mulut ku hanya ingin melihat jelas penis itu ku permainkan ..
"Pakai dua jari.." pinta ku manja ke Bobi agar vagina ku di sodok dengan jarinya,
Dua jari bukan masalah bagi vagina ku yang belum lama menerima tusukan dari penis besar Ryan .. Bobi menggerakan jarinya di vagina ku dengan cepat dan dalam .. napas ku terengah .. aku ingin mendapatkan kenikmatan lebih dari jari itu, sepertinya aku belum puas dari sodokan penis Ryan sebelumnya ..
"Nanti masuk Sawangan ada pom bensin di sebelah kanan, jalan pertama belok kanan !" aku mengarahkan Ryan yang mengemudi supaya ia tidak mengganggu ku dengan bertanya arah rumah ku ketika aku sedang berusaha mencapai kenikmatan tambahan ku ..
Bobi sepertinya juga sudah ingin segera mencapai klimaksnya, kadang kepala ku ditekan keras supaya penisnya lebih dalam di mulut ku .. jarinya semakin liar bergerak didalam vagina ku, aku sangat menikmati !
Terasa ada tangan lain meraba pantat ku yang terbuka, aku tidak tahu itu tangan tangan Agus atau Ryan, atau mungkin tangan kedua orang itu, entahlah .. yang pasti menambah gairah ku .. kadang tangan nakal itu mengusap sekitar anus ku, mungkin berusaha masuk ke vagina ku tapi sudah terisi 2 jari Bobi yang mengobok-obok liar ..
Bobi menekan kepala ku, pinggulnya juga ikut digerakan naik turun, sepertinya ia ingin segera mendapatkan klimaks, jari tangannya digerakan semakin keras dan cepat, membuat aku ingin juga klimaks, pinggul ku mulai mengejan menahan gairah yang hampir meledak .. lalu aku merasakan ada yang muncrat di vagina ku, aku sudah mendapat klimaks, beberapa saat kemudian Bobi menekan kepala ku dengan kedua tangannya sepertinya ia memaksa aku menerima semprotan spermanya di mulut ku karena sedari tadi aku tidak mau ada seorang pun yang menyemprotkan di mulut ku, tangan ku berusaha menahan sepertinya menolak, tapi itu hanya kepura-puraan, lalu terasa semprotan keras kedalam mulut ku mungkin sampai kerongkongan ku aku tersedak, tapi tangan itu tidak memberi kesempatan pada ku dan tetap menekan keras. Desahan keras Bobi, membuat kedua temannya tertawa .. pinggulnya tetap disentakan didalam mulut ku, sepertinya ingin mendapat sisa-sisa kenikmatannya ..
Apa yang aku lakukan ? aku malah memutar-putar lidah ku menjilat semua sisi penisnya yang masih ada didalam mulut ku, sperma dan liurku berceceran disekitar bibir ku meleleh mengenai celananya ..
"Sialan lu .. sudah dibilang jangan keluarin di mulut !" Kata ku ketus sambil memukul pahanya, saat aku melepaskan penis itu dari mulut ku .. Bobi hanya tersenyum nakal .. aku ludahkan semua cairan yag ada di mulut ke karpet mobil.. lalu melap mulut ku dengan baju Bobi ..
"Itu depan rumah yang pagar merah, berhenti yaa .." ujar ku ke Ryan yang mengemudi .. Ku lihat wajah Agus merah nampaknya ia sangat terangsang.
Saat mobil berhenti, aku merapihkan semua pakaian seragam ku .. bau sperma terasa tajam diwajah ku, lalu aku keluar dari mobil menjinjing tas ku.
Wajah tampan Ryan nampak saat ia membuka kaca mobil, begitu juga dengan wajah tampan Bobi di jendela belakang ..
"Seru banget jalan sama lu .. hari Jumat kita ketemu lagi ditempat tadi ya" kata Ryan sambil mengedipkan matanya.. aku hanya membalas tersenyum .. mereka melambaikan sambil diiringi deriit keras ban mobil berputar di aspal ..
Ini bukan rumah ku, tapi rumah teman ku sengaja aku mengelabui mereka, aku berjalan menuju rumah ku. Sambil aku tersenyum sendiri membayangkan apa yang baru saja aku lakukan, dalam waktu pendek aku bisa membuat 3 laki-laki tampan dengan 5 kali ejekulasi dengan mulut mungil ku .. ada rasa bangga, ini akan menjadi cerita seru kepada sahabat ku Hani dan Desi, sama sekali aku tidak merasa dilecehkan oleh ketiga laki-laki sebayaku itu aku sangat menikmati perlakuan mereka, buat ku seks itu menyenangkan..